Anda di halaman 1dari 39

REFERAT

CARPAL TUNNEL SYNDROME DAN DE QUERVAIN SYNDROME

Oleh:

NINDYA PUTRI PERMATA RISADAYU CANDRIKA IZZATIKA PRAMONO SITI OKTI ANDARISYA

G99122085 G99112033 G99112131

Pembimbing: dr. Anang Maruf, Sp.B, FINACS

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI 2013

CARPAL TUNNEL SYNDROME

I.

PENDAHULUAN

Salah satu penyakit yang paling sering mengenai nervus medianus adalah neuropati tekanan/jebakan (entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan nervus medianus berjalan melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibujari, telunjuk,jari tengah dan setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus medianus paling sering mengalami tekanan yang menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal dengan istilah Sindroma Terowongan Karpal/STK (Carpal Tunnel Syndrome/CTS). STK adalah suatu neuropati yang sering ditemukan, biasanya unilateral padatahap awal dan dapat menjadi bilateral. Gejala yang ditimbulkan umumnya dimulai dengan gejala sensorik walaupun pada akhirnya dapat pula menimbulkan gejala motorik. Pada awalnya gejala yang sering dijumpai adalah rasa nyeri, tebal (numbness) dan rasa seperti aliran listrik (tingling) pada daerah yang diinnervasi oleh nervus medianus. Gejala ini dapat timbul kapan saja dan di mana saja, baik di rumah maupun di luar rumah. Seringkali gejala yang pertama timbul di malam hari yang menyebabkan penderita terbangun dari tidurya. Sebagian besar timbul

penderita biasanya baru mencari pengobatan setelah gejala yang

berlangsung selama beberapa minggu. Kadang-kadang pijatan atau menggoyanggoyangkan tangan dapat mengurangi gejalanya, tetapi hila diabaikan penyakit ini dapat berlangsung terus secara progresif dan semakin memburuk. Keadaan ini umumnya terjadi karena ketidaktahuan penderita akan penyakit yang dideritanya dan sering dikacaukan dengan penyakit lain seperti 'rematik'.

II. DEFINISI Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau cerutan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum (cit.Samuel 1979, Dejong 1979,

Mumenthaler 1984). Dulu, sindroma

ini

juga disebut dengan nama

acroparesthesia median thenar neuritis atau partial thenar atrophy STK pertama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal (1854) .STK spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938. Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus. taboo 1913. Istilah STK

III. EPIDEMIOLOGI STK adalah entrapment neuropathy yang paling sering dijumpai
1.5-11

. Nervus

medianus mengalami tekanan pada saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan tangan menuju ke tangan. Penyakit ini biasanya timbul pada usia pertengahan
1.2.5.8.11-14 1.4.8

. Wanita lebih banyak menderita penyakit ini daripada pria


1.2.8.13

. Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral tetapi kemudian bisa . Pada

juga bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan beberapa keadaan tertentu, misalnya

pada kehamilan, prevalensinya sedikit

bertambah 2.5,11,12,14. Prevalensi STK bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 19761980 insidensnya 173 per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien pria/tahun. Di Maastricht, Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari tidurnya akibat parestesi jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami gejala ini terbukti menderita STK setelah dikonfirmasi dengan pemeriksaan elektrodiagnostik 1. Pada populasi Rochester, Minnesota, ditemukan rata-rata 99 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan Hudson dkk menemukan bahwa 62% entrapment neuropathy adalah STK 1

IV. PATOGENESIS Ada beberapa hipotesa mengenai patogenese dari STK. Sebagian besar penulis berpendapat bahwa faktor mekanik clan vaskular memegang peranan penting dalam terjadinya STK. Umumnya STK terjadi secara kronis di mana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan

peninggian tekanan intrafsikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam/pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh
1.

Pada STK

akut biasanya terjadi

penekanan

yang melebihi tekanan

perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi

vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu. Akibatnya terjadi kerusakan pada saraf tersebut 1. Tekanan langsung pada safar perifer dapat pula menimbulkan invaginasi Nodus Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu 1.

V. ETIOLOGI Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus medianus sehingga timbullah STK 1,4.

Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama pada penderita lanjut usia
5,8

. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang


2,3,5,8,10,12,14

pada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk STK adalah 12: 1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, . Pada kasus yang lain etiologinya

misalnya HMSN ( hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III. 2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-ulang. 3. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis. 4. Metabolik: amiloidosis, gout. 5. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus, hipotiroidi, kehamilan. 6. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma. 7. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika, skleroderma, lupus eritematosus sistemik. 8. Degeneratif: osteoartritis. 9. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.

VI. GEJALA Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat
1,2,3 5,12,13

. Gejala awal

biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari 4 walaupun

kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat

atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan1,5,8,12,13. Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita mulai mempergunakan tangannya 1,4. Hipesetesia dapat dijumpai pada daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus 8. Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau menggenggam 1,4,12. Pada penderita STK pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinnervasi oleh nervus melanus.

VI.DIAGNOSA Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh beberapa pemeriksaan yaitu : 1. Pemeriksaan fisik Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. STK adalah 1,8 : a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerakgerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan Beberapa

pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa

menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otototot thenar. c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari 1 dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam. d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK. e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa STK. f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan

tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi. h. Pressure test. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. i. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.

j. Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa. k. Pemeriksaan fungsi otonom. Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK. 2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik) 1,8,12,15. a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada di daerah nervus

beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus STK. b. Kecepatan Hantar Saraf(KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) gangguan pada konduksi safar di

memanjang, menunjukkan adanya 3. Pemeriksaan radiologis 1,5,8,13.

pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.

Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. 4. Pemeriksaan laboratorium 1,5,8,12,13. Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

VII.DIAGNOSA BANDING 1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher

diistirahatkan dan bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya. 2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-

otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah. 3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan karpal. 4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.

VIII.TERAPI Selain ditujukan langsung terhadap STK, terapi juga harus diberikan terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya STK. Oleh karena itu sebaiknya terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu : 1. Terapi langsung terhadap STK 1,8. a. Terapi konservatif. 1. Istirahatkan pergelangan tangan. 2. Obat anti inflamasi non steroid. 3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 23 minggu. 4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg 8 atau metilprednisolon 20 mg 14 atau 40 mg 12 diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. 5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.

6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan 1. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar 1,5. 7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan. b. Terapi operatif. Tindakan operasi pacta STK disebut neurolisis nervus medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar 8. Pada STK bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain 16 menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan hila terapi

konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten. Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf 8,12,14. Beberapa penyebab STK seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pacta terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka 14. 2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK 1. Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau mencegah kekambuhannya antara lain 3:

- Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral - Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya

menggunakan ibu jari dan telunjuk. - Batasi gerakan tangan yang repetitif. - Istirahatkan tangan secara periodik. - Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk beristirahat. - Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur. Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering

mendasari erjadinya STK seperti 1: trauma akut maupun kronik pada pergelangan tangan dan aerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,myxedem akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.

IX. PROGNOSA Pada kasus STK ringan, dengan prognosa baik


1,17

terapi konservatif pacta umumnya

. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena

operasi hanya melakukan pada penderita yang sudah lama menderita STK penyembuhan post atifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot- otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan STK setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan 1. Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka ipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini 1,8:

1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal. 2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus. 3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik. omplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang

ersisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah eflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, isestesia dan ganggaun trofik 1,7. Sekalipun prognosa STK dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik ,tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.

X. KESIMPULAN Sindroma Terowongan Karpal (STK) adalah neuropati jebakan yang

sering ditemukan, lebih banyak mengenai wanita dan sering ditemukan pada usia pertengahan .Sebenarnya secara klinis sindroma ini sudah dikenali sejak abad ke 19, Tetapi istilah STK baru digunakan pertama kali oleh Moersch pada tahun 1938. Sindroma ini bisa unilateral maupun bilateral. Sebagian kasus STK tidak diketahui penyebabnya sedangkan pada kasus yang diketahui, penyebabnya sangat bervariasi. Kebanyakan penulis berpendapat bahwa STK mempunyai hubungan yang erat dengan penggunaan tangan secara repetitif dan berlebihan. Gejala awal STK umumnya hanya berupa gangguan sensorik seperti rasa,nyeri, parestesia, rasa tebal dan diinnervasi nervusmus. Gejala-gejala tingling pada daerah yang

ini umumnya bertambah berat pada

malam hari dan berkurang bila pergelangan tangan digerak-gerakkan atau dipijat. Gejala motorik hanya dijumpai pada penderita STK yang sudah berlangsung lama, demikian pula adanya atrofi otot-otot thenar. Penegakan diagnosa STK didasarkan atas gejala klinis dan pemeriksaan fisik yang meliputi berbagai macam tes. Pemeriksaan penunjang lainnya

seperti pemeriksaan radiologis, laboratoris dan terutama pemeriksaan neurofisiologi dapat membantu usaha menegakkan diagnosa. Penatalaksanaan STK dikelompokkan atas 2 dengan sasaran yang

berbeda. Terapi yang langsung ditujukan terhadap STK harus selalu disertai terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK. Terapi terhadap STK dikelompokkan lagi atas terapi konservatif dan terapi operatif ( operasi terbuka atau endoskopik). Sekalipun prognosanya baik, kemungkinan kambuh masih tetap ada.

DE QUERVAIN SYNDROME

A. Definisi De Quervain Syndrome adalah suatu bentuk peradangan yang disertai rasa nyeri dari selaput tendon yang berada di sarung synovial, yang menyelubungi extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus. De Quervain Syndrome merupakan bentuk dari tenosynovitis. Tenosynovitis adalah peradangan selaput tendon yang berada di sarung synovial. De Quervain Syndrome melibatkan peradangan pada extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus.15 B. Anatomi Fungsional 1. Osteologi Tulang adalah organ yang padat, elastis, keras yang menyusun sistem kerangka. Fungsi tulang sama dengan fungsi kerangka yaitu memberikan kekuatan pada badan, memberikan bentuk, sebagai alat gerak pasif, juga sebagai pelindung alat dalam yang lunak tanpa mengganggu fungsinya. Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai tulang-tulang daerah lengan bawah dan tangan.16 a. Os Radius Tulang ini termasuk tulang panjang yang terdiri dari tiga bagian yaitu epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis

proximalis terdapat caput radii berbentuk concave dan bagian superiornya terdapat fovea artikularis bertemu dengan capitulum humeri membentuk articulacio humeroradialis. Pada caput radii terdapat circumferential articularis (radii) bertemu dengan incisura radialis (ulna) membentuk articulation radioulnaris proximalis.17 Caput radii ke distal membentuk collum radii dan corpus radii. Bagian proximal corpus bagian anterior terdapat tuberositas radii untuk insertio m. bicep radii. Bagian sisi ulnar terdapat margo interosea. Epiphysis distalis berukuran lebar dan tebal. Bagian sisi ulna terdapat lekukan yang disebut incisura ulnaris yang bertemu dengan

circumferential articularis (ulna) membentuk articulation radio ulnaris distalis. Bagian distal terdapat dataran sendi segitiga yang disebut facies articularis carpalis bersendi dengan carpalia proximal yaitu articulation radiocarpalis. Ujung epiphysis distalis bagian lateral menonjol disebut prosessus styloideus radii.16 b. Os Ulna Tulang ini juga termasuk tulang panjang sehingga terdiri dari epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis ke volar terdapat incisura trochlearis yang bersendi dengan trochlea humeri membentuk articulatio humero ulnaris. Bagian proximal

dorsal terdapat tonjolan yaitu olecranon. Dataran radial ke volar terdapat incisura radialis bersendi dengan caput radii membentuk articulation radioulnaris proximalis. Diaphysis merupakan corpus ulnae. Sisi medial terdapat margo interosea, bagian proximal radial terdapat crista musculi supinator untuk perlekatan m. supinator. Epiphysis distalis ukurannya lebih kecil yang berakhir membulat disebut caput ulnae dengan dataran sendi circumferential articularis ulna bertemu incisura ulnaris radius membentuk articulatio radioulnaris distalis. Ujung epiphysis bagian dorsal medial menonjol disebut processus styloideus.16 c. Ossa Carpal Os Carpus terdiri atas 8 tulang yaitu : deret proximal terdiri dari, os scapoideum, os lunatum, os triquetrum, os pisiforme dan deret distal terdiri dari os trapezium, os trapezoideum, os capitatum dan os hamatum. (1) Pada baris deret proximal: Pada deret proximal terdiri dari : (a) Os Scapoideum, merupakan tulang besar dalam baris proximal, di proximalnya bersendi dengan os radius, di distal dengan os multangulum majus dan os multangulum minus sedangkan di medial dengan os lunatum dan capitatum. (b) os Lunatum, bentuknya seperti bulan sabit, di proximal bersendi dengan os radius dan diskus articularis, di medial dengan os triquetrum, di lateral dengan

os naviculare dan di distal dengan os capitatum. (c) os Triquetrum, bentuknya seperti piramid, dengan bagian apeknya mengarah ke medial. Dasarnya menghadap ke lateral dan bersendi dengan os lunatum. Di proximal bersendi dengan diskus artikularis dan di distal dengan os hamatum. (d) os Pisiforme, merupakan os carpal yang paling kecil. (2) Pada baris deret distal : Pada deret distal terdiri dari : (1) Os trapezium, pada bagian distal terdapat permukaan sendi yang menyerupai pelana untuk os metacarpal I. Antara permukaan sendi distal dan medial terdapat sendi yang lebih kecil untuk bersendi dengan os metacarpal II. Di proximal, os multangulum majus bersendi dengan os naviculare, (2) Os multangulum minus (os trapezoideum), pada bagian dorsal lebih lebar dari pada permukaan volar. Bersendi di proximal dengan os naviculare, di distal dengan os metacarpal II, di lateral dengan os multangulum majus dan di medial dengan os capitatum. (3) Os capitatum, merupakan os carpal yang paling besar. Di proximal bersendi dengan os naviculare dan os lunatum. Di lateral bersendi dengan os multangulum minus. Di medial dengan os hamatum dan di lateral terutama dengan os metacarpal III serta sebagian dengan ossa metakarpalia II dan IV. (4) Os hamatum pada permukaan folarnya terdapat hamulus yang melengkung ke latelar.

Hamulus (bangunan seperti lidah) berhubungan dengan m. fleksor digiti minimi brevis dan ligament pisohamatum. Di distal bersendi dengan ossametakarpalia IV atau V, di lateral dengan os capitatum, di proximal dan di medial dengan os triquetrum sedangkan di proximal dan lateral dengan os lunatum. (4) Os Metacarpal Terdiri atas 5 ossa metacarpalia tangan masing-masing mempunyai capitulum, corpus dan basis. Pada semua terdapat permukaan sendi pada salah satu ujungnya (basis) untuk bersendi dengan ossa carpalia dan pada ujung lainnya (capitulum) untuk phalanges. (1) Os Metacarpal 1 yaitu berbentuk pelana, (2) Os Metacarpal II mempunyai lekukan yang menghadap ke proximal untuk bersendi dengan os carpal dan pada sisi medial dengan metacarpal III (3) Os Metacarpal III pada sisi dorsal basis metacarpal III terdapat processus styloideus dan di sisi radial terdapat permukaan sendi untuk metacarpal II, proximal berhubungan dengan ossa carpalia dan pada sisi ulnar terdapat dua permukaan sendi untuk bersendi dengan os metacarpal IV, (4) Os Metacarpal IV di sisi radial mempunyai dua permukaan sendi tetapi di sisi ulnar hanya mempunyai satu permukaan sendi, (5) Os Metacarpal V.17

2. Myologi Otot adalah suatu organ atau jaringan yang merupakan alat gerak aktif yang memiliki kemampuan berkontraksi sehingga menyebabkan gerakan atau tegangan. Penulis akan membahas mengenai otot-otot lengan bawah.18 1) Otot Lengan Bawah Otot Lengan Bawah dibagi menjadi tiga bagian yaitu otot lengan bawah bagian ventralis, radialis dan dorsalis. (1) Bagian Ventralis Otot yang terdapat pada bagian ventral lengan bawah : terdiri dari kelompok superficialis dan kelompok profundus. a. Kelompok Superfisial Terdiri dari : (a) Musculus Pronator Teres. Otot ini terdiri dari dua caput yaitu caput humerale dan caput ulnare. Caput humerale berorigo pada epicondylus medialis humeri, dan caput ulnar berorigo pada facies medialis ulnae disebelah distal processus coronoideus ulnae. Insertionya pada sepertiga tengah facies lateralis radii. Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi siku caput humeri untuk pronasi dan flexi sedangkan untuk caput ulnare untuk

pronasi. (b) Musculus Flexor Carpi Radialis, origonya pada epicondylus medialis humeri, fascia antebrachii. Insertionya pada permukaan palmar basis ossis metacarpi II. Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi dan pronasi sedangkan untuk sendi pergelangan tangan untuk flexi palmar (c) Musculus Palmaris Longus, origonya pada epycondylus medialis humeri, fascia antebrachii. Insertionya pada aponeurosis palmaris. Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi dan pada sendi pergelangan tangan flexi palmar. (d) Musculus Flexor Carpi Ulnaris terdiri dari dua caput yaitu : caput humeral origonya pada epicondylus medialis humeri, dan caput ulnar origonya pinggir dorsal ulna Insertionya pada os fisifome. Persarafan : n. ulnaris. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi dan pada pergelangan tangan untuk flexi palmar. b. Kelompok Profundus Terdiri dari : (a) Musculus Flexor Digitorum Profundus, origonya pada facies volar ulna dan membrana interossea. Insertionya pada phalang distal jari II-V. Persarafan : Ramus Interoseus anterior n. medianus dan ulnaris. Fungsinya

untuk flexi sendi - sendi jari II-V. (b) M. Flexor Pollicis Longus, origonya pada facies anterior radii. Insertionya pada phalang distal I. Persarafan : Ramus Interoseus anterior n . medianus. Fungsinya untuk flexi ibu jari. (c) Pronator Quadratus, origonya pada facies volaris ulnae pada bagian distal. Insertionya pada facies volar radii.

Persarafan: Ramus Interoseus n. medianus. Fungsinya untuk pronasi. (2) Bagian Radial Kelompok otot yang terdapat pada bagian radial lengan bawah yaitu kelompok Superficialis : (a) M. Brachioradialis, origonya pada margo radial humeri. Inserionya pada prossesus styloideus radii. Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya untuk flexi (b) M. Extensor Carpi Radialis Longus,

origonya pada margo lateralis humeri sebelah distal origo m. brachio radialis. Insertionya pada basis ossis metacarpalis II. Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi, supinator, dorso flexi dan abduksi

radialis radiocarpea dan articilatio intercarpea. (c) M. Extensor Carpi Radialis Brevis, origonya epicondylus lateralis humeri.

Insertionya pada basis ossis metacarpalis III. Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya pada sendi siku untuk flexi, pronasi dan supinasi. (3) Bagian Dorsalis Otot yang terdapat pada bagian dorsalis lengan bawah dibagi dua kelompok yaitu kelompok superficialis dan profundus. a. Kelompok Superficialis Terdiri dari : (a) Musculus Extensor Digitorum, origonya epicondylus lateralis humeri, Insertionya pada aponeurosis dorsalis pada jari II-V. Persarafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya pada sendi siku untuk ekstensi sedangkan untuk sendi pergelangan tangan untuk flexi dorsal. (b) Musculus Extensor Digiti Minimi, origonya pada epicondylus lateralis humeri. Insertionya pada aponeurosis dorsal jari 5. Persafan : Ramus Profundus n. radialis. Fungsinya untuk extensi jari - jari ke 5. (c) M. Extensor carpi ulnaris, origo pada caput humeral epicondylus lateral humeri dan pada caput ulnar terletak pada fascia antebrachii. Insertionya pada permukaan dorsal basis ossis metacarpi V. Fungsinya untuk extensi.

b. Kelompok Profundus Terdiri dari : (a) Musculus Abductor Pollicis Longus, origonya pada Seperempat distal facies posterior ulnae, membrane interossea. Insertionya pada phalanx distalis pollicis. Fungsinya untuk ekstensi. (b) Musculus Ekstensor Pollicis Brevis, origonya pada Facies posterior radii, membrane interossea. Insertionya pada basis phalanges proximalis ibu jari. Fungsinya untuk ekstensi. 2) Otot Wrist Pada otot ini penulis akan membagi dalam tiga kelompok yaitu otot interossei, otot thenar, otot hipotenar.18 (1) Kelompok Interossei Terdiri dari: (a) Mm. Lumbricales I-IV, origonya pada sisi radial tendo I dan II, serta sisi-sisi tendo II-IV M. flexor digitorum profundus yang saling berhadapan. Insertionya berinsensi di sebelah radial aponeurosis dorsalis jari II-V. Persarafan : n. medianus (I,II), n. ulnaris (III,IV). Fungsinya pada sendi metacarpophalangeal (III-V) untuk flexi abduksi radial

sedangkan pada sendi-sendi jari (II-V) untuk extensi. (b) Mm. Interossei Palmares I-III, origonya pada sisi ulnar os metacarpi

II, sisi radial ossa metacarpi IV dan V. Insertionya menyebar ke aponeurosis dorsalis jari II,IV dan V. Persarafan : Ramus Profundus n. ulnaris. Fungsinya pada sendi

metacarpophalangeal (II,IV,V) untuk flexi sedangkan pada sendi-sendi jari (II,IV,V) untuk ekstensi. (c) Mm. Interossei Dorsalis I-IV, origonya pada sisi-sisi ossa metacarpi I-V yang saling berhadapan. Insertionya menyebar ke aponeurosis dorsalis jari II-IV. Persarafan : R.Profundus n. ulnaris. Fungsinya pada metacarpophalangeal joints (II-IV) untuk flexi sedangkan untuk sendi-sendi jari (II-IV) untuk ekstensi. (2) Kelompok Thenar Terdiri dari : (a) M. Abductor Pollicis Brevis, origonya pada retinaculum musculorum flexorum dan tuberculum ossis scapoidei. Insertionya pada sesamoideum radial sendi

metacarpophalangeal ibu jari tangan, tepi radial basis phalang proximalis ibu jari, berinsersi ke aponeurosis dorsalis ibu jari. Persarafan : n. medianus. Fungsinya pada sendi carpometacarpal ibu jari untuk abduksi dan opposisi sedangkan pada sendi metacarpophalangeal ibu jari untuk flexi. (b) Musculus Fleksor Pollicis Brevis, origonya pada caput superficial terdapat di

retinaculum musculorum flexorum dan pada caput profundum terdapat di ossa capitatum, trapezium, trapezoideum, basis ossis metacarpi I. Insertionya pada os sesamoideum radial pada sendi metacarpophalangeal ibu jari, tepi radial basis phalang proximalis ibu jari, berinsersi ke apeneurosis dorsalis ibu jari. Fungsinya pada sendi carpometacarpal ibu jari untuk opposisi dan adduksi sedangkan pada sendi metacarpophalangeal ibu jari untuk flexi. (c) Musculus Opponens Pollicis, origonya pada retinaculum musculorum dan tuberculum ossis trapezii.

Insertionya pada seluruh tepi radial os metacarpi I. Persarafan : n. medianus dan n. ulnaris. Fungsinya pada sendi

carpometacarpal ibu jari untuk oposisi. (d) Musculus adductor Pollicis, origonya pada caput obliqum terdapat di os capitatum, basis ossis metacarpi II, lig carpi radiatum sedangkan pada caput transversum terdapat pada permukaan palmar os metacarpi III. Insertionya pada os sesamoideum ulnar pada sendi

metacarpophalangeal joint ibu jari, tepi ulnar basis phalang proximalis ibu jari, berinsersi ke aponeurosis dorsalis ibu jari. Persarafan : Ramus Profundus nerfus ulnaris. Fungsinya pada

sendi carpometacarpal ibu jari untuk opposisi sedangkan pada metacarpophalangeal ibu jari untuk flexi.19 C. Articulatio Articulatio yang terdapat pada sendi wrist adalah articulatio radio carpalis dan articulatio carpo metacarpea. Articulatio radio carpalis dibentuk oleh facies articularis carpea radii dengan ossa scapoideum, lunatum, triquetrum dengan tipe sendi ellipsoidea. Pada articulatio carpo metacarpea dibentuk oleh permukaan proximal dari os metacarpal dengan assa carpal bagian distal dengan tipe sendi saddle joint.20 D. Ligament Pada sendi pergelangan tangan dan tangan terdapat ligament, yaitu : (1) Ligament radio carpea volare, Ligament ini membentang dari processus stiloideus radii, ditepi volar fasies articularis carpea radii menuju ke ossa naviculare, lunatum dan trikuetrum. (2) Ligament radio carpeum dorsal, ligamentt ini membentang dari posterior facies articularis carpea radii menuju ossa naviculare, lunatum dan triquetrum. (3) Ligament Colaterale carpi radiale, ligamentt ini membentang dari processus stiloideus radii menuju ke os naviculare. (4) Ligament collaterale carpi ulnare, ligament ini membentang dari processus ulna menuju ke os triquetrum. (5) Ligament Carpometacarpea dorsale yang menghubungkan ossa carpal dengan metacarpal bagian dorsal.

(6) Ligament Carpometacarpea palmar menghubungkan ossa carpal dengan ossa metacarpal pada permukaan palmar.20 E. Biomekanik Biomekanik adalah ilmu tentang gerakan tubuh pada manusia. Biomekanik pada sendi wrist terdiri dari osteokinematik dan

arthrokinematik.21 1) Osteokinematik Osteokinematik adalah pergerakan yang terjadi pada tulang.

Osteokinematik pada sendi wrist memiliki dua derajat kebebasan gerak yaitu flexi-ekstensi, abduksi-adduksi. Osteokinematik yang terdapat pada ibu jari terdapat tiga sendi yang terdiri dari metacarpophalangeal joint dan interphalangeal joint, carpometacarpal. Pada metacarpophalangeal

memiliki 2 gerakan yaitu flexi dan extensi, flexi memilki lingkup gerak sendi 0-55 sedangkan untuk extensi 0-50. Sendi interphalangeal merupakan sendi engsel dengan 2 gerakan flexi dan extensi. Pada sendi carpometacarpal sendi ini merupakan tipe sendi saddle dimana berperan besar pada ibu jari, sendi ini memiliki empat gerakan diantaranya flexi 45, extensi 0, abduksi 60, adduksi 30. 2) Arthrokinematik

Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan sendi. Gerak arthokinematik pada radiocarpal joint adalah pada palmar flexi translasi distal radius ke dorsal, dorsal flexi translasi distal radius ke arah palmar, ulnar deviation translasi ke arah radial. Radial deviation ke arah ulnar, traksi ossa carpea ke arah distal searah axis os radii, sedikit serong ke palmar-ulnar. Pada carpometacarpal joint I gerak arthokinematik flexi translasi metacarpal ke ulnar, ekstensi translasi ke radial, abduksi translasi ke dorsal, adduksi translasi ke palmar, traksi ke distal sepanjang axis os metacarpal. Pada

metacarpophalangeal I gerak arthokinematik flexi translasi palang proximal ke palmar, ekstensi ke dorsal, traksi ke distal sesuai axis longitudinal phalang. F. Inervasi Inervasi yang terdapat pada pergelangan tangan dan tangan adalah sebagai berikut 21: 1) Nervus Medianus Berasal dari plexus brachialis dengan dua buah caput yaitu medial dari fasciculus medialis dan caput lateral dari fasciculus lateralis. Kedua caput tersebut bersatu pada tepi bawah m. pectoralis minor, serabut-serabut di dalam truncus berasal dari tiga segmen cervical bawah dan dari segmen thoracal pertama medulla spinalis. Cabang motoriknya berjalan ke sebagian besar otot fleksor-pronator dari lengan bawah, mensarafi n.

interoseum, anterbrachium volaris. Misalnya otot m. fleksor digitorum profundus jari II-IV, m. fleksor pollicis longus juga mensarafi n. digitalis vollaris communis. Dimana Ramus muscularis mensarafi : m. abductor pollicis, opponent pollicis sedangkan caput superficialis yaitu m. fleksor pollicis brevis. Mensarafi : m. lumbricalis II,III dan kulit dorsal jari II-IV dan kulit dataran dorsal jari I. 2) Nervus Ulnaris Merupakan cabang yang terbesar dari fasciculus medialis plexus brachialis. Serabut saraf ini terdiri atas serabut-serabut yang berasal dari segmen C8 dan Th1. Cabang-cabang motorik dalam lengan bawah mensarafi m. fleksor carpi ulnaris dan caput ulnaris m. fleksor digitorum profundus. Cabang-cabang motorik di dalam tangan mensarafi seluruh otot-otot profundus yang kecil yang berada di sebelah medial tendon m. fleksor longus ibu jari tangan kecuali dua buah otot lumbricales yang pertama. 3) Nervus Radialis Merupakan cabang yang besar dari plexus brachialis. Serabut-serabutnya berasal dari tiga segmen cervical terakhir serta dari segmen thoracal pertama medula spinalis. Cabang-cabang motorik dalam lengan yang

mensarafi m. triceps, m. anconeus dan bagian atas kelompok supinator sampai extensor dari otot-otot lengan bawah. Cabang Terminalnya : a) Ramus Profundus, berjalan melewati m. supinator, abductor pollicis longus dan extensor pollicis, dan n. interoseus (antebrachii) dorsalis, mm. extensor pollicis, melalui membrane interosea menuju dataran dorsal manus. b) Ramus Superficialis, berjalan melewati m. supinator, m. brachio radialis, m. brachialis dengan extensor carpi radialis longus, berjalan diatas ligamentt carpi dorsalis ke distal di atas processus styloideus radii ke telapak tangan. Disini memberikan cabang : n. ulnaris yang akhirnya di luar fascia pada telapak tangan menyebar menjadi lima nervus digitalis dorsalis dimana berjalan kearah distal menuju jari I-II sebanyak 4 buah, dan 1 buah pada dataran radial jari III yang menginervasi kulit dorsum dan jari I-III. G. Vaskularisasi 1) Arteri Arteri adalah pembuluh nadi yang membawa darah yang berisi O2 dari jantung ke jaringan, kecuali arteri pulmonalis yang mebawa darah ke pulmonal dimana mengandung CO2. (1) Arteri yang akan dibahas oleh penulis yaitu : Arteri Radialis berasal dari cabang Arteri brachialis yang berjalan kearah distal dan lateral di bawah brachioradialis. Dibagian distal lengan

bawah arteri radialis terletak di permukaan anterior radius dan melingkari lateral radius. (2) Arteri princeps pollicis berasal dari arteri radialis sewaktu akan memasuki telapak tangan yang berjalan kearah distal pada palmar os metacarpal lalu bercabang di phalang proximal membentuk menjadi dua cabang yang berjalan di sisi-sisi sepanjang phalang. (3) Arteri Radialis Indicis berasal dari arteri radialis tetapi dapat juga berasal dari arteri princeps pollicis dan berjalan di sepanjang sisi medial phalang I dan di sepanjang lateral Arteri. Digitales palmares propriae ke ujung distal jari. (4) Arteri arcus palmaris Superficialis merupakan lanjutan dari arteri ulnaris, Arcus Palmaris superficialis cabang-cabang yang lain, berjalan melengkung kearah lateral. 2) Vena Vena adalah pembuluh darah balik yang mengantar darah kotor menuju ke jantung yang bersisi pembuluh darah kecil yang terbentuk dari penyatuan kapiler- kapiler, Penulis akan membahas tentang vena : (1) Vena chepalica dimulai dari sisi radial dorsum manus dari cabang-cabang jalinan vena dan menerima darah dari telapak tangan melalui vena-vena Intercarpitalis, keaarah proximal berjalan pada sisi radial antebrachii menuju ke fosa cubiti. (2) Vena basilica melanjutkan melalui sulcus bicipital ke trigonu deltoidea pectoralis dimana menembus fascia dan berjalan ke vena axilaris. (3) Vena arcus venosus dorsalis manus berasal dari sisi ulnaris dorsum manus, berjalan pada

sisi ulnaris antebrachii ke fossa cubiti yang berhubungan dengan vena cephalica melalui vena medianusa cubiti. H. Anatomi dan Fisiologi Tendon Tendon adalah suatu jaringan ikat fibrosa yang kuat yang

menghubungkan otot ke tulang, tendon lebih kuat daripada otot, tendon berfungsi unuk menghantarkan kekuatan dari otot ke pengungkit tulang sehingga menghasilkan gerakan persendian, penahan goncangan dan tempat penyimpanan energi, tendon bertindak sebagai tali, selubung tendon mengelilingi tendon dan mengeluarkan cairan sinovial yang berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan selama gerakan.Faktor penyebab kelainan tendon yaitu : (1) faktor intrinsik yang terdiri dari ketidakseimbangan dari otot, kelemahan otot, pergerakan sendi yang berlebihan. (2) faktor ekstrinsik lingkungan yang tidak mendukung. I. Patologi Otot ekstensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus merupakan dua otot yang bekerja secara berdampingan dan hampir mempunyai fungsi yang relatif sama yaitu menggerakkan ibu jari menjauh dari tangan atau disebut sebagai radial abduksi. De Quervain Syndrome pada umumnya dikenal sebagai kondisi peradangan atau tendosinovitis tetapi evaluasi histologi

khusus menunjukkan tidak adanya peradangan yang terlihat dan yang lebih nampak adalah proses degenerasi myxoid.22 Mekanisme terjadinya De Quervain Syndrome adalah karena

adanyakelelahan/trauma kecil yang berulang-ulang secara perlahan dan makin lama semakinmenjadi berat. De Quervain Syndrome ini dapat menimbulkan degenerasi dini pada jaringan yang tertekan. Dimana terjadi rasa sakit yang timbul dari otot yang overuse.22 Cedera ini yang terjadi pada prinsipnya upaya penyembuhan yaitu memberikan kesempatan jaringan untuk sembuh sehingga tidak menimbulkan jaringan ynag tidak diinginkan. Oleh karena itu bahwa prinsip pelaksanaan fisioterapi pada kondisi De Quervain Syndrome satu, dua, tiga jelas berbeda. Injury menimbulkan kerusakan jaringan diikuti perdarahan < 20 mnt, Fase inflamasi < 24-36 jam ditandai tumor, dolor, calor,

rubor dan fungsiolesa. Proses pemulihan : proliferasi (2 4 hari) nyeri primer menurun dan terjadi adhesion, produksi (4 hr-3 mgg) nyeri regang dan ketegangan/kontraktur jaringan lunak. Remodeling (3 mgg-3

bulan) pemulihan bentuk dan fungsi fase maturasi dan remodeling merupakan proses yang lama. Proses ini terjadi realignment atau remodelilng dari jaringan kolagen. Proses penguraian dan sintesa kolagen menjadi suatu jaringan yang kuat dan teratur. Biasanya dalam 3 minggu jaringan yang kuat,

elastic, dan tanpa perdarahan sudah terjadi. Fase akut : Nyeri akut bisa berlangsung beberapa menit atau beberapa hari, nyeri akut sering didefinisikan sebagai nyeri yang tiba-tiba meskipun bukan selalu tapi biasanya penyebabnya jelas dan berlangsung dalam waktu yang terbatas. (Newton A.R, 1990). Fase kronik : didefinisikan sebagai nyeri dengan durasi yang lama acap kali berhubungan dengan nyeri fisik dan mental, depresi, kecemasan dan keputus asaan dan bisa berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun diluar periode kesembuhan atau terjadi secara terputus-putus.22 J. Etiologi De Quervain Syndrome terjadi akibat dari aktifitas yang berlebihan pada otot-otot pergelangan tangan yang akan menyebabkan kerusakan, biasanya pada m. extensor pollicis brevis dan m. abductor Jaringan dari pollicis Lunak :

longus. (Hudaya,2007/2008). Proses Peradangan, Siklus perlukaan

Penyembuhan

menyebabkan

reaksi

jaringan

mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi, ischemia, sekunder atau agen fisik. Reaksi radang untuk memulai proses healing, tetapi proses healing tidak terjadi sampai reaksi peradangan reda. Dengan dimulainya respon peradangan maka siklus perlukaan telah terlihat. Dalam persendian dan struktur peri artikuler reaksi jaringan mengarah kepada reaksi yang berlebihan, synovial menjadi hipertensi, kadang hematrosis dan akhirnya proses ini tidak

terlewati akan terjadi degenerasi.Jaringan lunak lainnya reaksi salah satunya adalah oedem dan kadang disertai hemorage. Perubahan ini membuat peradangan mengarah pada nyeri dan protektif spastik K. Tanda dan Gejala Klinis Gejala yang sering muncul adalah nyeri tekan, bengkak pada ibu jari dan kesulitan dalam aktivitas menggenggam. Beberapa gejala yg dapat terjadi akibatpenyakit De Quervain Syndrome menurut (Prasetya

Hudaya) diantaranya adalah : (1) Jika ditekan terasa tidak nyaman pada daerah tersebut, (2) Terkadang terasa adanya hambatan gerak pada ibu jari, (3) adanya nyeri tekan pada proccesus styloideus radii, (4) Gerakan aktif menimbulkan nyeri yang hebat.23 L. Diagnosa Banding Carpal Tunnel Syndrom timbul akibat tertekannya nervus medianus di dalam sindrom terowongan karpal atau penyakit saraf menengah di

pergelangan tangan, adalah suatu kondisi medis di mana saraf tengah (medianus) tertekan di bagian pergelangan, mengakibatkan parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan. Gejala malam hari dan bangun di malam hari adalah tanda-tanda sindrom terowongan karpal.23

Perbedaan

antara

carpal

tunnel

syndrome

dengan De

Quervain

Syndromeyaitu pada letak nyeri, CTS terasa nyeri pada nervus medianus sedangkan pada De Quervain Syndrome terdapat nyeri pada tendonnya. M. Prognosis Prognosis dari De Quervain Syndrome pada dasarnya tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan tenosynovitis, gejala dapat bertahan selama beberapa hari atau beberapa minggu. Jika berlebihan atau terus bertambah, rasa sakit dapat memperburuk dan bertahan selama beberapa bulan.23

KEPUSTAKAAN

1. Moeliono F. Etiologi, Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal (S.T.K.) atau (Carpal Tunnel Syndrome/CTS). Neurona. 1993; 10 : 16-27. 2. DeJong RN. The Neurologic Examination revised by AF.Haerer, 5th ed, JB Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-559. 3. Krames Communication (booklet). Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno (CA) :Krames Comm ; 1994: 1-7. 4. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System. 2nded.Baltimore: Williams&Wilkins Co; 1983.p.274-275. 5. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 6th ed. New York:McGraw-Hill ; 1997.p.1358-1359. 6. Weimer LH. Nerve and Muscle Disease. In : Marshall RS, Mayer SA, editors. on Call Neurology. Philadelphia: WB Saunders Co; 1997 .p.254256. 7. Walshe III TM. Diseases of Nerve and Muscle. In: Samuels MA, editor. Manual of Neurologic Therapeutics. 5th ed. Boston : Little, Brown and Co; 1995.p.381-382. 8. Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery. 3rd ed. Lakeland (Florida) : Greenberg Graphics; 1994.p.414-419. 9. Devinsky o, Feldman E, Weinreb HJ, Wilterdink JL. The Resident's Neurology Book. Philadelphia: F.A. Davis Co;1997.p.173-174. 10. Rosenbaum R. Occupational and Use Mononeuropathies. In:Evans RW, editor. Neurology and Trauma. Philadelphia: WB Saunders Co; 1996.p.403-405. 11. Lindsay KW, Bone I .Neurology and Neurosurgery Illustrated. 3rd New York : Churchill Livingstone ;1997.p.435. 12. Gilroy J. Basic Neurology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill ; 2000.p.599601. ed.

13. Gunderson CH. Quick Reference to Clinical Neurology. Philadelphia: JB Lippincott Co; 1982.p.370-371. 14. Rosenbaum R. Carpal Tunnel Syndrome. In : Johnson RT, Griffin JW, editors. Current Therapy in Neurologic Disease. 5th ed. St.Louis :Mosby ;1997.p.374-379. 15. Polsdorfer, R. de Quervains Tenosynovitis, available at

http://healthylibrary.epnet.com diakses pada tanggal 20 Agustus 2013 16. Sahin, B. Hand Anatomy, available at

http://www.emedicine.com/org.anatomyofthehand.trs diakses pada tanggal 20 Agustus 2013 17. Wright, P.E. Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing Tenosynovitis in Campbell-operative orthopaedics, 10th Edition, 2004. Part XVIII Chapter 73 18. Voye, PM. De Quervains Tenosynovitis. Available at http://www. Emedicine.com/pmr/topic36.htm diakses pada tanggal 20 Agustus 2013 19. Gulf, MD. De Quervain Disease. Available pada tanggal at 20

http://www.gulfmd.com/dequervaindisease.grd.drt Agustus 2013

20. Chien, JA et al. Focal radial styloid of normality as manifestation of De Quervain Tenosynovitis. Available at http://americanjournal.com/org pada tanggal 20 Agustus 2013 21. Lech O, et al. Stenosing Tenosynovitis of the First Compartment De Quervain Disease. Available at

http://healthinformation.com/orthopaed/topic482.htm pada tanggal 20 Agustus 2013 22. Rasjad, C. Penyakit De Quervain (Tenovaginitis Stenosans) dalam Pengantar Ilmu bedah Ortopedi. Penerbit Bintang Lamumpatue: Ujung Pandang. 1998, hlm 228-229 23. Sjamsu Hidajat, R. Tenosynovitis Stenosans dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit: Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1998, hlm 1246

Anda mungkin juga menyukai