Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

“ CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)”

EFI HUDRIAH 002810142020

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI INDUSTRI

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................. Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4

A. Anatomi Terowongan Carpal ......................................................................... 4

B. Definisi Carpal Tunel Syndrome ................................................................... 5

C. Etiologi ........................................................................................................... 7

D. Faktor Resiko ................................................................................................. 9

E. Patomekanisme ............................................................................................ 11

F. Tanda dan Gejala ......................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 14

A. Kesimpulan .................................................................................................. 15

B. Kritik dan Saran ........................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang Alhamdulillah tepat waktu dengan judul Asbestos.
Tidak lupa pula shalawat dan salam atas junjungan nabi Muhammad
SAW sebagai suri tauladan bagi sekalian Ummat dalam segala aspek dalam
kehidupan, sehingga menjadi motivasi kami dalam menuntut ilmu dalam bangku
perkuliahan.
Makalah ini tentang carpal tunnel syndrome (cts) definisi, jenis-jenis,
gejala serta bahaya bagi pekerja di industri.Saya menyadari bahwa pada makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan masih banyak terdapat kesalahan baik dalam
kata-kata ataupun pengertian mengenai konsep dasar kesehatan masyarakat.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan ikut serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Apabila banyak kesalahan dalam kata ataupun penulisan saya mohon maaf dan
kepada Allah saya mohon ampun. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
urusan kita. Aamiin.

Makassar,8 Oktober 2021

Efi Hudriah

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik

yang ada di sektor formal maupun informal.(1) Keselamatan kerja adalah upaya untuk

mencegah timbulnya kecelakaan agar setiap karyawan dapat bekerja dengan aman

dan nyaman serta terhindar dari kecelakaan kerja. (2)

Pada tahun 2003 World Health Organization (WHO) memperkirakan

prevalensi gangguan musculoskeletal mencapai 60% dari semua penyakit akibat

kerja. Gangguan muskuloskeletal menimbulkan rasa nyeri dan terbatasnya gerakan

pada. Menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (1994)

menyebutkan bahwa tingkat kasus CTS adalah 4,8 kasus per 10.000 pekerja dengan

13% kasus disebabkan karena gerakan berulang-ulang dalam penggunaan sebuah

alat, atau posisi menggenggam suatu alat. Berdasarkan laporan American Academy of

Orthopaedic Surgeons tahun 2007, kejadian CTS di Amerika Serikat

diperkirakan 1- 3 kasus per 1.000 subyek pada populasi umum. Pada tahun 2001

Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menyatakan pada periode

1996-1998 tercatat sampai 2.811.000 kasus, diantaranya adalah gangguan akibat

faktor risiko ergonomi.(10, 11)

Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (2006), sekitar 40,5 % penyakit

yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang

dialami pekerja menurut studi yang dilakukan tehadap 9.482 pekerja di 12

kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa penyakit musculoskeletal (16%),

kardiovaskuler (8%), gangguan syaraf (6%),gangguan pernapasan (3%), dan

gangguan THT (1,5%). Dapat disimpulkan penyakit akibat kerja yang banyak
dialami pekerja di Indonesia adalah muskuloskeletal, salah satu diantaranya CTS.(12)

Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui

karena sampai data terakhir tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit

akibat kerja yang dilaporkan karena berbagai hal. Penelitian pada pekerjaan dengan

risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan melaporkan prevalensi CTS antara

5,6% sampai dengan 15%. Penelitian Harsono pada pekerja suatu perusahaan ban di

Indonesia melaporkan prevalensi CTS pada pekerja sebesar 12,7%.(13)

Hasil penelitian Bur (2015) pada pekerja bagian produksi di PT. Sumatera

Tropical Spices Berseri Kab. Padang Pariaman menunjukan salah satu faktor yang

sangat mempengaruhi CTS adalah faktor pekerjaan.(16) Faktor pekerjaan yang

mempengaruhi CTS diantaranya adalah gerakan berulang, sikap kerja, lama kerja,

dan masa kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) pada wanita

pemetik melati di Purbalingga menunjukkan adanya hubungan antara gerakan

berulang dengan kejadian carpal tunnel syndrome dengan p-value 0,013. Frekuensi

gerakan berulang yang tinggi lebih dari 30 kali gerakan permenit dalam bekerja akan

menyebabkan terjadinya CTS. Posisi tangan dan pergelangan tangan berisiko apabila

dilakukan gerakan berulang/ frekuensi sebanyak 30 kali dalam satu menit. Semakin

tinggi frekuensi gerakan berulang semakin tinggi risiko terjadinya CTS.

B. Tujuan

Untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan subyektif Carpal

Tunnel Syndrome.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Terowongan Karpal

Terowongan Karpal terletak di pergelangan tangan. Kerangkanya dibentuk


oleh 8 buah tulang karpal yang tersusun atas dua deret. Deretan proksimal terdiri
dari (lateral ke medial) tulang Navikulare, Lunatum, Trikwetrum dan Pisiformis.
Deretan distal terdiri dari (lateral ke medial) tulang Trapesium (multangulum
mayus), Trapezoidum (mulatangulum minus), Kapitatum dan Hamatum. Di bagian
proksimal tulang karpal ini bersendi dengan bagian distal tulang radius dan tulang
ulna, sedangkan distal dari deretan distal bersendi dengan tulang metakarpal.
Deretan proksimal dengan distal berhubungan melalui sendi midkarpal. Tulang
karpal ini melengkung dengan bagian konkaf menghadap ke arah volar. Persendian
yang banyak ini menyebabkan berbagai macam pergerakan pergelangan, terutama
sendi radiokarpal dan sendi midkarpal. Disamping itu, ligamen yang
menghubungkan sendi juga banyak mempengaruhi posisi tulang tersebut 1.
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di
mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui
oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk
dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk
oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament)
yang kuat dan melengkung di atas tulang- tulang karpalia tersebut2.

Gambar 1. Anatomi terowongan carpal


(Agustin,2019)
Di dalam terowongan tersebut terdapat saraf medianus yang berfungsi
menyalurkan sensori ke ibu jari, telunjuk dan jari manis serta mempersarafi fungsi
otot-otot dasar sisi dari ibu jari/otot tenar. Selain saraf medianus, di dalam
terowongan tersebut terdapat pula tendon- tendon yang berfungsi untuk
menggerakkan jari-jari 2.
Nervus medianus berasal dari dua radiks yaitu radiks lateralis dan radiks
medialis. Radiks lateralis adalah lanjutan dari fusciculus lateralis yang menerima
serabut dari C6 dan C7 sedangkan radiks medialis adalah lanjutan dari fasciculus
medialis yang menerima serabut dari C8 dan T1. Radiks lateralis dan radiks medialis
bergabung membentuk nervus medianus di sebelah lateral arteri axillaris 3.
Nervus medianus mempersarafi otot – otot fleksor di lengan bawah, kecuali
m. Flexor carpi ulnaris, bagian ulnar m. Flexor digitorum dan lima otot tangan.
Nervus medianus memasuki fossa cubitalis medial dari arteri brachialis, melintas
antara caput m. Pronator tere, turun antara m. Flexor digitorum superficialis dan m.
Flexor digitorum profundus dan terletak di dekat retinaculum flexorum sewaktu
melalui canalis carpi untuk sampai di tangan 3.
Pada canalis carpi, N. Medianus mungkin bercabang menjadi komponen radial
dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi cabang sensorik pada
permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik m. abductor
pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis 4.
Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke
permukaan jari kedua, ketiga dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf median
dapat memersarafi permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal
sendi interphalangeal proksimal 4.
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik pada
canalis carpi. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi anatomi yang
menciptakan variabilitas patologi yang besar dalam kasus Capal Tunnel Syndrome 5.

Gambar 2 Anatomi Nervus Medianus


(Rosyidah Citra, 2021)
B. Definisi Carpal Tunnel Syndrome
Carpal tunnel sindrom merupakan neuropati perifer yang paling umum
ditandai dengan gejala adanya kompresi atau penekanan pada nervus medianus
pada pergelangan tangan ketika melewati terowongan karpal. Kondisi ini terjadi
pada 3.8%-4.9% dari populasi umum dengan prevalensi tertinggi terjadi pada
wanita umur 50-59 tahun. Gejala yang paling sering muncul berupa nyeri,mati rasa
dan sensasi kesemutan pada tangan dan jari-jari serta memburuk pada malam hari
7
.
Cabang sensorik superfisial dari nervus medianus yang mempercabangkan
persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi
bagian telapak tangan dan jari jempol nervus medianus terdiri dari serat sensorik
94% dan hanya 6% serat motorik pada terowongan karpal 9.
Tertekannya nervus medianus dapat disebabkan oleh mengecilnya ukuran
canalis carpi serta terjadinya pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon –
tendon fleksor atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat
mengecilkan ukuran canalis sehingga terjadi penekanan pada nervus medianus yang
membuat nervus semakin masuk ke dalam ligamentum carpi transversum sehingga
dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis
brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan
hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh
bagian distal nervus medianus 6.
Bentuk lain dari penjepian saraf medianus berupa pronator syndrome and
anterior interosseous nerve syndrome. Pronator syndrome didefinisikan sebagai
penekanan pada lengan yang menghasilkan perubahan sensorik pada penyebaran
saraf medians di tangan dan pada palmar cutaneous. pronator syndrome and
anterior interosseous nerve syndrome merupakan karakteristik dari hilangnya
keseluruhan atau sebagian fungsi motoric otot yang dipersarafi oleh anterior
interosseous nerve yang merupakan cabang motorik dari saraf medianus di
lengan10.

C. Etiologi
Beberapa penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
Carpal Tunnel Syndrome antara lain 11:

a. Idiopatic carpal tunnel syndrome sering terjadi pada wanita (65-80%) dengan
usia antara 40-60 tahun. Idiopatic CTS memiliki hubungan dengan terjadinya
hipertropy pada membran synovial pada flexor membrane diakibatkan adanya
degenerasi jaringan lunak berupa sclerosis vascular, edema dan pemecahan
kolagen.
b. Pekerjaan : gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu
yang lama.
c. Trauma: dislokasi dan sebluksasi carpus tulang karpal, fraktur atau hematom
pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan. Sprain pergelangan
tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.
d. Kelainan pada sendi : wrist arthrosis, inflammatory arthritis (disebabkan oleh
hipertrofi synovial, deformitas tulang atau pemendekan karpal),infeksi arthritis,
rhizarthrosis or villonodular synovitis.
e. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,

hipotiroidi, kehamilan.
f. Infeksi: Tenosinovitis, Tuberkulosis, Sarkoidosis. Lupus
g. Metabolik: Amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan, 
khususnya
sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan ligamen, 
dan tendon dari
simpanan zat yang disebut mukopolisakarida. 


h. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III. 

i. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma. 

j. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,

skleroderma, lupus eritematosus sistemik. 

k. Degeneratif: osteoartritis. 

l. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
m. Faktor stress 

n. Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon

menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome. 

D. Faktor resiko
Ada empat sebagai faktor kontrol dari kejadian CTS yaitu jenis kelamin, usia, IMT
dan penyakit penyerta 6.

1) Jenis Kelamim
Carpal Tunnel Syndrome lebih mempengaruhi perempuan dari laki-laki
,yaitu 3,6 kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki (Mattioli et al, 2008).
Berdasarkan rasio antara perempuan dan laki- laki untuk CTS memiliki
perbedaan yang cukup tinggi 3:1. Laki-laki menunjukkan peningkatan kejadian
CTS secara bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut, sedangkan wanita
memuncak setelah monopause, hal tersebut secara umum konsisten dengan
konsep bahwa pada wanita mungkin ada komponen hormonal dalam penyebab
CTS 12.
Sheila (2010) menjelaskan bahwa adanya perbedaan hormonal pada
wanita, terutama saat wanita hamil dan menopause. Saat hamil disebabkan
oleh retensi cairan yang menempatkan tekanan tambahan pada terowongan
karpal dan menyebabkan gejala. Namun beberapa wanita tidak mengalami
gejala sampai setelah melahirkan dan awal meyusui. Menyusui sementara
menurunkan kadar steroid alami, yang mempertinggi potensi peradanagan
selain itu juga disebakan oleh perbedaan anatomi tulang karpal, dimana tulang
pergelangan tangan pada wanita secara alami lebih kecil sehingga menciptkan
ruang yang lebih ketat dimana saraf dan tendo harus lewat.
Sedangkan perubahan hormon menopause dapat menempatkan
perempuan pada resiko lebih besar untuk mendapatkan Carpal Tunnel
Syndrome karena struktur pergelangan tangan membesar dan dapat menekan
pada saraf pergelangan tangan 6.
2) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) yang meningkat pada orang 
yang obesitas
adalah faktor resiko CTS dikarenakan semakin besarnya tekanan pada syaraf
median seiring dengan semakin besarnya IMT (Bray, 1985). Individu yang
diklasifikasikan sebagai obesitas (IMT > 25) adalah 2,5 kali lebih beresiko
terdiagnosis CTS dibandingkan individu yang ramping 6.
3) Penyakit Penyerta

Penyakit penyerta memberikan kontribusi terhadap Carpal 
Tunnel
Syndrome. Perubahan anatomi tulang karpal akibat cedera maupun fraktur
dapat mempersempit volume tulang karpal. CTS yang akut jarang terjadi,
biasanya terjadi karena adanya trauma pada tulang karpal, akibat patah atau
retaknya distal radius. Gejala baru akan muncul setelah beberapa bulan hingga
tahun setelag trauma. Penyakit penyerta atau riwayat pwnyakit yang dapat
menyebabkan resiko CTS seperti; Arthritis Reumatoid, Fraktur/Dislokasi,
Diabete Mellitus, dll 6.
4) Usia

Laki-Laki menunjukkan peningkatan kejadian Carpal 
Tunnel Syndrome
secara bertahap dengan meningkat sampai usia lanjut, sedangkan wanita
memuncak setelah menopause (sesuai dengan kelompok usia 50-54 tahun), hal
tersebut secara umum konsisten dengan konsep bahwa pada wanita mungkin
ada komponen hormonal dalam penyebab Carpal Tunnel Syndrome 12. 


E. Patomekanisme
Ada beberapa hipotesis mengenai patogenesis dari CTS. Beberapa teori telah
diajukan untuk menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Berdasarkan
teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus di
terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan
konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari
kompresi mekanik. Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti
ketegangan, tenaga berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan
berkepanjangan atau berulang 11.
Teori insufisiensi mikro vaskular menyatakan bahwa kurangnya pasokan darah
menyebabkan berkurangnya nutrisi dan oksigen ke saraf sehingga menyebabkan
perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf. Scar dan
jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalam saraf. Tergantung pada keparahan
cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala CTS,
terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan
konduksi saraf akut dan reversibel dianggap gejala untuk iskemia. Seiler et al
menunjukkan bahwa normalnya aliran darah berdenyut di dalam saraf median
dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum karpal transversal dilepaskan.
Sejumlah penelitian eksperimental mendukung teori iskemia akibat kompresi
diterapkan secara eksternal dan karena peningkatan tekanan di karpal tunnel 13.

Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas suplai darah dari saraf dan
tekanan darah sistolik . Ditemukan bahwa konduksi melambat pada median saraf
dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan mungkin tidak selalu disebabkan
myelinisasi yang terganggu 6.
Menurut teori getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan
jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di karpal tunnel. Lundborg et
al mencatat edema epineural pada saraf median dalam beberapa hari berikut
paparan alat getar genggam. Selanjutnya, terjadi perubahan serupa mengikuti
mekanik, iskemik, dan trauma kimia 6 .
Hipotesis lain dari CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara
kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan
terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafaskuler. Akibatnya aliran darah vena
intrafaskuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi
intrafaskuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan
endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sebab yang
timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang
terlibat digerak-gerakkan, mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada
aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang
merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh
jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara
menyeluruh 14.
Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan
menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik
ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan
berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang
menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat terjadi
kerusakan pada saraf tersebut 14.
F. Tanda dan Gejala
Pada tahap awal gejala awal umumnya berupa rasa sakit pada daerah
pergelangan tangan, kesemutan, parestesia yang terjadi dalam distribusi saraf
medianus tangan pada jari 1,2,3 dan setengah sisi radial jari 4 dan berkurangnya
kekuatan menggenggam
Gejala memburuk pada malam hari dimana pasien terbangun pada jam-jam
awal dengan rasa nyeri yang panas membakar,perasaan geli, dan mati rasa.
Gejala-gejala Carpal Tunnel Syndrome sebagai berikut:
1. Sakit tangan dan mati rasa, terutama pada waktu malam hari
2. Nyeri, kesemutan, mati rasa pada jari-jari tangan, terutama ibu jari, telunjuk dan
jari tengah.
3. Waktu pagi atau siang hari perasaan pembengkakan terasa ketika
menggerakkan tangan dengan cepat.
4. Rasa sakit menjalar ke atas hingga lengan atas sampai dengan pundak.
5. Terkadang tangan terasa lemas dan hilang keseimbangan terutama di pagi hari.
6. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya
kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat
dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis).
dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus 14.

Berdasarkan tanda dan gejala carpal tunnel syndrome dibagi dalam 3 tahapan
6
yaitu :

a. Tahapan 1 : Pasien sering terbangun pada malam hari dengan rasa parasthesia
didaerah tangan. Beberapa melaporkan rasa sakit dirasakan dari jari-jari sampai
bahu serta rasa kesemutan pada tangan dan jari-jari. Pada pagi hari, rasa
kekakuan pada tangan masih ada.
b. Tahapan 2 : Gejala terjadi sepanjang hari, lebih sering dirasakan ketika
melakukan gerakan dengan posisi yang sama dalam jangka waktu yang lama
atau melakukan gerakan berulang pada tangan dan jari-jari. Ketika terjadi deficit
motoric, pasien melaporkan sering menjatuhkan benda yang di pegangnya
karena mereka tidak dapat merasakan jari-jarinya.
c. Tahapan 3 : Pada akhir tahapan terjadi atropi pada otot thenar dan saraf
medianus biasanya sudah mempunyai respon yang buruk sehingga diperlukan
pembedahan. Pada tahapan ini gejala sensoris berkurang serta terjadi
kelemahan dan atropi pada abductor pollicis brevis dan opponeus pollicis.

Lama kerja juga merupakan salah satu faktor risiko yang mendukung

munculnya gangguan CTS. Penelitian yang dilakukan oleh Suherman (2012)

mengemukakan bahwa proporsi CTS lebih banyak ditemukan pada pekerja yang

memiliki lama kerja 4-8 jam dibandingkan dengan pekerja yang memiliki lama kerja

kurang/sama dari 4 jam perharinya.(19)


BAB III

KESIMPULAN

Sikap kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan kelelahan dan

cedera pada otot tangan. Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja

yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah

Begitu juga dengan masa kerja, masa kerja merupakan salah satu faktor yang

dapat mendukung munculnya gangguan CTS yang disebabkan oleh pekerjaan.

ini terjadi karena semakin lama masa kerja, akan terjadi gerakan berulang

pada finger (jari tangan) secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama

sehingga dapat menyebabkan stress pada jaringan disekitar terowongan

karpal.(19)
DAFTAR PUSTAKA

1. Agustin, CPM. 2019. Hubungan Masa Kerja Dan Sikap Kerja Dengan Kejadian
Sindrom Terowongan Karpal Pada Pembatik Cv. Pusaka Beruang Lasem.
Semarang: Universitas Negeri Semarang

2. Salawati L.,Syahrul. Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.


2020;14(1)

3. Moore, KL. 2018. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta.

4. Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. 2020. Tunnel Syndromes:Peripheral


Nerve Compression Syndrome Third edition. CRC PRESS. New York.

5. American Academy of Orthopaedic Surgeons.2018. Clinical Practice Guideline


on the Treatment of Carpal Tunnel Syndrome.

6. Rosyidah, Citra. 2021. Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Kejadian
Carpal Tunnel Syndrome (Cts) Pada Penderita Cts Di Rs Universitas
Hasanuddin Dan Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 2018 –
2021(Skripsi). Makassar: Universitas Hasanudin.

7. Barrio, JD., Gracia, B., Garcia, H., Miguel, ED., Moreno, T., Marco, R., & Laita,
C. 2019. Conservative treatment in patients with mild to moderate carpal tunnel
syndrome: A systematic review.Spain. Elsevier.

8. Aroori S, Spence RAJ. 2088. Carpal tunnel syndrome, Ulster Med J. 77 (1) : 6-
17

9. De Jong, R.N. 2020. The Neurologic Examination 5th ed. revised by A.F. Haerer.
Philadelphia. J.B. Lippincott. Vol 36 No.6: 1010-1016

10. Ibrahim I, Khan WS, Goddard N, Smitham P. Carpal tunnel syndrome: a review
of the recent literature. Open Orthop J. 2020;6:69–76.

11. Uci Intan Permatasari. 2021, Hubungan Lama Dan Masa Kerja Terhadap Risiko
Terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Staff Administrasi Pengguna
Komputer: Narrative Review, JITU (Journal Physical Therapy UNISA), Vol 1,
No. 1, April 2021, pp.33-39.

12. Rizky Tri Utami, JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)


Volume 8, Nomor 5, September 2020.

Anda mungkin juga menyukai