OLEH:
Laporan Studi Kasus Profesi Fisioterapi di bagian Pediatri Mother and Child RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Judul “Manajemen Fisioterapi Pediatri Pada
Gangguan Gerak Akibat Kelemahan Otot Lengan Dekstra e.c Erb’s Paralysis Usia
Kalender 2 Bulan” pada tanggal 22 November 2019.
Mengetahui,
Clinical Educator
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun akhirnya dapat menyelesaikan
penyusunan laporan studi kasus dengan judul “Manajemen Fisioterapi Pediatri
Pada Gangguan Gerak Berupa Gangguan Motorik Upper Extremity Dextra
Akibat Kelemahan Otot e.c Erb’s Paralysis Usia Kalender 2 Bulan”.
Penyusunan laporan studi kasus ini merupakan salah satu tugas pada
pelaksanaan Program Studi Pendidikan Profesi Fisioterapi Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin. Melalui penyusunan laporan ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman lebih tentang patofisiologi dan penatalaksanaan
fisioterapi pediatri pada kasus Erb’s Paralysis yang ditemui penyusun pada saat
melakukan praktik lapangan yang akan bermanfaat pada masa yang akan datang.
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini, banyak ditemui tantangan dan
hambatan yang mendasar. Namun semua itu dapat terselesaikan dengan baik berkat
dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini sudah selayaknya penyusun menyampaikan rasa terima kasih
kepada para instruktur klinis di bagian Mother and Child RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar dan edukator klinis yang telah membimbing dalam
penyusunan laporan studi kasus ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa laporan
studi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya dan membuka
diri untuk segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat
dilakukan perbaikan untuk pencapaian hasil yang lebih baik. Akhirnya, penyusun
berharap semoga laporan studi kasus dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
2.3 Etiologi............................................................................................. 9
iv
3.1 Identitas Pasien ................................................................................ 18
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
besar, jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram)
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruh
ibu sampai umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal
melalui periode kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point
kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya
perkembangan fisik, motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan
perilaku), psikosial serta diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain (Natalia,
1
2
2010). Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
adalah cedera plexus brachialis. Cedera Plexus Brachialis diartikan sebagai suatu
cedera pada Plexus Brachialis yang diakibatkan oleh suatu trauma. Trauma ini
Plexus brachialis sering mengalami masalah saat berada di bawah tekanan, seperti
dengan bayi yang besar atau persalinan yang lama. Jika salah satu sisi leher bayi
tertarik, saraf yang terdapat didalamnya juga akan tertarik dan dapat mengakibatkan
cedera. Bayi mungkin tidak dapat menggerakan bahu, tetapi dapat memindahkan
jari-jari. Jika kedua saraf atas dan bawah yang meregang, kondisi ini biasanya lebih
upper ekstremitas yang disebabkan karena lesi pada plexus brachialis yang
Masalah utama yang timbul pada penderita Erb’s Paralysis adalah lesi pada
plexus brachialis yang dapat menyebabkan adanya nyeri pada bahu, adanya
penurunan kekuatan pada otot-otot lengan atas, keterbatasan lingkup gerak sendi
sehingga terapi dapat dimulai minimal saat usia 3 minggu. Secara umum, kasus
yang ditemukan menunjukkan kondisi erb’s paralysis dapat pulih setelah 6 hingga
3
12 bulan dengan bantuan terapi, namun untuk kondisi yang lebih berat dapat
membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama. Tanpa pemberian terapi, otot
lengan dapat menjadi sangat lemah akibat tidak pernah digunakan. Kondisi ini
hilangnya fleksibilitas tendon pada otot lengan. Pemberian terapi yang terlambat
sebelum menginjak usia 1 tahun. Tingkat capaian pemulihan anak dapat diprediksi
melalui sejauh mana bayi dapat berkembang setelah beberapa minggu pasca
kelahiran, jika respon perkembangannya baik di awal minggu kelahiran, maka hal
ini memberikan prognosis pemulihan total pada terapi selanjutnya. Walaupun, pada
beberapa kasus 3% - 25% anak dengan erb’s paralysis tetap tumbuh dengan
intervensi fisioterapi sedini mungkin pada anak dengan diagnosi Erb’s palsy dapat
superior. Truncus medius hanya dibentuk oleh nervus spinalis C7, dan truncus
inferior dibentuk oleh nervus spinalis C8 dan T1. Setiap truncus terbagi dua
bagian anterior dan posterior ekstremitas superior. Cabang anterior dari truncus
sebelah lateral arteri axillaris. Cabang anterior dari truncus inferior membentuk
fasciculus medialis, terletak di sebelah medial a.axillaris dan cabang posterior dari
bagian pertama arteri axillaris ( bagian pertama arteri axillaris terletak dari pinggir
5
lateral costa 1 sampai batas atas m.pectoralis minor, dan bagian III terletak dari
pinggir bawah m.pectoralis minor sampai pinggir bawah m.teres major). Fasciculus
medialis menyilang dibelakang arteri untuk mencapai sisi medial bagian II arteri
(Snell, 2014).
lateralis terletak bagian II arteri. Jadi fasciculus plexus membatasi bagian kedua
arteri axillaris yang dinyatakan seperti namanya. Sebagian besar cabang fasciculus
T1-T2 untuk nervus spinalis T1-dan T2. Terdapat enam saraf penting yang
dan masuk aksilla dengan berjalan turun melewati pinggir lateral iga I
n.medianus.
nervi ulnaris. Di tempat ini n.ulnaris ditutupi oleh kulit sehingga dapat
(Snell, 2014).
BAB II
Faktor Risiko:
• Trauma
Tarikan/ peregangan
Persalinan
yang berlebihan pada
• Distosia
akar saraf
• BBL besar
Erb’s Paralysis
Manifestasi klinis:
- Ekstensi, abduksi
dan endorotasi
shoulder.
Penurunan kemampuan - Ekstensi dan
motorik pada sisi yang supinasi elbow
lesi - Palmar flexi wrist
- Nyeri
- Limitasi ROM
- Kelemahan Otot
- Tightness
Gambar 2.1 Kerangka / Mind Mapping Teori
2.2 Definisi
disebabkan oleh adanya cedera pada kelompok saraf lengan atas, khususnya C5-C6
yang merupakan bagian dari plexus brachialis, cidera ini menyebabkan kelemahan
dan kelumpuhan pada otot deltoid, otot biceps brachii, otot brachialis dan otot
8
9
sehingga lengan atas berada dalam posisi ekstensi, adduksi, internal rotasi dan
2.3 Etiologi
a. Trauma Persalinan
bahkan sampai cedera. Cedera traksi pada plexus brachialis terjadi selama
persalinan yang sulit dan lama, menurunkan bahu dengan gerakan yang
pada akar saraf servikal (C5,C6,C7) dari plexus brachialis (Abbottabad, 2006).
persalinan, pinggul yang sempit atau ukuran bayi yang terlalu besar sehingga
menyebabkan bayi sulit untuk keluar dan pelvis ibu dapat menekan plexus
kesulitan sewaktu beranak atau persalinan karena letak anak dalam kandungan
tidak normal atau karena anak terlalu besar. Dalam hal ini lesinya disebabkan
karena penarikan kepala bayi saat dilahirkan, dimana salah satu lengannya
Yang pertama adalah kelumpuhan akibat lesi di bagian atas plexus brachialis,
yang kedua adalah kelumpuhan yang disebabkan lesi di bagian bawah plexus
2.4 Epidemiologi
Obstetrical brachial plexus injury di Amerika Serikat sebesar 1-2 kasus per
paralysis adalah yang paling sering terjadi, insidennya sekitar 90% kasus, total
plexus injury sebesar 9% kasus, danKlumpke’s palsy sebesar 1% kasus. Insiden ini
semakin menurun setiap tahunnya. Dari berbagai analisis, didapati bahwa kejadian
shoulder dystocia memiliki resiko 100 kali lebih besar terjadinya obstetrical
brachial plexus injury, sedangkan forceps delivery memiliki resiko 9 kali lebih
besar dan bayi besar dengan berat >4,5 kg memiliki resiko 4 kali lebih besar untuk
memiliki satu atau lebih faktor resiko, sedangkan 54%-nya tidak ditemukan adanya
2.5 Patomekanisme
terganggunya impuls saraf, dimana tingkat gangguan impuls saraf tergantung kuat
ringannya suatu regangan. Peregangan ringan pada saraf kemungkinan hanya akan
Ketika persalinan, saat kepala sudah muncul, perlu dilakukan lateral fleksi
agar selanjutnya bahu si bayi dapat keluar. Bagi bayi yang tidak terlalu gemuk,
ketika lateral fleksi, bahu dapat dilahirkan. Namun pada bayi yang terlalu besar
(mis. diabetes), maka saat menarik diperlukan menambah lateral fleksi dan
tambahan tenaga, hal ini akan berdampak pada plexus brachialis, yaitu mengalami
Peregangan pada plexus brachialis terjadi saat bayi baru lahir biasanya
terjadi selama proses kelahiran yang sulit, seperti pada bayi besar, pinggul ibu yang
kecil, atau proses persalinan yg lama. Hal ini juga dapat terjadi ketika proses
melahirkan yang rumit dan tenaga medis yang membantu persalinan harus
melahirkan bayi dengan cepat dan mengerahkan kekuatan untuk menarik bayi dari
rahim. Jika salah satu sisi leher bayi ditarik, saraf juga dapat ikut teregang, dan
2.6 Klasifikasi
pemulihan.
a. Derajat 1 (Upper Erb’s) menunjukkan cedera pada akar saraf C5 dan C6 yang
mengakibatkan:
terbatas)
arah luar tubuh, dan dengan telapak tangan menghadap ke belakang dalam
posisi pronasi. 90% orang dengan cedera derajat1 dapat kembali memiliki ke
kondisi normal.
b. Derajat II (Extended Erb’s) menunjukkan cedera pada akar saraf C5, C6 dan
C7. Sama halnya dengan derajat I, pada derajat II juga mengalami kesulitan
dalam menekuk pergelangan tangan (ekstensi wrist) dan cenderung drop wrist.
75% orang dengan cedera kelompok 2 akan kembali memiliki fungsi normal.
c. Derajat III (Total Palsy with No Horner Synndrome) menunjukkan cedera pada
akar saraf C5, C6, C7 dan C8. Orang-orang dalam kelompok ini mengalami
kelumpuhan lengan lengkap. Kurang dari 50% dengan kondisi ini dapat pulih
kembali.
akar saraf C5, C6, C7, C8 dan T1. Selain kelumpuhan lengan, orang-orang
Horner memiliki pupil yang menyempit dan kelopak mata yang murung
dan otot yang terkena. Lengan menggantung lunglai di samping tubuh. Bahu dan
lengan dalam posisi adduksi dan internal rotasi. Siku ekstensi dan lengan bawah
pronasi dengan pergelangan dan jari jari fleksi, refleks menggenggam mungkin
masih ada karena gerakan jari dan pergelangan tangan tetap normal (Alexander dan
Albert, 2013).
konsekuesinya pergelangan tangan jatuh dan jari-jari rileks. Pada bentuk paralisis
brachial ketiga atau yang terberat, seluruh lengan mengalami paralisis dan
menggantung lunglai dan tidak bergerak disamping tubuh. Refleks moro tidak ada
pada sisi yang lemah pada semua bentuk paralisis brachial (Alexander dan Albert,
2013).
Pada pasien dengan Erb’s paralysis, posisi lengan pada posisi ekstensi,
abduksi dan endorotasi sendi shoulder, ekstensi dan supinasi sendi elbow dan dorsi
fleksi sendi wrist. Atrofi bahkan kontraktur pada otot supraspinatus, otot
infraspinatus, otot biceps, otot brachialis, dan otot brachioradialis jika tidak
Paralysis adalah :
14
b. Tidak adanya reaksi refleks moro pada lengan yang mengalami cedera
e. Kehilangan fungsi motorik dan sensorik pada lateral proximal lengan atas
otot yang paralisis dan mempertahankan posisi kaput humeri yang benar dalam
memerlukan waktu 3-6 bulan. Akan tetapi, bila ada avulsi saraf (terputusnya
ganglia secara komplit dari cord spinalis yang melibatkan baik radiks anterior
maupun posterior) akan terjadi kerusakan permanen. Untuk cedera seperti itu yang
tidak membaik secara spontan dalam 3 bulan, perlu intervensi bedah untuk
menghilangkan tekanan pada saraf atau untuk memperbaiki saraf dengan graft
Untuk itu diperlukan anamnesis yang cermat mulai dari pre-natal, natal dan post
natal dan pengamatan yang cukup agar dapat menyingkirkan penyakit atau sindrom
lain yang berhubungan dengan erb’s paralysis. Pemeriksaan penunjang yang dapat
(EMG).
mengevaluasi fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas listrik yang
dihasilkan oleh otot skeletal. Ini merupakan tes penting yang digunakan untuk
mendiagnosis kelainan otot dan saraf. Ini sering digunakan untuk mengevaluasi
dan masuk ke dalam jaringan otot, kemudian aktivitas listrik otot direkam pada
komputer. Hasil tes ini memungkinkan ahli saraf mendiagnosis setiap aktivitas otot
atau saraf yang abnormal. Tes ini membantu membedakan antara akar saraf dan
Medicine, 2015).
Pemeriksaan radiologi juga berguna untuk menilai apakah terdapat fraktur pada
daerah os clavicula atau os humerus, apakah pada bagian axilla terdapat subluksasi
Akar Gangguan
Jenis Manifestasi Klinis
Saraf Sensorik
Erb’s atau Erb- C5-C6 Posisi shoulder adduksi, endorotasi; Distribusi saraf
Duchenne’s elbow ekstensi; pronasi dan fleksi muskulokutaneus
palsy wrist (palmar fleksi). Wing scapula
dapat terjadi; menggenggam tidak ada
masalah.
16
2.10Penatalaksanaan Fisioterapi
antara lain:
1. Massage
pengaruh pada sistem otot, susunan saraf serta sirkulasi umum lainnya. Ada
modalitas lain. Pengembalian fungsi gerak merupakan salah satu tujuan utama
Manifestasi klinis:
- Ekstensi, abduksi Problem Fisioterapi:
dan endorotasi - Kelemahan Otot
shoulder. Erb’s Paralysis - Nyeri
- Ekstensi dan supinasi - Limitasi ROM
elbow - Muscle Tightness
- Palmar flexi wrist
Modalitas terpilih
1. Masssage
Meningkatkan kemampuan motorik 2. NMT
ekstremitas atas anak 3. PROMEX
4. Strengthening exercise
5. Stretching Exercise
MANAJEMEN FISIOTERAPI
Alamat : Makassar
Vital Sign
Pernapasan : 35 x/menit
Suhu : 36,1○ C
Nutrisi
Berat Badan : 5 kg
Panjang Badan : 52 cm
Chief of Complain
History Taking
Usia ibu pada saat hamil By. I yaitu pada usia 42 tahun dan merupakan kehamilan
yang kelima. Selama hamil ibu By. I tidak pernah merasakan keluhan yang berat.
Ibu By. I juga rutin melakukan kontrol kehamilan di dokter. Selama hamil nutrisi
18
19
ibu juga baik dan ibu By. I juga rutin mengkonsumsi susu ibu hamil. Selama
kehamilan ibu By. Ijuga tidak pernah mengalami hipertensi dan demam. Mual dan
b. Riwayat natal
By. I merupakan anak kelima dari lima bersaudara yang dilahirkan melalui
persalinan pervaginam (normal) dengan cukup bulan. Pada saat persalinan, ibu
By. I mulai merasakan kontraksi pada pukul 02.00 WITA dan ketuban pecah dini
pada pukul 05.00 WITA. Ibu By.I tidak disarankan untuk melakukan operasi
caesar dikarenakan kondisi ibu By. I yang masih kuat mengedan sehingga bayi
lama dijalan lahir. By. I lahir pada pukul 12.30 WITA dengan bantuan oleh dua
bidan, perut bagian atas didorong kemudian kepala bayi ditarik oleh bidan.
Kondisi bayi ketika dilahirkan tidak langsung menangis dan kondisi bayi
berwarna kuning. Berat badan lahir by. I yaitu 3,7 kg. Setelah dilahirkan bayi
segera dibawa ke ruang NICU untuk mendapatkan perawatan yang intensif dan
bayi segera diberikan penyinaran selama 24 jam. Bayi dirawat selama 5 hari di
ruang NICU.
Pada saat memasuki usia 2 minggu, ketika ibu memandikan By. I, ibu mulai
merasa bahwa lengan kanan anaknya tidak pernah bergerak, dibandingkan lengan
kiri dan kakinya yang aktif bergerak. Mengetahui kondisi anaknya tersebut, ibu
tidak segera membawa ke dokter. Setelah usia 1 bulan ibu By. I baru
memeriksakan anaknya ke dokter di Rumah Sakit Batara Guru Belopa dan dokter
Assymmetric
1. Inspeksi Statis
2. Inspeksi Dinamis
3. Palpasi
4. PFGD
Restrictive
3. Limitasi Pekerjaan :-
4. Psikogen :-
Spesific Test
1. Vital sign
Denyut Nadi : 118x/menit
Pernapasan : 35 x/menit
Suhu : 36,1○ C
2. Pemeriksaan Antropometri
a) Berat Badan : 5 kg
b) Panjang Badan : 52 cm
Sinistra = 19,5 cm
Sinistra = 12 cm
5. Pemeriksaan Refleks
a. Refleks primitif
1) Refleks Moro
Hasil : (+)
Interpretasi : Normal
Hasil : (+)
Interpretasi : Normal pada sisi yang sehat, pada sisi lesi terdapat ada
sedikit gerakan.
3) Grasp reflex
Hasil : (+)
Interpretasi : Normal
4) Refleks Glabella
Hasil : (+)
Interpretasi : Normal
5) Rooting Reflex
Hasil : (+)
Interpretasi : Normal
b. Refleks Fisiologis
1) Biceps Reflex
Hasil : (+)
Interpretasi : Normal
2) Triceps Reflex
Hasil : (+)
Interpretasi : Normal
24
3) Brachioradialis reflex
Hasil : (+)
Interpretasi : Normal
6. Pemeriksaan Sensorik
7. Pemeriksaan Auditrori
8. Pemeriksaan ROM
Shoulder
S. 30○.0.○100○
F. 100○.0○. 30○
Elbow
S. 0○.0○.30○
Wrist
S. 25○.0○.90○
T. 15○.0○.30○
9. Pemeriksaan Visual
11. Hasil Radiologi Shoulder Joint bilateral AP: (18 November 2019)
Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan dari hasil proses pengukuran dan
a. Problem primer
Muscle weakness flexor shoulder, extensor wrist dan Mm. Rotator cuff
b. Problem Sekunder
1) Limitasi ROM
2) Nyeri
2) Mengurangi Nyeri
major
F : 1x/hari
Pre-eliminary I : 3x repetisi
1 Manual therapy
Exercise T : Massage
T : 3 menit
F : 1x/hari
Nyeri dan Limitasi I : 8 hit 3 rep
2 Exercise therapy
ROM T : PROMEX
T : 5 menit
F : 1x/hari
I : 8 hit 3 rep
3 Kelemahan Otot Exercise Therapy T : Active strengthening
(stimulasi bunyi)
T : 3 menit
F : 1x/hari
Tightness m. levator I : 8 hit 3x rep
T : NMT (myofascial release),
4 scapula, m. trapezius Exercise therapy
active and passive stretching
dan m. pectoralis major
exc.
T : 5 menit
Sumber: Data Primer, 2019
27
Setelah 2x Intervensi
Problem
No Parameter Interpretasi
Fisioterapi
Sebelum intervensi Setelah intervensi
FLACC
1 Nyeri 4 4 Belum ada perubahan
Scale
Shoulder Shoulder
S. 30○.0.○100○ S. 30○.0.○100○
F. 100○.0○. 30○ F. 100○.0○. 30○
Limitasi Elbow Elbow
2 Goniometer S. 0○.0○.30○ S. 0○.0○.30○
Belum ada perubahan
ROM
Wrist Wrist
S. 25○.0○.90○ S. 25○.0○.90○
T. 15○.0○.30○ T. 15○.0○.30○
Sumber: Data Primer, 2019
didapatkan dari perkembangan hasil terapi yang dicapai oleh pasien. Modifikasi dapat
b. Ibu disarankan untuk lebih sering berkomunikasi dan mengajak anaknya bermain,
dengan menstimulasi menggunakan bunyi atau benda agar tangan anaknya dapat
3.10 Kemitraan
diantaranya dengan dokter spesialis anak, dokter spesialis neurologi, dokter spesialis
patologi klinik, dokter spesialis radiologi, perawat, apoteker, dan ilmu gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Todd J dan Alexander R. Vaccaro. 2013. Pemeriksaan Fisik Saraf Spinal.
Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil. A., dkk. 2014. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Direktorat Gizi Masyarakat. 2016. Buku Saku Pemantauan Status Gizi dan
Indikator Kinerja Gizi Tahun 2015. Kemenkes RI. Jakarta.
Helmi, Noor Zairin. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Moore Keith L., Dalley Arthur F., Agur Anne M.R.. 2014. Clinically Oriented
Anatomy. 7th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Qattan, et. al. 2009. Naraka Classification of Obstetric Brachial Plexus Palsy
Revisited.
Ulaiqoh, Nida. 2016. Journal Physiotherapy Service for Children with Cerebral.
28
LAMPIRAN
1. FLACC Scale
Kategori 0 1 2
Interpretasi :
29
2. Denver Development Skrining Test II (DDST II)
30