Kista Tiroid
1. Definisi
2. Epidemiologi
Kejadian nodul ioid berkisar antara 5% - 50% bergantung pada populasi
tertentu dan sensitivitas dari teknisi, prevalensi nodul tiroid meningka sesuia dengan
usia, keterpajanan terhadap radiasi pengion dan defisiensi iodium. Nodul akan
ditemukan lebih banyak lagi pada waktu operasi, autopsi, dan dari hasil pemeriksaan
ultrasonografi. Pada autopsi nodularitas ditemukan pada sekitar 37% dari populasi,
hanya kurang dari 5% ditemukan nodul tiorid soliter ganas.
3. Etiologi
Nodul tiroid sebagian besar disebabkan oleh neoplasma jinak, selain itu 1%
nodul tiroid disebabkan kanker tiroid. Defiseinsi yodium dalam diet sehari-hari dapat
menyebabkan kelenjar tiroid membentuk nodul. Jenis tersering nodul non kanker
adalah nodul kolid dan neoplasma folikuler. Nodul yang memproduksi hormon tiroid
melebihi kebutuhan tubuh disebut autonomous nodule, hal ini akan bermanifestasi
menjadi keadaan hipertiroidisme. Sedangkan jika nodul tiroid berisi cairan atau darah
disebut sebagai kista tiroid.
4. Patofisiologi
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan
dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid,
sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan nodul
tiroid.
Defisiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan
hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini
terus menerus, akan terbentuk hipertrofi kelenjar tiroid (struma). Penyebab defisiensi
hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan
goitrogen.
5. Patogenesis
Lingkungan, genetik dan proses autoimun dianggap merupakan faktor-faktor
penting dalam patogenesis nodul tiroid. Namun masih belum dimengerti sepenuhnya
proses perubahan atau pertumbuhan sel-sel folikel tiroid menjadi nodul. Konsep yang
selama ini dianut bahwa (hormone perangsang tiroid) TSH secara sinergistik bekerja
dengan insulin dan/atau insulin-like growth factor 1 dan memegang peranan penting
dalam pengaturan pertumbuhan sel-sel tiroid perlu ditinjau kembali. Berbagai temuan
akhir-akhir ini menunjukan TSH mungkin hanya merupakan salah satu dari mata
rantai di dalam suatu jejaring sinyal-sinyal yang kompleks yang memodulasi dan
mengkontrol stimulasi pertumbuhan dan fungsi sel tiroid. Penelitian yang mendalam
berikut implikasi klinik dari sinyal tersebut sangat diperlukan untuk memahami
patogenesis nodul tiroid.6
Adenoma tiroid merupakan pertumbahan baru monoclonal yang terbentuk
sebagai respons terhadap suatu rangsangan. Adenoma tiroid tumbuh perlahan dan
menetap selama bertahun-tahun, hal ini mungkin terkait dengan kenyataan bahwa sel
tiroid dewasa biasanya membelah setiap delapan tahun. Kehamilan cenderung
menyebabkan nodul bertambah besar dan menimbulkan pertumbuhan nodul baru.
Kadang-kadang dapat terjadi perdarahan ke dalam nodul menyebabkan pembesaran
mendadak serta keluhan nyeri. Pada waktu terjadi perdarahan ke dalam adenoma, bisa
timbul tirotoksikosis selintas dengan peningkatan kadar T4 dan penurunan
penangkapan iodium (radioiodine uptake). Regresi spontan adenoma dapat terjadi.7
6. Gejala Klinis
Pada umumnya nodul tiroid bersifat asimtomatik (tidak ada gejala) ketika
nodul tersebut pertama kali ditemukan. Umumnya, pasien dengan nodul tiroid
datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Tanda dan
gejala yang paling pentng adalah akibat kompresi struktur vital di leher atau rongga
dada atas. Gejala kompresi trachea adalah dispnea, striodr, batuk, dan rasa tercekik.
Jika ditemukan paralisis pita suara dan sindrom horner, maka keganasan harus
dipikirkan sebagai salah satu penyebabnya.3
7. Diagnosis
Pemeriksaan fisik terarah pada inspeksi leher (termasuk limfonodi regional)
dan dada bagian atas serta palpasi nodul untuk untuk menilai ukuran serta
nodularitasnya (perkeni 2008). Karakteristik nodul antara lain :
a. Konsistensi keras dan sukar digerakkan, walaupun nodul ganas dapat mengalami
degenerasi kistik dan kemudian menjadi lunak.
b. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun nodul
yang mengalami kalsifikasi dapat ditemukan pada hyperplasia adenomatosa yang
sudah berlangsung lama.
c. Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupakan pertnda keganasan, walaupun
nodul ganas tidak selalu mengadakan infiltrasi.
d. 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang ganas,
tetapi nodul multipel dapat ditemukan pada 40% keganasan tiroid.
e. Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurigai ganas.
f. Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional atau perubahan suara menjadi serak.
Tabel 2. Gambaran Klinik Nodul Tiroid dan Ganas Pada Pasien Dengan
Nodul Tiroid Soliter
2. Banyaknya nodul
6. Batas lesi
Sidik tiroid
Diagnostik Non-diagnostik
Ulangi BAJAH
Jinak Jinak Jinak
dengan tuntutan USG