Anda di halaman 1dari 7

ISSN 2338­7793

RESIKO JENIS PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN CARPAL


TUNNEL SYNDROME (CTS)

Yunita RM Berliana Sitompul


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta
E­mail: liayrmbs09@yahoo.co.id
ABSTRAK: Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah penyakit pada pergelangan tangan akibat kerja yang disebabkan oleh gerakan
berulang dan posisi abnormal ecara terus menerus yang dilakukan dalam waktu lama sehingga saraf median di pergelangan tangan
menjadi terjepit dengan gejala seperti: rasa kebas, rasa kesemutan dan nyeri. Tujuan penelitian mencari hubungan pekerjaan dengan
CTS dengan mengekstrasi tinjauan pustaka terkait tulisan yang berhubungan dengan penelitian resiko CTS dengan pekerjaan.
Metodologi yang digunakan adalah penelusuran artikel ilmiah yang terkait CTS dengan pekerjaan dari tahun 1997 hingga 2016
melalui Google Scholar dan sumber lain. Penelitian oleh Lazuardi AI pada pekerja dengan resiko tinggi pada pergelangan tangan
melaporkan prevalensi CTS diantara 5,6% sampai dengan 15%, sementara penelitian Astrina Aulia mendapatkan angka 65,2 %.
Contoh jenis pekerjaan yang banyak melakukan gerakan yang berulang yang dapat menimbulkan CTS adalah penjahit. Dapat
disimpulkan penyebab dan patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan gejala dan
gangguan studi konduksi saraf, yang paling populer adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori getaran.
Kata kunci: CTS, pekerja resiko tinggi, penjahit
ABSTRACT: Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is one type of occupational disease caused by repetitive movements and awkward
positions that persist for a long time, the median nerve in the wrist becomes depressed causing symptoms such as numbness, tingling
and pain. The aim of the study was to find employment relations with CTS by extracting a literature review related to CTS risk with
work. The method is by searching scientific article relation between CTS with work from 1997 to 2016 through Google scholar and
other sources. Research by Lazuardi AI on high­risk wrist workers reported CTS prevalence between 5,6% and 15%, while Astrina
Aulia’s found 65,2%. One job that does a lot of static activities with repetitive movements is tailor. It can be concluded that the causes
and phatogenesis of CTS are still unclear. Several theories have been proposed to explain the symptoms and disorders of nerve
conduction studies, the most popular of wich are mechanical compression, microvascular insufficiency and vibration theory.
Keywords: CTS, high risk workers, tailors

PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN


Latar belakang penelitian ini adalah bahwa Metodologi yang digunakan pada penelitian ini
penyakit akibat kecelakaan kerja merupakan salah adalah penelusuran artikel ilmiah yang terkait CTS
satu masalah kesehatan di Indonesia. Jumlah kasus dengan pekerjaan dari tahun 1997 hingga 2016
kecelakaan akibat kerja tertinggi terjadi pada tahun melalui Google Scholar dan sumber lain. Penelitian
2013 yaitu sebesar 35.917 kasus (Badan Pusat oleh Lazuardi AI pada pekerja dengan resiko tinggi
Statistik, 2016). Menurut Badan Pusat Statistik tahun pada pergelangan tangan melaporkan prevalensi CTS
2016, Penyakit Akibat Kerja (PAK) merupakan salah diantara 5,6% sampai dengan 15%, sementara
satu bagian dari masalah kesehatan yang berkaitan penelitian Astrina Aulia mendapatkan angka 65,2 %.
dengan pekerjaan seseorang dan dipengaruhi oleh Contoh jenis pekerjaan yang banyak melakukan
berbagai faktor disekitarnya. Salah satu faktor gerakan yang berulang yang dapat menimbulkan CTS
resikonya adalah desain tempat kerja yang kurang adalah penjahit.
atau tidak ergonomis yaitu tidak sesuai dengan
fisiologi dan anatomi manusia, selain itu alat kerja
PEMBAHASAN
yang tidak sesuai dan cara kerja yang banyak
menggunakan posisi abnormal yang dilakukan dalam Penyakit Akibat Kerja
waktu lama atau gerakan­gerakan berulang Terdapat beberapa penyebab PAK yang umum
(Soemarko DS. 2012). Tujuan penelitian adalah terjadi di tempat kerja, berikut beberapa jenis yang
mencari hubungan pekerjaan dengan Carpal Tunnel digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit
Syndrome (CTS). yang ada di tempat kerja, yaitu (Buchari, 2007):

Jurnal Ilmiah WIDYA 1 Volume 5 Nomor 3 Januari­Juli 2019


Yunita R. M. Resiko Jenis Pekerjaan dengan
Berliana Sitompul, Kejadian Carpal Tunnel
1­7 Syndrome (CTS)

a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, Terowongan karpal terletak pada bagian sentral dari
tekanan udara, vibrasi, penerangan pergelangan tangan dimana terdapat tulang dan
b. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam ligamen yang membentuk terowongan sempit yang
bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut dilewati oleh oleh beberapa tendon dan nervus
medianus. Tulang–tulang karpal yang membentuk
c. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll dasar dan sisi–sisi terowongan yang kaku dan keras,
d. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat sedangkan atapnya ditutupi oleh fleksor retinakulum
kerja, beban kerja, gangguan pada anatomi seperti (transverse carpal dan palmar ligament) yang
muskuloskeletal melengkung dan kuat diatas tulang–tulang karpal.
e. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi Pada terowongan karpal, nervus medianus
kerja, tuntutan pekerjan bercabang menjadi komponen radial dan ulnar.
Komponen radial dari nervus medianus akan menjadi
Seiring dengan kebutuhan manusia akan
cabang sensorik pada permukaan palmar jari­jari
pekerjaan yang bertambah, perkembangan industri
pertama dan kedua dan cabang motorik muskulus
juga semakin pesat salah satunya pada industri tekstil.
abductor pollicis brevis, muskulus opponens pollicis,
Dalam proses produksinya industri testil dibagi
dan bagian atas dari muskulus flexor pollicis brevis.
menjadi beberapa bagian diantaranya bagian
Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor pollicis
konveksi (Iriani, T. 2010). Usaha konveksi
brevis menerima persarafan dari nervus medianus.
merupakan usaha yang termasuk kategori usaha
Sebanyak 2 % dari penduduk, muskulus policis
berskala kecil dan menengah yang memproduksi
adduktor juga menerima persarafan nervus medianus.
pakaian jadi, salah satu proses pengerjaan dalam
Komponen ulnaris dari nervus medianus memberikan
usaha konveksi adalah penjahitan yang dikerjakan
cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan
dari tangan–mesin–tangan, sehingga pekerjaan di
sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat
bagian jahit membutuhkan kordinasi gerakan postur
mempersarafi permukaan dorsal jari kedua, ketiga,
tubuh dan pergelangan tangan yang baik serta
dan keempat bagian distal sendi interphalangeal
konsentrasi yang tinggi (Rohma S. Seminar Nasional
proksimal (Campbell W. De Jong’s, 2013).
IENACO). Pada konveksi penyakit akibat kerja yang
paling sering adalah penyakit yang berhubungan
dengan muskuloskeletal. Salah satu gangguan
muskuloskeletal adalah Carpal Tunnnel Syndrome
(CTS) atau sindrom terowongan karpal.
Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam
masalah penyakit akibat kerja belum diketahui karena
sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis
penyakit akibat kerja yang dilaporkan karena
berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian
Lazurdi AI (Lazuardi AI. 2015), pada pekerjaan
dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan
Gambar 1. Saraf Medianus
tangan melaporkan prevalensi CTS diantara 5,6%
Sumber: Katz, Jeffrey N. et al., 2011.CTS. N Engl J Med.
sampai dengan 15%. Sementara itu, menurut Vol. 34
penelitian Astrina Aulia terhadap pekerja bagian
packing plant di Indarung, Sumatera Barat, diketahui Tertekannya nervus medianus dapat disebabkan
bahwa sebesar 65,2% pekerja menderita CTS oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,
(Astrina Aulia, 2015 dalam Lazuadi AI, 2015). membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya
(pembengkakan jaringan lubrikasi pada
Anatomi & Patofisiologi tendon–tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi
Menurut Snell R (Snell R. Upper Limb. In: dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran
Clinical Anatomy by Regions. 9th ed. Philadelphia: canalis. Penekanan terhadap nervus medianus yang
Lippincott Williams & Wilkins. 2012; 351). menyebabkannya semakin masuk di dalam

Jurnal Ilmiah WIDYA 2 Volume 5 Nomor 3 Januari­Juli 2019


Yunita R. M. Resiko Jenis Pekerjaan dengan
Berliana Sitompul, Kejadian Carpal Tunnel
1­7 Syndrome (CTS)

ligamentum carpi transversum dan dapat berulang yang tinggi, pekerjaan menggenggam atau
menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan menjepit dengan kekuatan, postur abnormal pada
pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pergelangan tangan dalam waktu yang lama, dan
pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti getaran lengan­tangan. Faktor individu terdiri dari
dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum riwayat penyakit diabetes mellitus, hipotiroidisme,
carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal obesitas, arthtritis rheumatoid, umur, dan jenis
nervus medianus. Cabang sensorik superfisial dari kelamin wanita (Kurniawan, dkk. 2008).
nervus medianus yang mempercabangkan persarafan 1. Faktor Risiko Terkait Pekerjaan Fisik (Nurhikmah.
proksimal ligamentum carpi transversum yang 2011):
berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari
jempol. Nervus medianus terdiri dari serat sensorik a. Gerakan tangan berulang.
94% dan hanya 6% serat motorik pada terowongan Seseorang yang bekerja dengan melakukan
karpal (Ross SK. 2016). aktivitas kerja berulang yang melibatkan gerakan
tangan atau pergelangan tangan atau jari­jari adalah
suatu faktor risiko CTS yang memiliki pengaruh pada
faktor beban fisik. Semakin tinggi frekuensi gerakan
berulang semakin tinggi risiko terjadinya CTS.
b. Pekerjaan menggenggam/menjepit dengan
kekuatan
Pekerjaan dengan tenaga/kekuatan pada tangan
akan meningkatkan risiko CTS. Terjadinya tekanan
langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai
contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka
jaringan otot tangan yang lunak akan menerima
tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal
ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot
Gambar 2. Tangan yang dipersyarafi N. Medianus yang menetap.
Sumber: Katz, Jeffrey N. et al., 2011.CTS. N Engl J Med.
Vol. 34
c. Postur abnormal Pada Pergelangan Tangan
Postur daerah tangan/pergelangan tangan
termasuk deviasi ulnar, deviasi radial pergelanan
Carpal Tunel Syndrome (CTS)
tangan fleksi/ekstensi adalah postur yang menjadi
Definisi risiko kejadian CTS.
Menurut Levy et al, CTS adalah gangguan umum 2. Faktor Risiko Individu (Tana, Lusianawaty et al.
dengan gejala yang melibatkan nervus medianus. 2004)
Nervus medianus rentan terhadap kompresi dan
a. Umur
cedera di telapak tangan dan pergelangan tangan, di
Pertambahan usia dapat memperbesar risiko
mana dibatasi oleh tulang pergelangan tangan
terjadinya sindroma terowongan karpal. Menurut
(karpal) dan ligamentum karpal transversal. CTS
NIOSH (1986) umur yang berisiko terkena CTS
merupakan kombinasi dari kelainan jari, tangan dan
adalah 40­60 tahun.
lengan dengan gejala yang mencerminkan kompresi
sensoris atau motoris, paling sering terjadi pada orang b. Jenis Kelamin Wanita
dewasa di atas 30 tahun, khususnya perempuan (Levy Wanita mempuyai risiko tiga kali lebih besar
et al., 2011). untuk terjadinya sindrom terowongan karpal
dibandingkan pria. Hal ini disebabkan oleh ukuran
Faktor Resiko terowongan karpal pada wanita lebih sempit dan
Faktor risiko terjadinya CTS oleh Levy et al pengaruh estrogen yang dimiliki oleh wanita
(2011:349) dikelompokkan menjadi faktor individu
c. Obesitas
dan faktor fisik terkait pekerjaan. Faktor fisik terkait
CTS terjadi karena kompresi saraf di bawah
pekerjaan yaitu pekerjaan tangan dengan gerakan
ligamentum karpal transversal berhubungan dengan

Jurnal Ilmiah WIDYA 3 Volume 5 Nomor 3 Januari­Juli 2019


Yunita R. M. Resiko Jenis Pekerjaan dengan
Berliana Sitompul, Kejadian Carpal Tunnel
1­7 Syndrome (CTS)

naiknya berat badan dan IMT. American Obesity akibatnya aliran vena melambat dan menyebabkan
Association menemukan bahwa 70% dari penderita anoksia serta kerusakan endotel karena gangguan
CTS memiliki kelebihan berat badan. Setiap pemenuhan nutrisi ke dalam sel, apabila kondisi ini
peningkatan nilai IMT 8% risiko CTS meningkat. terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang
d. Diabetes Mellitus menyebabkan nekrosis serabut saraf. Dalam jangka
Diabetes Mellitus dapat mengakibatkan lama saraf akan atrofi dan digantikan oleh jaringan
komplikasi neuropati perifer yang dapat mempunyai ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
beberapa bentuk salah satunya neuropati akibat terganggu secara menyeluruh (Bahrudin, M., 2011).
jepitan, misalnya pada Carpal Tunnel Syndrome
Gejala Klinis CTS
dimana diabetes menyebabkan saraf menjadi sensitif
Gejala dini penyakit ini adalah mati rasa dan
terhadap tekanan
kesemutan di ibu jari, telunjuk dan jari tengah yang
e. Arthrtitis Rheumatoid seringkali membangunkan pasien pada saat tidur
Menurut American Society for Surgery of The malam. Gangguan sensasi ini akan menyebar ke
Hand (2011), Arthritis Rheumatoid dapat seluruh tangan dan lengan sehingga menimbulkan
mempersempit terowongan karpal. Terowongan kesukaran untuk memungut benda­benda kecil, yang
karpal yang menyempit secara langsung dapat pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri dan
menyebabkan CTS karena terjadinya penekanan pada kelumpuhan dari otot – otot. Pada tahap awal gejalah
saraf medianus. umumnya berupa gangguan sensorik saja, gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan berat. Gejala
Patogenesis awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa
Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa (numbness) atau rasa seperti aliran listrik (tingling)
teori telah diajukan untuk menjelaskan gejala dan pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun
gangguan studi konduksi saraf. yang paling populer kadang – kadang dirasakan mengenai seluruh jari.
adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, Parastesia biasanya muncul pada malam hari
dan teori getaran. Menurut teori kompresi mekanik, (Harrianto, Ridwan. 1999).
gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus
di terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini Lubis (2006:200) mengemukakan keluhan­
adalah menjelaskan konsekuensi dari kompresi saraf keluhan yang timbul pada Sindrom Terowongan
tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari Karpal yang umumnya terjadi secara berangsur­
kompresi mekanik. Kompresi diyakini dimediasi oleh angsur dan spesifik adalah (Lubis, Halinda Sari.
beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga 2006):
berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan a. Rasa nyeri di tangan, yang biasanya timbul malam
tangan berkepanjangan atau berulang (Ginsberg, atau pagi hari. Penderita sering terbangun karena rasa
Lionel. 2007). nyeri ini.
Menurut Lukman dan Ningsih (2009), saraf b. Rasa kebas, kesemutan, kurang berasa pada jari­
medianus lewat melalui kumparan tunnel pada jari. Biasanya jari ke 1,2,3, dan 4 (kecuali jari
tulang, yang terjadi karena karpal dorsalis dan kelingking)
ligament transversal pada karpal mengalami c. Kadang­kadang rasa nyeri dapat menjalar sampai
peradangan. Tendon fleksor bergerak melalui paralel lengan atas dan leher, tetapi rasa kebas hanya terbatas
tunnel menuju saraf medianus. Radang dan di distal pergelangan tangan saja.
pembengkakan dari garis synovial selaput tendon
mempersempit ruang yang ada dan menyebabkan d. Gerakan jari kurang terampil, misalnya ketika
tekanan pada saraf medianus. Gangguan kesehatan menyulam atau memungut benda kecil.
dengan gejala kesemutan dan nyeri akan muncul, hal e. Ada juga penderita yang datang dengan keluhan
ini diakibatkan oleh pembengkakan saraf yang otot telapak tangannya mengecil dan makin lama
melewati terowongan karpal di pergelangan tangan. semakin menciut.
Penekanan yang berulang­ulang akan menyebabkan
terjadinya peninggian tekanan intravasikuler,

Jurnal Ilmiah WIDYA 4 Volume 5 Nomor 3 Januari­Juli 2019


Yunita R. M. Resiko Jenis Pekerjaan dengan
Berliana Sitompul, Kejadian Carpal Tunnel
1­7 Syndrome (CTS)

Diagnosis 1. Pemeriksaan neurofisiologi elektrodiagnostik


Diagnosis CTS ditegakkan berdasarkan gejala­ (Huldani. 2013)
gejala yang ada dan didukung oleh beberapa a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya
pemeriksaan: fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan
1. Pemeriksaan fisik berkurangnya jumlah motor unit pada otot­
Menurut Merijanti, Pemeriksaan harus dilakukan otot thenar. Pada beberapa kasus tidak
pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan dijumpai kelainan pada otot­otot lumbrikal.
perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan EMG bisa normal pada 31% kasus CTS.
otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes b. Kecepatan hantar saraf pada 15­20% kasus bisa
provokasi yang dapat membantu menegakkan normal. Pada yang lainnya, KHS akan
diagnosa CTS adalah (Merijanti S, Lie T. 2005): menurun dan masa laten distal dapat
memanjang, menunjukkan ada gangguan pada
a. Phalen's test: Penderita diminta melakukan konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa
fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam laten sensorik lebih sensitif dari masa laten
waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes motorik.
ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis 2. Pemeriksaan radiologis
berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif
untuk menegakkan diagnosa CTS. Menurut Lukman dan Nurna Ningsih (2009).
b. Torniquet test: Pada pemeriksaan ini dilakukan Pemeriksaan foto rontgen pada pergelangan tangan
pemasangan tomiquet dengan menggunakan dapat membantu melihat apakah penyebab dari CTS
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit terdapat penyebab lain seperti fraktur atau arthritis.
di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit 3. Pemeriksaan Laboratorium
timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong Bila etiologi dari CTS belum jelas seperti pada
diagnosa. usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang
c. Flick sign: penderita di minta mengibas­ repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
ngibaskan tangan atau menggerak­gerakan seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun
jarinnya. Bila keluhan berkkurang aau darah lengkap (Jeffrey n. Katz, et al. 2011).
menghilang akan menyongkong diagnosis
CTS. Penatalaksanaan
d. Pemeriksaan sensibilitas: bila penderita tidak Terapi langsung yang ditujukan pada CTS adalah
dapat membedahkan dua titik pada jarak 6 terapi terhadap penyakit yang mendasari keadaan
mm di daerah nervus medianus, tes dianggap tersebut atau penyakit yang menyebabkan terjadinya
positif. CTS, oleh karena itu sebaiknya terapi dibagi menjadi
e. Pemeriksaan fungsi otonom: pada penderita 2 kelompok, yaitu (Latov, Norman. 2007):
diperhatikan, apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada 1. Terapi konservatif
daerah nervus medianus. Bila ada akan a. Istirahatkan pergelangan tangan
mendukung diagnosis CTS. b. Obat anti inflamasi non­steroid
c. Pemasangan bidai pada posisi netral
pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang
terus­menerus atau hanya pada malam hari
selama 2­3 minggu
d. Injeksi steroid. Deksametason 1­4 mg atau
hidrokortison 10­25 mg atau metilprednisolon
20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan
jarum No.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah
proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
Gambar 3. Pemeriksaan Crapal Tunnel Syndrome medial tendon musculus palmaris longus. Bila

Jurnal Ilmiah WIDYA 5 Volume 5 Nomor 3 Januari­Juli 2019


Yunita R. M. Resiko Jenis Pekerjaan dengan
Berliana Sitompul, Kejadian Carpal Tunnel
1­7 Syndrome (CTS)

belum berhasil, suntikan dapat diulangi adalah karena kompresi nervus medianus di
setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi terowongan karpal. Kompresi diyakini dimediasi oleh
dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga
memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan
e. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian tangan berkepanjangan atau berulang. Penelitian oleh
diuretik Lazuardi AI pada pekerja dengan resiko tinggi pada
f. Viatmin B6. Beberapa hipotesis menyatakan pergelangan tangan melaporkan prevalensi CTS
bahwa CTS terjadi karena adanya defisiensi diantara 5,6% sampai dengan 15%, dan Astrina Aulia
vitamin B6 sehingga dianjurkan pemberian mendapatkan angka 65,2 %. Contoh jenis pekerjaan
piridoksin 100­300 mg/hari selama 3 bulan. yang banyak melakukan gerakan yang berulang yang
Tetapi beberapa penulis lainnya berrpendapat dapat menimbulkan CTS adalah penjahit.
bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat
bahkan dapat menimbulkan neuropati bila Saran­Saran
diberikan dalam dosis besar Penelitian lebih lanjut tentang CTS dan
g. Fisioterapi. Dianjurkan untuk perbaikan hubungannya sebagai penyakit akibat kerja perlu
vaskularisasi tangan dilakukan untuk mendapatkan angka prevalensi serta
tindakan pencegahannya mengingat pekerjaan
menjahit dalam hal ini konveksi masuk dalam
golongan usaha kecil menengah yang bersifat padat
karya.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. diunduh dari: www.bps.go.id/
linkTabelstatis/view/id/1808 pada 5 November 2016.
Bahrudin, M., Carpal Tunnel Syndrome, Malang: FK UMM.
Vol.7 No.14. diunduh dari :http://ejournal.umm.ac.id/
index.php/sainmed/art de/view/10/ 90. 2011.
Buchari, Penyakit Akibat Kerja dan Penyakir Terkait Kerja, USU
Repository. 2007.
Campbell W. De Jong’s, The Neurologic Examination. 7th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2013.
Gambar 4. Menu Hand Brace Ginsberg, Lionel. Lecture Notes: Neurologi. Edisi Delapan.
2. Terapi operatif Erlangga Jakarta. 2007.
Harrianto, Ridwan. “Occupational Overuse Syndrome”. Jurnal
a. Tindakan operasi pada CTS disebut neurolisis Kedokteran Trisakti.Vol. 18 No. 2. 1999.
Huldani. Carpal Tunnle Syndrome. Referat. Universitas Lambung
nervus medianus pada pergelangan tangan. Mangkurat. Fakultas kedokteran Banjarmasin. 2013.
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang Iriani, T. Hubungan Repetitive Motion dengan Keluhan Carpal
tidak mengalami perbaikan dengan terapi Tunnel Syndrome pada Pekerja Menjahit di Bagian
Konveksi PT Dan Liris Sukoharjo Surakarta. Solo. Skripsi
konservatif atau bila terjadi gangguan FK Universitas Sebelas Maret,. Diunduh dari
sensorik yang berat atau adanya atrofi otot­ https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/22789/Hubungan­
otot thenar. Indikasi relatif tindakan operasi Repetitive­Motion­dengan­Keluhan­Carpal­Tunnel­
Syndrome­pada­Pekerjaan­Menjahit­di­Bagian­Konveksi­I­
adalah hilangnya sensibilitas persisten. Pt­Dan­Liris­Sukoharjo . 2010.
Jeffrey n. Katz, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med,
2002. Vol. 346, No. 23.2011.
PENUTUP Kurniawan, dkk. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel
Syndrome pada Wanita Pemetik Melati di Desa
Kesimpulan Karangcengis, Purbalingga. Jurnal Promosi Kesehatan
Penyebab dan patogenesis CTS masih belum Indonesia. Vol.3, No.1.2008.
jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk Latov, Norman. Peripheral Neuropathy. Demos Medical
Publishing. New York. 2007.
menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi Lazuardi AI. Determinan Gejala Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
saraf, yang paling populer adalah kompresi Pada Pekerja Pemecah Batu Di Kecamatan Sumbersari dan
mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori Sukowono Kabupaten Jember. 2015
getaran. Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS

Jurnal Ilmiah WIDYA 6 Volume 5 Nomor 3 Januari­Juli 2019


Yunita R. M. Resiko Jenis Pekerjaan dengan
Berliana Sitompul, Kejadian Carpal Tunnel
1­7 Syndrome (CTS)

Levy et al., Occupational and Enviromental Health Recognizing Ross SK. Carpal Tunnel Syndrome: Diagnosis and Treatment
and Preventing Disease and Injury. Sixth Edition. Oxford Guideline. USA: State of Oregon Department of Consumer
University Press.2011 & Business Services Workers. Compensation Division.
Lubis, Halinda Sari. Sindroma Terowongan Karpal Akibat Kerja. 1997.
Jurnal Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Snell R. Upper Limb. In: Clinical Anatomy by Regions. 9th ed.
FKM USU.2006. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Hal 351.
Lukman dan Nurna Ningsih. Asuhan Keperawatan pada Klien 2012.
dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Salemba Soemarko DS. Penyakit Akibat Kerja . Departemen IKK FKUI.
Medika. Jakarta. 2009. Seminar Nasional SMESCO,26 April 2012.
Merijanti S, Lie T. Gerakan Repetitif Berulang sebagai Faktor Tana, Lusianawaty et al. Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja
Risiko Terjadinya Sindrom Terowongan Karpal pada Garmen di Jakarta. Buletin Peneliti Kesehatan. Vol . 32, no.
Pekerja Wanita di Pabrik Pengolahan Makanan. Universal 2: 73­82. 2004.
Medicina. Vol. 24 No. 1.200.5
Rohma S. Analisis Hubungan Faktor­Faktor Individu Dengan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Pekerja Konveksi.
Seminar Nasional IENACO. 2016.

Jurnal Ilmiah WIDYA 7 Volume 5 Nomor 3 Januari­Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai