BAB I
PENDAHULUAN
2
BABII
TINJAUANPUSTAKA
2.1
Anatomi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan
tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang
dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang tulang carpal. Nervus dan tendon
memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari jari tangan. Jari tangan dan otot
otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal, interphalangeal
proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam
pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,
membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada
tendon tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat
mengecilkan ukuran canalis.
Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam
ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada
otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang
diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi
oleh bagian distal N. Medianus.
Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan
proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan
dan ibu jari.
CT dibentuk oleh :
CT berisi :
1 N Medianus.
M. Pronator teres
M. Palmaris longus
M. Pronator kuadratus
Serabut motorik N. Medianus yg mempersyarafi otot otot tangan M. Fleksor polisis brevis,
M. Oponen polisis, M. abductor polisis brevis, Mm. Lumbricalis I dan II
Serabut sensorik N. Medianus:
Bagian Palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan bagian radial jari manis, serta
ujung ujung distal dari jari yang sama.
5
Bagian dorsal tangan sampai dengan Phalang kedua jari telunjuk, jari tengah dan
setengah dari jari manis.
Di dalam CT tersebut N. Medianus terletak langsung di bawah ligamentum karpi transversum
dan sebelumnya terletak di belakang dari tenson palmaris longus.
2.2
Definisi CTS
Sindroma Carpal Tunnel merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan karena
tekanan pada nervus medianus di Carpal Tunnel. Adapun definisi lain yaitu neuropati tekanan
atau jeratan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan,
tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama
acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar atrophy.
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang
dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan
nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang
keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal
ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang
karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan
tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.2
2.3
Epidemiologi
Menurut penelitian CTS lebih sering terjadi pada wanita. CTS adalah entrapment
neuropathy yang paling sering dijumpai 1.5-11. Nervus medianus mengalami tekanan pada
saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan tangan menuju ke tangan. Penyakit
ini biasanya timbul pada usia pertengahan. Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral
tetapi kemudian bisa juga bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan. Pada
beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah.2
Prevalensi CTS bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 1976-1980 insidensnya 173
per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien pria/tahun. Di Maastricht,
Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari tidurnya akibat parestesi jarijari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami gejala ini terbukti menderita CTS setelah
dikonfirmasi dengan pemeriksaan elektrodiagnostik 1. Pada populasi Rochester, Minnesota,
6
ditemukan rata-rata 99 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Sedangkan Hudson dkk
menemukan bahwa 62% entrapment neuropathy adalah CTS.
2.4
Etiologi
Sebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, tetapi berbagai kondisi dapat
Gejala Klinis
Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit sedang
hingga gejala sakit yang berat. Gejala gejala ini akan semakin bertambah berat dan
penderita yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan sensasi
mati rasa (numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari jempol, jari telunjuk dan jari
tengah dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh N. Medianus.2,3 Pada beberapa penderita
juga sering mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya
kekuatan menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada
tangan; rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.
7
Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area yang dipersarafi oleh N.
Medianus merupakan gejala neuropathy akibat sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel
entrapment). Kelemahan dan atrofi otot otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi ini
semakin tak terobati.
2.6
Patogenesis
Adanya disproporsi antara volume
CT dengan isinya, yaitu bertambahnya
volume
tersering. Hasil biopsi: RA, inflamasi non spesific kronis, Penyakit degeneratif
Udema di dlm CT , sehingga memberi tekanan dan kompresi pada syaraf, karena
faktor:
a. Hormonal adanya retensi cairan pd jaringan yang ada di CT. misalnya:
Menstruasi, kehamilan, menopouse, diabetes mellitus, dsn miksudema pd
hipotiroidisme.
b. Proses radang, misal: RA, osteoarhtritis.
c. Tumor dan keadaan lain yang menambah isi dari CT, misalnya: Ganglion,
neuroma, lipoma, kista sinovitis, hematoma, deposit Calsium, amiloidosis,
Chondrocalsinosis.
d. Penyakit Ocupasi adalah penyakit yang disebabkan karena penggunaan tangan
secara berlebihan pada keadaan Hiperekstensi pada pergelangan tangan, sehingga
tekanan CT meningkat dari pada tangan dengan posisi netral.
8
e. Trauma akan merubah countour normal CT atau pembentukan tulang baru yang
berlebihan pada Colles fracture
Terjadinya Neurophaty saat injuri disebabkan karena fragmen tulang patah atau
ujung ligamentum menekan n. medianus.
f. Infeksi pada tenosinovitis kronis dan tuberkulosa.
g. Kongenital, apabila ada anomali didaerah CT, misal perpanjangan
Muscle Belly dari M. Fleksor digitorum sublimis, atau pembesaran pembuluh
darah sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus.
h. Vascular Shunt pada renal dialisis yang berulang, pembuatan shunt
didaerah tangan, tetapi hal ini masih dalam perdebatan.
AtaubisadikatakanumumnyaCTSterjadisecarakronisdimanaterjadipenebalan
fleksorretinakulumyangmenyebabkantekananterhadapnervusmedianus.Tekananyang
berulangulangdanlamaakanmengakibatkanpeninggiantekananintrafasikuler.Akibatnya
alirandarahvenaintrafasikulermelambat.Kongestiyangterjadiiniakanmengganggunutrisi
intrafasikulerlaludiikutiolehanoksiayangakanmerusakendotel.Kerusakanendotelini
akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini
menerangkanbagaimanakeluhannyeridansembabyangtimbulterutamapadamalam/pagi
hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerakgerakkan atau diurut (mungkin
akibatterjadinyaperbaikansementarapadaalirandarah).Apabilakondisiiniterusberlanjut
akanterjadi fibrosis epineural yangmerusakserabutsaraf.Lamakelamaan safarmenjadi
atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
terganggusecaramenyeluruh
Pada CTS akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler
sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini
diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya
gangguanalirandarah.Selanjutnyaterjadivasodilatasiyangmenyebabkanedemasehingga
sawardarahsarafterganggu.Akibatnyaterjadikerusakanpadasaraftersebut
Tekanan langsung pada safar perifer dapat pula menimbulkan invaginasi Nodus
Ranvierdandemielinisasilokalsehinggakonduksisarafterganggu.
Akhirnya setelah adanya disproporsi dan kompresi terhadap nervus medianus akan
menimbulkan suatu gejala / simptom. Yaitu nyeri, rasa terbakar dan rasa seperti di tusuk
tusuk pada daerah carpal
Stadium I:
Timbulnya distensi kapiler intrafasikuler yang menyebabkan meningkatkan tekanan
intrafasikuler. Sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan konstriksi pembuluh
darah kapiler. Keadaan ini yang menyebabkan timbulnya gangguan nutrisi serta akan
terjadi hipereksitabilitas serabut saraf.
Stadium II
Adanya kompresi pada pembuluh kapiler akan menyebabkan anoksia dan kerusakan
endotelium kapiler. Masuknya protein ke dalam jaringan akan menyebabkan edema.
Protein tidak dapat keluar melalui perineurium oleh karena akumulasi dalam
endoneurium yang mana telah menyatu dengan metabolisme serta nutrisi aksonal.
Pada keadaan tersebbut juga diiikuti adanya proliferasi dari fibroblast serta iskemik
pada jaringan ikat yang mengalami konstriksi. Pada tahap akhir dari kompresi saraf,
akan terjadi defek pada motorik maupun sensorik.
Dasar patofisiologi dari penekanan dari saraf ini di awali dengan berkurang nya aliran
darah yang timbul dengan tekanan 20 30 mmHg. Pada penderita CTS tekanan pada
terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan bahkan sering mencapai 110 mmHG saat
pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi dorsofleksi ini nampaknya merupakan
posisi yang meningkatkan tekanan intra karpal yang paling tinggi. Tekanan sebesar 50
mmHG selama 2jam akan menyebabkan oedema epineurium bila tekanan tersebut
berlangsung selama 8 jam maka akan mengakibatkan tekanan cairan endoneurium meningkat
sebesar 4 kali dan menghambat transport aksonal jika trauma ini terus terjadi pada endotel
kapiler maka akan semakin banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga
oedema makin menghebat dengan demikian lingkaran akan terjadi.
Dampak yang terjadi lebih nyata pada endoneurium, karena lebih banyak eksudat dan
oedema yang menumpuk disana akibat tidak dapat menembus perineurium. Perineurium
lebih tahan terhadap perubahan tekanan karena kelenturan
2.7
Diagnosa
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh
10
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus
pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes
provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah 4 :
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerakgerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi
otot-otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan
abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari
lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan
yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya
dilakukan
serentak
pada
kedua
tangan
sehingga
dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes
ini menyokong diagnosa CTS.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosa CTS.
f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung
diagnosa.
11
Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (twopoint discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosa.
4. Pemeriksaan laboratorium.
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar
hormon tiroid atau pun darah lengkap.
2.8
Penatalaksanaan
Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih dipergunakan
12
Splint atau bidai pada pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa dengan
mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai digunakan pada malam hari 2-3 minggu
untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi tangan saat tidur yang bisa
meningkatkan tekanan. Bidai biasanya digunakan pada pasien dengan gelaja yang
ringan sampai sedang yang berlangsung kurang dari 1 tahun.4,5
13
Gerakan 2 : Peregangan
Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang disebabkan oleh
pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan menggunakan salah satu
tangan, jari jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin tanpa menimbulkan rasa
nyeri. Hasil dari peregangan dapat dirasakan pada telapak tangan dan pergelangan
tangan. Tahan posisi peregangan ini selama 3 5 detik lalu lepaskan. Lakukan
gerakan ini sebanyak 5x di tiap tangan yang telah dilakukan gerak mengepal dan
meregang.
inflamasi
dan
membantu
14
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis
lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat
menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar.
6. Fisioterapi dan Terapi Okupasi
Prosedur fisioterapi ini harus dilakukan secaras pesifik terhadap pola nyeri/gejala dan
disfungsi yang ditemukan. Terapi okupasi memberikan penyaranan ergonomik untuk
mencegah gejala yang semakin parah. Terapi okupasi memfasilitasi fungsi tangan
melalui terapi adaptif tradisional. Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan
meregangkan otot otot lengan dan tangan dapat mengurangi resiko trauma ganda
pada N. Medianus.
digunakan untuk mengobati gejala CTS. Perengangan dan pelepasan myofascial dapat
menghilangkan rasa nyeri, mati rasa, kesemutan dan nyeri terbakar dalam beberapa
menit.
Operasi
Pada umumnya, terapi nonoperasi digunakan untuk kasus yang ringan. Jika gejala
menetap maka direkomendasikan untuk operasi. Tujuan dari operasi CTS adalah membelah
lapisan transkutaneus (Transcutaneus Layer/TCL). Pada saat TCL dipotong, maka tekanan
nervus di bawahnya akan berkurang. 2,4
Pembedahan Carpal Tunnel Syndrome
Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat
adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang merupakan tanda kronik CTS.
15
Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat
teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan sebutan
pembedahan pembebasan canalis carpi. Pembedahan ini sangat direkomendasikan bagi
pasien yang telah mengalami secara konstan dan static mati rasa, kelemahan otot tangan, atau
atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah tidak bisa lagi mengontrol gejala gejala
intermiten CTS.
2.9
Pencegahan
Pencegahan pada CTS dapat dilakukan dengan :
Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan
dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari
dan telunjuk.
2.10
Diagnosis Banding
16
2.11
Prognosis
Pada CTS, prognosis biasanya baik. Terdapat bebrapa faktor yang dapat menyebabkan
prognosis menjadi buruk, seperti status mental dan penggunaan alkohol. Gejala bilateral dan
manuver Phalen yang positif merupakan indikator prognosis yang buruk. Penelitian
menunjukkan bahwa 34% pasien CTS idiopatik mengalami resolusi sempurna dalam 6 bulan.
Bila
setelah
dilakukan
tindakan
operasi,
tidak
juga
diperoleh
perbaikan
maka
17
sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia dan
gangguan trofik.
18
BAB III
KESIMPULAN
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terjadi akibat penekanan nervus medianus di dalam
terowongan karpal. Sindrom ini sering terjadi pada gerakan mencuci pakaian, mengepel
lantai, kehamilan (bilateral), dll. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa baal dan kesemutan,
nyeri yang menjalar atau meluas dari pergelangan tangan ke bahu atau turun ke telapak
tangan. Beberapa kondisi yang dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain:
obesitas, hipotiroidisme, arthritis, diabetes dan trauma.
Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa
kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV dengan
onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat, rasa nyeri dapat
menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar. Penegakan diagnosis baru
dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes Phalen dan tes Tinel.
Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome akibat aktivitas repetitif yang
menimbulkan rasa baal dan nyeri, perlu dilakukan gerakan meregang pergelangan tangan,
tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal tunnel
syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi kortikosteroid dan pembedahan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. M Brust, John C. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Edisi kedua. Lange.
2012;h.296-297
2. Rambe, Aldy S. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome). Available at
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3459/1/penysaraf-aldi2.pdf. Accesed
on : 19 April 2013
3. Misbach, Jusuf. Sitorus, Freddy. AS Ranakusuma, Teguh, et al. Panduan Pelayanan
Medis Departemen Neurologi RSCM. 2007;h.76
4. George, Dewanto. Riyanto, Budi. Turana, Yuda, et al. Panduan Praktis Diagnosis dan
Tatalaksana Penyakit Saraf. 2009;h.120-123
5. Tana, Lusianawaty. Sindrom terowongan karpal pada pekerja: pencegahan dan
pengobatannya. J Kedokter Trisakti. September-Desember 2003, Vol 22 No.3