Anda di halaman 1dari 27

Case Report Session

Carpal Tunnel Syndrome

oleh :
Firdaini 1740312092
Bella Yolanda 1740312129
Fitri Yolanda 1740312130

Pembimbing
dr. Restu Susanti, Sp.S, M.Biomed

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M.DJAMIL PADANG
2018

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal adalah
salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada
terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun
akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan
terhadap nervus medianus dipergelangan tangan. Carpal tunnel syndrome
diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah ditribusi
nervus medianus.

Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap nervus


medianus terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling
sering, bersifat kronik dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari,
parestesi jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan
atrofi otot thenar.

Terowongan karpal terdapat dibagian depan dari pergelangan tangan


dimana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui
oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk
dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk
oleh fleksor retinakulum yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia
tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini, akan
menyebabkan penekanan terhadap struktur yang paling rentan didalamnya yaitu
nervus medianus.

1.2. Batasan Masalah


Makalah ini berisi tentang Carpal tunnel syndrome (CTS) yang terdiri dari
definisi, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis,
diagnosa, komplikasi, penatalaksanaan, prognosis, serta ilustrasi kasus Carpal
tunnel syndrome (CTS ).

2
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang Carpal tunnel syndrome (CTS

1.4 Metode Penulisan


Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang
merujuk dari berbagai literatur.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Gambar 1. Persarafan motorik Nervus medianus

Nervus medianus tersusun oleh belahan fasikulus lateralis dan belahan


fasikulus medialis. N. medianus membawakan serabut-serabut radiks ventralis
dan dorsalis C.6, C.7, C.8, dan T.1. Otot-otot yang dipersarafinya ialah otot-
otot yang melakukan pronasi lengan bawah (m.pronator teres dan m.pronator
kuadratus), fleksi falangs paling ujung jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari
(mm.lumbrikales sisi radial), fleksi jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari pada

4
sendi metakarpofalangeal (mm.lumbrikales dan mm.interoseae sisi radial),
fleksi jari sisi radial di sendi interfalangeal (mm.fleksor digitorum profundus
sisi radial), oposisi dan abduksi ibu jari (m.opones polisis dan m.abduktor
polisis brevis).

Gambar 2. Persarafan sensoris Nervus medianus

Kawasan sensoriknya mencakup kulit yang menutupi telapak tangan,


kecuali daerah ulnar selebar 11/2 jari. Dan pada dorsum manus kawasan
sensoriknya adalah kulit yang menutupi falangs kedua dan falangs ujung jari
telunjuk, jari tengah, dan separuh jari manis.
N. medianus sering terjepit atau tertekan dalam perjalanannya melalui
m.pronator teres, siku dan retinakulum pergelangan tangan. Pada luka di
pergelangan tangan, misalnya, n.medianus dapat terpotong bersama dengan
n.ulnaris. Hal itu sering terjadi pada kecelakaan di mana tangan menerobos
kaca. Kelumpuhan yang menyusulnya melanda ketiga jari sisi radial, sehingga
ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah tidak dapat difleksikan, baik di sendi
metakarpofalangeal, maupun di sendi interfalangeal. Ibu jari tidak dapat
melakukan oposisi dan abduksi. Atrofi otot-otot tenar akan cepat menyusul
kelumpuhan tersebut.

5
Gambar 3. Jepitan pada Nervus medianus

2.2 Carpal tunnel syndrome.


2.2.1 Definisi
Carpal tunnel syndrome adalah kumpulan gejala khas dan tanda-tanda
yang terjadi termasuk kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal. Gejala
yang termasuk adalah mati rasa, paresetesia, dan nyeri pada distribusi saraf
medianus. Gejala ini mungkin atau tidak disertai dengan perubahan obyektif
dalam sensasi dan kekuatan struktur medianus yang diinervasi di tangan. 3
Sindroma ini dulu juga dikenal sebagai acroparesthesia, median thenar
neuritis, atau partial thenar atrophy. Diagnosis carpal tunnel syndrome berupa
adanya nyeri, mati rasa dan kesemutan yang dapat menjalar hingga pundak dan
leher, gangguan ini sering terjadi di malam hari saat tidur dengan posisi tidur
berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome akibat
aktivitas repetitif yang menimbulkan mati rasa dan nyeri, perlu dilakukan gerakan
pergelangan tangan, tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif
bagi penderita carpal tunnel syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan),
injeksi kortikosteroid dan pembedahan.4
Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome didiagnosis tanpa disertai dengan
penyebab yang khusus dan pada beberapa penderita diartikan oleh faktor genetik.

6
2.2.2 Etiologi

Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga
dilalui beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada saraf
medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrome.
Pada sebagian kasus, etiologinya tidak diketahui terutama pada penderita
lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada
pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada
pergelangan tangan termasuk carpal tunnel syndrome
Pada kasus yang lain etiologinya adalah :6

1. Herediter : neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure


palsy, misalnya HMSN (hereditary motory and sensory neuropathies ) tipe
III.

2. Trauma : dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,


pergelangan tangan. Sprain pada pergelangan tangan. Trauma langsung
terhadap pergelangan tangan.

3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan


tangan yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik,
pekerjaan kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik
terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan
tangannya juga merupakan penyebab yang mendasari carpal tunnel
syndrome.

4. Infeksi : tenosinovitis, tuberkulosis tulang, sarkoidosis

5. Metabolik : amiloidosis dan gout artritis

6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, DM, hipotiroid


dan kehamilan

7. Neoplasma : kista ganglion, lipoma,infiltrasi metastase dan mieloma

7
8. Penyakit kolagen vaskular : reumatoid artritis, polimialgia reumatika,
skleroderma, dan SLE

9. Degeneratif : osteoartritis

10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk


dialisis, hematoma, komplikasi dan terapi anti koagulan

11. Faktor stress

12. Inflamasi : inflamasi dari membran mukosa yang mengelilingi tendon


yang menyebabkan saraf medianus tertekan

2.2.2 Gejala Klinis

Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.


Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya
berupa parestesia, hilangnya sensasi atau rasa seperti terkena aliran listrik pada
jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai
seluruh jari-jari. Keluhan paresetesi biasanya lebih menonjol di malam hari.
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehinga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini
umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan
tangannya atau dengan meletakan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri
juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila
penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan
yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terus
terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di
daerah distal pergelangan tangan.
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekauan pada jari-jari, tangan,
dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah
penderita mulai mempergunakan tangannya. Hipestesia pata dijumai [ada daerah
yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi
kurang terampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil.

8
Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan
adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol
atau menggenggam. Pada penderita carpal tunnel syndrome pada tahap lanjut
dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinervasi oleh
saraf medianus.7
2.2.4 Patogenesis

Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari carpal tunnel syndrome.


Umumnya carpal tunnel syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan
fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap saraf medianus.
Tekanan yang beruang-ulang dan lama akan menyebabkan peningkatan tekanan
intravaskuler. Akibatnya aliran darah vena intravaskular melambat. Kongesti yang
terjadi akan mengganggu nutrisi intravaskular lalu diikuti oleh anoksia yang akan
merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein
sehingga terjadi edema epineural. Keadaan ini menyebabkan keluhan nyeri dan
bengkak yang terutama timbul pada malam hari. Pada pagi hari akan terasa
berkurang setelah tangan digerak-gerakan atau diurut. Apabila keadaan ini terus
berlanjut maka akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lalu
saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan
fungsinsaraf medianus terganggu secara menyeluruh.
Pada carpal tunnel syndrome akut biasanya terjadi penekanan yang
melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan
timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan
intravaskular yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya
terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga aliran darah ke saraf
terganggu. Akibatnya kerusakan pada saraf tersebut.
Tekanan langsung pada saraf perifer dapat pula menimbulkan invaginasi
nodus ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu. 8

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis carpal tunnel syndrome ditegakan berdasarkan gejala-gejala


yang ada dan disukung oleh beberapa pemeriksaan:9

9
a. Pemeriksaan fisik

Haruslah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan


perhatian khusus pada fungsi motorik, sensorik, dan otonom tangan.
Beberapa pemeriksaan tes provokasi yang dapat membantu menegakan
diagnosis carpal tunnel syndrome adalah sebagai berikut:

1) Flick’s sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong
diagnosa.
2) Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi terdapat atrofi otot-otot thenar.
3) Wrist extension test
Penderita melakukan ekstensi secara maksimal, sebaiknya dilakukan
secara serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti carpal tunnel syndrome,
maka tes ini menyokong.
4) Phalen’s test
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu
60 detik timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini
menyokong diagnosis.
5) Torniquet test
Dilakukan pemasangan tourniquet dengan menggunakan tensimeter
diatas siku dengan tekanan sedikit diatas sistolik. Bila dalam 1 menit
timbul gejala CTS maka tes ini menyokong.
6) Tinel’s sign
Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
7) Pressure test

10
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan
ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti
CTS, tes ini menyokong
8) Luthy’s sign
Penderita diminta melingkari bu jari dan jari telunjuk pada botol atau
gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat maka tes ini menyokong diagnosa.
9) Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan adakah perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin
yang terbatas pada daerah inervasi nervus medianus.
10) Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus,
tes dianggap positif.
b. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukan adanya fibrilasi, polifasik,
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot
lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus carpal tunnel syndrome.

b. Kecepatan hantar saraf pada 15-20% kasus bisa normal. Pada yang
lainnya KHS akan menurun dan masa latent distal dapat memanjang,
menunjukan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan
tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.

c. Pemerksaan radiologis

Pemeriksaan foto roentgen pada pergelangan tangan dapat membantu


melihat apakah penyebab dari CTS terdapat penyebab lain seperti fraktur
atau artritis.

d. Pemeriksaan laboratorium

11
Bila etiologi dari CTS belum jelas seperti pada usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

2.2.6 Terapi

Terapi yang ditujukan pada carpal tunnel syndrome adalah terapi terhadap
penyakit yang mendasari keadaan tersebut atau penyakit yang menyebabkan
terjadinya carpal tunnel syndrome. Oleh karena itu sebaiknya terapi dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu:10

a. Terapi langsung terhadap carpal tunnel syndrome

1) Terapi konservatif

a) Istirahatkan pergelangan tangan

b) Obat anti inflamasi non steroid

c) Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai


dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama
2-3 minggu.

d) Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg


atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil,
suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan
operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan
setelah diberi 3 kali suntikan.

e) Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretik

f) Vitamin B6. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa CTS terjadi


karena adanya defisiensi vitamin B6 sehingga dianjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi
beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin

12
tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar

g) Fisioterapi. Dianjurkan untuk perbaikan vaskularisasi tangan.

2) Terapi operatif

Tindakan operasi pada carpal tunnel syndrome disebut neurolisis


nervus medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan
pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif
atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-
otot thenar. Indikasi relatif tindakan operasi adalh hilangnya
sensibilitas persisten.

b. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasri Carpal Tunnel


Syndrome

Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya carpal tunnel


syndrome harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan
kekambuhan Carpal tunnel syndrome kembali. Pada keadaan dimana CTS
terjadi karena adanya gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya


carpal tunnel syndrome atau mencegah kekambuhannya antara lain:

1) Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral

2) Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda.


Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam
sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.

3) Batasi gerakan tangan yang repetitif

4) Istirahatkan tangan secara periodik

5) Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan


memiliki waktu untuk beristirahat

13
6) Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan
peregangan secara teratur

Disamping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang


sering mendasari terjadinya carpal tunnel syndrome seperti: trauma akut
maupun kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal
ginjal, penderita yang sering hemodialisa, myxedema akibat hipotiroid,
akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil
kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi
pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabakan
retensi cairan atau menyebabakan bertambahnya isi terowongan.

2.2.7 Pencegahan

Salah satu cara menhindari Carpal tunnel syndrome adalah dengan


cara jika melakukan sesuatu yang banyak menimbulkan pergerakan pada
pergelangan tangan dianjurkan untuk berhenti sejenak setiap 15-20 menit
dengan melakukan stretching agar pergelangan tangan tidak terekspos
terus-menerus. Menjaga tangan tetap hangat karena tangan lebih mudah
terasa sakit bila dalam suhu dingin. Perbaiki postur tubuh karena potur
tubuh yang salah dapat menyebabkan posisi bahu sedikit kedepan sehingga
pada posisi ini otot leher dan bahu akan memendek dan menekan saraf-
saraf leher yang dapat mempengaruhipergelangan tangan, jari da tangan.11

2.2.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya


sensibilitas yang persisten di daerah distribusi nervus medianus.
Komplikasi yang paling berat adalah reflek sympathetic dystrophyyang
ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia, dan gangguan trofik.
Sekalipun prognosa carpal tunnel syndrome dengan terapi konservatif
maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih
tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau
operatif dapat diulangi kembali.

14
BAB 3
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 46 tahun
Suku bangsa : Minangkabau
Alamat : Padang
Pekerjaan : Penjual Bubur
Agama : Islam

Alloanamnesis :
Seorang pasien perempuan, 46 tahun, datang ke Bangsal Neuro RSUP
Dr. M. Djamil Padang tanggal 18 September 2018 dengan :
Keluhan Utama :
Telapak tangan kanan sering kesemutan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
 Pasien mengeluh kesemutan di telapak tangan kanan yang dirasakan sejak
± 1 bulan yang lalu. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari
tengah, telunjuk, dan ibu jari. Kesemutan bersifat hilang timbul dan
dirasakan terutama pada malam hari dan berkurang bila dikebas-kebaskan.
 Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.
Keluhan muncul bersamaan dengan rasa kesemutan. Pasien juga mengaku
terdapat nyeri di pergelangan tangan yang tidak menjalar. Nyeri dirasakan
± 3 hari yang lalu. Nyeri berkurang bila pergelangan tangan dipijat atau
dikibas-kibaskan.
 Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Oleh
pasien tangan yang sakit masih tetap digunakan untuk bekerja. Pasien
bekerja sebagai penjual bubur yang aktivitasnya mengaduk bubur pada
kuali besar setiap hari yang sudah dijalani lebih dari 8 tahun. Pasien juga

15
mengaku mempunyai kebiasaan mencuci dan memeras pakaian dengan
tangan di rumah.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit yang sama disangkal
- Riwayat Hipertensi tidak ada.
- Riwayat Diabetes Melitus tidak ada.
- Riwayat Penyakit Jantung ridak ada.
Riwayat penyakit keluarga :
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien.
Riwayat pribadi dan sosial :
 Pasien seorang penjual bubur dengan aktivitas harian sedang

PEMERIKSAAN FISIK
Umum:
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : GCS 15
Kooperatif : CMC
Nadi/ irama : 80 x/menit, irama teratur dan kuat angkat
Pernafasan : 22x/menit
Tekanan darah 120/80mmHg
Suhu : 36,8oC
Keadaan gizi : Baik
Turgor kulit : Baik
Kulit dan kuku : pucat (-), sianosis (-)
Kelenjar getah bening
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Aksila : tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB
Torak
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus sama kanan dan kiri

16
Perkusi : sonor
Auskultasi : bronkovesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : irama regular, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : hepar dan lien tak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Korpus vertebrae
Inspeksi : deformitas (-)
Palpasi : gibus (-), massa (-)

Status neurologikus:
1. Tanda rangsangan selaput otak
 Kaku kuduk : (-)
 Brudzinsky I : (-)
 Brudzinsky II : (-)
 Tanda Kernig : (-)
2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial
 Tidak terdapat peningkatan tekanan intrakranial
3. Pemeriksaan nervus kranialis
N. I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Baik
Objektif (dengan bahan) Baik

N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Baik

17
Lapangan pandang Baik
Melihat warna Baik
Funduskopi Tidak diperiksa

N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Ortho ortho
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah
Strabismus Tidak ada
Nistagmus Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada
Pupil
 Bentuk Bulat, 3 mm Bulat, 3 mm
 Refleks cahaya (+) (+)
 Refleks akomodasi (+) (+)
 Refleks konvergensi (+) (+)

N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke nasal bawah (+)/(+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Tidak ada

N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral (+)/(+)
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Tidak ada

N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
 Membuka mulut (+)
 Menggerakkan rahang (+)
 Menggigit (+)
 Mengunyah (+)
Sensorik
 Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas (+) (+)
 Divisi maksila
- Refleks masetter (+)

18
- Sensibilitas (+)

 Divisi mandibula
- Sensibilitas (+)

N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah simetris
Sekresi air mata (+) (+)
Fissura palpebral Simetris
Menggerakkan dahi Simetris
Menutup mata Simetris
Mencibir/ bersiul Simetris
Memperlihatkan gigi Simetris
Sensasi lidah 2/3 depan Ada
Hiperakusis Tidak ada

N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik baik
Detik arloji Baik
Rinne tes Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Weber tes Tidak diperiksa
Schwabach tes Tidak diperiksa
- Memanjang
- Memendek
Nistagmus
- Pendular
(-)
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-)

N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Ada
Refleks muntah (Gag Rx) (+)

N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Ditengah
Menelan Ada
Suara Ada

19
Nadi Teratur

N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan (+)
Menoleh ke kiri (+)
Mengangkat bahu kanan (+)
Mengangkat bahu kiri (+)

N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Ditengah
Kedudukan lidah dijulurkan Ditengah
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -

4. Pemeriksaan koordinasi dan keseimbangan


Keseimbangan Koordinasi
Romberg test Jari-jari
Romberg test dipertajam Hidung-jari
Stepping gait baik Pronasi-supinasi baik
Tandem gait Tes tumit lutut
Rebound phenomen

5. Pemeriksaan fungsi motorik


a. Badan Respirasi Teratur
Duduk -
b. Berdiri dan Gerakan spontan Ada
berjalan Tremor -
Atetosis -
Mioklonik -
Khorea -

c. Ekstremitas Superior Inferior


Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan spontan spontan
Kekuatan 5 5 5 5
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

20
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

6. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibiltas taktil Turun Dalam batas
normal
Sensibilitas nyeri Dalam batas Dalam batas
normal normal
Sensiblitas termis Dalam batas Dalam batas
normal normal
Sensibilitas kortikal Dalam batas Dalam batas
normal normal
Stereognosis
Pengenalan 2 titik Turun Dalam batas
normal
Pengenalan rabaan Dalam batas Dalam batas
normal normal

7. Sistem refleks
a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps ++ ++
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring KPR ++ ++
Masetter APR ++ ++
Dinding perut Bulbokvernosus
 Atas + Cremaster
 Tengah + Sfingter
 Bawah +

b.Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri


Lengan Tungkai
Hoffmann- (-) (-) Babinski (-) (-)
Tromner
Chaddocks (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)

8. Fungsi otonom
- Miksi : baik
- Defekasi : baik

21
- Sekresi keringat: baik

9. Fungsi luhur : Baik


10. Pemeriksaan nyeri
Flick’s sign : (+/-)
Wrist extension test : (+/-)
Phalen’s test : (+/-)
Tinels’s sign : (+/-)
Pressure test : (+/-)

Pemeriksaan laboratorium:
Diagnosis :
 Diagnosis klinis : Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra
 Diagnosis etiologi : Suspek Carpal Tunnel Syndrome dextra
 Diagnosis topik : Nervus medianus dalam terowongan karpal

Penatalaksanaan:
a. Terapi Umum :
 Fisioterapi
 Fiksasi pergelangan tangan dengan bandage
 Mengurangi aktivitas yang memberatkan penyakit seperti mengaduk
bubur, mencuci baju dengan tangan, dan memeras pakaian.
b. Terapi Khusus :
 Meloxicam 15 mg 1 x 1
 Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1
 Injeksi metylprednisolon 20 mg intrakompartemen
Rencana Pemeriksaan :
 Cek laboratorium (pemeriksaan darah lengkap)
 Foto Rontgen wrist join dextra AP/lat
 Electromielografi
Prognosis :
Quo ad vitam : bonam

22
Quo ad sanam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam

23
BAB 4
DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan usia 46 tahun dirawat di

bangsal neurologi RSUP Dr. M.Djamil Padang tanggal 18 September 2018

dengan keluhan utama telapak tangan kanan sering kesemutan. Pasien mengeluh

kesemutan di telapak tangan kanan yang dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu.

Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari tengah, telunjuk, dan ibu jari.

Kesemutan bersifat hilang timbul dan dirasakan terutama pada malam hari dan

berkurang bila dikebas-kebaskan. Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari

tengah, telunjuk, dan ibu jari. Keluhan muncul bersamaan dengan rasa kesemutan.

Pasien juga mengaku terdapat nyeri di pergelangan tangan yang tidak menjalar.

Nyeri dirasakan ± 3 hari yang lalu. Nyeri berkurang bila pergelangan tangan

dipijat atau dikibas-kibaskan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum yang sakit sedang,

tingkat kesadaran composmentis cooperatif, dengan tanda-tanda vital kesan

normal. Status neurologikus didapatkan GCS 15 (E4M6V5), dari pemeriksaan

sensibilitas taktil dextra didapatkan sensibilitas menurun dan pemeriksaan

diksriminasi 2 titik juga menurun.

Berdasarkan amnanesis didapatkan gangguan sensorik berupa rasa tebal,

kesemutan pada jari tengah, telunjuk dan ibu jari. Selain itu terdapat juga keluhan

nyeri di pergelangan tangan yang tidak menjalar dirasakan ± 3 hari yang lalu.

Nyeri berkurang bila pasien memijat atau menggerak-gerakkan tangannya.

Berdasarkan keluhan pasien tersebut, dicurigai terdapat kelainan pada nervus

medianus dextra. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik, yaitu flick’s sign (+/-),

24
wrist extension test (+/-), Phalen’s test (+/-) Tinels’s sign I (+/-), dan Pressure test

(+/-).

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis klinis

pasien ini adalah hipoestesia palmar dextra, hipostesia digiti I, II, III dextra dan

diagnosis etiologi adalah suspek Carpal Tunnel Syndrome. Diperlukan

pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding yaitu

pemeriksaan darah lengkap, foto rontgen wrist join dextra AP/lateral dan

elektromielografi.

Faktor risiko yang dimiliki pasien ini adalah pekerjaan pasien yaitu

penjual bubur dengan aktivitasnya mengaduk bubur pada kuali besar setiap pagi

yang sudah dijalani lebih dari 8 tahun. Ada beberapa hipotesa mengenai

patogenesis dari carpal tunnel syndrome. Umumnya carpal tunnel syndrome

terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang

menyebabkan tekanan terhadap saraf medianus. Tekanan yang beruang-ulang dan

lama akan menyebabkan peningkatan tekanan intravaskuler. Akibatnya aliran

darah vena intravaskular melambat. Kongesti yang terjadi akan mengganggu

nutrisi intravaskular lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel.

Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi

edema epineural. Keadaan ini menyebabkan keluhan nyeri dan bengkak yang

terutama timbul pada malam hari. Pada pagi hari akan terasa berkurang setelah

tangan digerak-gerakan atau diurut.

Tatalaksana pada pasien adalah fisioterapi, fiksasi pergelangan tangan

dengan bandage, mengurangi aktivitas fisik yang memberatkan penyakit seperti

mengaduk bubur, mencuci baju dengan tangan dan memeras pakaian. Terapi

25
khusus adalah meloxicam 15 mg 1x1, vitamin B6 (piridoksin) tab 50 mg 3 x 1 dan

injeksi metylprednisolon 20 mg intrakompartemen.

26
DAFTAR PUSTAKA

Burns, D. K., V. Kumar. 2007. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S. Cortran,
dan S. L. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U.
Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 903-948.
Dorland, W. A. N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Terjemahan H.
Hartanto, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gilliland, B. C. 2007. Polikondritis Berulang dan Berbagai Artritis Lain. Dalam:
Isselbacher, K. J., E. Braunwald, J. D. Wilson, J. B. Martin, A. S. Fauci, D. L.
Kasper. 2007.
Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Edisi 13. Terjemahan
Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 1902-1903
Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mardjono, M., P. Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Dian Rakyat.

27

Anda mungkin juga menyukai