oleh :
Firdaini 1740312092
Bella Yolanda 1740312129
Fitri Yolanda 1740312130
Pembimbing
dr. Restu Susanti, Sp.S, M.Biomed
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang Carpal tunnel syndrome (CTS
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
4
sendi metakarpofalangeal (mm.lumbrikales dan mm.interoseae sisi radial),
fleksi jari sisi radial di sendi interfalangeal (mm.fleksor digitorum profundus
sisi radial), oposisi dan abduksi ibu jari (m.opones polisis dan m.abduktor
polisis brevis).
5
Gambar 3. Jepitan pada Nervus medianus
6
2.2.2 Etiologi
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga
dilalui beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada saraf
medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrome.
Pada sebagian kasus, etiologinya tidak diketahui terutama pada penderita
lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada
pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada
pergelangan tangan termasuk carpal tunnel syndrome
Pada kasus yang lain etiologinya adalah :6
7
8. Penyakit kolagen vaskular : reumatoid artritis, polimialgia reumatika,
skleroderma, dan SLE
9. Degeneratif : osteoartritis
8
Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan
adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol
atau menggenggam. Pada penderita carpal tunnel syndrome pada tahap lanjut
dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinervasi oleh
saraf medianus.7
2.2.4 Patogenesis
2.2.5 Diagnosis
9
a. Pemeriksaan fisik
1) Flick’s sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong
diagnosa.
2) Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi terdapat atrofi otot-otot thenar.
3) Wrist extension test
Penderita melakukan ekstensi secara maksimal, sebaiknya dilakukan
secara serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti carpal tunnel syndrome,
maka tes ini menyokong.
4) Phalen’s test
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu
60 detik timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini
menyokong diagnosis.
5) Torniquet test
Dilakukan pemasangan tourniquet dengan menggunakan tensimeter
diatas siku dengan tekanan sedikit diatas sistolik. Bila dalam 1 menit
timbul gejala CTS maka tes ini menyokong.
6) Tinel’s sign
Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
7) Pressure test
10
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan
ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti
CTS, tes ini menyokong
8) Luthy’s sign
Penderita diminta melingkari bu jari dan jari telunjuk pada botol atau
gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat maka tes ini menyokong diagnosa.
9) Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan adakah perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin
yang terbatas pada daerah inervasi nervus medianus.
10) Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus,
tes dianggap positif.
b. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukan adanya fibrilasi, polifasik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot
lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus carpal tunnel syndrome.
b. Kecepatan hantar saraf pada 15-20% kasus bisa normal. Pada yang
lainnya KHS akan menurun dan masa latent distal dapat memanjang,
menunjukan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan
tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
c. Pemerksaan radiologis
d. Pemeriksaan laboratorium
11
Bila etiologi dari CTS belum jelas seperti pada usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
2.2.6 Terapi
Terapi yang ditujukan pada carpal tunnel syndrome adalah terapi terhadap
penyakit yang mendasari keadaan tersebut atau penyakit yang menyebabkan
terjadinya carpal tunnel syndrome. Oleh karena itu sebaiknya terapi dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu:10
1) Terapi konservatif
12
tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar
2) Terapi operatif
13
6) Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan
peregangan secara teratur
2.2.7 Pencegahan
2.2.8 Komplikasi
14
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 46 tahun
Suku bangsa : Minangkabau
Alamat : Padang
Pekerjaan : Penjual Bubur
Agama : Islam
Alloanamnesis :
Seorang pasien perempuan, 46 tahun, datang ke Bangsal Neuro RSUP
Dr. M. Djamil Padang tanggal 18 September 2018 dengan :
Keluhan Utama :
Telapak tangan kanan sering kesemutan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh kesemutan di telapak tangan kanan yang dirasakan sejak
± 1 bulan yang lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari
tengah, telunjuk, dan ibu jari. Kesemutan bersifat hilang timbul dan
dirasakan terutama pada malam hari dan berkurang bila dikebas-kebaskan.
Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.
Keluhan muncul bersamaan dengan rasa kesemutan. Pasien juga mengaku
terdapat nyeri di pergelangan tangan yang tidak menjalar. Nyeri dirasakan
± 3 hari yang lalu. Nyeri berkurang bila pergelangan tangan dipijat atau
dikibas-kibaskan.
Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Oleh
pasien tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk bekerja. Pasien
bekerja sebagai penjual bubur yang aktivitasnya mengaduk bubur pada
kuali besar setiap hari yang sudah dijalani lebih dari 8 tahun. Pasien juga
15
mengaku mempunyai kebiasaan mencuci dan memeras pakaian dengan
tangan di rumah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit yang sama disangkal
- Riwayat Hipertensi tidak ada.
- Riwayat Diabetes Melitus tidak ada.
- Riwayat Penyakit Jantung ridak ada.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien.
Riwayat pribadi dan sosial :
Pasien seorang penjual bubur dengan aktivitas harian sedang
PEMERIKSAAN FISIK
Umum:
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : GCS 15
Kooperatif : CMC
Nadi/ irama : 80 x/menit, irama teratur dan kuat angkat
Pernafasan : 22x/menit
Tekanan darah 120/80mmHg
Suhu : 36,8oC
Keadaan gizi : Baik
Turgor kulit : Baik
Kulit dan kuku : pucat (-), sianosis (-)
Kelenjar getah bening
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB
Torak
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus sama kanan dan kiri
16
Perkusi : sonor
Auskultasi : bronkovesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama regular, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Korpus vertebrae
Inspeksi : deformitas (-)
Palpasi : gibus (-), massa (-)
Status neurologikus:
1. Tanda rangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Tanda Kernig : (-)
2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial
Tidak terdapat peningkatan tekanan intrakranial
3. Pemeriksaan nervus kranialis
N. I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Baik
Objektif (dengan bahan) Baik
N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Baik
17
Lapangan pandang Baik
Melihat warna Baik
Funduskopi Tidak diperiksa
N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Ortho ortho
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah
Strabismus Tidak ada
Nistagmus Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada
Pupil
Bentuk Bulat, 3 mm Bulat, 3 mm
Refleks cahaya (+) (+)
Refleks akomodasi (+) (+)
Refleks konvergensi (+) (+)
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke nasal bawah (+)/(+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Tidak ada
N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral (+)/(+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Tidak ada
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+)
Menggerakkan rahang (+)
Menggigit (+)
Mengunyah (+)
Sensorik
Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
Divisi maksila
- Refleks masetter (+)
18
- Sensibilitas (+)
Divisi mandibula
- Sensibilitas (+)
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah simetris
Sekresi air mata (+) (+)
Fissura palpebral Simetris
Menggerakkan dahi Simetris
Menutup mata Simetris
Mencibir/ bersiul Simetris
Memperlihatkan gigi Simetris
Sensasi lidah 2/3 depan Ada
Hiperakusis Tidak ada
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik baik
Detik arloji Baik
Rinne tes Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Weber tes Tidak diperiksa
Schwabach tes Tidak diperiksa
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus
- Pendular
(-)
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-)
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Ada
Refleks muntah (Gag Rx) (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Ditengah
Menelan Ada
Suara Ada
19
Nadi Teratur
N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan (+)
Menoleh ke kiri (+)
Mengangkat bahu kanan (+)
Mengangkat bahu kiri (+)
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Ditengah
Kedudukan lidah dijulurkan Ditengah
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -
20
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
6. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibiltas taktil Turun Dalam batas
normal
Sensibilitas nyeri Dalam batas Dalam batas
normal normal
Sensiblitas termis Dalam batas Dalam batas
normal normal
Sensibilitas kortikal Dalam batas Dalam batas
normal normal
Stereognosis
Pengenalan 2 titik Turun Dalam batas
normal
Pengenalan rabaan Dalam batas Dalam batas
normal normal
7. Sistem refleks
a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps ++ ++
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring KPR ++ ++
Masetter APR ++ ++
Dinding perut Bulbokvernosus
Atas + Cremaster
Tengah + Sfingter
Bawah +
8. Fungsi otonom
- Miksi : baik
- Defekasi : baik
21
- Sekresi keringat: baik
Pemeriksaan laboratorium:
Diagnosis :
Diagnosis klinis : Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra
Diagnosis etiologi : Suspek Carpal Tunnel Syndrome dextra
Diagnosis topik : Nervus medianus dalam terowongan karpal
Penatalaksanaan:
a. Terapi Umum :
Fisioterapi
Fiksasi pergelangan tangan dengan bandage
Mengurangi aktivitas yang memberatkan penyakit seperti mengaduk
bubur, mencuci baju dengan tangan, dan memeras pakaian.
b. Terapi Khusus :
Meloxicam 15 mg 1 x 1
Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1
Injeksi metylprednisolon 20 mg intrakompartemen
Rencana Pemeriksaan :
Cek laboratorium (pemeriksaan darah lengkap)
Foto Rontgen wrist join dextra AP/lat
Electromielografi
Prognosis :
Quo ad vitam : bonam
22
Quo ad sanam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
23
BAB 4
DISKUSI
dengan keluhan utama telapak tangan kanan sering kesemutan. Pasien mengeluh
kesemutan di telapak tangan kanan yang dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu.
Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.
Kesemutan bersifat hilang timbul dan dirasakan terutama pada malam hari dan
berkurang bila dikebas-kebaskan. Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari
tengah, telunjuk, dan ibu jari. Keluhan muncul bersamaan dengan rasa kesemutan.
Pasien juga mengaku terdapat nyeri di pergelangan tangan yang tidak menjalar.
Nyeri dirasakan ± 3 hari yang lalu. Nyeri berkurang bila pergelangan tangan
kesemutan pada jari tengah, telunjuk dan ibu jari. Selain itu terdapat juga keluhan
nyeri di pergelangan tangan yang tidak menjalar dirasakan ± 3 hari yang lalu.
medianus dextra. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik, yaitu flick’s sign (+/-),
24
wrist extension test (+/-), Phalen’s test (+/-) Tinels’s sign I (+/-), dan Pressure test
(+/-).
pasien ini adalah hipoestesia palmar dextra, hipostesia digiti I, II, III dextra dan
pemeriksaan darah lengkap, foto rontgen wrist join dextra AP/lateral dan
elektromielografi.
Faktor risiko yang dimiliki pasien ini adalah pekerjaan pasien yaitu
penjual bubur dengan aktivitasnya mengaduk bubur pada kuali besar setiap pagi
yang sudah dijalani lebih dari 8 tahun. Ada beberapa hipotesa mengenai
nutrisi intravaskular lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel.
edema epineural. Keadaan ini menyebabkan keluhan nyeri dan bengkak yang
terutama timbul pada malam hari. Pada pagi hari akan terasa berkurang setelah
mengaduk bubur, mencuci baju dengan tangan dan memeras pakaian. Terapi
25
khusus adalah meloxicam 15 mg 1x1, vitamin B6 (piridoksin) tab 50 mg 3 x 1 dan
26
DAFTAR PUSTAKA
Burns, D. K., V. Kumar. 2007. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S. Cortran,
dan S. L. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U.
Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 903-948.
Dorland, W. A. N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Terjemahan H.
Hartanto, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gilliland, B. C. 2007. Polikondritis Berulang dan Berbagai Artritis Lain. Dalam:
Isselbacher, K. J., E. Braunwald, J. D. Wilson, J. B. Martin, A. S. Fauci, D. L.
Kasper. 2007.
Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Edisi 13. Terjemahan
Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 1902-1903
Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mardjono, M., P. Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Dian Rakyat.
27