Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP MODEL DAN TEORI KEPERAWATAN CALISTA ROY

Mata Kuliah Teori Dan Falsafah Keperwatan

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Maria Gracela Konga Wandal : 23130060


Sherly Marliana : 23130061
Yonathan Allehandra Bizatya D : 23130062
Eka Nutria Ningsih : 23130063

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Teori Callista Roy.

Teori Callista roy atau yang biasa disebut dengan Teori Roy telah digunakan untuk
memberikan arahan untuk praktek keperawatan,pendidikan,dan penelitian.Upaya yang
luas serta perkembangan filosofis dan ilmiah oleh teori ini, telah memberikan kontribusi
terhadap pengetahuan berbasis model untuk praktik keperawatan.

Paradigma keperawatan dijadikan dasar pembentukkan model konseptual akhirnya


memunculkan teori-teori keperawatan. Salah satu konseptual model keperawatan yang
dimaksud adalah konseptual model dari Sister Callista Roy tentang Adaptation model.

Teori adaptasi menurut Roy merupakan salah satu teori tentang bagaimana
menerapkan asuhan keperawatan yang berfokus pada kemampuan adaptasi klien.Karena
menurutnya manusia adalah makhluk yang holistic yang memiliki sistem adaktif yang
dapat beradaptasi.

Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi
keperawatan, yaitu : manusia sebagai penerima asuhan, konsep lingkungan,konsep
kesehatan, dan keperawatan.

Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan


kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif.

Teori ini termasuk salah satu teori yang mudah diaplikasikan sehingga banyak digunakan
dalam penerapan asuhan keperawatan. Teori Roy dalam pelaksanaannya menyentuh
hampir semua aspek kehidupan baik secara fisik, konsep diri,dan fungsi peran.Perawat
dalam teori Roy dituntut untuk mengkaji kemampuan adaptasi klien dan perawat
membantu klien untuk beradaptasi terhadap perubahan termasuk perubahan yang terjadi
dalam tubuh klien.

B. Tujuan Penulisan
1. Membantu menjelaskan apa yang dimaksud dengan teori Roy,serta tujuan teori Roy
2. Memahami konsep model keperawatan menurut teori Roy dalam menjalankan
0asuhan Keperawatan.
3. Mampu menghubungkan konsep teori Roy dengan proses keperawatan dalam bidang
praktek,pendidikan ataupun penelitian.
BAB II

Riwayat Calista Roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada
tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada

tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun
1966 di University of California Los Angeles.

Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari
University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan

pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli
fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di

butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal
stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia
sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “
Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali
keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan,
terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain
di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).

Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan

diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s
College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang

peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.

Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi

keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy
mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya
telah
membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit.
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.
BAB III

Konsep model

A. Konsep model Calista Roy

Merupakan model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana individu mampu


meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara adaptif serta mampu
merubah perilaku yang mal adaptif. Dalam memahami konsep model ini Calista Roy
mengemukakan konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan
atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:

1.) Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan sosial yang

selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

2.) Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang

harus beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.

3.) Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh Roy diantaranya:

a. Focal stimuluasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan
mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.

b. Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus
internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur
secara subjektif.

c. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau
sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan
observasi.

d. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya: pertama, fungsi fisiologis
komponen sistem adaptasi ini diantaranya: oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
integritas kulit, indera,cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin; kedua, konsep
diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan dengan orang lain; ketiga, fungi peran merupakan proses penyesuaian yang
berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan dengan orang lain ; dan keempat, interdependent merupakan kemampuan seseorang
mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
e. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan
tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses
ini memiliki tujuan untuk meningkatkan respons adaptif (Hidayat, 2012).
BAB V

APLIKASI APLIKASI DAN CONTOH TEORI.

Studi kasus :

Ibu X, 50 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah yang menjalar sampai
ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat pada saat melakukan kegiatan seharihari,
termasuk untuk berdiri dan duduk. Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter, Ibu X dinyatakan
mengalami herniasi diskus intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk dilakukandiscectomi
(operasi pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi).Pasca pembedahan setelah sadar
dan dibawa ke ruang perawatan, Ibu X merasakan nyeri berkurang. berkurang. Meskipun
Meskipun tidak dibatasi dibatasi pergerakannya, pergerakannya, klien merasa takut bergerak
bergerak dan melakukan melakukan kegiatan kebersihan pribadi (personal hygiene). Klien takut
berjalan, merasa takut dan cemas akan keadaannya pasca pembedahan. Sebelum masuk RS
kebiasaan Ibu X melakukan aktifitas 12 jam perhari, makan tidak terlalu mempermasalahkan
kandungan gizi atau pembatasan yang penting makan tidak pernah menggunakan terlalu banyak
minyak goreng dan tidak terlalu s terlalu suka yang manis. Pola tidur 8 uka yang manis. Pola tidur
8 jam diwaktu malam dan 1-1,5 jam di waktu siang. Olah raga bermain tenis dan jalan pagi setiap
hari Ahad. Hasil pemeriksaan didapatkan data TD 120/90mmHg, nadi 100x/menit, respirasi
32x/menit dan suhu 37,5oc, wajah menampakkan ekspresi cemas. Ibu X adalah wanita yang
memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita disebuah toko miliknya. Ia mengaku
memiliki banyak pelanggan yang terbiasa melihatnya menjadi orang yang berbusana berbusana
serasi dengan koleksi koleksi jualannya. jualannya. Ia bertanya bertanya mengenai mengenai
kemungkinan kemungkinan adanya kelumpuhan pada dirinya setelah dilakukan operasi, dan
mengungkapkan kekhawatiran mengenai perubahan perubahan penampilan penampilan
(punggung (punggung menjadi menjadi bungkuk, bungkuk, jalan menjadi menjadi timpang)
timpang) yang akan mempengaruhi persepsi pelanggannya yang kelak akan berakibat pada
kegiatan penjualan tokonya
Asuhan keperawatan berdasarkan aplikasi teori Roy

1. Pengkajian tahap pertama

Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu X sebagai

sistim

adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan

interdependen.

Pada pengkajian tahap pertama pada Ibu X didapatkan data :

· Mode fisiologis

· Mode Konsep diri

· Mode Fungsi peran

· Mode Interdependen

S: Menyatakan gerakan- nya terbatas

O: klien nampak ragu-ragu bergerak dan banyak diam di kursi atau bed

S: cemas akan terjadi perubahan penampilan

O: Tampak cemas

- Takut terjadi kecacatan

- Rendah diri terhadap penampilannya

2.Pengkajian tahap ke dua

Setelah mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon adaptif selanjutnya melakukan

pengkajian pengkajian tahap kedua yang meliputi meliputi fokal, kontextual


kontextual dan residual residual stimuli. stimuli.

Pengkajian tahap dua pada Ibu X didapatkan data :

· Mode

· Behavior

· Fokal
· Contextual

· Residual

· Istirahat dan aktifitas

Tidur sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas

Kekurangan istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan dan menghambat proses recovery

sedangkan keterbatasan aktifitas dapat menyebabkan ketergantungan ADL

Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang menghambat proses tidur sedangkan post op
discectomi

membutuhkan sedikit pengaturan aktifitas

Self Konsep

Phisical self

Personal self

Penurunan konsep diri body image takut terjadi kecacatan

Rendah diri tehadap penampilannya

Ketakutan terhadap gagalnya pengembalian fungsi normal dari kaki

Takut ke-beradaannya menjadi beban orang lain

Fungsi peran

Peran primer

Peran tersier

Kehilangan hoby bermain tenis setiap minggu

Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk berobat

Interdepen- dence

Keterbatasan kebebasan di rumah sakit

Kesepian, terbatasnya interaksi dengan keluarga dan kolega

Adanya jadwal berkunjung dari rumah sakit

3. Diagnosa 3. Diagnosa keperawatan keperawatan


Sesuai dengan metode pembuatan diagnose keperawatan yang dikembangkan oleh Roy
melalui

tiga cara yaitu menggunakan tipologi berdasarkan adaptasi mode, mengobservasi perilaku
yang

paling paling dipengaruhi dipengaruhi oleh stimulus stimulus dan menyimpulkan


menyimpulkan dari perilaku perilaku dari satu atau lebih adaptif adaptif

mode dengan stimulus yang sama maka disusunlah diagnosa sbb:

Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak

Kecemasan dan ketakutan berhubungan dengan :

- Penurunan konsep diri body image dan harga diri

4. Intervensi

Tgl

Problem aktual/resiko

Hasil yang diharapkan

Tindakan keperawatan

Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak

- Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan

- Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki


secara

maksimal untuk memenuhi kebutuhan ADL nya

- Kondisikan lingkungan yang nyaman bagi klien-Lakukan mobilisasi sesuai dengan program

perawatan

- Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri

- Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan

pemenuhan pemenuhan kebutuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan kemampuan


kemampuan

Cemas dan ketakutan berhubungan dengan :

- Penurunan konsep diri body image dan harga diri


- Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk membantu

memecahkan permasalahan klien

- Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki

- Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan perawatan
dengan

benar

- Rencanakan kehadiran keluarga untuk menemani klien

Anda mungkin juga menyukai