Anda di halaman 1dari 38

PENUGASAN MAKALAH KASUS STASE MUSCULOSKELETAL I

DI RSUD KOTA SUBULUSSALAM

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME


DENGAN MODALITAS INFRA RED TERAPI LATIHAN

DISUSUN OLEH
NAMA : SUCIE YULIAR PRATIWI
NIM : 2360076

PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPIS PROGRAM PROFESI


INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya
saya masih diberi kesempatan untuk menyusun makalah ini yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Kasus Carpal Tunnel Syndrome Dengan Modalitas Infra Red Dan Terapi Latihan”. Makalah ini
merupakan salah satu dari tugas yang disusun selama praktek di ? dalam melengkapi penugasan praktek profesi
Fisioterapi stase muskuloskeletal. Selain itu juga laporan kasus ini bertujuan memberikan informasi mengenani
penatalaksaan Fisioterapi untuk kasus tersebut.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman yang membutuhkan.

Lubuk Pakam, November 2023

Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

BAB II TINJAUAN KASUS.........................................................................................2

BAB III LAPORAN STUDI KASUS FISIOTERAPI...................................................10

Identitas Pasien...............................................................................................................10

History Taking................................................................................................................10

Inspeksi/Observasi..........................................................................................................12

Pemeriksaan Gerak.........................................................................................................12

Pengukuran Fisioterapi...................................................................................................12

Pengukuran kemampuan Fungsional..............................................................................14

Diagnosa Fisioterapi (ICF-ICD).....................................................................................17

Problematik Fisioterapi..................................................................................................18

Evaluasi dan Tindak Lanjut............................................................................................21


BAB IV HASIL DAN KESIMPULAN.........................................................................21
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati akibat terjepitnya saraf yang
terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit oleh pembungkus tendon
fleksor yang mengalami penebalan, terkaitnya tulang, edema atau massa jaringan
lunak (Yusuf, 2010). Biasanya penderita merasakan nyeri dan kesemutan pada jari –
jari tangan terutama pada saat udara dingin, sebagian terasa tebal. Angka prevalensi
pada masalah kerja sampai saat ini belum di ketahui, karena sangat sedikit diagnosis
yang telah dilaporkan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa salah satu jenis yang
paling cepat menimbulkan gejala ada pada pekerja.
Penelitian pada pekerjaan dengan risiko tinggi di pergelangan tangan dan tangan
mendapatkan prevalensi antara 5,6%-14,8% (Tana L, 2003). Penyebabnya dapat
terjadi karena trauma langsung pada carpal tunnel, posisi pergelangan flexsi dan
exstensi berulang, edema, kelainan sistemik (Harahap R, 2003). Berdasarkan keadaan
tersebut bisa dibayangkan betapa rumitnya masalah yang akan muncul karena
sebagian besar pekerjaan manusia adalah menggunakan tangan. Oleh karena itu
prevalensinya jarang, namun diamati bahwa orang bekerja dengan menggunakan
kedua tangan, jad apabila kedua tangan ini terkena, maka aktifitas produktifnya
akan terganggu. Dari hasil penelitian yang diperoleh terjadi penurunan nyeri pada kasus
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dengan modalitas Infra Red dan terapi latihan berupa
Resisted aktif Exercise dan Nerve glide exercise.
Infra red merupakan modalitas fisioterapi yang dapat menghasilkan efek panas
pada jaringan. Efek panas yang dihasilkan dapat meningkatkan metabolisme jaringan dan
menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah sehingga dapat mengurangi rasa nyeri .
Terapi latihan pada Carpal Tunnel Syndrome adalah resisted active exercise yang
merupakan latihan yang dilakukan dengan memberikan tahanan dari luar terhadap
kerja otot yang membentuk suatu gerakan. Efek resisted active exercise adalah untuk
meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot (Rinja, 2013). Nerve glide exercise
bertujuan mengurangi hambatan pada terowongan karpal sehingga tendon dapat
bergerak bebas dengan meningkatkan sirkulasi darah ke tangan dan pergelangan tangan
sehingga mengurangi pembengkakan dan meningkatkan perbaikan pada jaringan
lunak (otot, ligament dan tendon).( Kisner, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada manfaat pada penatalaksanaan terapi Infra Red terhadap pengurangan nyeri pada
penderita Carpal Tunell Syndrome ?
2. Apakah ada manfaat pada penatalaksanaan terapi latihan resisted aktif exercise,dan nerve glide
exercise terhadap meningkatkan kekuatan otot dan pengurangan nyeri pada penderita Carpal Tunell
Syndrome ?.
3. Apakah ada manfaat penatalaksanaan terapi infra red dan terapi latihan resisted aktif exercise dan
nerve glide exercise terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada penderita Carpal Tunell
Syndrome ?
2
BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1 Definisi
Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati kompresi simtomatik nervus medianus pada
pergelangan tangan berupa peningkatan tekanan di dalam terowongan carpal dan penurunan fungsi
saraf di tingkat tersebut. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan
dan disfungsi otot. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia , median thenar
neuritis atau partial thenar atrophy Carpal Tunnel Syndrome pertama kali dikenali sebagai suatu
sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal. Istilah
Carpal Tunnel Syndrome diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938.
(CTS) merupakan gangguan umum yang berhubungan dengan pekerjaan yang disebabkan gerakan
berulang-ulang dan posisi yang menetap pada jangka waktu yang lama yang dapat mempengaruhi
saraf, suplay darah ke tangan dan pergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati
terhadap nervus medianus di dalam carpal tunnel pada pergelangan tepatnya di bawah fleksor
retinakulum. Sindrom ini terjadi akibat kenaikan tekanan dalam terowongan yang sempit yang dibatasi
oleh tulang-tulang carpal serta ligament carpi tranversum yang kaku sehingga menjebak nervus
medianus (Rambe, 2004).

2.2 Anatomi Dan Biomekanika


2.2.1 Anatomi
Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang,otot,struktur persendian dan diinervasi oleh
beberapa saraf.
A. Tulang pembentuk sendi pergelangan tangan
Tulang-tulang pada sendi pergelangan tangan yaitu ada dua deretan. Daratan pertama yaitu dari tulang
Radius dan Ulna. Deretan yang kedua terdiri atas delapan tulang carpalia yang tersusun dalam dua
deretan. Tulang carpal deretan proximal antara scapoideum,lunatum,triquetrum,pisiforme. Sedangkan
bagian distal terdiri atas tulang trapesium,trapesoideum,capitatum, dan hamatum.
3

1. Tulang scapoideum
Tulang ini berbentuk perahu dengan dataran yang proximal konveksi bersendi dengan tulang radius.
Yulang ini memiliki dataran sendi yaitu ke arah ulnar bersendi dengan tulang hamatum, ke arah distal
bersendi dengan tulang tulang trapesium, capitatum, dan trapesoideum dan pada permukaaan volar
memiliki tonjolan yang disebut tuberositas scapoideum (Putz R dan R. Pabst,2005).
2. Tulang Lunatum
Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial dengan tulang Scapoideum, ke
arah ulnar dengan Triquetrum, ke arah distal dengan tulang capitatum. Tulang ini memiliki dataran
proximal yang konvek yang bersendi dengan tulang radius, dan berbentuk kecil, seperti bulan sabit
(Putz R dan R. Pabst, 2005).
3. Tulang Triquetrum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal dengan tulang radius, ke arah radial
dengan tulang Lunatum, ke arah ulnar dan polar berhubungan dengan tulang pisiforme yang melekat
pada permukaan polar tulang triquetrum dan arah distal dengan tulang hamatum (Putz R dan R.
Pabst,2005).
4. Tulang Pisiforme
Tulang yang berbentuk kecil,agak bulat seperti biji kacang ini melekat di dataran polar pada tulang
triquetrum (Putz R dan R. Pabst,2005).
5. Tulang Trapesium
Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah polar dengan trapesoideum dan terdapat
tonjolan tulang yang disebut tuberositas osis trapesium, ke arah proximal dengan tulang scapoideum,
ke arah distal dengan tulang metacarpal satu dan dua (Putz R dan R. Pabst,2005).
6. Tulang Trapezoideum
Tulang ini ke arah radial mempunyai hubungan dengan tulang trapesium ke arah ulnar dengan tulang
capitatum, ke arah distal dengan tulang metacarpal dua, dan ke arah proximal berhubungan dengan
tulang scapoideum (Putz R dan R. Pabst,2005).
7. Tulang Capitatum
4
Memiliki bangunan bangunan bulat dan panjang sebagai caputnya. Mempunyai hubungan dengan
tulang lain yaitu kearah radial berhubungan dengan tulang trapesoideum, ke arah proximal dengan
tulang scapoideum dan lunatum. Ke arah ulnar dengan tulang hamatum dan ke arah distal dengan
tulang metacarpal dua, tiga, dan empat (Putz R dan R. Pabst,2005).
8. Tulang Hamatum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal dengan tulang triquetrum ke arah radial
dengan tulang capitatum ke arah distal dengan tulang metacarpal empat dan lima. Dan ke arah polar
memliki bangunan seperti lidah yang disebut hamalus ossis hamati (Putz R dan R. Pabst,2005).
Pada os scapoideum dan os trapesium yang masing-masing memiliki tonjolan tulang pada bagian
colarnya membentuk eminentia carpi radialis. Di sebelah ulnanya terdapat eminentia carpi ulnaris yang
dibentuk oleh os pisiforme dan hamalum ossis hamati.

B. Ligamen
Ligamen colateral capri ulnar yang membentang dari procesus styloideus ulna menuju ke tulang
triquetrum ligamen colateral carpi radialis yang membentang dari prossesus stiloideus radii menuju
tulang scapoideum dan ligamen intercarpal yang terdiri dari ligamen interlaveum collare dan dorsale,
ligamen interseum dan ligamen carpiarquetrum.

C. Otot
Otot merupakan stabilitas aktif dan penggerak tulang pembentuk sentral. Otot pergelangan tangan
secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu otot fleksor dan ekstensor yang masing-masing
terbagi dua bagian superfisialis dan profunda.
Otot fleksor superficialis yaitu otot fleksor carpi ulnaris, fleksor carpi radialis, fleksor digitorum
sublimes dan palmaris longus (Cailliet,1990).Otot fleksor carpi radialis dan fleksor carpi ulnaris
berfungsi fleksi di pergelanagan tangan, dan otot ekstensi ekstensor carpi radialis longus brevis dan
ekstensor carpi ulnaris berfungsi ekstensi pergelangan tangan. Pada gerakan ulnar deviasi dilakukan
oleh m.ekstensor carpi ulnaris dan fleksor carpi ulnaris. Sedangkan gerakan radial deviasi dilakukan
oleh m,ekstensor carpi radialis, fleksor carpi radialis, ekstensor pollicis brevis dan abduktor pollicis
longus.

D. Nerves Medianus
Berasal dari pleksus brakhialis dengan dua buah caput yaitu caput medial dari pasikulus medialis dan
caput lateral. Dari pasikulus lateralis kedua caput tersebut ersatu pada tepi bawah otot pectoralis minor,
jadi serabut dalam truncus berasal dari tiga atau empat segmen medula spinalis (C6-8, Th 1). Dalam
lengan serabut saraf ini tidak bercabang. Truncus berjalan turun sepanjang arteri brachialis dan
melewati sisi polar lengan bawah dna bercabang masuk ke tengah dan berakhir dengan cabang
5
muscular kutaneus (Chusid, 1993).
Otot-otot yang mensarafi nerves medianus antara lain : m. pronator teres, m. fleksor carpi radialis,
m.palmaris longus, m.fleksor digitorum profundus, m,fleksor pollicis longus dan pronator quadratus
(Chusid, 1993). Apabila ada lesi yang mengenai nerves medianus akan mengakibatkan terjadinya
pengurangan sensoris pada bagian polar lengan bawah, daerah palmar tangan jari satu,dua,tiga,dan
setengah jari empat.

2.2.2 Biomekanik
Ditinjau dari morfologinya termasuk articulasio ellipsoidea, tetapi fungsinya sebagai artikulatio
gluboidea. Gerakan yang terjadi pada persendian itu yaitu fleksi dengan LGS 800 ekstensi 700, ulnar
deviasi 300, dan radial deviasi 200. Derajat fleksi dan ulnar deviasi lebih besar dibandingkan dengan
gerakan ekstensi dan radial deviasi, hal ini disebabkan karena bentuk permukaan sendi radius dari
ligamen bagian dorsal lebih kendor dari bagian palmar (Chuside, 1967).

2.3 Etiologi
Etiologi CTS dapat terjadi pada keadaan yang menyebabkan penyempitan terowongan karpal misalnya
trauma pada tangan bisa karena fraktur riwayat immobilisasi lama akibat operasi ataupun karena over
use yang bersifat kronik pd pergelangan tangan, kelainan anatomis bawaan (herediter), gangguan pada
otot dan tulang seperti akromegali osteofit yang dapat mempengaruhi struktur pergelangan tangan.
Etiologi yang paling sering terjadi yaitu penebalan fleksor retinaculum karena proses radang. Namun
secara sekunder CTS dapat timbul juga pada penderita dengan Osteoarthritis, Diabetes Melitus,
Miksedema, Amiloidosis atau wanita yang hamil (Sidharta,1984).
Penyakit sistemik lainnya misalnya kegemukan dan menopause karena gangguan keseimbangan
hormon yang mengakibatkan penimbunan lemak atau cairan yang menimbulkan penyempitan dalam
terowongan karpal (Katz, 2002).
CTS merupakan neuropati jepitan yang paling banyak dijumpai, yaitu terjebaknya Nervus Medianus di
dalam terowongan Karpal pada pergelangan tangan, di bawah fleksor retinakulum (DeJong, 1992).
American Society for Surgery of the Hand mendefinisikan CTS sebagai kompresi neuropati dari Nervus
Medianus di pergelangan tangan dimana saraf melewati bawah ligamentum karpal transversus
(Burton, 1983).
Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
carpal tunnel syndrome antara lain :
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya HMSN
(hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan
tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.
3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-ulang.
6
Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan
pemain musik terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga
merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.
4. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
5. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan, khususnya sindrom carpal tunnel
juga terjadi karena penebalanligamen, dan tendon dari simpanan zat yang disebut mukopolisakarida.
6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus, hipotiroidi, kehamilan.
7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika, skleroderma, lupus
eritematosus sistemik.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10. Latrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma,
komplikasi dari terapi anti koagulan.
11. Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon menyebabkan nervus
medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel syndrome.

2.4 Patofisiologi
Patofisiologis CTS masih belum jelas.Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan gejala dan
gangguan studi konduksi saraf.Yang paling populer adalah kompresi mekanik, insufisiensi
mikrovaskular, dan teori getaran.
Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus di terowongan
karpal.Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa teori ini menjelaskan konsekuensi dari kompresi
saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari kompresi mekanik.Kompresi diyakini dimediasi
oleh beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga berlebihan, hiperfungsi, ekstensi pergelangan tangan
berkepanjangan atau berulang (Bahrudin, 2011).
Teori insufisiensi mikrovaskular mennyatakan bahwa kurangnya pasokan darah menyebabkan
penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan saraf secara perlahan kehilangan kemampuan
untuk mengirimkan impuls saraf.
Menurut teori getaran, gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan jangka panjang alat
yang bergetar pada saraf median di karpal tunnel.Lundborg mencatat edema epineural pada saraf
median dalam beberapa hariberikut paparan alat getar genggam.Selanjutnya, terjadi perubahan
serupamengikuti mekanik, iskemik, dan trauma kimia (Bahrudin, 2011).
Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan
tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan
peninggian tekanan intrafasikuler, akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti
yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler diikuti oleh anoksia yang akan merusak
endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocor protein sehingga terjadi edema
7
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutarna pada
malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut,
mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut
akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama kelamaan saraf menjadi atrofi dan
digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus·terganggu secara
menyeluruh (Davis, 2005).

2.5 Manifestasi Klinis


Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan sensorik yang timbul
awalnya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik pada
jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan
parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lain adalah nyeri ditangan yang juga
dirasakan lebih memberat di malam hari . Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan
leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan (Rambe, 2004).
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergelangan tangan
terutama di pagi hari.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia,
kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah
sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan
mengenai seluruh jari-jari (Salter, 2009).
Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis. Bentuk akut mempunyai gejala
dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau tangan, tangan dingin dan gerak jari menurun.
Kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai
gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau kehilangan motoric dengan perubahan trofik.
Nyeri proksimal mungkin ada dalam CTS (Pecina, et al., 2001).
Kebanyakan sindrom ini bersifat idiopatik. Penderita mengeluh kelemahan atau kekakuan tangan,
terutama bila melakukan pekerjaan halus menggunakan jari. Selain gangguan motorik, terdapat
akroparestesia, serangan nyeri, gelenyar, mati rasa dan tangan terasa bengkak. Pada tahap dini,
biasanya terdapat hiperparestesia di daerah kulit yang dipersarafi oleh nervus medianus. Pada
penderita yang sudah lama terkena radang terdapat hipotrofi tenar. Parestesia bertambah berat bila
pergelangan tangan difleksikan semaksimal mungkin selama satu menit, uji ini disebut uji Phalen
(Moore, 2002). Gejala awal, pasien sering terbangun di malam hari mengeluhkan tebal, nyeri dan
kesemutan di ibu jari, telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial jari manis kecuali jari kelingking
(Richard, 1983 dikutip oleh Bahrudin, 2005).
Gejala lainnya adalah pergelangan tangan serasa diikat ketat (tightness) dan kaku gerak (Moeliono,
1993 dikutip oleh Rambe, 2004). Pada tahap yang lebih lanjut kekuatan tangan menurun. Selain itu,
seringkali penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang trampil terutama fungsi menggenggam serta
8
dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang dipersarafi oleh Nervus Medianus
(Sidharta, 1984).
Carpal Tunnel Syndrom yang kasusnya idiopatik mempunyai gejala yang timbul dan hilang dalam
beberapa bulan atau tahun tapi rasa tidak enak pada malam hari dapat lebih menonjol dan berlangsung
sehingga mengganggu penderita progresitifitasnya lebih sering terjadi pada penyakit yang
melatarbelakangi. Bila ada kelainan sensorik, kelainan ini bersifat reversible, tetapi bila dijumpai
kelainan motorik maka kesembuhan akan lebih lama walaupun telah melakukan banyak terapi.

2.6 Diagnosa
CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di atas dan diperkuat dengan pemeriksaan yaitu
:
A. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada
fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
membantu menegakkan diagnosa CTS adalah:
 Phalen test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis. Beberapa penulis berpendapat
bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosis CTS.

 Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam kurun waktu 1 menit
timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.
 Tinel test : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi
nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit
dorsofleksi.
9

 Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-jarinya.


Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosis CTS. Harus diingat bahwa tanda
ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
 Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
 Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat
dynamometer.
 Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam waktu 60 detik
timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosis CTS.
 Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila
dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.
 Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada
botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes
dinyatakan positif dan mendukung diagnosis.
 Pemeriksaan sensitibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan
menyokong diagnosis.
 Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat,
kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada Dari
pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel tes adalah test yang patognomonis untuk CTS
(Tana,et al.2004).

B. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan untuk melihat kemungkinan adanya penyebab
lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain
pada vertebra. USG, CT-scan, dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif (Latov, 2007).

C. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui penyebab dan perubahan-
1
0
perubahan yang terjadi akibat gangguan tersebut. Dalam kasus ini pemeriksaan khusus yang dilakukan
antara lain:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan gerak,
pengecilan otot (atrofi), deformitas, warna serta kondisikulit sekitarnya, langkah (gait). Kemampuan
beraktifitas serta alat bantu yangdigunakan untuk melakukan aktivitas, posisi pasien dan lain-lain.
2. Quick tes
Quick tes atau tes cepat adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui secara cepat kasus yang
dialami oleh pasien, sehingga dapat memilahkan pemeriksaan selanjutnya yang berhubungan dengan
kasus yangkemungkinan diderita oleh pasien.
3. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Dalam hal ini meliputi fungsi gerak aktif, gerak pasif, dan gerak isometric.Pada pemeriksaaan ini
umumnya pada pasien ditemukan adanya rasa nyeri,keterbatasan gerak, kelemahan otot dan
sebagainya.
4. Tes Khusus
Test khusus yang digunakan untuk mendiagnosa adanya Carpal TunnelSndrome pada diri seseorang
atau tidak meliputi :
a. Phalen Tes
Pergelangan tangan dipertahankan selama 1 menit, dalam posisi fleksi palmer yang penuh (90°).
Apabila posisi ini cukup lama dipertahankan pada setiap orang, maka akan timbul rasa kesemutan.
Tetapi dalam halCarpal Tunnel Syndrome kesemutan dapat timbul dalam waktu yang sangat singkat
(dalam waktu 30 detik). Kadang-kadang diikuti dengan parestesia baru akan timbul apabila
pergelangan tangan digerakkankembali dari posisi fleksi palmer yang maksimal.
b. Tinel Tes
Ketokan local pada syaraf medial, memancing timbulnya “nyeri kejut“di dalam tangan serta parestesia
didalam jari.
5. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan menggunakantangan dan membedakan
antara kedua anggota gerak yang kanan dan kiri.Palpasi
6. Pemeriksaan ROM
Pemeriksaan ROM ini dilakukan pada pergelangan tangan, dengan tujuan untuk mengetahui apakah
ada keterbatasan gerak pada pergelangan tangan, pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan
goniometer.
7. Pemeriksaan Nyeri
Pemeriksaan nyeri menggunakan VDS bertujuan untuk mengetahui keadaan nyeri yang dirasakan
pasien. Baik saat diam atu gerak.
1
2.6 Penatalaksanaan Fisioterapi 1
A. Teknologi Fisioterapi
1. Infra Red
Sinar Infra Red memiliki panjang gelombang 750 μm-100 μm, frequensi 400 THz-3THz. Dan energi
foton 12,4 meV-1,7 Ev. Pemberian Infra Red dapat meningkatkan nilai ambang nyeri karena efek panas
yang dihasilkan dapat mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah ke area yang akan
diterapi meningkat dan substansi dapat dikeluarkan dari jaringan. Stimulus panas yang dihasilkan juga dapat
menstimulus ujung-ujung saraf perifer dan stimulasi yang terus menerus salah satunya mengaktifkan
nosiseptor serat besar ( serabut saraf A-β). Aktivitas serabut saraf akan mengaktifkan neuron inhibisi seperti
asam amino inhibitory yatitu γ-asam amino butirat (GABA) dan Neuropeptide. Zat-zat tersebut kemudian
akan akan terikat pada reseptot aferen primer dan posterior horn cell dari spinall cord, sehingga akan
menghambat transmisi nosiseptif pre-sinaps. Hal ini dapat menyebabkan implusdari nosiseptif tidak
diteruskan ke otak, namun lebih banyak dimodulasi sehingga menyebabkan penurunan nyeri
(Gale,Rothbart, & Li,2016) Pemberian Infrared ha

B. Terapi Latihan
Terapi awal dapat dilakukan immobilisasi pada pergelangan tangan dengan menggunakan splint
pada malam hari selama 6 sampai 8 minggu dan dapat digunakan secara selektif pada aktifitas yang
memprovokasi CTS (mis:mengetik), posisi pemasangan splint, wrist pada posisi neutral (0-2 derajat flexi,0-
3 derajat ulnar deviasi),tujuan pemakaian splint adalah untuk mengistirahatkan jaringan lunak yang
mengalami peradangan dan untuk meminimalkan tekanan intra tunnel.Dapat juga dikombinasi dengan ice
therapy. Bila pekerjaan dapat memperparah kondisi, maka perlu disesuaikan dengan posisi yang
ergonomis.Selain medika mentosa , INFRA RED dan terapi latihan pada penderita dapat mengurangi
gejala.Bila semua tindakan konservatif tidak dapat membantu maka tindakan pembedahan (Carpal Tunnel
Release) dapat dipertimbangkan.
1. Ressisted exercise
Ressisted exercise yaitu merupakan bagian dari active exercise dengan dinamik atau statik
kontraksi otot dengan tahanan dari luar. Tahanan dari luar bisa dengan manual atau dengan
mekanik.Posisi pasien: duduk di kursi dengan tangan disangga bantal, terapis duduk
berhadapan dengan pasien.
Pelaksanaan:
 Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh. Latihan diberikan pada
pergelangan tangan kanan dan kiri. Terapis menstabilisasi pada pergelangan tangan kemudian
pasien diminta menggerakkan kearah dorsal dan palmar fleksi dan terapis memberi tahanan
kearah palmar dan dorsal tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”.
1
Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan2 dengan
kemampuan pasien dengan pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).
Gambar 7. Gerak palmar dan dorsi fleksi dengan tahanan
 Gerakan ulnar deviasi dan radial deviasi
1. Ulnar deviasi:
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi
netral. Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada
distal lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke ulnar dan terapis memberi
tahanan kearah dorsal tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”.
Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan
kemampuan pasien, dengan pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).
Gambar 8. Gerak ulnar deviasi dan radial deviasi yang ditahan
2. Radial deviasi:
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi
netral. Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada
distal lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke radial deviasi dan terapis
memberi tahanan kearah ulnar tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…
tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan
dengan kemampuan pasien, dengan pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992). Untuk (T2 – T6)
pemberian terapi latihan pada pergelangan tangan kanan dan kiri sama seperti T1 tapi untuk
tahanannya ditambah.

2. Nerve Glide Exercise


Tujuan dari Nerve Glide Exercise adalah untuk memelihara flexibilitas dari nerves dan
ligament.

Gerakan dapat diulang 5-10 kali gerakan.statik thenar splint untuk mencegah adduksi
kontraktur. Saran untuk penderita :
1
 3
Selalu memelihara posisi pergelangan tangan pada posisi netral saat melakukan
aktifitas sehari-hari.
Hindari gerakan menjumput , mencengkeram dan menekuk pergelangan tangan dalam jangka waktu
lama. (pada saat tidur hindari posisi menekuk pergelangan tangan).
BAB III

LAPORAN STUDI KASUS FISIOTERAPI

1. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. Desi


Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin :
Perempuan Agama : Islam
Pekerjaan : PNS Dinas Sosial Kota
Subulussalam
Alamat : Jln.Malikulsaleh, Simpang
Kiri, Kota Subulussalam
No. CM : 6023xx

Dx : Carpal Tunell Syndrome Sinistra

2. DESKRIPSI PASIEN DAN KELUHAN UTAMA

- Keluhan Utama

Os mengatakan nyeri dan kesemutan pada pergeralangan tangan hingga jari-jari


- Riwayat Penyakit Sekarang
Os mengatakan 1 tahun lalu merasa kesemutan ditangan kiri, dan hanya dibiarkan saja. Sakitnya kambuh

lagi 3 bulan yang lalu dan pasien berobat di dokter syaraf dirujuk ke fisioterapi RSUD Kota Subulussalam.

- Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Peyakit Keluarga/Penyerta

10
11

3. DATA MEDIS PASIEN

- Medikamentosa

4. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
12

A. Pemeriksaan Tanda Vital ( Umum)

(Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, temperatur, tinggi badan, berat badan)
Tertanggal : 20 September 2023

 Tekanan darah : 144/112 mmHg

 Denyut nadi : 108x/menit

 Pernapasan : 24x/menit

 Temperatur : 36°C

B. Inspeksi / Observasi

 Statis
tidak tampak adanya tanda-tanda inflamasi

 Dinamis
pasien terlihat sedikit menahan nyeri saat bergerak aktif

C. Palpasi

- nyeri tekan pada ibu jari dan pergelangan tangan sinistra

- Tidak ada perberbedaan suhu diantara kedua tangan yang sakit dan sehat

D. Joint Test

Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif/pasif/isometrik fisiologis)

- Gerak Aktif

Tabel 1

Pemeriksaan Gerak Aktif Sendi Wrist

Sendi Gerakan ROM Nyeri


Fleksi MCP Full Tidak nyeri
Wrist Ekstensi Full Tidak nyeri
joint MCP
Fleksi wrist Terbatas Nyeri
Ekstensi Terbatas Nyeri
wrist
Ulna deviasi Full Tidak nyeri
Radial Full Tidak nyeri
deviasi
13

- Gerak Pasif
Tabel 2
Pemeriksaan Gerak Pasif Sendi Wrist
Sendi Gerakan ROM Nyeri Endfeel
Fleksi MCP Full Tidak nyeri Soft
Wrist Ekstensi MCP Full Tidak nyeri Soft
joint Fleksi wrist Terbatas Nyeri Soft
Ekstensi wrist Terbatas Nyeri Soft
Ulna deviasii Full Tidak nyeri soft
Radial deviasi Full Tidak nyeri Soft

- Pemeriksaan Spesifik
Tabel 3
Pemeriksaan Nyeri dengan VDS

Nyeri Nilai
Nyeri diam Nilai1 (tidak nyeri)
Nyeri tekan Nilai 5 (nyeri cukup berat)
Nyeri gerak Nilai 4 (nyeri tidak begitu berat)

E. Muscle Test dan Antopometri

 Muscle Test

Tabel 4
Pemeriksaan Kekuatan Otot dengan MMT

Gerakan Nilai MMT


Fleksi MCP 5
Ekstensi MCP 5
Fleksi wrist 4
Ekstensi wrist 4
Ulna deviasi 5
Radial deviasi 5
14

 Antropometri

Tabel 5
Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi dengan Goniometer

Aktif sinistra Pasif sinistra


S : 40º-0º-35º S: 50º-0º-50º
F: 15º-0º-25º F: 20º-0º-30º
S(MCP): 10º-0º-45º S(MCP): 15º-0º-45º

F. Kemampuan Fungsional
Tabel 6
Pemeriksaan kemampuan fungsional dengan Wrist-Hand Disability

Bagian Jarak
Intensitas nyeri 1
Rasa tebal dan kesemutan 1
Perawatan diri 3
Kekuatan 2
Toleransi menulis atau 3
Mengetik
Bekerja 2
Menyetir sepeda motor 2
Tidur 1
Pekerjaan rumah 2
Rekreasi/olahraga 2
15
5. ALGORITMA (CLINICAL REASONING)

Carpal Tunell Syndrome

Nyeri kesemutan dari


pergelangan tangan hingga jari-
jari

Keterbatasan LGS

Penurunan kekuatan Otot

Infra Red Terapi Latihan

Mengurangi nyeri Meningkatkan LGS

Meningkatkan Kemampuan
Rileksasi Otot Fungsional

Kemampuan Fungsional
Meningkat
16

6. KODE DAN KETERANGAN PEMERIKSAAN ICF


1. Body Functions
- B28016 Pain in Joints
- b28019 Pain in body part, Other Specified
- b 7202 Mobility of carpal bones
2. Activities and Participation
- d430 Lifting and carrying objects
- d640 Doing hausework
3. Environmental Factors
- e310 Immediate family
4. Body Structures
- s 730 Structure of forearm
- s 73010 Bones of forearm
- s 73011Wrist joint
- s 73012 Muscles of forearm
- s 73013 Ligaments and fasciae of forearm
- s 73018 Structure of forearm, other specified

7. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
- Adanya Nyeri dan kesemutan pada pergelangan tangan kiri
- Keterbatasan keterbatasan LGS
- Adanya Penurunan kekuatan otot
2. Functional Limitation

- Kesulitan memasak, menyapu, dan mencuci

- Kesulitan mengambil/ menggenggam barang


3. Disability / Participation restriction
- Os masih bisa mengikuti kegiatan di tempat kerja atau lingkungan keluarga nya disertasi
dengan nyeri

8. PROGRAM FISIOTERAPI
1. Tujuan Jangka Panjang

- Melanjutkan Program jangka pendek

- Meningkatkan activity daily living pasien


17

2. Tujuan Jangka Pendek

- Mengurangi Nyeri

- Meningkatkan lingkup gerak sendi

- Meningkatkan kekuatan otot


18

3. Teknologi Intervensi Fisioterapi

- Infra Red

- Terapi Latihan ( Resisted Exercise, dan Nerve Glide exercise )

8. RENCANA EVALUASI

- Manual muscle test (MMT)

- Pengukuran Nyeri Dengan VDS

- Antropometri dengan Goniometer

- Kemampuan Fungsional dengan Wrist-Hand Disability


9. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Bonam

- Quo ad Sanam : Bonam

- Quo ad Functionam : Bonam

- Quo ad Cosmeticam : Bonam

10. PELAKSANAAN TERAPI

1. Terapi - 1 : 20 September 2023


Pelaksanaan Terapi :
- Pemberian IR
Tujuan : Mengurangi Nyeri
 Pasang lampu tegak lurus pada telapak tangan sebelah kiri dengan jarak 30-45 cm dan monitor setiap 5
menit
 Waktu pemberiam : 10-15 Menit
- Terapi latihan
Tujuan : Meningkatkan LGS dan Menambah Kekuatan Otot
2. Resisted Exercise
- Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi

 Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh. Latihan diberikan pada pergelangan
tangan kanan dan kiri. Terapis menstabilisasi pada pergelangan tangan kemudian pasien diminta
19
menggerakkan kearah dorsal dan palmar fleksi dan terapis memberi tahanan kearah palmar dan
dorsal tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian
hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien dengan penguGerakan
ulnar deviasi dan radial deviasi
- Ulnar deviasi:
 Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi netral.
Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan
bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke ulnar dan terapis memberi tahanan kearah dorsal
tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian
hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan pengulangan 8
– 10 kali
- Radial Deviasi
 Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi netral.
Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan
bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke radial deviasi dan terapis memberi tahanan
kearah ulnar tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan
kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan
pengulangan 8 – 10 kali
 Nerve Glide Exercise
1. Posisi pasien duduk nyaman lalu terapis berada di depan pasien dan meminta pasien menginguti
gerakan menggenggam yang dilakukan oleh terapis.
2. Kemudian minta pasien membuka telapak tangan dan jari-jari rapat.
3. Lalu dengan gerakan yang sama di tambah dengan dorsal fleksi.
4. Kemudian pasien tetap melakukan gerakan yang sama dengan sebelumnya namun di tambah
dengan abduksi ibu jari.
5. Kemudian masih dengan gerakan yang sama pasien diminta untuk menahan gerakan abduksi ibu
jari.
6. Kemudian gerakan berikutnya sama dengan gerakan ke 4 di tambah dengan ekstensi telapak
tangan, lalu putar telapak tangan kedepan untuk ekstensikan elbow dan shoulder dan beri
tahanan sekitar 5 detik.
20

- Edukasi Kepada pasien

Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengulang gerakan gerakan yang telah
diajarkan oleh fisioterapis kepada pasien dirumah.

8. Terapi - 2 : 23 September 2023


Pelaksanaan Terapi :
- Pemberian IR
Tujuan : Mengurangi Nyeri
 Pasang lampu tegak lurus pada telapak tangan sebelah kiri dengan jarak 30-45 cm dan monitor setiap 5
menit
 Waktu pemberiam : 10-15 Menit
- Terapi latihan
Tujuan : Meningkatkan LGS dan Menambah Kekuatan Otot
2. Resisted Exercise
- Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi

 Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh. Latihan diberikan pada pergelangan
tangan kanan dan kiri. Terapis menstabilisasi pada pergelangan tangan kemudian pasien diminta
menggerakkan kearah dorsal dan palmar fleksi dan terapis memberi tahanan kearah palmar dan
dorsal tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian
hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien dengan penguGerakan
ulnar deviasi dan radial deviasi
- Ulnar deviasi:
 Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi netral.
Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan
bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke ulnar dan terapis memberi tahanan kearah dorsal
tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian
hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan pengulangan 8
– 10 kali
- Radial Deviasi
 Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi netral.
Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan
bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke radial deviasi dan terapis memberi tahanan
kearah ulnar tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan
kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan
21
pengulangan 8 – 10 kali
 Nerve Glide Exercise
7. Posisi pasien duduk nyaman lalu terapis berada di depan pasien dan meminta pasien menginguti
gerakan menggenggam yang dilakukan oleh terapis.
8. Kemudian minta pasien membuka telapak tangan dan jari-jari rapat.
9. Lalu dengan gerakan yang sama di tambah dengan dorsal fleksi.
10. Kemudian pasien tetap melakukan gerakan yang sama dengan sebelumnya namun di tambah
dengan abduksi ibu jari.
11. Kemudian masih dengan gerakan yang sama pasien diminta untuk menahan gerakan abduksi ibu
jari.
12. Kemudian gerakan berikutnya sama dengan gerakan ke 4 di tambah dengan ekstensi telapak
tangan, lalu putar telapak tangan kedepan untuk ekstensikan elbow dan shoulder dan beri
tahanan sekitar 5 detik.
- Edukasi Kepada pasien

Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengulang gerakan gerakan yang telah
diajarkan oleh fisioterapis kepada pasien dirumah.
9. Terapi - 3 : 27 September 2023
Pelaksanaan Terapi :
- Pemberian IR
Tujuan : Mengurangi Nyeri
 Pasang lampu tegak lurus pada telapak tangan sebelah kiri dengan jarak 30-45 cm dan monitor setiap 5
menit
 Waktu pemberiam : 10-15 Menit
- Terapi latihan
Tujuan : Meningkatkan LGS dan Menambah Kekuatan Otot
2. Resisted Exercise
- Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi

 Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh. Latihan diberikan pada pergelangan
tangan kanan dan kiri. Terapis menstabilisasi pada pergelangan tangan kemudian pasien diminta
menggerakkan kearah dorsal dan palmar fleksi dan terapis memberi tahanan kearah palmar dan
dorsal tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian
hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien dengan penguGerakan
ulnar deviasi dan radial deviasi
- Ulnar deviasi:
 Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi netral.
Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan
22
bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke ulnar dan terapis memberi tahanan kearah dorsal
tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian
hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan pengulangan 8
– 10 kali
- Radial Deviasi
 Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi netral.
Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan
bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke radial deviasi dan terapis memberi tahanan
kearah ulnar tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan
kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan
pengulangan 8 – 10 kali
 Nerve Glide Exercise
1. Posisi pasien duduk nyaman lalu terapis berada di depan pasien dan meminta pasien menginguti
gerakan menggenggam yang dilakukan oleh terapis.
2. Kemudian minta pasien membuka telapak tangan dan jari-jari rapat.
3. Lalu dengan gerakan yang sama di tambah dengan dorsal fleksi.
4. Kemudian pasien tetap melakukan gerakan yang sama dengan sebelumnya namun di tambah
dengan abduksi ibu jari.
5. Kemudian masih dengan gerakan yang sama pasien diminta untuk menahan gerakan abduksi ibu
jari.
6. Kemudian gerakan berikutnya sama dengan gerakan ke 4 di tambah dengan ekstensi telapak tangan,
lalu putar telapak tangan kedepan untuk ekstensikan elbow dan shoulder dan beri tahanan sekitar 5
detik.
- Edukasi Kepada pasien
Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengulang gerakan gerakan yang telah diajarkan
oleh fisioterapis kepada pasien dirumah.
23
11. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

1. Pengukuran lingkup gerak sendi dengan goniometer

Hasil Evaluasi LGS dengan Goneometer

Bidang T0=T1 T2 T3
S 40º.0º.35º 40º.0º.35º 40º.0º.35º
F 15º.0º.25º 15º.0º.25º 15º.0º.30º

S(MCP) 10º.0º.45º 10º.0º.45º 10º.0º.50º

2. Pengukuran Nyeri dengan VDS

Evaluasi Nyeri dengan VDS


Nyeri T0 T1 T2 T3
Nyeri Diam 1 1 1 1
Nyeri Tekan 5 5 5 5
Nyeri Gerak 4 4 4 3

3. Pengukuran Kekuatan Otot dengan MMT

Evaluasi Kekuatan Otot dengan MMT

Nyeri To T1 T2 T3
Fleksi metacarpal 5 5 5 5
Ekstensi metacarpal 5 5 5 5
Fleksi wrist 4 4 4 4
Ekstensi wrist 4 4 4 5
Ulna deviciasi 5 5 5 5
Radial deviciasi 5 5 5 5
24
4. Pengukuran Kemampuan Fungsional dengan WHD
Evaluasi kemampuan fungsional dengan Wrist-Hand Disability

Bagian T0 T3
Intensitas nyeri 1 2
Rasa tebal-tebal dan kesemutan 1 1
Perawatan diri 3 3
Kekuatan 2 3
Toleransi menulis atau mengetik 3 3
Bekerja 2 2
Menyetir sepeda motor 2 3
Tidur 1 1
Pekerjaan rumah 2 2
Rekreasi/olahraga 2 2
25
BAB IV
HASIL DAN KESIMPULAN

A. HASIL

Pada pasien Ny Desi dengan keluhan nyeri dan kesemutan pada pergelangan tangan hingga jari-
jari dan adanya keterbatasan LGS serta penurunan kekuatan otot telah dilakukan 3 kali terapi
dan data hasil yang didapatkan adalah

1. Adanya peningkatan LGS (diukur menggunakan Goniometer)


Bidang T0=T1 T3
S 40º.0º.35º 40º.0º.35º
F 15º.0º.25º 15º.0º.30º

S(MCP) 10º.0º.45º 10º.0º.50º

2. Adanya Penurun nyeri (diukur dengan VDS)

Nyeri T1 T2 T3
Nyeri Diam 1 1 1
Nyeri Tekan 5 5 5
Nyeri Gerak 4 4 3

3. Adanya peningkatan pada kekuatan otot

Nyeri T1 T3
Fleksi metacarpal 5 5
Ekstensi metacarpal 5 5
Fleksi wrist 4 4
Ekstensi wrist 4 5
Ulna deviciasi 5 5
Radial deviciasi 5 5
26
4. Ada peningkatan pada kemampuan functionalnya (WHD).
Bagian T1 T3
Intensitas nyeri 1 2
Rasa tebal-tebal dan kesemutan 1 1
Perawatan diri 3 3
Kekuatan 2 3
Toleransi menulis atau mengetik 3 3
Bekerja 2 2
Menyetir sepeda motor 2 3
Tidur 1 1
Pekerjaan rumah 2 2
Rekreasi/olahraga 2 2

Dengan hasil evaluasi diatas pasien masih melakukan fisioterapi di Poli fisioterapi RSUD Kota
Subulussalam, sebanyak 2 kali dalam 1 minggu.
B.Kesimpulan
Pasien atas nama Ny. Desi umur 25 Tahun dengan diagnosa carpal tunell syndrome
sinistra dengan keluhan nyeri dan kesemutan dari pergelangan tangan hingga jari-jari.
Berdasarkan permasalahan pasien tersebut, maka penulis memberikan modalitas Infra red dan
Terapi Latihan ( Resisted Exercis dan Neerve Glide Exercis) sebanyak 3 kali yaitu pada
tanggal 20 September 2023 sampai 27 September 2023 di Poli Fisioterapi RSUD Kota
Subulussalam. Maka diperoleh hasil evaluasi yaitu adanya peningkatan LGS, Penurunan
nyeri, Adanya peningkatan Kekuatan Otot dan adanya peningkatan kemampuan Fungsional.
.
27
DAFTAR PUSTAKA

Huldani, 2013. Carpal Tunnel Syndrome. Banjarmasin.

Ibrahim I, Bytyqi C, Mustafa A, 2012. Diagnosa dan treadment Carpal Tunnel Syndrome. Jakarta:
TIM.
Luhulima J.W. 2004. Anatomi Systema Musculoskeletal. Jilid 4. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
EGC, Jakarta
Kisner, Corolyn and Lynn Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundatin and Techniques. 5th ed.
Philadelphia: F.A Davis Company
Luhulima J.W. 2004. Anatomi Systema Musculoskeletal. Jilid 4. Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran EGC, Jakarta.
Diakes pada 21 november 2023 https://www.scribd.com/doc/307178359/makalah-Carpal-Tunnel

Anda mungkin juga menyukai