Oleh:
Nathalin Margriet Lasut – 16014101104
Wirawan Iman – 16014101122
Rori Andre Alexander – 16014101111
Pembimbing:
dr. Corry Mahama, Sp.S
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Pembimbing
1
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
A. Definisi...........................................................................................4
B. Epidemiologi..................................................................................4
C. Anatomi.........................................................................................5
D. Patofisiologi...................................................................................7
E. Diagnosis.......................................................................................8
1. Manifestasi Klinis...................................................................10
2. Pemeriksaan Fisik...................................................................10
3. Pemeriksaan Penunjang..........................................................13
BAB III. PENUTUP..........................................................................................14
Kesimpulan.........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15
2
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
BAB I
PENDAHULUAN
Siku merupakan subjek cedera yang sering dalam olahraga karena jangkauan
geraknya yang luas, susunan tulang lateral yang lemah, dan kelenturan relatif pada
jaringan lunak sekitar sendi. Setiap cedera yang mengenai jaringan lunak maupun
pada jaringan keras didaerah siku tersebut telah memiliki nama sendiri berdasarkan
lokasinya dan macam-macam cederanya. Cedera tersebut bisa terjadi karena penetrasi
yang dalam atau rangkaian pukulan pada proporsi siku yang tajam dan langsung,
gerakan resitif yang berlebihan, mikro trauma berulang-ulang, gerakan insersio dari
otot ekstensor lateral epicondilus dan gerakan fleksi dari pergelangan tangan dengan
kekuatan penuh yang berulang-ulang dan putaran tenaga yang ekstrim valgus dari
siku. 1
Setiap cedera yang mengenai jaringan lunak maupun jaringan keras di daerah
siku tersebut memiliki nama sendiri seperti kontusio, olecranon bursitis, strains,
elbow sparain, lateral epicondylitis, medial epicondylitis, elbow osteochondritis
dissecans, little leque elbow, cubital tunnel syndrome, dislokasi elbow, fracture dan
contractur volkmans. 1
Cidera/kelainan pada medial ganglion regio cubiti (daerah siku) paling sering
diasosiasikan dengan cubital tunnel syndrome, dengan prevalensi 8%. Dilaporkan
gejala nyeri di daerah medial didapatkan di 25 dari 38 pasien, dan mati rasa pada jari
manis dan kelingking didapatkan di 29 pasien. Cubital tunnel syndrome sendiri
didapatkan pada pria tiga sampai delapan kali lebih banyak daripada wanita. 2
Feindel dan Stratford pertama kali menggunakan istilah cubital tunnel pada
tahun 1958. Mereka menemukan bahwa nervus ulnaris terjepit di daerah siku karena
berbagai macam kelainan anatomi di regio tersebut. Di tahun 1898, Curtis
menampilkan kasus managemen pertama kali tentang neuropati nervus ulnaris di
siku, dimana mengandung transposisi dari subcutaneus anterior. 2
3
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
Pernah dilaporkan juga tentang medial ganglia regio cubiti yang menyangkut
tentang cubital tunnel syndrome. Metode studi kasus pernah dilaporkan di Amerika
Serikat dari 487 pasien ditemukan 472 pasien menderita cubital tunnel syndrome di
rentang tahun 1980 sampai 1999. Dimana hampir kesemuanya menderita translokasi
dari nervus ulnaris. 2
4
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sindrom terowongan kubital adalah efek dari tekanan pada nervus ulnaris,
yang merupakan salah satu nervus utama pada tangan dan lengan. Gejalanya
termasuk nyeri (rasa nyeri nya sendiri bisa di dapatkan karena terbenturnya siku yang
dapat dirasakan sebagai sensasi “tersetrum“), bengkak, lemah otot dari tangan,
kesemutan atau mati rasa di jari manis dan kelingking. Dan sering juga didapatkan
juga nyeri di daerah bahu. 3
B. EPIDEMIOLOGI
Terkadang, sindrom terowongan kubital dihasilkan dari pertumbuhan tulang
yang tidak normal di siku atau aktivitas fisik yang hebat yang meningkatkan tekanan
pada saraf ulnaris. Peluru baseball, misalnya, memiliki peningkatan risiko sindrom
terowongan cubiti, karena gerakan memutar yang diperlukan untuk melempar slider
dapat merusak ligamen halus di siku.1
Pernah dilaporkan juga penelitian tentang medial ganglia regio cubiti yang
menyangkut tentang cubital tunnel syndrome. Metode studi kasus pernah dilaporkan
di Amerika Serikat dari 487 pasien ditemukan 472 pasien menderita cubital tunnel
syndrome di rentang tahun 1980 sampai 1999. Dimana hampir kesemuanya
menderita translokasi dari nervus ulnaris. Kesimpulan yang ditemukan adalah
kelainan pada medial ganglion regio cubiti paling sering diasosiasikan dengan cubital
tunnel syndrome, dengan prevalensi 8%. Dilaporkan gejala nyeri di daerah medial
didapatkan pada 25 dari 38 pasien, dan mati rasa pada jari manis dan kelingking
didapatkan pada 29 pasien. 4
5
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
C. ANATOMI
Nervus Ulnaris (C8, T1)
Tipe: campuran sensoris dan motoris.
Origo: dari serabut medial pleksus brachialis.
Perjalanan dan percabangan: berjalan pada musculus coracobrachialis menuju
pertengahan lengan dimana nervus ini menembus septum intermuscularis
medialis bersama dengan arteri colateralis ulnaris superior dan memasuki
kompartemen posterior. Kemudian berbelok dibawah epicondylus medialis
dan lewat diantara dua kaput musculus flexor carpi ulnaris memasuki lengan
bawah dan mempersarafi musculus flexor karpi ulnaris dan setengah musculus
flexor digitorum profunda. Di lengan bagian bawah arteri berada disisi lateral
nervus ulnaris dan tendon musculus flexor carpi ulnaris. Disini terjadi
percabangan menjadi cabang cutaneus dorsalis dan palmaris nervus ulnaris
lewat di sebelah superfisial retinaculum musculorum flexorum manus dan
akhirnya terbagi menjadi cabang-cabang terminal yaitu cabang terminalis
superfisialis dimana berakhir sebagai musculus digitalis terminalis yang
mempersarafi kelingking dan jari manis dan cabang terminalis profunda
dimana mempersarafi otot-otot hipotenar dan dua musculus lumbricalis,
musculus interosei dan musculus adductor policis. 4 (Gambar 1)
6
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
D. PATOFISIOLOGI
7
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
C. DIAGNOSIS
Meskipun keadaan pengetahuan saat ini masih belum lengkap, telah ada
penelitian untuk mengidentifikasi sekitar lima lokasi di daerah siku di mana saraf
ulnaris paling mungkin terkena kompresi: 8
1) Di atas siku di daerah septum intermuskular
2) Daerah epicondylar medial
3) Jalur epicondylar (yaitu ulnar)
4) Wilayah terowongan kubiti
5) Daerah di mana saraf ulnaris keluar dari fleksor karpi ulnaris, di mana
penyebab kompresi yang biasa adalah pada aponeurosis fleksor-
pronator yang dalam.
8
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
9
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
1. Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah gejala tersering yang ditemukan pada sindrom ini.
Bagaimanapun juga setiap individu mempunyai gejala yang berbeda.
Gejalanya antara lain adalah kesemutan, mati rasa di daerah jari manis dan
kelingking, nyeri, dan lemah otot pada daerah yang dipersarafinya. Gejala –
gejala ini memburuk pada saat siku terlipat. Misal pada individu sedang
menelpon, mengistirahatkan kepala pada tangan, melipat tangan di dada, dan
tangan yang terlipat pada saat tidur. Dan gejalanya juga dapat berupa claw
hand deformity pada penyakit kusta. 5
2. Pemeriksaan Fisik
a) Tes Tinel (Tinel’s Sign)
Adalah pemeriksaan untuk memeriksa saraf yang teriritasi. Tes Tinel
ini dilakukan dengan cara perkusi di sepanjang jalur nervus dengan
jarum atau jari, yang akan dirasakan sebagai sensasi “ tersetrum”.Tes
ini dilakukan pada siku yang fleksi pada cubital tunnel syndrome. Tes
ini meliputi fleksi dari siku lebih dari 900, supinasi dari lengan atas,
10
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
11
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
12
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Elektromiogram (EMG)
Adalah tes untuk mengevaluasi fungsi dari nervus dan otot. Tes ini di
lakukan di otot lengan atas yang di persarafi oleh nervus ulnaris
(musculus flexor carpi ulnaris, abductor digiti minimi, dan
interosseous dorsalis). Jika otot tidak berfungsi sebagaimana mestinya,
kemungkinan besar nervus ulnaris tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. 12
13
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sindrom terowongan cubital adalah efek dari tekanan pada nervus ulnaris,
yang merupakan salah satu nervus utama pada lengan dan tangan. Gejalanya
termasuk nyeri (rasa nyeri nya sendiri bisa di dapatkan karena terbenturnya siku yang
dapat dirasakan sebagai sensasi “tersetrum“), bengkak, lemah otot dari tangan,
kesemutan atau mati rasa di jari manis dan kelingking.
Sindrom terowongan kubital adalah sindrom terjepitnya saraf perifer yang
kejadiannya merupakan yang terbanyak kedua pada tubuh manusia. Ini adalah
penyebab rasa sakit dan kecacatan yang cukup besar bagi pasien. Bila didiagnosis
dengan tepat, kondisi ini dapat ditangani dengan cara konservatif dan operasi.
Pendidikan pasien, ahli neurologi, dan bedah dapat membantu meringankan
gejala, namun dalam kasus yang lebih parah memerlukan pembedahan bedah efektif.
Ada perdebatan yang sedang berlangsung mengenai apa yang menjadi tinjauan
melakukan pendekatan bedah optimal. Prosedur ini terkait dengan beberapa risiko
komplikasi, dan kasus persisten yang memerlukan eksplorasi ulang mungkin tidak
memiliki hasil yang baik setelah operasi.
14
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
DAFTAR PUSTAKA
15
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
16