LAPORAN PENDAHULUAN
disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)
Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
oleh
Ratna Lauranita Anggraeni, S. Kep
NIM 112311101029
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) di RSD dr. Soebandi Jember yang telah disetujui dan disahkan
pada
tanggal:
tempat: Ruang Rawat Jalan Orthopedi (poli orthopedi)
Jember,
Pembimbing Klinik
..
NIP.
Pembimbing Akademik
..
NIP.
..
NIP.
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Trakoma di
Ruang Rawat Jalan Poli Klinik Mata RSD. dr Soebandi Jember yang telah
disetujui dan disahkan
Pada
tanggal:
tempat: Ruang Rawat Jalan Orthopedi (poli orthopedi)
Jember,
Mahasiswa
Pembimbing Klinik
NIP
Mengetahui
Pembimbing Akademik
NIP
A. TINJAUAN KASUS
1. Anatomi dan Fisiologi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar
pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan
di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang
tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan
pergerakan pada jari jari tangan. Jari tangan dan otot otot fleksor pada
pergelangan tangan beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari
tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol
dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut
ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan
cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian
atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor
polisis brevis menerima persarafan dari N. Medianus. Sebanyak 2 % dari
penduduk, m. policis adduktor juga menerima persarafan N. Medianus .
Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke
permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf
median dapat mempersarafi permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat
bagian distal sendi interphalangeal proksimal.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran
canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya
(pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon tendon fleksor) atau
keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran
canalis. Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin
masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi
eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens
pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya
kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh
bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang
mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang
berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol.
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik
pada terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi
anatomi, yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus
Capal Tunnel Syndrome.
tendon carpal tunnel, selain masalah pada sarafnya itu sendiri, adanya sprain
atau patah tulang, selaian itu sebagian besar carpal tunnel syndrome bersifat
idiopatik atau dapat terjadi karena :
a. Cedera tekanan yang berulang;
b. Artritis rheumatoid;
c. Tenosynovitis fleksor (yang sering menyertai penyakit reumatik);
d. Kompresi saraf;
e. Kehamilan;
f. Myeloma multiple;
g. Diabetes mellitus;
h. Akromegali;
i. Hipotiroidisme;
j. Amyloidosis;
k. Obesitas;
l. Tumor benigna (jinak);
m. Keadaan lain yang meningkatkan tekanan cairan pada pergelangan tangan,
termasuk perubahan pada system endokrin atau system imun.
n. Dislokasi atau keseleo pada pergelangan tangan, termasuk fraktur Colles
yang diikuti dengan edema (Kowalak, Jennifer P., 2011).
Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian carpal tunnel syndrome antara lain :
a. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
b. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,
pergelangan tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma
langsung terhadap pergelangan tangan.
c. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik,
pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik
terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan
tangannya juga merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.
d. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
e. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan,
khususnya sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalanligamen,
dan tendon dari simpanan zat yang disebut mukopolisakarida.
f. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
g. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
lengan bawah dan pada kasus yang berat, bisa sampai daerah bahu. Biasanya
pasien dapat meredakan rasa nyeri tersebut dengan mengguncang atau
menggosok tangan kuat-kuat atau dengan mengayunkan lengan di sisi
tubuhnya (Kowalak, Jennifer P., 2011).
iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan
intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah,
selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar
darah-saraf terganggu yang berkibat terjadi kerusakan pada saraf tersebut
(Bachrodin, 2011).
6. Pemeriksaan Carpal Tunnel Syndrome
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di atas
dan perkuat dengan pemeriksaan yaitu (Bachrodin, 2011):
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita
dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan.
Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan
diagnosa CTS adalah:
1) Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara
maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini
sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
4) Flicks Sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak gerakkan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong
diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada
penyakit Raynaud.
5) Thenar Wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar
6) Menilai kekuatan dan keterampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dynamometer
7) Wrist Extension Test
Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS,
maka tes ini menyokong diagnosa CTS.
8) Pressure Test
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan
ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti
CTS, tes ini menyokong diagnosa
9) Luthys Sign (Bottles Sign)
Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol
atau gelas. Bila kulit tangan penderita idak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa
10) Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnose
11) Pemeriksaan fungsi otonom
Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit
yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa CTS.
25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan
masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan
pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif
dari masa laten motorik (Latov, 2007).
c. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher
berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CTscan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan
dioperasi. USG dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf
median di carpal tunnel proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal
tunnel syndrome.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap (Rambe,
2004).
b. Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau
adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi pertama
dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan
operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak
dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar,
sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang
persisten (Rambe, 2004).
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan anestesi
lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik.
Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan
jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi
tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada
saraf. Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau anomaly maupun
tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka
(Rambe, 2004).
c. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS harus ditanggulangi,
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CTS kembali. Pada keadaan
di mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya antara lain
(Bachrodin, 2011):
1) Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif,
getaran peralatan tangan pada saat bekerja.
2) Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.
3) Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan.
4) Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta
mengupayakan rotasi kerja.
5) Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini CTS
sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih dini.
B. PATHWAY
C. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas
Biasanya carpal tunnel syndrome terjadi pada wanita berusia 30 sampai 60
tahun (sehingga menjadi persoalan kesehatan okupasi yang serius).
Walaupun demikian, laki-laki yang bekerja sebagai perakit serta pengemas
barang dan berkali-kali menggunakan peralatan berdesain buruk, juga
cenderung mengalami kelainan ini.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : nyeri berupa kesemutan, rasa terbakar di pergelangan
tangan, telapak tangan dan jari I, II, III.
b. Riwayat penyakit sekarang : mengalami kesulitan dalam beraktivitas
terutama yang berhubungan dengan pekerjaan yang menggunakan
tangan; mengalami kecemasan karena sulit beraktivitas akibat
kelemahan pada tangannya; nyeri berupa kesemutan rasa terbakar di
pergelangan tangan, telapak tangan dan jari I, II, III. Pada keadaan berat
rasa nyeri bisa menjalar ke lengan atas dan atrofi otot.
c. Riwayat penyakit dahulu : adanya riwayat diabetes melitus, obesitas.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan harus dilakukan menyeluruh pada penderita dengan perhatian
khusus pada fungsi motorik, sensorik dan otonom tangan.
a. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
b. Pemeriksaan fungsi motorik
Timbul keluhan jika memegang lengan bawah pada posisi vertical dan
membiarkan kedua tangan terjatuh dalam posisi fleksi total atau
mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-jarinya.
c. Pemeriksaan fungsi sensorik
Kesemutan di daerah distribusi nervus medianus ketika saraf tersebut
diketuk dengan perlahan, rasa nyeri dan paresthesia di sepanjang
penyebaran saraf median.
d. Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin
yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
N
o
1.
Diagnosa
Perencanaan
MK: nyeri
Hasil
TUJUAN : Setelah di
NIC :
DS:mengunkapaka
lakukan intervensi
secara verbal/
nyeri berkurang.
melaporkan
NOC :
dengan isyarat
a. Nyeri berkurang.1- 3
b. Mengenali faktor
penyebab dan
menggunakan tindakan
dipukul benda
relaksasi secara
tumpul
R : Jari tangan
untuk mencapai
S : 5-6
kenyamanan
T : Menetap.
DO: gerakan
menghindari
rangsangan nyeri
2.
Wajah meringis
MK: Gangguan
TUJUAN : setelah di
NIC :
mobilitas fisik
lakukan tindakan
DS : Px
selama 3 x 24 jam
mengatakan sulit
untuk bergerak
mulai membaik
Do :
NOC :
a. Pasien
a. Menunjukkan
kesulitan
bergerak.
b. Px dibantu
keluarga saat
beraktivitas.
c. Keterbatasan
rentang gerak
(ROM)
latihan
4. ROM aktif / pasif. Kolaborasi
dengan ahli terapi fisik sebagai
sumber dalam perencaanaan
aktivitas perawatan pasien.
kehidupan sehari-hari
secara mandiri dengan
3.
Gangguan perfusi
alat bantu
d. ROM aktif
Tujuan : Setelah dilakukan
jaringan
tindakan keperawatan
berhubungan
dengan penurunan
suplai oksigen ke
jaringan.
mungkin membutuhkan
kulit terjaga.
2. Jaringan bebas dari
lesi.
3. Tidak ada nyeri
ekstremitas yang
terlokalisasi.
4. Suhu ekstremitas
hangat.
Evaluasi
nyeri.
2. Pengumpulan dan analisis data
keseimbangan cairan
4.
DAFTAR PUSTAKA
Bachrodin, Moch. 2011. Carpal Tunnel Syndrome. Malang: FK UMM. Vol.7 No.
14
Huldani. 2013. Carpal Tunnel Syndrome. [serial online].
Http://Eprints.Unlam.Ac.Id/205/1/HULDANI%20%20CARPAL
%20TUNNEL%20SYNDROM.Pdf. Diunduh pada [04 Mei 2016]
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Latov, Norman. 2007. Peripheral Neuropathy. New York : Demos Medical
Publishing.
Rambe, Aldi S. 2004. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU.
[serial online]. http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-aldi2.pdf.
Diunduh pada [04 Mei 2016]
Tana, Lusianawaty et al. 2004. Carpal tunnel syndrome Pada Pekerja Garmen di
di Jakarta. Buletin Peneliti Kesehatan.. vol. 32, no. 2: 73-82.
U.S. Department of health and human sevice. 2012. Carpal Tunnel Syndrome.
[serial online].
http://www.ninds.nih.gov/disorders/carpal_tunnel/carpel_tunnel_FS.pdf.
Diunduh pada [04 Mei 2016].