Spondilitis Tuberkulosis
Oleh :
Pembimbing :
BAGIAN/SMF SYARAF
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada
pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga
disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Sumber penularan adalah penderita TB
BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
jumlah kasus TB baru terbesar terdapat di Asia Tenggara (34 persen insiden TB
ciency syndrome (AIDS) oleh infeksi human immunodefi ciency virus (HIV). Satu
Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan China sebagai negara
1
kurang lebih setengah penderita TB osteoartikular mengalami infeksi TB tulang
belakang.2 Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan
kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000
nasional dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menduduki peringkat ke-2
dengan prevalensi 2,05% setelah papua barat dengan prevalensi 2,55% sebagai
meningkat sesuai bertambahnya umur, dan prevalensi tertinggi pada usia lebih dari
perempuan, tiga kali lebih tinggi di pedesaan dibandingkan perkotaan dan empat
Provinsi NTT tahun 2007, TB terdeteksi dengan prevalensi 18 per 1000 tersebar di
adalah 0,2%.5
terjadi pada kurang lebih 10% kasus. Walaupun setiap tulang atau sendi dapat
terkena, akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight
bearing) dan mempunyai pergerakan yang cukup besar (mobile) lebih sering
terkena dibandingkan dengan bagian yang lain. Dari seluruh kasus tersebut, tulang
belakang merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosa tulang (kurang
lebih 50% kasus)(Gorse et al. 1983), diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut
dan tulang-tulang lain di kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang
2
terkena. Area torako-lumbal terutama torakal bagian bawah (umumnya T 10) dan
lumbal bagian atas merupakan tempat yang paling sering terlibat karena pada area
ini pergerakan dan tekanan dari weight bearing mencapai maksimum, lalu dikuti
dengan area servikal dan sakral. Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus
ini merupakan penyebab paling sering untuk kondisi paraplegia non traumatik.
Insidensi paraplegia, terjadi lebih tinggi pada orang dewasa dibandingkan dengan
tuberkulosa pada tulang belakang, kecuali pada dekade pertama dimana sangat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
menyerang terutama di daerah paru yang penderitanya banyak sekali kita temui di
Indonesia. Ternyata dalam perjalanannya, kuman ini tidak hanya menyerang paru,
juga sebagai penyakit Pott, paraplegi Pott. Nama Pott itu merupakan penghargaan
bagi Pervical Pott seorang ahli bedah berkebangsaan Inggris yang pada tahun 1879
menulis dengan tepat tentang penyakit tersebut. Penyakit ini merupakan penyebab
B. Anatomi
terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan
ditahan satu sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Pada prosesus
spinosus dan transverses melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi
kolum vertebra.8
16
Tulang belakang terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara
segmental yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12 ruas
tulang torakal (vertebra torakalis), 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas
tulang sakral yang menyatu (vertebra sakral), dan 4 ruas tulang ekor (vertebra
koksigea).9
Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena
terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus
anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
17
penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara
a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga
tulang dan komponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan tiga
pilar. Pertama yaitu satu tiang atau kolom di depan yang terdiri atas korpus serta
diskus intervertebralis. Kedua dan ketiga yaitu kolom di belakang kanan dan kiri
tulang belakang dapat diumpamakan sebagai satu gedung bertingkat dengan tiga
tiang utama, satu kolom di depan dan dua kolom di samping belakang, dengan lantai
yang terdiri atas lamina kanan dan kiri, pedikel, prosesus transversus dan prosesus
spinosus.10
C. Klasifikasi
pada pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Salah satu defisit neurologis yang
paling sering terjadi adalah paraplegia yang dikenal dengan nama Pott’s paraplegia.
18
Sorrel-Dejerine mengklasifikasikan Pott’s paraplegia menjadi(3,7):
Terjadi setelah lebih dari dua tahun sejak onset penyakit Sementara itu
Onset dini, terjadi dalam dua tahun pertama sejak onset penyakit, dan
permanen).
2. Type II
oleh karena :
19
b. Invasi duramater oleh tuberkulosa
Onset paraplegi terjadi pada fase lanjut. Tidak dapat ditentukan apakah
dapat membaik. Bisa terjadi karena tekanan corda spinalis oleh granuloma
D. Etiologi
20
ataupun non-tuberculous mycobacteria (banyak ditemukan pada penderita HIV).
Perbedaan jenis spesies ini menjadi penting karena sangat mempengaruhi pola
resistensi obat.
bersifat acid-fastnon-motile dan tidak dapat diwarnai dengan baik melalui cara yang
Bakteri tubuh secara lambat dalam media egg-enriched dengan periode 6-8 minggu.
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis spondilitis TB biasanya tanpa nyeri (indolen). Pada fase aktif
kenaikan suhu di sore hari. Nyeri punggung belakang dan kaku saat bergerak bisa
sebagai keluhan awl penyakit, terutama apabila didapatkan deformitas kifosis yang
terlokalisir dan nyeri bila dilakukan perkusi. Didapatkan juga spasme otot di
paraspinal yang melibatkan otot di sekeliling vertebra. Nyeri ini berkurang saat
istirahat atau tidur, tetapi nyeri dapat muncul karena pergerakan diantara
permukaan yang inflamasi disebut dengan typical night cries. Apabila didapatkan
cold abcess, olahraga dapat mencetus small knuckle kyphosis saat palpasi. Nyeri
saat perubahan posisi sebagai akibat weight-bearing pada sendi sering muncul,
tetapi tidak spesifik. Apabila sudah ditemukan deformitas berupa kifosis, maka
patogenesis TB sudah berjalan selama kurang lebih tiga sampai empat bulan.
21
Rasa nyeri dan pembengkakan lokal merupakan gejala yang sering
dikeluhkan. Suhu subfebril dan penurunan berat badan muncul pada minoritas
pasien. Fistula pada kulit, abses dan deformitas sendi yang tampak jelas akan
muncul ketika proses penyakit sedang aktif dan berjalan cukup lama. Kelenjar getah
bening, gejala lokal akan lebih menonjol daripada gejala konstitusional sistemik.
69,2% mengeluh kelemahan tungkai, gibbus, selain itu juga didapatkan keluhan
mengeluh sakit, dengan penurunan berat badan tapi tidak didapatkan peningkatan
suhu pada sore hari. Deformitas yang terjadi pada fase akut dapat saja menetap.
Gejala yang tidak biasa mulai tampak pertama kali berupa defisit neurologis. Abses
atau sinus dapat muncul jauh dari colum vertebrae sepanjang fascia dan melibatkan
neurologis yang disebabkan oleh kerusakan dari spinal cord, saraf maupun akar
saraf. Defisit yang mungkin antara lain: paraplegia, paresis, hipestesia, nyeri
radikular dan atau sindrom kauda equina. Nyeri radikuler menandakan adanya
pernapasan terganggu dan timbul sesak napas (disebut juga Millar asthma).
Umumnya gejala awal spondilitis servikal adalah kaku leher atau nyeri leher yang
tidak spesifik. Nyeri lokal dan nyeri radikular disertai gangguan motorik, sensorik
22
dan sfingter distal dari lesi vertebra akan memburuk jika penyakit tidak segera
ditangani.
komplikasi yang paling berbahaya, hanya terjadi pada 4 –38 persen penderita.
Pott’s paraplegia dibagi menjadi dua jenis: paraplegia onset cepat (early-onset) dan
paraplegia onset lambat (late-onset). Paraplegia onset cepat terjadi saat akut,
biasanya dalam dua tahun pertama. Paraplegia onset cepat disebabkan oleh
kompresi medula spinalis oleh abses atau proses infeksi. Sedangkan paraplegia
onset lambat terjadi saat penyakit sedang tenang, tanpa adanya tanda-tanda
biasanya yang lebih dahulu muncul karena patologi terjadi dari anterior, sesuai
dengan posisi motoneuron di kornu anterior medula spinalis, kecuali jika ada
keterlibatan bagian posterior medula spinalis, keluhan sensorik bisa lebih dahulu
muncul.
F. Patofisiologi
atau penyebaran langsung nodus limfatikus para aorta atau melalui jalur limfatik ke
tulang dari fokus tuberkulosa yang sudah ada sebelumnya di luar tulang belakang.
23
Sumber infeksi yang paling sering adalah berasal dari sistem pulmoner dan
genitourinarius.
Penyebaran basil dapat terjadi melalui arteri intercostal atau lumbar yang
memberikan suplai darah ke dua vertebrae yang berdekatan, yaitu setengah bagian
bawah vertebra diatasnya dan bagian atas vertebra di bawahnya atau melalui
vertebra yang terkena. Hal inilah yang menyebabkan pada kurang lebih 70% kasus,
penyakit ini diawali dengan terkenanya dua vertebra yang berdekatan, sementara
pada 20% kasus melibatkan tiga atau lebih vertebra. Berdasarkan lokasi infeksi
Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di bawah
(2) Sentral
Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi sehingga disalah
artikan sebagai tumor. Sering terjadi pada anak-anak. Keadaan ini sering
menimbulkan kolaps vertebra lebih dini dibandingkan dengan tipe lain sehingga
menghasilkan deformitas spinal yang lebih hebat. Dapat terjadi kompresi yang
(3) Anterior
24
Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra di atas dan
bagian anterior dari sejumlah vertebra (berbentuk baji). Pola ini diduga disebabkan
dibawah ligamentum longitudinal anterior atau karena adanya perubahan lokal dari
Dikatakan atipikal karena terlalu tersebar luas dan fokus primernya tidak dapat
keterlibatan lengkung syaraf saja dan granuloma yang terjadi di canalis spinalis
transversus dan spinosus, serta lesi artikuler yang berada di sendi intervertebral
Area infeksi secara bertahap bertambah besar dan meluas, berpenetrasi ke dalam
dua atau lebih vertebrae yang berdekatan melalui perluasan di bawah ligamentum
Terkadang dapat ditemukan fokus yang multipel yang dipisahkan oleh vertebra
yang normal, atau infeksi dapat juga berdiseminasi ke vertebra yang jauh melalui
pembentukan tulang baru dan pada saat yang bersamaan menyebabkan tulang
25
menjadi avascular sehingga menimbulkan tuberculous sequestra, terutama di regio
kolapsnya corpus vertebra karena nekrosis dan lisis ataupun karena dehidrasi
diskus, sekunder karena perubahan kapasitas fungsional dari end plate. Suplai darah
untuk menahan berat badan sehingga kemudian akan terjadi kolaps vertebra dengan
sendi intervertebral dan lengkung syaraf posterior tetap intak, jadi akan timbul
dari derajat kerusakan, level lesi dan jumlah vertebra yang terlibat. Bila sudah
timbul deformitas ini, maka hal tersebut merupakan tanda bahwa penyakit ini sudah
meluas.
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi nyeri;
kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri;
26
Selain itu, yang terpenting adalah mengenai penyakit paru yang diderita pasien
atau orang-orang disekitar pasien, terutama riwayat batuk lama, kehilangan berat
badan, keringat malam, demam yang berlangsung secara intermitten terutama sore
2. Pemeriksaan Fisik
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf,
motorik, refleks.7,14
c. Pemeriksaan refleks, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal
Palpasi:
1) Nyeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa nyeri yang
menjalar. Infeksi yang mengenai tulang servikal akan tampak sebagai nyeri di
daerah telingan atau nyeri yang menjalar ke tangan. Lesi di torakal atas akan
menampakkan nyeri yang terasa di dada dan intercostal. Pada lesi di bagian
torakal bawah maka nyeri dapat berupa nyeri menjalar ke bagian perut. Rasa
nyeri ini hanya menghilang dengan beristirahat. Untuk mengurangi nyeri pasien
27
2) Pola jalan merefleksikan rigiditas protektif dari tulang belakang. Langkah kaki
3) Bila infeksi melibatkan area servikal maka pasien tidak dapat menolehkan
posisi dagu disangga oleh satu tangannya, sementara tangan lainnya di oksipital.
gejala klinis torticollis. Pasien juga mungkin mengeluhkan rasa nyeri di leher
atau bahunya. Jika terdapat abses, maka tampak pembengkakan di kedua sisi
leher. Abses yang besar, terutama pada anak, akan mendorong trakhea ke sternal
yang sedang berkembang. Hal ini perlu diperhatikan karena gambaran klinisnya
4) Infeksi di regio torakal akan menyebabkan punggung tampak menjadi kaku. Bila
mempertahankan punggungnya tetap kaku (coin test). Jika terdapat abses, maka
abses dapat berjalan di bagian kiri atau kanan mengelilingi rongga dada dan
tampak sebagai pembengkakan lunak dinding dada. Jika menekan abses ini
menyebabkan paralisis.
28
5) Di regio lumbar : abses akan tampak sebagai suatu pembengkakan lunak yang
terjadi di atas atau di bawah lipat paha. Jarang sekali pus dapat keluar melalui
fistel dalam pelvis dan mencapai permukaan di belakang sendi panggul. Pasien
tampak berjalan dengan lutut dan hip dalam posisi fleksi dan menyokong tulang
dislokasi.
Palpasi:
Palpasi :
1) Bila terdapat abses maka akan teraba massa yang berfluktuasi dan kulit
diatasnya terasa sedikit hangat (disebut cold abcess, yang membedakan dengan
abses piogenik yang teraba panas). Dapat dipalpasi di daerah lipat paha, fossa
tergantung dari level lesi. Dapat juga teraba di sekitar dinding dada. Perlu diingat
bahwa tidak ada hubungan antara ukuran lesi destruktif dan kuantitas pus dalam
cold abscess.
Perkusi :
1) Pada perkusi secara halus atau pemberian tekanan diatas prosesus spinosus
1. Laboratorium :
1.1 Laju endap darah meningkat (tidak spesifik), dari 20 sampai lebih dari
100mm/jam.
1.2 Tuberculin skin test / Mantoux test / Tuberculine Purified Protein Derivative
(PPD) positif. Hasil yang positif dapat timbul pada kondisi pemaparan dahulu
maupun yang baru terjadi oleh mycobacterium. Tuberculin skin test ini dikatakan
positif jika tampak area berindurasi, kemerahan dengan diameter ³10mm di sekitar
tempat suntikan 48-72 jam setelah suntikan. Hasil yang negatif tampak pada ±
20% kasus dengan tuberkulosis berat (tuberkulosis milier) dan pada pasien yang
immunitas selulernya tertekan (seperti baru saja terinfeksi, malnutrisi atau disertai
penyakit lain)
1.3 Kultur urin pagi (membantu bila terlihat adanya keterlibatan ginjal), sputum dan
bilas lambung (hasil positif bila terdapat keterlibatan paru paru yang aktif)
1.4 Apus darah tepi menunjukkan leukositosis dengan limfositosis yang bersifat
relatif.
typhoid, paratyphoid dan brucellosis (pada kasus-kasus yang sulit dan pada pusat
banding.
30
infeksi TBC. Pemeriksaan cairan serebrospinal secara serial akan memberikan hasil
2. Radiologis:
·Foto rontgen dada dilakukan pada seluruh pasien untuk mencari bukti adanya
·Foto polos seluruh tulang belakang juga diperlukan untuk mencari bukti adanya
tuberkulosa di tulang belakang. Tanda radiologis baru dapat terlihat setelah 3-8
·Tahap awal tampak lesi osteolitik di bagian anterior superior atau sudut inferior
subligamentous.
prosesus spinosus.
31
·Pada pasien dengan deformitas gibbus karena infeksi sekunder tuberkulosa yang
sudah lama akan tampak tulang vertebra yang mempunyai rasio tinggi lebih besar
dari lebarnya (vertebra yang normal mempunyai rasio lebar lebih besar terhadap
tingginya). Bentuk ini dikenal dengan nama long vertebra atau tall vertebra, terjadi
karena adanya stress biomekanik yang lama di bagian kaudal gibbus sehingga
vertebra menjadi lebih tinggi. Kondisi ini banyak terlihat pada kasus tuberkulosa
dengan pusat pertumbuhan korpus vertebra yang belum menutup saat terkena
·Dapat terlihat keterlibatan jaringan lunak, seperti abses paravertebral dan psoas.
kalsifikasi. Abses psoas akan tampak sebagai bayangan jaringan lunak yang
karena merupakan salah satu indikasi tindakan operasi (tergantung ukuran abses).
Terutama bermanfaat untuk memvisualisasi regio torakal dan keterlibatan iga yang
sulit dilihat pada foto polos. Keterlibatan lengkung syaraf posterior seperti pedikel
dengan yang bersifat non kompresif pada tuberkulosa tulang belakang. Bermanfaat
untuk :
32
- Membantu memutuskan pilihan manajemen apakah akan bersifat konservatif atau
operatif.
abses.
mungkin diperlukan pada kasus yang sulit tetapi membutuhkan pengalaman dan
yang diperiksa secara mikroskopis untuk mencari basil tuberkulosa dan granuloma,
H. Penatalaksanaan
Obat anti tuberkulosis (OAT) mempunyai peran penting dalam pemulihan dan
respons pasien. Manfaat OAT telah ditunjukkan pada beberapa studi tentang terapi
obat pertama yang sama dikonsumsi untuk pada 2 bulan pertama diikuti 7 bulan
terapi isoniazid dan rifampisin pada fase lanjutan, sedangkan Canadian Thoracic
33
The British Thoracic Society merekomendasikan 6 bulan dari terapi harian
banyak ahli lebih memilih durasi selama 12–24 bulan atau sampai bukti regresi dari
buruk, directly observed treatment dan short course regimens telah diberikan. Peran
yang pasti dari kortikosteroid pada TB spinal belum ada kecuali pada kasus spinal
Kombinasi OAT untuk 6-9 bulan dan operasi eksisi pada lesi dengan bone
grafting sama efektifnya dengan terapi OAT selama 18 bulan. Wang dkk,
menunjukkan pemberian kemoterapi OAT yang sangat singkat, kurang dari 6 bulan
telah dilaporkan sama efektifnya dengan terapi OAT standart apabila dikombinasi
dengan eksisi parsial anterior dari vertebra patologis, large iliac strut graft, dan
fiksasi instrumental internal anterior atau posterior. Setelah 4-6 minggu terapi,
gejala TB dan nyeri tulang belakang membaik pada hampir keseluruhan pasien.
Selain itu, Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) dan C Reactive Protein (CRP)
juga menurun. ESR dan CRP merupakan parameter yang cocok untuk
I. Komplikasi
34
1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat terjadi karena adanya tekanan
ekstradural sekunder karena pus tuberkulosa, sekuestra tulang, sekuester dari diskus
baik (berbeda dengan kondisiparalisis pada tumor). MRI dan mielografi dapat
membantu membedakan paraplegi karena tekanan atau karena invasi dura dan
corda spinalis.
J. Prognosis
Prognosa pasien dengan spondilitis tuberkulosa sangat tergantung dari usia dan
kondisi kesehatan umum pasien, derajat berat dan durasi defisit neurologis serta
a. Mortalitas
ditemukannya kemoterapi (menjadi kurang dari 5%, jika pasien didiagnosa dini dan
b. Relaps
medis saat ini dan pengawasan yang ketat hampir mencapai 0%.
c. Kifosis
35
Kifosis progresif selain merupakan deformitas yang mempengaruhi kosmetis secara
d. Defisit neurologis
spontan tanpa operasi atau kemoterapi. Tetapi secara umum, prognosis membaik
e. Usia
f. Fusi
Fusi tulang yang solid merupakan hal yang penting untuk pemulihan permanen
spondilitis tuberkulosa.
36
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Umur : 65 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Banjar
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
II. ANAMNESIS
kaki
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tulang belakang. Nyeri pada
tulang belakang dirasakan sejak 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan muncul perlahan-
37
lahan, dan memberat 2 minggu SMRS. Nyeri dirasakan menjalar ke bawah ke
bagian kaki. Saat pasien bergerak atau berubah posisi, nyeri terasa memberat, saat
pasien merasakan nyeri pada tulang belakang, sehingga katanya nyeri pada saat
berjalan sehingga pasien harus berjalan sambil berpegangan, 1 bulan SMRS pasien
berjalan. Sehingga pasien harus dibopong oleh anak pasien apabila ingin ke kamar
mandi. Pasien sudah tirah baring kurang lebih selama 1 bulan. Pasien juga
mengeluhkan rasa demam ringan, lemas terus menerus, nafsu makan yang
menurun, serta badan yg terasa semakin kurus (baju dirasakan semakin longgar)
dalam 1 bulan terakhir. Batuk lama disangkal, namun pasien pernah batuk selama
1 minggu dan sembuh setelah minum obat batuk. Sesak (-) nyeri dada (-)
Keluarga pasien tidak menderita keluhan yang sama, riwayat hipertensi dan
diabetes melitus dalam keluarga disangkal. Namun adik pasien memiliki riwayat
penyakit paru, dan meninggal karena penyakit tersebut (riwayat batuk lama)
6. Faktor Risiko
Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengerjakan semua
7. Intoksikasi
38
Tidak ditemukan riwayat keracunan obat, zat kimia, makanan dan minuman.
8. Keadaan Psikososial
Pasien di rumah tinggal bersama kedua anaknya, ventilasi rumah baik. MCK
berasal dari air ledeng. Air minum dari air galon. Jarak dengan rumah tetangga
Respirasi : 16 kali/menit
Suhu : 36,8oC
Kepala/Leher :
Thoraks
Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba, perkusi timpani, bising usus
normal
39
Ekstremitas : Edema Plegi Akral hangat
D S D S D S
- - - - + +
- - - - + +
Kecerdasan : baik
Penyerapan : baik
Kemauan : baik
Psikomotor : normoaktif
NEUROLOGIS
A. Kesan Umum:
Monoton : (-)
Scanning : (-)
Sensorik : (-)
Anomik : (-)
Konduksi : (-)
Kepala:
Besar : Normal
40
Asimetri : (-)
Tortikolis : (-)
Muka:
Mask/topeng : (-)
Miophatik : (-)
Fullmooon : (-)
B. Pemeriksaan Khusus
Kernig : (-)/(-)
Laseque : (-)/(-)
Bruzinski I : (-)/(-)
Bruzinski II : (-)/(-)
2. Saraf Otak
Kanan Kiri
N. Olfaktorius
41
N. Optikus Kanan Kiri
Kanan Kiri
Eksopthalmus : - -
Pupil
42
N. Trigeminus
Kanan Kiri
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
N. Facialis
Kanan Kiri
Waktu Diam
Waktu Gerak
Bersiul normal
43
Pengecapan 2/3 depan lidah normal
N. Vestibulocochlearis
Vestibuler
Vertigo : (-)
Nystagmus : (-)
Cochlearis
Bagian Motorik:
Suara : normal
Menelan : normal
44
Bising usus : normal
Bagian Sensorik:
N. Accesorius
Kanan Kiri
N. Hypoglossus
3. Sistem Motorik
Kekuatan Otot
Istirahat : normal
Lengan (Kanan/Kiri)
M. Deltoid : 5/5
45
M. Biceps : 5/5
M. Triceps : 5/5
Tungkai (Kanan/Kiri)
Besar Otot :
Atrofi :-
Pseudohypertrofi :-
Palpasi Otot :
Nyeri :-
Kontraktur :-
Konsistensi : Normal
46
Tonus Otot :
Lengan Tungkai
Hipotoni - - - -
Spastik - - - -
Rigid - - - -
Rebound - - - -
phenomen
Gerakan Involunter
Chorea : -/-
Athetose : -/-
Balismus : -/-
Fasikulasi : -/-
Myokimia : -/-
Koordinasi :
Telunjuk-hidung normal
4. Sistem Sensorik
Kanan/kiri
47
Rasa Eksteroseptik
Rasa Proprioseptik
Rasa Enteroseptik
Fungsi luhur
5. Refleks-refleks
Reflek kulit
48
Refleks anal : Tidak dilakukan
Refleks Patologis :
Tungkai
Lengan
Hoffmann-Tromner : -/-
Snout (-)
Sucking (-)
Palmomental (-)
Salivasi : normal
49
7. Columna Vertebralis
Kelainan Lokal
Fleksi : normal
Ekstensi : normal
Rotasi : normal
8. Pemeriksaan Tambahan
50
RESUME
1. ANAMNESIS:
Keluhan kebas(+) nyeri (+) pada lengan kanan mulai lengan bawah sampai
tangan. Tegang(+) pada kepala kanan sampai pundak kanan.nyeri (+) tangan
kanan. Pusing(+) Riwayat hipertensi (-), stroke (-) diabetes mellitus (-) riwayat
konsumsi alkohol (-), konsumsi narkotika atau obat obatan (-) kebiasaan
2. PEMERIKSAAN
Interna
Respirasi : 16 kali/menit
Suhu : 36,8oC
Status Neurologis
51
Kesadaran : Composmentis GCS 4-5-6
Refleks patologis : Babinski: -/- Chaddock: -/- Oppenheim : -/- Gonda : -/-
3. DIAGNOSIS
1. PENATALAKSANAAN
Non farmakologi:
Farmakologi :
2. PROGNOSIS
53
BAB IV
DISKUSI KASUS
Saleh Banjarmasin atas nama Ny. N, usia 47 tahun, dari anamnesis didapatkan
keluhan kebas pada lengan sampai jari tangan kanan 1 bulan SMRS, disertai rasa
nyeri berdenyut ,tegang terutama pada kepala kanan sampai pundak kanan. Kebas
juga dikeluhkan pada lengan kiri yang muncul sejak 3 hari SMRS. Riwayat trauma
(-) jatuh (-) hipertensi (-), Diabetes Melitus (-) Riwayat stroke (-), pasien merupakan
compos mentis berada pada tingkat kesadaran (GCS 4-5-6). Dengan keluhan utama
kebas serta nyeri rasa tertusuk dan nyut-nyut yang terjadi perlahan-lahan, kekuatan
sensoris menurun pada kedua extremitas superior terutama bagian dextra pars
media sampai distal. Pasien diperiksa nervus kranialis hasilnya tidak ada defisit
superior dextra, tidak ditemukan adanya refleks patologis pada saat pemeriksaan,
didapatkan hasil(+), tes distraksi (+), tes valsava (-), dan tes keseimbangan berupa
tes Romberg dengan mata terbuka dan tertutup hasil (+) dan pasien jatuh kea rah
kompresi pada struktur anatomi nukleus tulang belakang. Pada pasien dengan
33
keluhan rasa kebas disertai keluhan nyeri berdenyut curiga adanya suatu gangguan
pada saraf akibat penekanan nukleus palposus yang mengalami herniasi, bila saraf
sensoris kena maka akan memberikan gejala kesemutan atau rasa baal sesuai
dermatomnya.8,12
herniasi pada nukleus palposus adalah adanya beberapa faktor, pada pasien ini
resiko terjadinya HNP servikal dapat disebabkan karena kebiasaan postur yang
salah yaitu membungkuk, pada saat membungkuk, maka akan terjadi perubahan
terus menerus dan posisi postur yang salah. Selain disebabkan oleh kebiasaan
pasien, terdapat faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu meningkatnya usia
Imobilisasi leher: Pada pasien dengan nyeri leher akut, imobilisasi leher jangka
pendek mungkin bermanfaat selama periode inflamasi akut , selain imobilisasi hal
lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan adalah dengan traksi yang
diharapkan dapat mengurangi gejala radikuler yang terkait dengan herniasi diskus.
yang ditempatkan pada saraf yang terkena, yang, pada gilirannya, akan
34
hingga 12 lbs traksi pada sudut sekitar 24 derajat fleksi leher selama 15 hingga 20
menit.
obatan berupa pereda nyeri, dan vitamin saraf,. Obat yang diberikan adalah Po.
3x5 mg,. Prinsip penanganan dari HNP adalah meringankan gejala berupa
pemberian obat analgesi, dapat smpai dengan pemberian analgesi untuk nyeri
moderat seperti pemberian gabapentin untuk mengobati nyeri neuropatik, dan dapat
35
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan seorang pasien yang datang ke poli saraf RS Moch. Ansari
Saleh atas nama Ny. N usia 47 th dengan keluhan kebas dan nyeri pada lengan
kanan dan kebas pada tangan kiri. Setelah dilakukaan anamnesis dan pemeriksaan
fisik mendukung ke arah diagnosis HNP cervical. Pasien mendapatkan terapi non-
diagnosis HNP servikal pada pasien ini maka perlu dilakukan beberapa
36
DAFTAR PUSTAKA
8. Snell, R.S., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.
10. Premkumar, K., 2004. Anatomy and Physiology. USA: Lippincott Williams &
Wilkins.
11.
37