OLEH :
Gangguan Fungsional Paru-Paru Berupa Sesak Napas E.C Penyakit Paru Obstruktif
Kronik Sejak 6 Bulan Yang Lalu” pada bagian Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Makassar (BBKPM)
Mengetahui,
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun akhirnya dapat menyelesaikan
penyusunan laporan studi kasus dengan judul “Manajemen Fisioterapi
Gangguan Fungsional Paru-Paru Berupa Sesak Napas E.C Penyakit Paru
Obstruktif Kronik Sejak 6 Bulan Yang Lalu”.
Penyusunan laporan studi kasus ini merupakan salah satu tugas pada
pelaksanaan Program Studi Pendidikan Profesi Fisioterapi Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin. Melalui penyusunan laporan ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman lebih tentang patofisiologi dan penatalaksanaan
fisioterapi kardiopulmonal pada kasus Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang
ditemui penyusun pada saat melakukan praktek lapangan yang akan bermanfaat
pada masa yang akan datang.
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini, banyak ditemui tantangan dan
hambatan yang mendasar. Namun semua itu dapat terselesaikan dengan baik
berkat dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini sudah selayaknya penyusun menyampaikan rasa terima kasih
kepada para instruktur klinis di Unit Fisioterapi Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Makassar dan edukator klinis yang telah membimbing dalam
penyusunan laporan studi kasus ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa laporan
studi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya dan membuka
diri untuk segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat
dilakukan perbaikan untuk pencapaian hasil yang lebih baik. Akhirnya, penyusun
berharap semoga laporan studi kasus dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, Agustus 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................
iii
DAFTAR ISI....................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
v
DAFTAR TABEL............................................................................................
vi
DAFTAR ISTILAH..........................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang..........................................................................
B.Anatomi Paru-Paru.....................................................................
.......................................................................................................
C.Fisiologi Paru-Paru.....................................................................
.......................................................................................................
BAB II ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS..............
3
A.Kerangka/Mind Mapping Teori.................................................
15
B.Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik..................................
15
C.Etiologi.......................................................................................
15
D.Epidemiologi..............................................................................
16
E.Patomekanisme...........................................................................
18
F.Klasifikasi dan Derajat PPOK....................................................
19
G.Manifestasi Klinis......................................................................
18
H.Pemeriksaan dan Penegakan Diagnosis.....................................
20
I.Diagnosis Banding.......................................................................
20
J.Penatalaksanaan Fisioterapi........................................................
20
K.Kerangka/Mind Mapping Teknologi Fisioterapi.......................
20
BAB III MANAJEMEN FISIOTERAPI..........................................................
22
A.Data Pasien Umum....................................................................
22
B.Pemeriksaan CHARTS...............................................................
22
C.Diagnosis Fisioterapi..................................................................
28
D.Problem Fisioterapi....................................................................
28
E.Tujuan Penanganan Fisioterapi..................................................
28
F.Intervensi Fisioterapi..................................................................
28
G.Evaluasi Fisioterapi....................................................................
31
H.Modifikasi Fisioterapi................................................................
31
I.Home Program.............................................................................
31
J.Kemitraan....................................................................................
32
K.Dokumentasi..............................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
33
LAMPIRAN.....................................................................................................
35
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang disertai dengan hambatan aliran udara disaluran napas yang tidak
terhadap partikel maupun gas berbahaya. PPOK ini bisa disebabkan oleh
berlebihan (ekspektorasi) dengan disertai rasa lemah dan tidak nyaman akibat
sputum yang berlebihan saat musim penghujan atau musim dingin pada negara
kongestif, emboli paru, pemberian oksigen yang tidak tepat dan obat-obatan
bakteri, parasit dan jamur, polusi udara dalam ruangan/luar ruangan dan debu
serta bahan kimia adalah faktor resiko utama. Di Amerika Serikat prevalensi
rate untuk bronkitis kronik adalah berkisar 4,45% atau 12,1 juta jiwa dari
populasi perkiraan yang digunakan 293 juta jiwa. Untuk daerah ASEAN,
negara Thailand salah satu negara yang merupakan angka ekstrapolasi tingkat
prevalensi bronkitis kronik yang paling tinggi yaitu berkisar 2.885.561 jiwa
secara pasti. Namun, bronkitis merupakan salah satu bagian dari penyakit paru
dengan prevalensi 5,6%. Angka tersebut bisa terus naik seiring banyaknya
Dari data yang didapati di BBKPM impairment dari bronkitis kronik yaitu
berupa penurunan ekspansi sangkar thorak, adanya sesak napas, adanya batuk
berdahak, nyeri tekan pada otot bantu pernapasan serta spasme otot bantu
rumah tangga lainnya. Maka dari itu fisioterapi diharapkan dapat membantu
dalam proses rehabilitasi pada keluhan yang dialami pasien dengan kasus
ini bertujuan untuk mengurangi sesak napas dan batuk. Pemberian Stretching
B. Anatomi Paru
Paru-paru adalah organ penting dari respirasi, jumlahnya ada dua, terletak
di samping kanan dan kiri mediastinum, dan terpisah satu sama lain oleh
permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m2 untuk pertukaran udara (Faiz &
masing-masing daerah dibatasi oleh garis-garis yang lebih ringan (fisura). Paru
kanan dibagi oleh fisura transversa dan oblik menjadi tiga lobus: atas, tengah,
dan bawah. Paru kiri memiliki fisura oblik dan dua lobus (Drake, 2012).
Setiap paru memiliki bentuk kerucut yang terdiri dari bagian puncak
(apeks), dasar (basis), tiga perbatasan, dan dua permukaan. Puncak (apeks
atas dalam leher sekitar 2,5 cm di atas klavikula. Dasar (basis pulmonis)
memisahkan paru-paru kanan dari lobus kanan hati, dan paru-paru kiri dari
lobus kiri hati, lambung, dan limpa. Karena diafragma sebelah kanan lebih
tinggi daripada di sisi kiri, kecekungan dasar paru kanan lebih dalam dari yang
di sebelah kiri. Basis pulmonalis paru turun selama inspirasi dan naik selama
pulmonalis masuk dan keluar paru. Ligamentum pulmonal adalah lipatan ganda
yang menghubungkan kedua lapisan pleura pada hilus paru. Ruang diafragma
Otot Pernapasan dan Mekanisme Kerja Otot Pernapasan Otot skelet selain
inspirasi, yang terdiri dari otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot
normal dan tenang (quiet breathing), tidak ada otot pernapasan yang bekerja
selama ekspirasi, hal ini akibat dari daya lenting elastis paru dan dada. Namun
pada keadaan tertentu, di mana terjadi peningkatan resistensi jalan nafas dan
memberikan efek tarikan ke arah inferior yang sangat kuat terhadap costa
bagian bawah, pada saat yang bersamaan otot ini dan otot abdominal lain
1. Mekanisme Bernapas
posterior dari rongga dada bagian atas akan membesar dan memperbesar
diameter transversal rongga dada bagian bawah. Pada saat inspirasi ini,
jaringan elastis pada paru akan meregang, dan paru akan mengembang
memenuhi kapasitas rongga dada. Pada saat ini tekanan udara di alveolus
adalah -1,5 mmHg (lebih rendah dari tekanan atmosfir). Udara akan
interkostal eksternal akan relaksasi. Tulang kosta dan sternum akan turun.
keadaan semula. Tekanan udara pada alveolus saat ini adalah +1,5 mmHg
(lebih tinggi dari tekanan udara). Udara akan terdorong keluar alveolus.
Gambar 3. Aktivitas otot pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi
hidung dan otot glotis akan berkontraksi untuk membantu masuknya udara
pertama akan bergerak ke atas (dan sternum bergerak naik dan ke depan).
normal. Namun dalam keadaan ekstrim atau olah raga, siklus pernapasan
memerlukan sekitar 1500 cc udara pernapasan (expiratory reserve
satu menit, atau dengan kata lain Kapasitas Vital (KV) ditambah Volume
mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat
udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat
keluar oleh pengerutan dinding dada, dan sekat rongga dada (diafragma)
yang menyusut.
normal dalam paru bergantung pada bentuk dan ukuran tubuh. Posisi
bila berbaring, dan meningkat bila berdiri. Perubahan pada posisi ini
ruang yang tersedia untuk udara dalam paru-paru. Fungsi paru dapat
nilai VEP1/KVP kurang dari 70% dan menderita gangguan fungsi paru
restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai
BAB II
- Sekresi Mukus
- Batuk
Gejala Klinis:
- Batuk kronik
Penyempitan saluran
- Berdahak kronik
napas dan sesak napas
- Sesak napas
B. Definisi
dengan beban ekonomi yang signifikan, termasuk rawat inap, tidak adanya
C. Etiologi
1. Genetik
telah di observasi pada saudara atau orang terdekat penderita PPOK berat
yang juga merokok, dengan sugesti dimana genetik dan faktor lingkungan
Umur sering dikaitkan sebagai faktor risiko PPOK. Masih belum jelas
apakah keadaan fisik yang menurun pada usia tua atau akibat pajanan
dan pajanan pada masa kecil dan remaja. Sebuah penelitian besar, secara
meta analisis menemukan hubungan positif antara berat lahir dan FEV1
pada masa dewasa dan beberapa menemukan infeksi paru saat anak-anak
(Gold, 2016).
4. Merokok
fungsi paru terjadi pada perokok. Angka penurunan FEV1, dan angka
Paparan asap rokok pada perokok pasif juga merupakan faktor risiko
paru akibat partikel dan gas yang masuk. Pada penelitian yang telah
kimia, dan asap dari bahan kimia, tidak begitu dipermasalahkan sebagai
6. Polusi udara
Polusi udara di daerah kota dengan level tinggi sangat menyakitkan bagi
penurunan fungsi paru yang progresif. Hal ini menunjukkan hal yang
D. Epidemiologi
berat dan lebih dari 3 juta (5%) kematian di seluruh dunia pada tahun 2015
disebabkan oleh PPOK. Saat ini PPOK merupakan penyebab kematian ke-4 di
pada tahun 2020. Kejadian PPOK di seluruh dunia pada tahun 2015, tertinggi
di Papua Nugini, India, Lesotho, dan Nepal. Sedangkan terendah pada negara
berpenghasilan tinggi yakni Asia Pasifik, Eropa tengah, Afrika Utara dan
Timur Tengah, Karibia, Eropa Barat, dan Amerika Latin . Berdasarkan data
dari studi PLATINO, sebuah penelitian yang dilakukan pada lima negara di
masing 6,7 persen. Untuk Sumatera Utara, prevalensi penderita PPOK adalah
bertambahnya usia. Sekitar 1,6 persen penderita PPOK berusia 25-34 tahun.
Prevalensi PPOK lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan dan lebih
lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah dan kuintil indeks
E. Patomekanisme
asap rokok atau gas berbahaya lainnya mengaktifasi makrofag dan sel epitel
untuk melepaskan faktor kemotaktik yang merekrut lebih banyak makrofag dan
reaktif seperti superoxide, radikal bebas hydroxyl dan hydrogen peroxide telah
Halim,2000).
16
hipersekresi mukosa, peningkatan massa otot halus, dan fibrosis. Terdapat pula
bronchitis kronis, ditandai oleh batuk produktif kronis. Pada parenkim paru,
recoil pada paru dan kegagalan dinamika saluran udara akibat rusaknya
hypoxemia (PaO2 rendah) oleh ketidakcocokan antara ventilasi dan aliran darah
(V/Q tidak sesuai). Ventilasi dari alveoli yang tidak berperfusi atau kurang
keadaan ini, yang kemudian akan meningkatkan kerja yang dibutuhkan untuk
mengatasi resistensi saluran napas yang telah meningkat, pada akhirnya proses
ini gagal, dan terjadilah retensi CO2 (hiperkapnia) pada beberapa pasien dengan
(1) Bronkhitis
Bronkhitis adalah peradangan satu atau lebih bronkhus, dapat bersifat akut
paru kronik, pada keadaan ini terjadi iritasi bronkhial dengan sekresi yang
bertambah dan batuk produktif selama sedikitnya tiga bulan atau bahkan
(2) Emfisema
Emfisema adalah penyakit paru kronik dan progresif yang terjadi ketika
total area di dalam paru dimana darah dan udara dapat bersentuhan
1. Derajat I (PPOK Ringan) : Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada
tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien 7 sering tidak menyadari bahwa
menderita PPOK.
2. Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan
kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini
3. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas,
rasa lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada
gagal napas atau Derajat gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen.
Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi
G. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang biasa ditemukan pada penderita PPOK adalah sebagai
berikut
1. Batuk kronik
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan dalam 2 tahun
terakhir yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Batuk dapat
terjadi sepanjang hari atau intermiten. Batuk kadang terjadi pada malam
hari.
19
2. Berdahak kronik
Karakterisktik batuk dan dahak kronik ini terjadi pada pagi hari ketika
bangun tidur.
3. Sesak napas
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan
hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda
1. Gambaran Klinis
20
a. Anamnesis
pernapasan
b. Pemeriksaan fisis
1) Inspeksi
sebanding)
lips breathing
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
b) terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
c) ekspirasi memanjang
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Rutin
1) Faal paru
b) Uji bronkodilator
15 - 20 menit kemudian
2) Darah rutin
3) Radiologi
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Diafragma mendatar
appearance)
- Normal
Normal Hyperinflation
b. Pemeriksaan Khusus
1. Faal paru
d) Sgaw meningkat
24
b. Jentera (treadmill)
6. Radiologi
emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos
respirasi paru
25
7. Elektrokardiografi
8. Ekokardiografi
9. Bakteriologi
di Indonesia.
Indonesia.
I. Diagnosis Banding
1. Asma
Asma biasanya sudah muncul dari usia anak. Gejala asma biasanya
muncul pada malam atau dini hari dan bersifat reversibel. Dapat juga
3. Bronkiektasis
mukopurulen.
Gagal jantung merupakan penyebab sesak nafas yang sering ditemui pada
ditemukan rhonki basah halus pada basal paru. Pada foto thoraks
J. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Nebulizer
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk mengubah obat dalam bentuk
terapi oksigen merupakan hal yang pertama diberikan dengan tujuan untuk
2. Spirometri
obyektif untuk mengukur hambatan aliran udara yang ada. Spirometri pada
kita yaitu resistensi elastik dan non elastik sehingga dapat menghasilkan
3. Chest Fisioterapi
Chest Fisioterapi Yaitu upaya untuk membersihkan jalan napas dari mukus/
4. Breathing exercise
6. Coughing exercise
Coughing exercise atau batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan
benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah
dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dari jalan napas dan area
Fisioterapi
30
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
3. Apakah Bapak batuk ? apakah ada Saya tidak batuk tapi ada dahak dan
dahak dan jika iya warnanya apa ? warnanya putih.
4. Di waktu kapan saja dahaknya Biasanya muncul pada pagi hari
keluar ?
5. Apakah ada nyeri dada yang Tidak ada
bapak rasakan ?
6. Menurut bapak sesak nafasnya Sesak napas muncul saat berjalan dan
muncul saat bapak melakukan angkat beban berat.
aktivitas apa ?
10. Apakah bapak Pernah foto Iya pernah foto rontgen dan ada hasil tes
rontgen dan tes laboratorium? laboratorium.
11. Kata dokter apa hasil dari foto Kata dokter hasil foto saya yaitu bronchitis,
dan pemeriksaan laboratorium ? dan labnya normal
12. Apakah nafsu makan dan tidur Pola makan saya tidak teratur dan untuk
bapak saat ini terganggu ? pola tidur saya baik.
13. Apakah Buang air Kecil dan Buang air Kecil dan Buang air Besar lancar
Buang air Besar saat ini
terganggu?
14. Bagaimana perasaan Bapak Saya merasa sedih dan khawatir. Saya ingin
setelah terkena penyakit ini? segera cepat sembuh dan bisa kembali
beraktifitas seperti sedia kala.
15. Bagaimana perhatian keluarga Keluarga memberi perhatian dan selalu
dan teman saat ini? merawat dengan baik serta memberikan apa
yang dibutuhkan.
17. Apakah ada riwayat penyakit Ada riwayat luka dilambung
lain?
18. Apakah masih ada keluhan lain? Tidak ada
32
3. Asymmetric
a. Inspeksi Statis
1) Tampak Anterior
a) Bentuk thorax : excavatum
b) Tampak shoulder kanan lebih tinggi dari shoulder kiri
c) SIAS (Spina Iliaca Anterior Superior) dan Knee simetris
2) Tampak Posterior
a) Tampak shoulder kanan lebih tinggi dari shoulder kiri
b) SIPS (Spina Iliaca Posterior Superior) dan Poplitea Simetris
3) Tampak Lateral
a) Forward head posture
b. Inspeksi Dinamis
Pola jalan dalam batas normal namun terkesan lambat.
c. Palpasi
Tabel 4. Palpasi
Karakteristik Dekstra Sinistra
Suhu Normal Normal
Oedem (-) (-)
Kontur kulit Normal Normal
Shoulder
Fleksi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Ekstensi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Abduksi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Adduksi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Eksorotasi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Endorotasi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Protraksi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Retraksi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Depresi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Elevasi DBN DBN DBN DBN DBN DBN
Sumber : Data Primer, 2019
4. Restrictive
a. Range of motion (ROM) :(-)
b. Activity Daily Living (ADL) : Sesak napas saat berjalan lama
c. Pekerjaan : Semenjak sakit pasien tidak bisa menjalani pekerjaan
d. Rekreasi :(-)
6. Spesific Test
a. Zona Latihan
DNL = DNI +(30%-40%)(220-Usia-DNI)
Batas bawah Batas atas
DNL = 76+ 30%(220- 50- 76) DL= 76+ 40%(220- 50- 76)
DNL = 76+30% (94) DL = 76+40% (94)
DNL = 104,2 DL = 113,6
Batas denyut nadi latihan untuk pasien adalah antara 104 - 113 x/m.
34
b. Pemeriksaan VAS
Nilai nyeri diam : 0, nyeri gerak : 0, dan nyeri tekan (m.SCM) : 2
Interpretasi : nyeri ringan
c. Fremitus
Hasil : fremitus vokal dan raba pada paru kanan dan kiri
sama
Interpretasi : indikasi tidak terdapat cairan
d. Perkusi
Hasil : terdapat bunyi dull (datar) pada middle lobus
anterior dextra.
Interpretasi : ada indikasi konsolidasi cairan /sputum
e. Auskultasi
Hasil : terdapat bunyi crackles pada middle lobus anterior
dextra.
Interpretasi : ada indikasi konsolidasi cairan /sputum
f. Pamp Hundle Movement Test
Hasil : Lobus dekstra dan sinistra mengembang secara
simetris.
Interpretasi : Normal
g. Bucket hundle Movement Test
Hasil : Lobus dekstra dan sinistra mengembang secara
simetris.
Interpretasi : Normal
h. Tes Panjang Otot (muscle length test)
m. Sternocleidomastoideus & m. Scaleni : tightness d/s
m. Pectoralis mayor dalam batas normal
m. Pectoralis minor dalam batas normal
m. Upper trapezius dalam batas normal
35
i. Lingkar Thoraks
Tabel 6. Lingkar Thoraks
Selisih (cm)
Inspirasi Awal Ekspirasi
Pengukuran
(cm) (cm) (cm) Inspirasi Ekspirasi
Upper lobe 86 84 85 2 1
Middle lobe 81 80 79 1 1
Lower lobe 77 75 75 2 0
Sumber : Data Primer, 2019
j. MET
Hasil :6
Interpretasi : sesak ketika aktivitas berjalan cepat
k. Pemeriksaan Indeks Barthel
Hasil : 92
Interpretasi : ketergantungan ringan
l. NYHA (New York Heart Association)
Hasil : II
Interpretasi :100 m berjalan terasa sesak/ sesak ketika
melakukan aktivitas berat.
m. Six minutes walking test
Hasil : 1 menit 8 kali putaran dengan DN 70x/menit dan SaO2 98%
Interpretasi : Pasien hanya mampu berjalan selama 1 menit dengan
hasil 2,24 trek
n. Skala Borg ( Derajat Sesak)
Hasil :3
Interpretasi : sedang
o. HRS-A
Hasil : 24
Interpretasi : kecemasan sedang
p. Pemeriksaan Radiologi (21 Maret 2019)
gambar
Hasil:
36
FIVC 1,47 - - I
Best FVC 1,34 4,13 32,31 I
Besr FEV1 1,07. 3,36 31,92 I
Sumber : Data Primer, 2019
Interpretasi : Restrictive abnormality
s. Pemeriksaan COPD Assesment Test (CAT)
Hasil : 19
Interpretasi : Sedang (Pasien Mengalami Hari Yang Baik Dalam
Seminggu Tetapi Batuk Berdahak Hampir Disetiap Hari Dan
Mengalami Ekserbasasi 1-2 Kali Dalam Setahun. Mereka Sesak
Hampir Setiap Hari Dan Biasanya Bangun Dengan Dada Yang Berat
Dan Mengi. Mereka Sesak Ketika Membungkuk Dan Hanya Dapat
Menaiki Tangga Perlahan. Mereka Melakukan Pekerjaan Perlahan
Atau Berhenti Untuk Istirahat).
i. Diagnosis Fisioterapi
Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan dari hasil proses
pengukuran dan pemeriksaan tersebut, yaitu: “Gangguan Fungsional Paru-Paru
Berupa Sesak Napas E.C Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Sejak 6
Bulan yang Lalu”.
ii. Problem Fisioterapi
1. Problem Primer : sesak napas
2. Problem Sekunder : kecemasan, tightness m. sternocleidomastoideus
dan scalene, penumpukan sputum dan gangguan postur.
3. Problem Kompleks : gangguan ADL berjalan lama.
iii. Tujuan Penanganan Fisioterapi
1. Tujuan jangka panjang:
Mengoptimalkan kemampuan ADL
2. Tujuan jangka pendek:
a. Mengurangi sesak napas
b. Mengurangi kecemasan
c. Membantu mengeluarkan sputum
d. Meningkatkan ekspansi thoraks
38
Tens F : 1x/hari
I : 10 mA
T : local (thorax bag.anterior)
T : 10 menit
F:1x sehari
I: 8 hitungan, 3x repetisi
T: Pursed Lip Breathing exc
T: 5 menit
3 Sesak napas Breathing Exercise F:1x sehari
I: 8 hitungan, 3x repetisi
T: Diaphragmatic Breathing exc
T: 5 menit
Sputum Nebulizer F : 1x/hari
4 I:-
T : obat pulmicort & meptin
T : sampai obatnya habis
Ecx.Theraphy F : 1x/hari
I : 3-5 rep
T : huffing & coughing Exc
T : 5 menit
5 Spasme m.scm Exercise therapy F : 1x/hari
I : 15 hitungan, 3x repetisi
T : Stretcing exc
T : 5 menit
6 Gangguan postur Exercise therapy F : 1x/hari
I : 8 hit 3 rep
T : Bugnet exc (sitting)
T : 3 menit
7 Ekspansi Thorax Exercise Threapy F : 1x/hari
I : 8 hit 3 rep
T : Respiratory Muscle Strech
Gymnastic
T : 5 menit
40
v. Evaluasi Fisioterapi
Adapun hasil evaluasi dan modifikasi terhadap program fisioterapi yang
telah diberikan pada klien tersebut, adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Evaluasi Fisioterapi
No Problem FT Parameter Hasil Interpretasi
Sebelum Setelah intervensi
intervensi
1 Kecemasan HRS-A 24 (Kecemasan 17 (ringan) Kecemasan
Sedang) menurun
vi. Modifikasi
Tabel 11. Modifikasi fisoterapi
No Problem Fisioterapi Modalitas FT Dosis
1. Latihan pernapasan
F:1x sehari
T: 3 menit
2. Latihan bejalan
F : 2x/hari
I : toleransi pasien
T : Pasien berjalan selama 6 menit jika merasa sesak dan lelah maka
T : toleransi pasien
viii. Kemitraan
Melakukan kolaborasi atau kemitraan dalam rangka memberikan
3. Dokter radiologi
4. Apoteker
42
ix. Dokumentasi
43
DAFTAR PUSTAKA
Aras, Djohan. 2013. Buku Ajar Mata Kuliah Proses dan Pengukuran Fisioterapi.
Makassar : Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran Unhas.
Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Sulawesi
Selatan 2010. Jakarta-Indonesia
Drake, R.L., Vogl, A.W., Mitchell, A.W.M., 2012. Gray Dasar-Dasar Anatomi.
Elsevier Churchill Livingstone, Singapore.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta
GOLD, 2016. Pocked Guide To COPD Diagnosis, Management, and Prevention.
USA : Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Inc
Grace A. Pierce, Borley R. Nier. 2011. Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora
Aksara Pratama
Guyton, AC., Hall, JC. 2007 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran .Jakarta. EGC.
Jackson, D. 2014. Keperawatan Medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta, Rapha
Pubising.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. 2008. Essentials of clinical
geriatrics. 6th ed. New York, NY: McGraw-Hill.
Kementerian Kesehatan. 2017. Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta : Pusat Data
dan Informasi Kemenkes.
Kisner, C dan Colby L. A. 2012. Therapeutic Exercise: Foundations and
Techniques. 6th Ed. Philadelphia: F. A. Davis Company. PP: 2
Kisner, Carolyn. 2007. Therapeutic Exercise.USA: Margaret Biblis
Maryam, R. Siti dkk. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Mukti, Mohammad Afien. 2017. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Pds
Pulmonologi Dan Kedokteran Respirasi Fk Uns / Rsud Dr. Moewardi
Surakarta
Panita L , Kittisak S, Suvanee S, Wilawan H. 2011. Prevalence and recognition
of geriatri syndromes in an outpatient clinic at a tertiary care hospital of
Thailand. Medicine Department; Medicine Outpatient Department, Faculty
of Medicine, Srinagarind Hospital, Khon Kaen University, Khon Kaen
40002, Thailand. Asian Biomedicine.5(4): 493-497.
Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum
dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
44
Pranarka K. 2011. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4:
Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. http://www.litbang.depkes.go.id
Sari, LWI. 2015. Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Sebelum Dan Sesudah
Pelatihan Senam Lansia Menpora Pada Kelompok Lansia Kemuning,
Banyumanik. Semarang
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing:1132-53.
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Silbernagl, S. 2016. In: Silbernagl, S., Lang, F. editor. Teks dan Atlas Berwarna
Patofisiologi. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
c. Mudah berkeringat
d. Sering pusing atau sakit kepala
e. Bulu roma berdiri
14. Perilaku sewaktu wawancara a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Mengerutkan dahi atau kening
e. Muka tegang
f. Tonus otot meningkat
g. Napas pendek dan cepat
h. Muka merah
Indeks Barthel
Nilai
No Aktivitas
Bantuan Mandiri
1 Makan 5 10
2 Berpindah dari kursi roda ke 5-10 15
tempat tidur dan sebaliknya
3 Kebersihan diri, mencuci 0 5
muka, menyisir, mencukur dan
menggosok gigi
4 Aktivitas di toilet 5 10
5 Mandi 0 5
6 Berjalan mendarat (jika tidak 10 15
mampu) dengn kursi roda
7 Naik-turun tangga 5 10
8 Berpakaian dan bersepatu 5 10
9 Mengontrol BAB 5 10
10 Mengontrol BAK 5 10
Jumlah 100
Penilaian :
0-20 : Ketergantungan penuh
21-61 : Ketergantungan berat/sangat
62-90 : Ketergantungan moderat
91-99 : Ketergantungan ringan.
100 : Mandiri
49