Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya,
dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory
sebagai yang lebih konkrit. Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand
Theory yang menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik
keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah
fenomena keperawatan.
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi
Keperawatan. Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar
disiplin keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan
respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons
mereka terhadap suatu situasi. Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung
dalam praktik keperawatan, sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk
yang lebih konkrit (less abstrac) yang dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk
paradigma keperawatan. Contohnya: Nightingale dalam mendefinisikan “Modern
Nursing”.
Sedangkan Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori
pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi
keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi
keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat. Pandangan lain oleh Fawcett
(1995) dalam Sell dan Kalofissudis (2004) mendefinisikan grand theory sebagai
teori yang memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model
konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan
hubungannya tidak dapat di uji secara empiris. Contohnya yaitu “Teori Roy
(manusia sebagai sistem yang adaptif) berasal dari Roy Adaptation Mode”.
The Roy’s Adaptation Model”, menjelaskan 4 (empat) elemen essensial
dalam model adaptasi keperawatan yaitu: Manusia, lingkungan, Kesehatan dan
Keperawatan. (Roys menjelaskan bahwa manusia memiliki sistem adaptasi
2

terhadap berbagai stimulus atau stressor yang masuk. Mekanisme koping


merupakan proses penterjemahan stimulus dengan dua sub system yaitu sub
system kognator dan sub system regulator. Hasil dari proses adaptasi akan
menghasilkan respon adaptive atau maladaptive. Secara spesifik Roys
menyebutkan dengan istilah Manusia sebagai system Adaptive. Asuhan
keperawatan dengan penerapan teori Roy melalui metode Prosses Keperawatan
merupakan masalah yang menarik untuk dipelajari. Makalah ini akan
menjelaskan Aplikasi The Roys Adaptation Model dalam pelayanan asuhan
keperawatan dengan metode Proses Keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1) Philosofi model teori keperawatan menurut Roy ?
2) Tinjauan teori Sr Calista Roy?
3) Aplikasi teori Sr Calista Roy dalam keperawatan keluarga?
4) Kelebihan dan kekurangan teori Sr Calista Roy ?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Philosifi Teori Sr Calista Roy


1. Biografi
Callista Roy adalah seorang perawat, guru, dan ahli teori agama yang
lahir pada tahun 1939 di Amerika Serikat. Dari keluarga yang sangat
percaya, pengaruh ibunya, seorang perawat terdaftar, sangat penting dalam
kariernya nanti.
Masih sangat muda, dengan hanya 14 tahun, ia pergi bekerja di rumah
sakit, meskipun di departemen makanan. Dia segera mengubah perannya,
dipromosikan menjadi asisten perawat. Selama waktu itu ia memutuskan
untuk masuk sebagai biarawati di sidang Suster-suster San José de
Carondelet.
Callista Roy datang ke dunia pada 14 Oktober 1939 di Los Angeles,
California (AS). Ia tumbuh dalam keluarga Katolik yang taat. Dengan
demikian, ia dibaptis dengan nama orang suci yang dirayakan pada hari
kelahirannya, Santo Callisto.
Ibu Callista adalah seorang perawat terdaftar dan bertanggung jawab
untuk mengajar putrinya pentingnya perawatan yang dibutuhkan oleh orang
sakit dan bahwa seorang perawat harus berperilaku dengan cara yang
sepenuhnya altruistik.
2. Pekerjaan pertama
Ketika dia baru berusia 14 tahun, Callista mulai bekerja di rumah sakit
besar. Pada awalnya, dia bertanggung jawab atas pekerjaan di toko makanan,
tetapi segera dipromosikan menjadi asisten perawat.
Callista memiliki panggilan agama yang kuat. Setelah bermeditasi, ia
memutuskan untuk bergabung dengan Kongregasi Suster-suster San José de
Carondelet, tempat ia masih tinggal..
3. Studi keperawatan
4

Pada tahun 1963, Sister Callista Roy mulai belajar keperawatan di


Mount Saint Mary's College di Los Angeles. Setelah selesai, pada tahun
1966, ia menyelesaikan gelar master dalam disiplin yang sama dari
University of California.
Terlepas dari gelar ini, Roy melakukan gelar master lain dalam
sosiologi pada tahun 1973 dan gelar doktor dalam subjek yang sama pada
tahun 1977, keduanya di University of California.
4. Menciptakan model Anda
Justru ketika dia melakukan gelar master dalam bidang keperawatan,
dia menerima komisi yang mengubah hidupnya. Salah satu gurunya,
Dorothy E. Johnson, menugaskannya untuk mengembangkan model
keperawatan yang baru.
Sementara saya bekerja sebagai perawat di bangsal anak. Melihat
lingkungannya, ia memperhatikan kemampuan anak-anak untuk beradaptasi
terhadap perubahan, baik fisik maupun mental. Ini menemukan dampak yang
sangat besar sehingga ia menggunakannya sebagai dasar konseptual untuk
proyeknya.
Dengan cara ini, Roy meluncurkan modelnya pada tahun 1968. Dua
tahun kemudian, ia menerbitkan yayasannya dalam Nursing Outlook for
Nursing..
Prinsip dasarnya adalah bahwa manusia, baik secara individu atau
kelompok, adalah sistem holistik (kompleks kompleks yang dipengaruhi
oleh berbagai sisi) dan dapat beradaptasi.
5. Karier profesional
Setelah keberhasilan yang dicapai dengan modelnya, Callista Roy
melihat kariernya lepas landas. Selama kehidupan profesionalnya ia telah
menjadi profesor di beberapa universitas dan, di samping itu, ia telah
menerbitkan sejumlah besar artikel dan buku tentang masalah ini. Dia juga
telah menawarkan banyak sekali konferensi di seluruh dunia.
5

Pada 1978, Roy diterima di American Academy of Nursing.


Kemudian, antara tahun 1983 dan 1985, ia bekerja sebagai perawat di klinik
neurologi milik University of California.
Bertahun-tahun kemudian, pada tahun 1991, ia adalah pendiri Riset
Adaptasi Berbasis Boston di Masyarakat Perawat, sebuah organisasi yang
kemudian mengadopsi nama Roy Adaptation Associations..
Sudah di abad baru, khususnya pada 2007, Roy diakui sebagai
Legenda Hidup oleh American Academy of Nursing. Saat ini, ia memegang
posisi profesor dan ahli teori di School of Nursing di Boston College, selain
memberikan konferensi yang sedang berlangsung.
Penelitian terbarunya difokuskan pada efek intervensi dalam
pemulihan kemampuan kognitif setelah cedera kepala ringan.

B. Tinjauan teori Sr Calista Roy


1. Manusia Sebagai System Adaptive.
Sistem adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan
dengan keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan demikian juga
keterkaitan dari beberapa bagiannya. Dengan kata lain bahwa untuk
memeliki keseluruhan bagian-bagian yang saling berhubungan, sistem juga
memiliki input, out put, dan control, serta proses feedback.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang
dapat menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat
menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho,
Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control
dan Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah
Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian
diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat
menyesuaikan diri dengan activifitas kognator dan Regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi
Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.
6

Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan


sebagai suatu sistim yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari
perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim
yang dapat menyesuikan diri manusia dapat digambarkan dalam
karakteristik sistem, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling
berhubungan antara unit unit fungsionil atau beberapa unit fungsionil yang
mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistim manusia dapat juga
dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback, dan Output.
a. Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri: yaitu
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam
diri individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus
yang masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang
berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya
stimulus yang dapat ditoleransi oleh manusia.
b. Mekanisme Koping.
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen; 1995). Manusia
sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme
koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Mekanisme koping
bawaan dan dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki,
umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa
dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang
dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran
atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan
berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap
stimulus yang dihadapi.
7

Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam


batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”.
Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan
kontribusi yang sesuai dengan tujuan “human system.
Dua Mekanisme Coping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistim
Regulator dan Susbsistim Kognator. Regulator dan Kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor
atau cara penyesuaian diri yaitu: Fungsi Phisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan Interdependensi. (Baca Poin 1.4: Sistem Regulator dan
Kognator)
c. Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive
adalah respon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon
maldaptive (tidak dapat menyesuaikan diri). Respon-respon yang
adaptive itu mempertahankan atau meningkatkan intergritas,
sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui
proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input
(masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang
berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif
atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika
pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah
keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).
d. Subsistem Regulator dan Kognator
Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan
dengan perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan
Biologis, Psikhologis dan social. Subsistim Regulator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf, kimia
tubuh, dan organ endokrin. Subsistim regulator merupakan mekanisme
kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus
8

lingkungan. Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang


kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk
didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat
alasan dan emosional.
Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk diproses
oleh subsistim Regulator dan Cognator. Respon-respon susbsistem
tersebut semua diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada
manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan Interdependensi (Kozier, Erb, Blais,
Wilkinson;1995).
Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:
1) Perubahan Fungsi Fisiologis
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis
untuk mempertahankan keseimbangan.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin
(kelenjar adrenal bagian korteks mensekresikan kortisol atau
glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan epenefrin dan non
epinefrin), sirkulasi dan oksigen
2) Perubahan konsep diri
Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup
persepsi, perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan
mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.
3) Perubahan fungsi peran
Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran
seseorang.
Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.
4) Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-
masing komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.
9

Contoh : kecemasan berpisah.


Cara penyesuaian diri diatas ditentukan dengan menganalisa dan
mengkatagorikan perilaku manusia, dimana perilaku tersebut
merupakan hasil dari aktivitas Kognator dan Regulator yang
diobservasi.
Kebutuhan dasar untuk intergritas yang mencakup : Intergritas Fisik,
Psikhologis dan Sosial. Proses persepsi ditemukan baik dalam
subsistim regulator maupun dalam subsistem kognator dan
digambarkan sebagai proses yang menghubungkan dua subsistem
tersebut. Input-input untuk regulator diubah menjadi persepsi. Persepsi
adalah proses dari kognator dan respon-respon yang mengikuti sebuah
persepsi adalah Feedback baik untuk kognator maupun Regulator.
Secara keseluruhan konsep manusia sebagai sistim Adaptive dapat
digambarkan dengan skema pada Gambar 1 dibawah ini.
2. Stimulus.
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus
(stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan
diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). “Stimuluis Internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman,
kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External
dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu
sebagai ancaman”(dikutip oleh Nursalam;2003).
3. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang
tergambar dalam 3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3)
kompromi. Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang
terbentuk dari stimulus. Stimulus merupakan masukan (Input) bagi manusia
sebagai sistem yang adaptif. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan
10

menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain: 1) stimulus fokal, 2) stimulus


kontektual, dan 3) stimulus residual.
a. Stimulus Fokal
Yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit
dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab
terjadinya infeksi
b. Stimulus Kontektual.
Yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor
presipitasi) seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat
langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh,
lingkungan yang tidak sehat.
c. Stimulus Residual
Yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat
mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan
Faktor Predisposisi, sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi
pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.
4. Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)
Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan integrasi secara keseluruhan . Integritas atau keutuhan
manusia meyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi
tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan
tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi intergrasi adalah sehat
sebaliknya kondisi tidak ada integrasi adalah kurang sehat.
Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk
penekanan pada kondisi baik. Dalam model adaptasi keperawatan konsep
sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang tidak
memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan
manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Mengurangi dan tidak
menggunakan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan
mempertinggi kesehatan, ini adalah pembebasan energi yang dihubungkan
11

dengan konsep adaptasi dan kesehatan. Adaptasi adalah komponen pusat


dalam model adaptasi keperawatan didalamnya menggambarkan manusia
sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri . Adaptasi dipertimbangkan
baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses
adaptasi termasuk fungsi holistik untuk mempengaruhi kesehatan secara
positif dan itu meningkatkan integritas.
Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan
dan dua bagian proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan
perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan
sebuah respon. Perubahan-perubahan itu adalah stressor-strassor atau
stimulus focal dan ditengahi oleh faktor-faktor kontekstual dan residual.
Bagian bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress,
bagian kedua dari stress adalah nekanisme koping yang merangsang
menghasilkan respon adaftif atau inefektif . Produk adaptasi adalah hasil
dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang
meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi: kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan pengeuasaan yang disebut Intergritas. Kondisi akhir ini
adalah kondisi keseimbangan dinamik yang meliputi peningkatan dan
penurunan respon respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh
tingkat adaptasi, sehingga keseimbangan dinamik dari manusia berada pada
tingkat yang lebih tinggi.
Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya
manusia sebagai adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada
tingkat-tingkat yeng lebih tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi
kemudian disebut adalah suatu fungsi dari stimulus yang masuk dan
tingkatan adaptasi lebih spesifik, fungsi yang lebih tinggi antara stimulus
fokal dan sistim adaptasi.
5. Keperawatan.
Roy menggambarkan keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek .
Sebagai ilmu, keperawatan “mengobservasi,mengklasifikasi dan
12

menghubungkan “ proses yang secara positif berpengaruh pada status


kesehatan (1983) Sebagai disiplin praktek keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan secara ilmiah untuk menyediakan pelayanan pada
orang-orang (1983) Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai
ilmu dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk tujuan mempengaruhi
kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan
kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Jadi model
adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan
tersebut. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan
dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh kehidupan
manusia yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban
terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi.
Ketika stressor yang tidak biasa (focal stimulus) atau koping mekanisme
yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak
efektif manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus,
bagaimanapun diinterpretasi untuk memberi arti bahwa aktivitas tidak
hanya diberikan ketika manusia itu sakit . Roy menyetujui pendekatan
holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan
keadaan baik dan tingkat fungsi yang tinggi . Keperawatan terdiri dari dua
yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan . Tujuan keperawatan
adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi
peningkatan adaptasi dalam tiap 4 cara menyesuaikan diri : yaitu fungsi
fisiologi, konsep diri , fungsi peran dan interdependensi.
6. Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan.
Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan
konsep-konsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan
adalah manusia sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus dari
lingkungan internal dan eksternal. Stimulus-stimulus ini mungkin berada
13

dalam area atau di luar area adaptasi manusia dan subsistem regulator dan
kognator digunakan untuk mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan
4 cara penyesuaian diri. Saat stimulus jatuh dalam area adaptasi manusia,
respon adaptif akan terjadi dan energi dibebaskan untuk berespon terhadap
stimulus lain. Dalam hal ini meningkatkan integritas atau kesehatan.
Keperawatan mendorong adaptasi melalui penggunaan proses keperawatan
dengan tujuan meningkatkan kesehatan.

C. Aplikasi teori Callista Roy


Ca Colon atau kanker kolorektal adalah penyakit keganasan pada daerah
kolon, sekum, kolon ascenden – descenden hingga sigmoid dengan prognosis
tidak jelas dan seringkali tanpa gejala awal. Penyebab pasti belum diketahui
namun sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor resiko terjadinya Ca Colon
seperti pola makan yang salah, obesitas, riwayat penyakit kanker pada keluarga,
usia lebih dari 50 tahun, stress, jarang beraktivitas fisik
Di Indonesia, Ca colon merupakan salah satu penyakit sangat menakutkan
tahun 2003 – 2007 ditemukan jumlah penderita Ca colon usia dibawah 40 tahun
meningkat (28, 17%) dengan stadium sudah lanjut. Ca colon penyebab utama
urutan ke-2 kematian akibat berbagai jenis karsinogenik, data kematian 57.405
tahun 1993 dan diperkirakan meningkat tahun 1998 mencapai 56.500. Banyak
kasus Ca colon akhirnya mempunyai kolostomi dan perpaduan antara kolostomi
dan kakeksia yang dapat menimbulkan tantangan signifikan dalam hal perawatan
Menurut Potter & Perry menjelaskan tentang Sister Calista Roy
memandang manusia sebagai suatu sistem adaptasi. Model konseptual adaptasi
Roy ini memiliki empat elemen penting yaitu manusia, lingkungan, kesehatan
dan keperawatan . Teori Adaptasi Calista Roy menekankan kemampuan
seseorang dapat beradaptasi dengan perubahan status kesehatan . Dalam
kehidupan akan ada kesenjangan dalam beradaptasi tidak lepas juga pada
penderita Ca Colon.
14

Banyak penderita Ca Colon yang sulit beradaptasi dengan pola hidup baru,
seperti minum obat rutin dengan ukuran obat yang besar dan jumlah banyak. Ada
beberapa alasan dari penderita Ca Colon yang tidak mau menjalani program
pengobatan berupa tindakan operasi atau pembuatan stoma usus karena malu.
Bagi penderita Ca Colon yang tidak dapat beradaptasi dengan kondisinya akan
memiliki dampak penyakit yang diderita akan semakin parah . Serta akan muncul
pula rasa kurang percaya diri terhadap dirinya, tidak mau berinteraksi dengan
masyarakat dan bergantung pada orang lain karena penyakit yang diderita
Penelitian dilakukan di Komunitas paliatif Wilayah kerja Dinas Kesehatan
kota Surabaya. Waktu penelitian bulan Agustus – September 2019. Populasi pada
penelitian ini yaitu penderita Ca Colon berjumlah 30 penderita. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian pra eksperimen dan analitik dengan rancangan
One-Group PraTest-posttest Design . Sample penelitian adalah pasien Ca Colon
di Komunitas paliatif Surabaya Sampel penelitian sebanyak 30 responden dengan
teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan panduan
wawancara yang dianalisis menggunakan uji statistik Wilcoxon . Data diperoleh
melalui teknik wawancara menggunakan kuisoner ke responden sebelum
dilakukan intervensi dan setelah intervensi. Proses intervensi pendampingan ke
responden yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu dibantu beberapa team
peneliti dengan kunjungan rumah 2-4 kali.
Berdasarkan variabel jenis kelamin pada responden prosentase yang
terbanyak perempuan 73,3% dan protesentase laki-laki 26,7%. Berdasarkan usia
56-65 tahun merupakan persentase terbesar pada responden yaitu 37,5 %. Tabel
2. Presentase terbesar pada responden sebelum dilakukan intervensi berdasarkan
adaptasi yang dimiliki yaitu cukup 70% dengan stimulus kontekstual 90%.
Presentase responden sebelum dilakukan intervensi dengan adaptasi kurang
16,7% dengan stimulus kontekstual 31,3%.
Presentase terbesar pada responden setelah dilakukan intervensi
berdasarkan adaptasi yang dimiliki yaitu cukup 70% dengan stimulus residual
15

100%. Presentase responden setelah dilakukan intervensi dengan adaptasi Baik


16,7% dengan stimulus fokal 36,4%
Analisis faktor pengaruh caring pada Adaptasi penderira Ca Colon
Berdasarkan uji statistik wilcoxon pada tabel 2 dan 3 mengenai adaptasi pada
penderita Ca Colon sebelum dan sesudah intervensi caring perawat yang
diberikan menunjukkan hasil adaptasi yang bermakna secara statistik (nilai
p<0,05).

D. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy


Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori
sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih
menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat
atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep
lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji
respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep
diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa
mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan
residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan
akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang
hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan
effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan
dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy
ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan
masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan
bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga
seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor
bagi para pasiennya.
16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal
balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out
come ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik dari
seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “
roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system dan
disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk
perawat dalam menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian.
Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai
sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik
yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran
informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan
lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal.
Dalam menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya
dan selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu
pengetahuan dan seni merawat
B. Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari
setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu
membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan
itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien
pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk
memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan
melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus
17

mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan


melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap
mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga.
Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana
meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya
akibat adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya,
seseorang yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan.
Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien
harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam
dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah
untuk diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat
bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal.
18

DAFTAR PUSTAKA

George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice),
Fourth Edition. USA : Appleton & Lange.
Mariner, A.(1998). Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia:
Lippincott: Raven Publisher.
Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square
London, William Heinemann Medical Book.
Tomey and Alligood M.R (2006). Nursing theoriest, utilization and application.
Mosby : Elsevier.
Tomey Ann Marriner and Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work.
Ed. USA : Mosby Inc.
“makalah keperawatan” di ambil pada 1 Desember 2017 dari
http://lindamariani.blogspot.co.id/2013/05/makalah-tentang-konsep-dan-
teori_27.html

Anda mungkin juga menyukai