KOTA SORONG
Disusun Oleh :
Yoana Pricilia Rumangkang
(2021080680)
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
“M” Umur 30 Tahun G3P2A0 Di Ruang VK Puskesmas Sorong Barat, Kota Sorong
Sorong,…...Agustus 2022
Mahasiswi,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, saya dapat
Dalam penyusunan asuhan kebidanan ini, banyak pihak yang telah membantu
dalam memberikan dukungan serta bimbingan kepada saya. Oleh karena itu saya menggucap
Penulis menyadari banyak hal yang perlu ditambah dalam penyusunan asuhan
kebidanan ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga
asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi semua.
Sorong, Agustus 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Pengertian ......................................................................................................... 5
2.2 Etiologi .............................................................................................................. 5
2.3 Tanda Gejala .................................................................................................... 15
2.4 Pathway/Pohon Masalah ................................................................................. 18
2.5 Dampak/Akibat ................................................................................................ 19
2.6 Penatalaksanaan .............................................................................................. 24
2.7 Askeb Teori Kasus SOAP ............................................................................... 32
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................ 41
3.1 PENGKAJIAN DATA ..................................................................................... 41
3.2 ANALISA DATA ............................................................................................. 47
3.3 PENATALAKSANAAN .................................................................................. 48
BAB IV IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN MASALAH .......................... 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 54
5.1 SIMPULAN ...................................................................................................... 54
5.2 SARAN .............................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 56
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... 58
DAFTAR LAMPIRAN
iv
Lampiran 1 Lembar Konsultasi ............................................................................... 58
Lampiran 3Patograf................................................................................................... 60
v
BAB I
PENDAHULUAN
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok
rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Sehingga penilaian
terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk
dilakukan (Kemenkes, 2016).
Menurut Word Health Organisation (WHO), Angka Kematian ibu (AKI) adalah
jumlah kematian ibu di perhitungkan terhadap 100.000 kelahiran hidup (KH) sedangkan
angka kematian bayi (AKB) adalah angka kematian bayi sampai umur 1 tahun terhadap
1000 KH (Kemenkes, 2016).
Penyebab kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa
nifas dan kematian ibu tidak langsung disebabkan oleh penyakit yang sudah ada atau
penyakit yang timbul sewaktu kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan
penyakit kadiovaskuler. Penyebab kematian bayi yaitu asfiksia, infeksi/sepsis, trauma
lahir, berat bayi lahir rendah (BBLR), dan sebab-sebab lain (Prawirohardjo, 2016).
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menurunkan AKI dan AKB
yaitu meluncurkan program Expending Maternal and Neonatal Survival (EMAS) yang
bertujuan untuk menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan cara : 1) meningkatkan kualitas
pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONED
dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED dan 2) memperkuat sistem rujukan yang efisien
dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit (Kemenkes, 2016).
1
2
Persentase peserta KB aktif terhadap pasangan usia subur di Indonesia pada tahun
2016sebesar 74,8%.Sebagian besar Peserta KB Baru maupun Peserta KB Aktif memilih
suntikan danpil sebagai alat kontrasepsi. Namun demikian perlu diperhatikan tingkat
efektifitas suntikan danpil dalam pengendalian kehamilan dibandingkan jenis kontrasepsi
lainnya(Kemenkes, 2016).
Asuhan yang dilakukan pada Ny.M di Puskesmas Sorong Barat, Kota Sororng
dengan persalinan normal adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik pada Ny.M,
mengobservasi dan memantau kondisi dan keadaan ibu serta janinnya,
mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang diberikan pada Ny.M guna dapat
mengidentifikasi sedini mungkin masalah potensial yang mungkin terjadi sehingga dapat
melaksanakan penatalaksanaan secara menyeluruh pada Ny.M
Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik dengan pengambilan kasus asuhan
kebidanan persalinan normal pada Ny.M di Puskesmas Sororng Barat, Kota Sororng.
3
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalamasuhan kebidanan ini
adalah “Bagaimana asuhan kebidanan persalinan normalpada Ny.M di Puskesmas Sorong
Barat, Kota Sororng”.
1.3 Tujuan
Umum
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.M umur 30 tahun G3P2A0, hamil 39
minggu, diharapkan mahasiswi dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh
pada Ny.M
Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian data secara lengkap pada Ny.M di Puskesmas Sororng
Barat, Kota Sorong
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin timbul pada
Ny.M di Puskesmas Sororng Barat, Kota Sorong.
5. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang diberikan pada Ny.M di
Puskesmas Sororng Barat, Kota Sororng.
1.4 Manfaat
Manfaat Teoritik
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Tugas Asuhan Kebidanan Stase I di
Program Studi Profesi Bidan STIKES Husada Jombang.
4
Manfaat Praktis
1. Manfaat Ilmiah
Dari hasil pendokumentasian Asuhan Kebidanan ini dapat menjadi sumber informasi
dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penyusunan
ASKEB persalinan normal selanjutnya.
3. Bagi Penulis
4. Bagi Klien
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Kuswanti, 2016).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Nurasiah, 2016).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Wiknjosastro, 2015).
Persalinan merupakan proses pergerakan janin, plasenta, dan membran dari dalam
rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai
akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula
kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya
pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu.
Persalinan adalah saat yang menegangkan, menggugah emosi, menyakitkan, dan
menakutkan bagi ibu maupun keluarga (Rohani, 2016).
2.2 Etiologi
A. Konsep Dasar Asuhan Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dari dalam uterus ke dunia luar.
Persalinan mencakup proses fisilogis yang memungkinkan serangkaian perubahan
yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinya melalui jalan lahir. Persalinan
dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin
(Jannah, 2016).
Menurut Rohani (2016), Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin,
plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir yang berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks oleh kekuatan his.
1. Tujuan Asuhan Persalinan :
5
6
sakit, kontraksi ini bersifat involunter yang bekerja dibawah kontrol saraf.
Kontraksi berawal dari fundus, kemudian menyebar kesamping dan ke bawah.
Kontraksi terbesar dan terlama adalah dibagian fundus, namun pada
puncaknya kontraksi dapat mencapai seluruh bagian uterus
b) Serviks
Kala I persalinan ditandai dengan perubahan serviks secara progresif. Kala I
dibagi menjadi fase laten dan dase aktif. Fase laten berlangsung mulai dari
pembukaan serviks 0 cm sampai 3 cm. Pada fase ini, kontraksi uterus
kontraksi berlangsung 10-20 menit selama 15-20 detik. Fase aktif dimulai
pembukaan serviks 4 cm sampai 10 cm. Pada fase ini, kontraksi uterusmenjadi
efektif. Di fase aktif kontraksi berlangsung 2-3 menit sekali selama 60 detik.
c) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus, sistol meningkat 15 mmHg
dan diastole meningkat 5-10 mmHg.Tekanan darah di antara kontraksi
kembali normal seperti sebelum persalinan.Rasa sakit, takut, dan cemas dapat
juga meningkatkan tekanan darah.
d) Jantung
Pada setiap kontraksi 400ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke
dalam systemvaskuler ibu, hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung
sebesar 10-15%.
e) Suhu Tubuh
Suhu tubuh dapat sedikit naik (0,5-10C) selama persalinan dan segera turun
setelah persalinan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan metabolism
dalam tubuh.
f) Sistem Pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik meningkat dan pemakaian oksigen terlibat dari
peningkatan frekuensi pernapasan.Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis
respiratorik (pH meningkat), hipoksia, dan hipokapnea (CO2 menurun).
g) Psikologis
Seorang wanita yang sedang dalam masa persalinan mengalami perubahan–
perubahan fisiologisdan psikologis yang bermacam-macam, Pada fase laten
biasanya ibu merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera
berakhir. Pada fase aktif rasa khawatir ibu semakin meningkat. Kontrasi
menjadi semakin kuat dan frekuensinya semakin sering. Dalam keadaan ini
9
ibu ingin didampingi orang lain karena takut tidak mampu beradaptasi dengan
kontraksinya.
2. Perubahan Fisiologis Kala II
Menurut Walyani, Purwoastuti, (2016) perubahan fisiologis kala II yaitu :
a) Uterus
Perbedaan keadaan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim
(SBR) tampak lebih jelas. SAR dibentuk oleh korpus uteri dimana dndingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sedangkan SBR dibentuk oleh
isthimust uteri yang sifatnya makin tipis disebabkan oleh regangan. Dengan
kata lain SAR dan SBR mengadakan relaksasi dan dilatasi.
b) Serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap,
pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim
(SBR), dan serviks.
c) Vagina dan Dasar Panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi perubahan
terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin
sehingga menjadi saluran yang dindingnnya tipis sampai ke vulva, lubang
vulva menghadap kedepan atas, anus menjadi terbuka, perineum menonjol dan
tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva
3. Perubahan Fisiologis Pada Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit.Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya.Biasanya plasenta lepas daalam 6 menit-15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.Pengeluaran
plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.Komplikasi yang dapat timbul pada
kala II adalah perdarahan akibat atonia uteri, retensio plasenta, dan tanda gejala
tali pusat (Walyani, Purwoastuti, 2016).
4. Perubahan Fisiologis Pada Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir.Hal
yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali dalam
bentuk normal.Hal ini dapat dilakukan dengan masase.Perlu dipastikan bahwa
plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada tersisa dalam uterus serta bener-bener
10
4) Pemeriksaan Vagina :
Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban penurunan dan molase;
anggota tubuh janin yang sudah teraba.
5) Pemeriksaan Penunjang :
Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain; darah: Hb,
BT/CT, dan lain-lain.
6) Perubahan Psikososial :
Perubahan prilaku; tingkat energi; kebutuhan dan dukungan
b) Fase Aktif
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih), serviks membuka dari 4 cm
ke 10 cm, biasanya kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan
lengkap (10 cm) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Pemantauan
kala 1 fase aktif persalinan :
1) Penggunaan Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :
Kesejahteraan janin : denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna
air ketuban (setiap pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap
pemeriksaan dalam).
Kemajuan persalinan : frekuensi dan lamanya kontraksi uterus
(setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan
kepala (setiap 4 jam).
Kesejahteraan ibu : nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan
temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein
(setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum (Prawirohardjo, 2016).
12
Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit setelah bayi lahir,
dan setelah dipastikan kehamilan tunggal.
Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
melahirkan buah kehamilannya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah
seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wiknjosastro,
2016).
Kehamilan pada multigravida mengandung lebih banyak resiko dari pada kehamilan
pada anak pertama maupun kedua, baik Ibu maupun bayi.Karena seringnya
melahirkan maka multigravida akan menimbulkan :
1. Kelainan letak karena dinding uterus atau perut yang longgar.
2. Kesehatan terganggu karena gangguan anemia atau kurang gizi
3. Kekendoran dinding Rahim
4. Gangguan kardiovaskuler, misalnya kelainan jantung atau hipertensi.
5. Kelainan endokrin, misalnya diabetes mellitus, hiperthiroid.
6. Plasenta previa, karena dinding uterus di daerah fundus dan korpus telah pernah
dilekati plasenta, sehingga sekarang plasenta melekat di bawah.
7. Solutio plasenta
8. Ruptur uteri
9. Kelemahan his
10. Perut menggantung
11. Persalinan yang lama
12. Perdarahan pasca persalinan
13. Pada masa nifas atau kala IV kemungkinan terjadi :
Atonia uteri
persalinan yaitu:
1. Bayi “Turun”
Salah satu tanda-tanda melahirkan yang biasanya terjadi pada kehamilan pertama,
yaitu ibu mulai merasakan bayi turun ke panggul. Pertanda ini biasanya terjadi sekitar
dua hingga empat minggu sebelum persalinan terjadi, meski tidak pasti.
Gejala ini jarang dirasakan wanita yang sudah melahirkan lebih dari sekali. Bayi yang
menurun ke perut bawah ini dapat membuat ibu bernapas lebih legah karena fundus
tak lagi menghimpit diafragma ibu.
2. Leher Rahim Membesar
Saat akan melahirkan, pertanda lainnya yang perlu diketahui adalah adanya
pembesaran pada rahim. Bagian intim wanita tersebut mulai melebar dalam hitungan
hari atau minggu sebelum melahirkan.
3. Kram dan Nyeri Punggung Meningkat
Ibu mungkin saja merasakan tanda berupa kram dan nyeri di punggung bawah hingga
selangkangan saat persalinan semakin dekat. Tanda-tanda melahirkan ini biasanya
terjadi pada wanita yang baru pertama kali akan melahirkan. Hal ini terjadi akibat otot
dan persendian akan meregang dan bergeser sebagai persiapan untuk kelahiran.
4. Sendi Terasa Lebih Longgar
Ibu juga dapat mengalami sendi yang terasa lebih longgar sebagai tanda-tanda
melahirkan. Hal ini disebabkan hormon relaxin yang membuat ligamen sedikit
mengendur. Sebelum melahirkan, beberapa wanita merasakan jika beberapa bagian
sendi di tubuh terasa lebih rileks. Ini memang dibutuhkan untuk membuka panggul
agar bayi lebih mudah untuk dilahirkan.
5. Diare
Diare juga termasuk salah satu tanda-tanda akan melahirkan pada wanita hamil. Hal
ini sama seperti otot-otot lainnya yang mengendur, rektum juga mengalaminya.
Dengan begitu, kondisi ini menyebabkan diare. Hal ini sangat normal dan seharusnya
ibu perlu bahagia karena hari yang ditunggu-tunggu semakin dekat.
6. Berhenti Mengalami Penambahan Berat Badan
Kenaikan berat badan sering kali berkurang pada akhir kehamilan. Beberapa calon ibu
bahkan kehilangan beberapa kilogram. Faktanya, hal ini normal dan tidak akan
memengaruhi berat lahir bayi. Berat bayi masih bisa bertambah, tetapi bobot ibu turun
16
karena tingkat cairan ketuban yang lebih rendah, lebih banyak buang air, dan bahkan
mungkin akibat peningkatan aktivitas.
7. Sulit Tidur
Ibu juga dapat mengalami kesulitan untuk tidur sebagai tanda-tanda akan melahirkan.
Perut yang semakin besar disertai kandung kemih yang terkompresi dapat membuat
tidur menjadi sulit hingga persalinan terjadi.
Maka dari itu, saat ada waktu dan kesempatan untuk tidur, pastikan untuk
melakukannya agar tubuh tetap sehat dan cukup energi saat melahirkan.
Sementara itu, saat persalinan semakin dekat, sekitar beberapa hari atau bahkan beberapa
jam, tanda-tandanya antara lain:
1. Kehilangan Sumbat Lendir dan Perubahan Keputihan
Tanda-tanda melahirkan yang semakin dekat yang pertama adalah hilangnya sumbat
lendir atau sumbat gabus yang menutup rahim dari dunia luar. Pertanda ini dapat
keluar dalam jumlah yang banyak dan terlihat mirip dengan lendir di hidung. Meski
begitu, ada wanita yang tidak mengalaminya hingga waktunya melahirkan.
Keputihan yang semakin tebal dan pekat disertai jumlah yang terus meningkat juga
dapat menjadi tanda jika melahirkan sudah semakin dekat. Jika keputihan sudah
berwarna merah muda, disebut juga gejala berdarah, merupakan indikasi yang baik
apabila persalinan akan segera terjadi.
2. Kontraksi Lebih Sering
Kontraksi adalah tanda tanda melahirkan yang aktif. Ibu dapat mengalami kontraksi
Braxton Hicks (atau "kontraksi latihan") selama berminggu-minggu bahkan berbulan-
bulan sebelum melahirkan. Ibu akan merasakan tekanan mereka saat otot-otot di
rahim menegang sebagai persiapan untuk momen besar mereka yakni mendorong bayi
keluar.
cara membedakan kontraksi palsu dan tidak? Perhatikan tanda-tanda nyata sebagai
berikut:
Jika ibu mengubah posisi, kontraksi persalinan tidak akan hilang, tetapi kontraksi
palsu atau Braxton Hicks sering hilang.Kontraksi nyata berkembang menjadi lebih
sering dan menyakitkan seiring berjalannya waktu, dan sering kali jatuh ke dalam
pola yang teratur.Masing-masing tidak selalu lebih menyakitkan atau lebih lama dari
yang sebelumnya, tetapi intensitasnya cenderung meningkat seiring berjalannya
17
Tanda-tanda Inpartu
Proses Persalinan
2.5 Dampak/Akibat
Distosia atau yang dimaksud sebagai persalinan macet (prolonged labor) adalah
komplikasi melahirkan ketika total waktu melahirkan lama. Waktu yang dihabiskan
mulai dari awal pembukaan, sampai bayi keluar terbilang cukup lama dari waktu
normalnya. Menurut American Pregnancy Association, persalinan dikatakan tidak
maju jika berlangsung lebih dari 20 jam untuk pengalaman melahirkan yang
pertama.Sementara jika sebelumnya ibu sudah pernah melahirkan, komplikasi
persalinan tidak maju yakni ketika memakan waktu lebih dari 14 jam.Distosia dapat
ditangani dengan pemberian induksi persalinan, tindakan forceps, episiotomi (gunting
vagina), maupun operasi caesar.
2. Cephalopelvic Disproportion
Cephalopelvic disproportion adalah penyulit persalinan saat bayi sulit lahir melewati
panggul ibu karena ukurannya yang terlalu besar. Komplikasi persalinan
cephalopelvic disproportion (CPD) bisa terjadi ketika ukuran kepala bayi yang terlalu
besar atau panggul ibu yang terlalu kecil. Ukuran panggul ibu yang kecil tidak
menjadi masalah bila ukuran kepala bayi juga tidak terlalu besar.Penanganan CPD
biasanya dilakukan dengan operasi caesar karena persalinan normal sudah tidak
memungkinkan.
Selama dalam kandungan, tali pusat (tali pusar) merupakan tumpuan hidup bayi.Tali
pusat bertugas untuk mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke tubuh bayi agar
dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu. Terkadang selama proses
melahirkan, tali pusat dapat masuk ke dalam leher rahim atau serviks terlebih dulu
sebelum setelah air ketuban pecah. Tali pusat bahkan bisa keluar lebih dulu melalui
vagina dibandingkan bayi sehingga menyebabkan komplikasi saat persalinan.Kondisi
ini disebut dengan prolaps tali pusat.Komplikasi persalinan prolaps tali pusat ini tentu
sangat berbahaya bagi bayi.Ini karena aliran darah pada tali pusat bisa terhambat atau
bahkan terhenti.Pastikan ibu segera mendapatkan penanganan medis sedini mungkin
saat komplikasi persalinan ini terjadi.
Posisi janin di dalam kandungan tidak selalu diam dan tenang.Kadang kala, bayi bisa
bergerak dan berganti posisi sehingga membuat tubuhnya terlilit tali pusatnya
sendiri.Janin terlilit tali pusat sebenarnya bisa terlepas dengan sendirinya berkali-kali
selama kehamilan.Namun, tali pusat yang melilit bayi selama proses persalinan dapat
menimbulkan komplikasi.Ini karena aliran darah untuk bayi bisa terganggu sehingga
membuat denyut jantung bayi menurun secara tiba-tiba (variable
decelerations).Penyebab janin terlilit tali pusat juga bisa karena ukuran tali pusat yang
terlalu panjang, strukturnya lemah, dan tidak dilindungi lapisan jeli yang
cukup.Hamil dan melahirkan anak kembar juga kerap menjadi penyebab tali pusat
melilit tubuh bayi.Jika detak jantung bayi terus memburuk selama persalinan dan bayi
menunjukkan tanda bahaya lainnya, melahirkan dengan operasi caesar bisa jadi jalan
keluar terbaik untuk mengatasi komplikasi persalinan ini.
Emboli air ketuban adalah kondisi ketika sel-sel janin, air ketuban, dan lainnya masuk
ke dalam aliran darah ibu melalui plasenta.Komplikasi atau penyulit persalinan ini
kemungkinan terjadi karena penghalang plasenta mengalami kerusakan akibat
luka.Sebenarnya, air ketuban yang masuk ke aliran darah ibu jarang mengakibatkan
masalah.Itulah mengapa emboli air ketuban termasuk tanda bahaya persalinan yang
jarang sekali terjadi.
Asfiksia perinatal adalah kompliksi persalinan ketika bayi tidak mendapatkan cukup
oksigen di dalam kandungan selama proses melahirkan berlangsung maupun
setelahnya.Asfiksia merupakan salah satu komplikasi melahirkan yang dapat
berakibat fatal.Selain karena kadar oksigen yang rendah, bayi juga bisa mengalami
komplikasi persalinan berupa asfiksia perinatal karena peningkatan kadar karbon
dioksia.Dokter biasanya melakukan penanganan segera untuk kasus asfiksia perinatal
dengan memberikan oksigen kepada ibu dan operasi caesar.Setelah
melahirkan,pengobatan juga akan tetap dilakukan misalnya dengan memberikan
pernapasan mekanis maupun perawatan lainnya pada bayi.
Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi saat pasokan oksigen bayi selama
persalinan dan setelahnya tidak tercukupi.Sekilas, gawat janin terlihat serupa dengan
asfiksia perinatal.Hanya saja, gawat janin menandakan bahwa janin sedang berada
dalam kondisi yang tidak baik di kandungan ibu.Itu sebabnya, gawat janin dikatakan
sebagai status atau kondisi janin yang mengkhawatirkan.Selain kadar oksigen bayi
yang tidak tercukupi, gawat janin juga bisa disebabkan oleh bayi berukuran kecil dan
usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu.Pertumbuhan janin yang terhambat atau
intrauterine growth retardation (IUGR) juga turut andil sebagai penyebab gawat janin.
Tanda bahaya persalinan ruptur uteri atau rahim robek kemungkinan bisa terjadi bila
ibu sebelumnya pernah melakukan operasi caesar.Kondisi ini terjadi ketika bekas
luka tersebut terbuka di persalinan normal berikutnya.Di samping mengakibatkan
komplikasi persalinan berupa perdarahan hebat pada ibu, bayi di dalam kandungan
juga berisiko mengalami kekurangan oksigen.Dalam kondisi ini, dokter biasanya
akan menganjurkan untuk segera melakukan operasi melahirkan caesar.Itu sebabnya,
ibu yang berencana untuk melahirkan normal setelah caesar sebaiknya selalu
berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.Dokter dapat melakukan serangkaian
pemeriksaan dan kemudian menentukan keputusan terbaik setelah melihat kondisi ibu
dan bayi.
Sindrom aspirasi mekonium adalah masalah yang terjadi saat bayi minum air ketuban
yang bercampur mekonium sebelum, saat, atau setelah kelahiran.Mekonium atau
feses pertama bayi yang bercampur bersama air ketuban ini dapat membuat bayi
keracunan bila terminum terlalu banyak.Normalnya, bayi memang minum air ketuban
selama berada di dalam kandungan.Namun, air ketuban tersebut bebas dari
mekonium sehingga tidak dapat dikatakan keracunan.Bayi yang mengalami stres
sebelum, saat, dan setelah proses kelahiran bisa menjadi penyebab terjadinya aspirasi
mekonium.
Sesuai dengan namanya, bayi sungsang terjadi saat bayi di dalam kandungan tidak
berada pada posisi yang seharusnya menjelang kelahiran.Posisi kepala bayi selama
kehamilan biasanya berada di atas dan kaki di bawah. Seiring berjalannya waktu,
posisi bayi akan memutar dengan kaki di atas dan kepala di bawah dekat dengan jalan
lahir. Perubahan posisi ini umumnya terjadi mendekati persalinan.Sayangnya, dalam
beberapa kasus, bayi dapat mengalami posisi sungsang alias tidak berada pada posisi
yang seharusnya menjelang hari kelahiran.Sebaliknya, posisi bayi sungsang membuat
kaki atau bokong bayi yang nantinya keluar lebih dulu disusul dengan
kepalanya.Posisi ini tentu dapat menyebabkan komplikasi persalinan yang berisiko
bagi bayi, khususnya bila ibu berencana melahirkan normal.
Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta tidak kunjung keluar dari rahim
setelah persalinan dalam kurun waktu lebih dari 30 menit.Padahal, plasenta
seharusnya keluar dari rahim karena tubuh ibu masih berkontraksi pasca
melahirkan.Penanganan retensio plasenta biasanya dilakukan dengan pemberian
suntikan untuk merangsang rahim berkontraksi. Bila dirasa tidak menunjukkan
perubahan, dokter mungkin akan menempuh prosedur operasi dengan pemberian
epidural atau anestesi.
23
Komplikasi persalinan lain yang bisa dialami ibu usai melahirkan yakni infeksi
postpartum. Infeksi postpartum disebabkan oleh hadirnya bakteri, entah itu pada
sayatan bekas operasi, rahim, kandung kemih, dan lainnya.Infeksi postpartum bisa
meliputi mastitis payudara, endometritis, infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi
pada bekasi sayatan operasi. Pengobatan untuk komplikasi persalinan, baik saat
melahirkan normal maupun operasi caesar, berupa infeksi postpartum akan
disesuaikan kembali dengan penyebabnya.
Kematian ibu saat maupun setelah melahirkan termasuk komplikasi persalinan yang
berakibat fatal.Penyebab ibu meninggal saat melahirkan maupun setelahnya yakni
karena adanya komplikasi atau masalah selama persalinan.Di sisi lain, kurang
meratanya persediaan fasilitas kesehatan dan sulitnya akses menuju fasilitaskesehatan
kerap membuat masalah yang dialami ibu tidak dapat ditolong dengan cepat. Hal
inilah yang menjadi salah satu penyebab angka kematian ibu hamil dan melahirkan
meningkat.
24
2.6 Penatalaksanaan
Asuhan persalinan adalah asuhan yang diberikan selama persalinan, dalam upaya
mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi (Rohani, dkk, 2017). Dalam asuhan persalinan terdiri dari
empat kala yaitu sebagai berikut :
Yaitu asuhan yang diberikan dimulai dari inpartu yang ditandai dengan keluarnya
lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar hingga
mencapai pembukaan lengkap (Rohani dkk, 2017).
4. Adanya tekanan pada spinter anus (teknus) sehingga ibu merasa ingin BAB
1. Pemantauan ibu
2. Pemantauan janin
Asuhan persalinan kala II, III, IV merupakan kelanjutan data yang dikumpulkan
dandievaluasi selama kala I yang dijadikan data dasar untuk menentukan
kesejahteraan ibu danjanin selama kala II, III, IV persalinan. Kala II persalinan
25
dimulai ketika pembukaan servikslengkap (10 cm) dan berakhir dari keluarnya
bayi, Kala III dari bayi lahir hingga plasentalahir dan Kala IV dimulai dari
lahirnya plasenta hingga 2 jam postpartum.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau untuk semua pemeriksaan dalam.
10) Memastikan Denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikanbahwa DJJ dalam batas normal(120–180kali/ menit)
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu Ibuberada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi Ibu untuk meneran.
(Pada saat adahis, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5–6 cm, letakkan
handuk bersihdi atas ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
17) Memakai sarung tangan DTT atau sterip pada kedua tangan
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5–6 cm, lindungi perineum
dengansatu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala
bayi dan lakukantekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
27
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau
kassa yangbersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dankemudian meneruskan segera proses kelahiranbayi :
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian
ataskepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, klem di dua tempat
danmemotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya.Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah
luar hingga bahu anteriormuncul di bawah arkus pubis kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arahluar untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada dibagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangantersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan
bayi saat melewati perineum,gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga
tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangananterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas(anterior)
daripunggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat pungggung kaki
lahir.Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran
kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di
atas perut ibudengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
28
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin IM.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukanurutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dariklem pertama (ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotongtali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kainatau selimut yangg bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusatterbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada bayinya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya danmemulai pemberian ASI jika ibu memghendakinya.
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untukmenghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10
unit I.M. digluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebihdahulu.
35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, danmenggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus.Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
pada bagianbawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30–40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan puting susu.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arahbawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskantekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5–10 cm dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15menit :
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
39) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
atau sterildan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tanganatau klem atau forseps desinfeksi tingkat tinggi
atau steril untuk melepaskan bagianselaput yang tertinggal.
30
40) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus,
meletakkantelapak tangan di fundus dan melakukan massase dengan gerakan
melingkar denganlembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)
41) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaputketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban
lengkap dna utuh.Meletakkan plasenta didalam kantung plastik atau tempat
khusus. Jika uterus tidakberkontraksi setelah melakukan massase selama 15
detik mengambil tindakan yangsesuai.
42) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasiyang mengalami perdarahan aktif.
44) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %;membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air desinfeksitingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang
bersih dan kering.
45) Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan talidesinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
46) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan
simpul matiyang pertama.
47) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.
53) Memriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satujam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama
pascapersalinan.
KALA I (dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi
lengkap).
Subjektif (S)
1. Pemeriksaan Abdomen
d) Menentukan presentasi
2. Pemeriksaan Dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, cuci tangan dengan sabun dan air
bersihdengan air yang menggalir, kemudian keringkan dengan haduk kering dan
bersih.
Minta ibu untuk berkemih dan mencuci daerah genetalia (jika ibu
belummelakukannya), dengan sabun dan air bersih. Pastikan privasi ibu selama
pemeriksaandilakukan.Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam :
b) Minta ibu untuk berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha
dibentangkan.
d) Gunakan kassa gulungan kapas DTT yang dicelupkan di air DTT. Basuh
labiamulai dari depan ke belakanguntuk menghindarkan kontaminasi feses.
f) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah adakah bercak darah pervaginam atau
mekonium
g) Pisahkan labio mayor dengan jari manis dan ibu jari dengan hati-
hati(gunakansarung tangan pemeriksa). Masukkan (hati-hati), jari telunjuk
yang diikuti jaritengah. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai
selesai dilakukan. Jikaselaput ketuban belum pecah, jangan lakukan
amniotomi (merobeknya karenaamniotomi sebelum waktunya dapat
meningkatkan resiko terhadap ibu dan bayiserta gawat janin.
i) Pastikan tali pusat atau bagian-bagian terkecil (tangan atau kaki) tidak teraba
padasaat melakukan periksa dalam.
j) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut
sudahmasuk kedalam rongga panggul.
3. Pemeriksaan Janin
a) Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 100 atau lebih
dari180 denyut permenit), curigai adanya gawat jain.
b) Posisi atau presentasi selain oksipu anterior dengan ferteks oksiput sempurna
digolongkan kedalam malposisi dan malpretasi.
c) Jika didapat kemanjuan yang kurang baik dan adanya persalinan yang lama,
sebaiknya segera tangani penyebab tersebut.
Assesment (A)
1. Sudah dalam persalinan (inpatu), ada tanda-tanda persalinan : pembukaan serviks >3
cm, his adekuat (teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik), lendir darah
dari vagina.
Contoh :
Planning (P)
Planning yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasiberdasarkan assessment. Di kala I pendokumentasian planning yaitu
1. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga pasien
atau teman dekat.
2. Mengatur aktivitas dan posisi ibu seperti posisi sesuai dengan keinginan ibu namun
bila ibu ingin ditempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan tidur dalam posisi terlentang
lurus.
3. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his seperti ibu diminta menarik napas
panjang, tahan napas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada
his.
4. Menjaga privasi ibu seperti penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan,
antaralain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuandan seizin pasien/ibu.
5. Penjelasan tentang kemajuan persalinan seperti perubahan yang terjadi dalam tubuh
ibu, sertaprosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
6. Menjaga kebersihan diri seperti memperbolehkan ibu untuk mandi, menganjurkan
ibumembasuh sekitar kemaluannya seusai buang air kecil/besar.
7. Mengatasi rasa panas seperti menggunakan kipas angin atau AC dalam kamar.
8. Masase, jika ibu suka, lakukan pijatan/masase pada punggung atau mengusap perut
denganlembut.
9. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong.
10. Sentuhan, seperti keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian tubuh
yangbertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian ibu selama proses persalinan
kuat.Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan kala II adalah
pasienmengatakan ingin meneran.
Objektif (O)
Data objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisikklien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fockus yang
mendukungassessment. Di kala II pendoumentasian data objektif yaitu Dilakukan
pemeriksaan dalamdengan hasil yaitu dinding vagina tidak ada kelahiran, portio tidak
teraba, pembukaan 10 cm(lengkap), ketuban negatif, presentasi kepala, penurunan bagian
terendah di hodge III, posisiubun-ubun kecil.
Assesment (A)
Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah potensial. Di Kala
IIpendokumentasian Assesment yaitu Ibu G1P0A0 (aterm,preterm,posterm) inpartu kala
II.
DiagnosisPersalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikanpembukan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm.
Planning (P)
Planning yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasiberdasarkan assessment. Di kala II pendokumentasian planning yaitu memantau
keadaan umumibu dengan observasi tanda-tanda vital menggunakan partograf, berikan
support mental, pimpinibu meneran, anjurkan ibu untuk minum dan mengumpulkan
tenaga diantara kontraksi, lahirkanbayi pervaginam spontan.Pada tahap ini pelaksanaan
yang dilakukan bidan adalah:
1. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar
merasanyaman dengan menawarkan minum atau memijat ibu.
2. Menjaga kebersihan ibu agar terhindar dari infeksi. Bila terdapat darah lendir atau
cairanketuban segera dibersihkan.
3. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
dengancara menjaga privasi ibu, menjelaskan proses dan kemajuan persalinan,
menjelaskantentang prosedur yang akan dilakukan, dan keterlibatan ibu.
4. Mengatur posisi ibu dan membimbing mengejan dengan posisi berikut:
jongkok,menungging, tidur miring, dan setengah duduk.
38
5. Mengatur posisi agar rasa nyeri berkurang, mudah mengejan, menjaga kandung
kemihtetap kosong, menganjurkan berkemih sesering mungkin, memberikan cukup
minum untukmemberi tenaga dan mencegah dehidrasi.
TINJAUAN KASUS
KOTA SORONG
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama : ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 9 bulan , mengeluh
kenceng-kenceng mulai jam 01.05 WiB, dan keluar cairan bercampur darah pada jam
02.30 WiB
41
42
2. Riwayat penyakit yang pernah diderita/kesehatan sekarang :ibu tidak mengidap HIV,
Hepatitis, IMS, dan Rapit Antigen Non Reaktif
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita dahulu dan pernah melakukan operasi dahulu : ibu
mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti hipertensi, asma, diabetes
melitus, dan jantung. Dan tidak pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis dan
TBC. Serta tidak pernah melakukan operasi seperti caesar, usus buntu, dan lain-lain
4. Riwayat kesehatan keluarga dahulu dan sekarang : ibu mengatakan keluarga tidak
mempunyai riwayat penyakit tertentu yang sedang di derita dulu maupun sekarang seperti
sakit jantung, ginjal, asma/TBC, hipertensi, diabetes, epilepsi, dan lain-lain
5. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28–30 hari
Lamanya :5-7 hari
Teratur/tidak : teratur
Warna : merah gelap
Bau : khas darah
Konsistensi : cair
Jumlah darah : 20–40 cc (1–2 kali ganti pembalut/hari)
b. Keluhan
Dismenorhea : ibu mengatakan iya
Flour albus : ibu mengatakan tidak
3 Hamil ini -
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Baik
BB sebelum hamil : 58 kg
BB saat periksa : 65 kg
Kenaikan BB : 7 kg
TB : 150 cm
TTV
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,6°C
RR : 20 x/menit
HPL : 18 Agustus 2022
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Rambut : Lurus, panjang, hitam, tidak berketombe, dan tampak
tipis
Muka : Bentuk lonjong dan simetris, tidak pucat, tidak ada
oedema, dan tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Bentuk simetris, konjungtiva tampak sedikit pucat,
sclera putih, penglihatan baik, dan tidak
ada pembengkakan pada kelopak mata
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada secret maupun polip
Telinga : Bentuk simetris, tidak ada serumen, keadaan bersih,
dan fungsi pendengaran baik
Mulut : Tidak ada kelainan bentuk pada mulut, tidak terdapat
stomatitis, dan tidak ada pembesaran tonsil
Gigi dan gusi : Keadaan gigi bersih, gusi nampak baik, tidak terdapat
pembengkakan, nampak sedikit caries pada gigi bagian
46
dalam
Leher : Nampak sedikit hiperpigmentasi pada daerah sekitar
leher, tidak ada massa dan tidak ada pembengkakan
vena jugularis
Payudara (kanan dan kiri)
Bentuk : Simetris kanan dan kiri.
Keadaan : Baik.
Puting susu : Menonjol kanan dan kiri.
Pengeluaran : Terdapat pengeluaran kolostrum
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada strie
gravidarum, ada linea nigra.
Genetalia :Tidak odem, tidak terdapat pembesaran kelenjar
bartholini
Ekstremitas atas : Tidak ada oedem, kuku tidak pucat
Ekstremitas bawah : Tidak ada oedem, tidak ada varises, kuku tidak pucat
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembengkakan vena jugularis, tidak
teraba pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Payudara
Rasa nyeri : Tidak ada.
Benjolan : Tidak teraba.
Abdomen
TFU : 30 cm
Leopold I : Pada bagian fundus teraba lunak, kurang bundar, tidak
melenting, kesan bokong.
TFU 3 jaridibawah PX (30 cm)
Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba lurus seperti papan
kesan punggung
Pada bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil janin kesan
ekstremitas
Leopold III : Pada bagian bawah teraba keras, bulat, dan melenting
47
kesan kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (Divergen)
His : 4 kali dalam 10 menit durasi 45 detik
TBJ : 30-11x155 = 2.945 gram
c. Auskultasi
Abdomen
DJJ : 134 x/menit
d. Perkusi
Reflek patella :+
3. Pemeriksaan dalam
Luka parut vulva/vagina : Tidak terdapat luka parut pada vulva/vagina
Pembukaan : 8 cm
Effecement : 75%
Ketuban :-
Bagian terendah : Kepala
Denominator : UUK
Penurunan hodge : Hodge III
Penyusupan kepala :0
4. Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 13 Januari 2022
HB : 11,9 gr/dl
Reduksi urine : NR
Albumin : NR
USG :30-06-2022 : Janin Tunggal, Hidup, Intra uterine, let kep,
UK 33 minggu, Plasenta posterior, Kelainan mayor (-)
HIV/AIDS : NR
HBSag : NR
Golongan darah :B
Test lainnya : Rapit Antigen NR
48
Masalah Potensial
Tidak ada
Tindakan Segera
Tidak ada
3.3 PENATALAKSANAAN
1. Menanyakan pada ibu, apa ibu bersedia menjadi objek studi kasus asuhan kebidanan atas
nama Ny.M
Evaluasi : Ny.M bersedia menjadi objek studi kasus asuhan kebidanan
2. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa sejauh ini semua
masih dalam batas normal, kondisi ibu dan janin baik
Evaluasi : Ibu tampak senang
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum dengan gizi seimbang di bantu oleh
suami/keluarga
Evaluasi : Ibu paham dengan apa yang disampaikan
4. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri agar proses penurunan kepala bayi dapat
berlangsung dengan cepat
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan
5. Memberitahukan ibu bahwa suami/keluarga dapat memassage area perut dan area
punggung bawah dengan lembut untuk sedikit mengurangi nyeri menjelang persalinan
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan
O : KU ibu baik
TD 110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5°C
Kandung kemih kosong, uterus berkontraksi dengan baik, TFU 2 jari di bawah pusat,
jumlah perdarahan ± 50 cc
A : Kala IV
P : Observasi 2 jam post partum
1. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum dengan gizi seimbang dan cukup
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
4. Membersihkan tubuh dan melakukan dekontaminasi
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
6. Melengkapi patograf
7. Hasil Pemantauan Kala IV
Jam Waktu TD N S Tinggi Fundus Uteri Kontraksi Kandung Perdarahan
Ke Uterus Kemih
I 09.40 110/7 82 36,5 2 jari di bawah pusat Baik Kosong 200 cc
0
09.55 110/7 82 36,5 2 jari di bawah pusat Baik Kosong -
0
10.10 110/7 82 36,5 2 jari di bawah pusat Baik Kosong -
0
10.25 110/7 82 36,5 2 jari di bawah pusat Baik Kosong 100 cc
0
II 10.55 110/7 82 36,5 2 jari di bawah pusat Baik Kosong -
0
11.25 110/7 82 36,5 2 jari di bawah pusat Baik Kosong 50 cc
0
Catatan Perkembangan
Tanggal Jam SOAP TTD
14 Agustus 17.25 S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu makan dan
2022 minum dengan baik, sudah berjalan perlahan ke
kamar mandi di dampingi suami/keluarga untuk
mandi, sudah BAK dan BAB
O : KU ibu baik
TD 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 20
x/menit, Suhu 36°C
Kandung kemih kosong, uterus berkontraksi
dengan baik, TFU 2 jari di bawah pusat, jumlah
perdarahan ± 20 cc
A : P3A0 dengan Post Partum 6 jam
P : Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
Menganjurkanibu untuk makan dan minum dengan
gizi seimbang dan cukup
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
15 Agustus 10.00 S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2022 O : KU ibu baik
TD 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 20
x/menit, Suhu 36,6°C
Kandung kemih kosong, uterus berkontraksi
dengan baik, TFU 2 jari di bawah pusat, jumlah
perdarahan ± 20 cc
A : P3A0 dengan Post Partum 1 hari
P : Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
dengan gizi seimbang dan cukup
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
51
52
BAB IV
IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN MASALAH
Asuhan Kebidanan persalinan normal yang diterapkan pada Ny.M G3P2A0 pada tanggal 14
Agustus 2022 di ruang VK Puskesmas Sororng Barat, Kota Sororng adalah sebagai berikut :
Kala I
Pada tanggal 14 Agustus 2022 ibu datang dengan inpartu. Dari hasil pemeriksaan diperoleh
pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan dalam hasilnya
portio lunak, ketuban (-), pembukaan 8 cm, presentasi kepala dan penurunan kepala di
Hodge III. Kala I pada Ny.A berlangsung selama 1 jam, dihitung dari ibu merasa mules dan
mengeluarkan tanda lendir bercampur darah.
Menurut Rohani (2017) tanda-tanda persalinan adalah terjadinya his persalinan, pengeluaran
lendir bercampur darah melalui vagina, pada pemeriksaan dalam adanya pembukaanserviks.
His dalam persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar sampai kedepan
dan sifat his teratur. Menurut Jannah (2016) kala I pada multigravida sekitar 12 jam. Ditinjau
dari pelaksanaan dilapangan menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktik
Kala II
Ny.M mengatakan bahwa ia ingin BAB dan sudah ada tanda-tanda persalinan yaitu adanya
dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka. Selama
Kala II Ny.M dipimpin meneran ketika ada his dan menganjurkan untuk minumdi sela-sela
his untuk menambah tenaga ibu, kemudian Kala II Ny.M berlangsung selama ± 1 jam, bayi
lahir danmenangis kuat, segera bayi dihangatkan dan melakukan IMD selama ± 1 jam,
memastikan janinnya tunggal, tidak ada laserasi, jumlah darah ± 200 cc.
Menurut Walyani (2016) tanda gejala kala II adalah adanya dorongan meneran,
adanyatekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka,
meningkatnyapengeluaranlendir bercampur darah, dan pembukaan serviks
53
Kala III
Pada kala III asuhan yang diberikan pada Ny.M berlangsung selama 5 menit antara
lainmenyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha kanan bagian luar untukpelepasan
plasenta dari dinding uterus, pada saat his melakukan penegangan tali pusat terkendali(PTT)
sambil melihat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu adanya semburan darah, tali
pusatmemanjang dan uterus teraba keras. Pada pukul 09.10 WiT lahirlah plasenta dan
dilakukan masase uterus.
Menurut teori Walyani (2016) seluruh proses pada kala III berlangsung 5-30 menit
setelahbayi lahir. Menurut teori Syaifuddin, A.B (2017) antara lain menyuntikkan oksitosin
10 IUsecara IM di 1/3 paha kanan bagian luar untuk pelepasan plasenta dari dinding
uterus,pada saat his melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil melihat tanda-tanda
pelepasa nplasenta yaitu adanya semburan darah, tali pusat memanjang dan uterus teraba
keras
Kala IV
Hasil pemeriksaan pada Ny.M pada kala IV diperoleh kontraksi uterus baik, TFU 2 jari
dibawah pusat, konsistensi uterus keras, kandung kemih kosong, perdarahan dalam batas
normal. Kemudian dilanjutkan dengan pemantauan selama 2 jam pertama postpartum. Hasil
observasi dan asuhan dicatat di dalam lembar observasi dan didokumentasikan pada
partograf.
Menurut teori walyani (2016) kala IV adalah pemantauan selama 2 jam setelah bayi dan
plasenta lahir untuk mengamati jalan lahir, mengamati keadaan ibu terutama
terhadapperdarahan postpartum. Pada jam pertama pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit
sedangkan pada jamkedua dilakukan pemeriksaan setiap 30 menit. Dalam kala IV harus di
pantau kontraksi uterus,perdarahan, tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan tinggi fundus uteri.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas semua masih dalam batas normal. Pada langkah
Penatalaksanaan dan Evaluasi yang mengacu pada kondisi kesehatan ibu dan bayinya juga
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan tindakan kebidanan di tempat praktik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan persalinan normal pada Ny.M umur
umur 30 tahun, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Asuhan kebidanan persalinan normal pada Ny.M berlangsung secara normal, dari
kala I tidak terdapat penyulit, pada kala II berlangsung normal, pada kala III tidak terjadi
robekan/laserasi pada perineum, serta pada kala IV berlangsung normal, pemberian asuhan
difokuskan pada pencegahan komplikasi pada Ny.M. Komplikasi dan masalah potensial yang
mungkin dapat terjadi pada Ny.M tidak terjadi karena sudah di berikan asuhan antisipasi.
Asuhan kebidanan pada Ny.M, pada kunjungan post partum 6 jam dan post partum 1
hari telah dilaksanakan dengan melakukan pendekatan menggunakan pendokumentasian
manajemen kebidanan. Ny.M dari hasil pemeriksaan yang di lakukan semua masih dalam
batas normal dan tidak terdapat masalah pada Ny.M.
5.2 Saran
1. Bagi Intitusi Pendidikan
Diharapkan semakin memperbaharui perkembangan ilmu kebidanan terkini, sehingga
mampu meningkatkan kinerja mahasiswa kebidanan selanjutnya.
2. Bagi Lahan Praktek
Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik sesuai dengan standar asuhan
kebidanan.
3. Bagi Penulis
Diharapkan selalu memaksimalkan diri dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
di bangku perkuliahan selama praktek di lapangan.
Diharapkan dalam pelaksanaan tugas berikutnya dapat lebih baik dan lebih
memahami lagi baik dalam penulisan maupun pelaksanaan asuhan
4. Bagi Klien
Diharapkan dapat menjadi penambah wawasan dan pengetahuan bagi ibu
54
55
Sebaiknya setiap wanita yang akan bersalin mau bekerja sama dan mau mengikuti
anjuran yang diberikan bidan, karena sangat bermanfaat bagi proses persalinannya
terhadap keselamatan dirinya dan bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
56
57
Pembimbing
( )
58
59