Disusun oleh:
Pembimbing:
SANATORIUM DHARMAWANGSA
JAKARTA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
2.1 Definisi 2
2.2 Epidemiologi 2
ii
2.10.6 Sindrom Amnesik (Amnesic Syndrome) 14
2.13 Tatalaksana 18
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Ada sekitar 20,5 juta jiwa mulai dari umur 12 ke atas yang menggunakan opioid
pada tahun 2015 dan ditemukan sekitar 72.000 orang Amerika yang meninggal
karena overdosis opioid pada tahun 2017 yang meningkat sebanyak 2 kali lipat
berjalan sampai beberapa tahun dan walaupun ada sedikit periode dimana seseorang
penggunaan opioid sendiri sebenarnya adalah suatu hal yang cukup sulit untuk
ditangani.19
Oleh sebab itu, pengetahuan mengenai mekanisme kerja opioid pada otak,
bagaimana cara opioid bekerja hingga menimbulkan adiksi dan gangguan mental
penggunaan opioid juga sangat penting untuk diketahui untuk membantu dokter
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Opioid adalah salah satu jenis obat yang digunakan untuk mengurangi rasa
nyeri dan memberikan efek yang menyenangkan. Opioid bekerja dengan cara
berinteraksi dengan reseptor opioid yang berada di sel saraf di tubuh dan otak.1-3
Opioid digunakan untuk mengatasi nyeri akut sedang sampai berat terutama
pada bagian viseral seperti penyembuhan luka atau post operasi, penanganan
kanker aktif, palliative care, dan lain-lain. Namun selain mengurangi rasa nyeri,
mual, konstipasi, dan pada dosis tinggi juga bisa menyebabkan depresi napas dan
2.2 Epidemiologi
Gangguan penggunaan opioid paling sering muncul pertama kali pada usia
remaja akhir atau akhir 20-an.19 Pada tahun 2015 terdapat 20,5 juta jiwa umur 12
keatas yang mengalami gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat.1
Sedangkan pada tahun 2017 terdapat lebih dari 72 ribu orang Amerika yang
meninggal karena overdosis obat, hal ini meningkat sebanyak 2 kali lipat selama 10
tahun.2
rasa sakit yang kronik sehingga mereka lebih banyak diresepkan obat pereda nyeri
dengan dosis yang lebih tinggi dan mereka menggunakannya dalam jangka waktu
2
yang lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini menyebabkan
pereda nyeri dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini bisa dilihat dari data pada tahun
1999 sampai 2010 ditemukan ada 48.000 perempuan yang overdosis obat pereda
nyeri.1 Selain itu menurut penelitian di Croatia menyatakan bahwa intensitas nyeri
pascaoperasi lebih banyak dilaporkan oleh perempuan karena mereka lebih sensitif
dari Bandung.22
Ada 3 jenis reseptor opioid yaitu reseptor µ (mu), reseptor δ (delta), dan reseptor
κ (kappa). Ikatan opioid pada reseptor reseptor µ menghasilkan efek analgesi spinal
dan modulasi pelepasan neurotransmiter dan hormon. Opioid alami di dalam tubuh
yang memiliki afinitas paling tinggi terhadap reseptor µ adalah endorfin kemudian
tubuh yang memiliki afinitas paling tinggi adalah enkefalin diikuti dengan endorfin
dan dinorfin.
Ikatan opioid pada reseptor κ akan menghasilkan efek analgesia spinal dan
3
Opioid alami dalam tubuh yang memiliki afinitas paling tinggi terhadap reseptor
Otak dan sistem saraf terdiri dari sel yang disebut neuron. Masing-masing
neuron terdiri dari badan sel, akson, dan akson terminal. Pada akson terminal
reseptor yang ada di post-synaptic neuron. Hal ini akan menginisiasi secondary
Normalnya endorfin dihasilkan oleh tubuh, namun ketika tidak ada endorfin
mencegah neuron yang ada di jaringan otak sekitar untuk menghasilkan dopamin.
4
Salah satu kegiatan yang bisa membantu menghasilkan endorfin adalah olahraga
(mu, kappa, dan delta) yang akan menghalangi neuron penghambat untuk
Ketika dopamin bekerja di area yang memproses rasa nyeri seperti di thalamus,
batang otak, dan prefrontal cortex, hal ini akan menyebabkan orang tersebut merasa
rasa sakit yang dirasakan berkurang. Ketika dopamine bekerja di reward pathway
seperti di area ventral tegmental, nucleus accumbens, dan prefortal cortex maka
nyaman.23
Namun bila opioid kuat yang berasal dari luar tubuh berikatan dengan reseptor
opioid, hal ini akan menyebabkan banyak dopamin yang terbentuk dan selain bisa
membuat rasa nyeri jadi terkontrol bisa juga muncul efek seperti euforia yang tidak
bisa dikontrol karena zat tersebut sampai ke bagian otak yang mengontrol reward
pathway sehingga muncul efek high. Tujuan dari reward pathway sendiri adalah
untuk melatih otak mengulang aktivitas dopamin yang menghasilkan rasa senang
opioid maka otak akan belajar untuk mengulang perilaku untuk mendapatkan efek
tersebut kembali.15
Selain itu opioid yang berikatan dengan reseptor opioid yang akan menekan
sistem saraf pusat dan memperlambat pesan antara otak dengan bagian tubuh
lainnya. Hal ini akan menyebabkan perlambatan napas dan detak jantung.17 Bila
napas dan detak jantung menurun pada titik tertentu, seseorang bisa henti napas dan
terjadi overdosis.
5
Overdosis opioid bisa menyebabkan cedera lainnya hingga kematian, namun
bisa diatasi dengan RJP serta pemberian naloxone dimana naloxone juga berikatan
dengan reseptor opioid tapi naloxone memiliki efek berkebalikan dengan opioid.20
yang sering ditemukan di Turki. Pada kapsul biji Papaver somniferum yang belum
matang bisa ditemukan getah yang menjadi cikal bakal opium, morfin, kodein dan
heroin. Papaver somniferum adalah tanaman yang tingginya bisa mencapai 1-5
meter.
Di dalam opium terdapat beberapa alkaloid antara lain morfin (10-15%), kodein (1-
3%), noskapin (4-8%), papaverine (1-3%), dan thebain (1-2%) yang banyak
digunakan untuk pengobatan. Contohnya seperti morfin dan kodein yang digunakan
sebagai pereda nyeri, kodein dan noskapin sebagai obat batuk. Opium sendiri bisa
6
2.7 Macam-Macam Opioid
A. Morfin
B. Kodein
Kodein sering kali ditemukan di obat batuk sirup, namun kodein juga
merupakan opioid untuk mengatasi nyeri dari yang ringan sampai sedang.
terutama yang berhubungan dengan irritable bowel syndrome karena zat ini
akan dipecahkan di liver dan kembali menjadi morfin sehingga ketika zat
ini dipecahkan, zat ini akan mempengaruhi pusat penghargaan yang ada di
C. Heroin
Efek yang dihasilkan oleh heroin mirip seperti yang dihasilkan oleh morfin.
Heroin memiliki sifat yang mudah larut dalam lemak dan bereaksi lebih
cepat daripada morfin sehingga cepat menghasilkan efek euforia, hal ini
7
perubahan dalam waktu 7-8 detik bila disuntikkan lewat IV, dan 5-8 menit
D. Fentanil
Fentanil bisa digunakan untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat. Zat ini
bisa digunakan untuk penanganan jangka panjang, hal ini diduga menjadi
salah satu faktor resiko mengapa fentanil menjadi salah satu zat yang paling
adiktif.11
E. Oksikodon
Oksikodon sering digunakan sebagai obat pereda nyeri sedang hingga berat.
daripada morfin.1,12
F. Buprenorfin
memiliki efek disosiasi yang lama pada reseptor µ dan durasi aksi yang
heroin. Oleh karena efek ini pula, intoksikasi buprenorfin sulit ditangani
8
G. Metadon
H. Tramadol
Efek opioid akan berbeda-beda pada setiap orang dan tidak ada level
penggunaan yang aman, walaupun hanya menggunakan sedikit opioid namun hal
ini tetap berbahaya bagi seseorang. Efek yang timbul pada masing-masing orang
9
bisa dilihat dari berat badan, tinggi badan, kesehatan orang tersebut. Selain itu bisa
juga dilihat dari obat-obatan lain yang digunakan bersamaan dengan penggunaan
opioid, jumlah opioid yang dikonsumsi, kekuatan dari jenis opioid yang digunakan,
pernapasan dan detak jantung yang melambat. Selain itu penggunaan opioid juga
akan menyebabkan mulut dan hidung yang kering, hal ini dikarenakan penggunaan
opioid akan menyebabkan sekresi yang dihasilkan oleh membran mukosa jadi
semakin sedikit. Pada pengguna opioid dengan cara injeksi maka akan ditemukan
bekas luka suntikan pada lengan bagian bawah dan sering kali disertai dengan
pengerasan pada vena, dimana hal ini bisa menyebabkan edema periferal dan
seperti vena pada tungkai bawah, leher, ataupun selangkangan, hal ini membuat
Jika menggunakan opioid jangka panjang maka akan terjadi efek seperti
meningkatkan toleransi terhadap zat opioid, hal ini bisa dilihat dari kemampuan
seseorang untuk beradaptasi terhadap jumlah dosis yang digunakan, maksud dari
pernyataan di atas adalah seseorang bisa menggunakan opioid dan baru muncul
efek dari opioid tersebut setelah mencapai dosis yang harusnya bisa menyebabkan
overdosis pada orang-orang yang belum pernah atau baru menggunakan opioid.
Selain itu penggunaan opioid jangka panjang juga bisa menyebabkan disfungsi
ereksi pada pria. Pada orang-orang yang menggunakan opioid dengan cara dihirup
akan menyebabkan munculnya iritasi pada mukosa hidung dan kadang disertai
10
dengan perforasi septum hidung. Selain itu penggunaan jangka panjang juga akan
meningkatnya risiko terjadinya HIV karena penggunaan jarum suntik yang tidak
steril.10,19
Ada beberapa faktor risiko yang bisa berkaitan dengan penggunaan opioid
antara lain lingkungan individu, keluarga, teman sebaya, dan sosial. Di luar dari
lingkungan seseorang, genetik juga berperan penting baik langsung maupun tidak
ingin mencoba hal yang baru atau ingin mencari sesuatu yang bisa membuat dirinya
Beberapa gangguan mental dan gangguan fisik lainnya bisa disebabkan oleh
penggunaan opioid. Beberapa contoh gangguan mental yang sering terjadi adalah
Namun dari semua gangguan mental tersebut, gangguan depresi berat dan
gangguan kecemasan adalah salah satu yang paling sering terjadi. Selain itu juga
penggunaan opioid bisa menyebabkan munculnya keinginan untuk bunuh diri. Dari
memiliki risiko bunuh diri sebanyak 20 kali lipat dibandingkan dengan orang-orang
11
2.10.1 Intoksikasi Opioid
opioid yang akan menyebabkan munculnya gejala seperti gangguan memori atau
perhatian, mual, berkurangnya hasrat seksual, delirium, euforia, sedasi atau kantuk
yang bisa berkembang menjadi koma, depresi pernapasan, disartria, dan gangguan
persepsi, suhu badan rendah, kulit terasa dingin. Intoksikasi akan mengancam
nyawa karena terjadi depresi pernapasan. Pasien juga akan mengalami gejala
konstipasi yang disebabkan karena penurunan bising usus dan saluran pencernaan.
Pasien juga akan mengalami gangguan pengelihatan karena efek dari pinpoint
pupil, namun bila sudah terjadi overdosis yang parah maka akan menimbulkan
dilatasi pupil.10,18,19,28
opioid. Bila opioid dikonsumsi lewat penggunaan oral maka gejala tersebut akan
timbul dalam 1 sampai 2 hari setelah penghentian penggunaan, namun bila opioid
marah, insomnia, mialgia atau kram otot, sakit kepala, mual dan muntah, diare,
Gejala-gejala ini akan menyebabkan kesulitan dalam kegiatan sosial, pekerjaan dan
12
Gejala withdrawal opioid akan hilang dalam 18-24 jam setelah
sudah merusak kesehatan, baik secara fisik maupun mental namun belum
Ketika seseorang sudah memiliki keinginan yang sangat kuat atau sering
juga disebut sebagai dorongan impulsif untuk menggunakan opioid terus menerus
untuk memperoleh efek dari opioid tersebut maka hal ini sudah masuk ke sindrom
timbulnya gejala putus zat atau sering disebut juga withdrawal yang membuat
orang tersebut merasa tidak nyaman sehingga menyebabkan orang tersebut ingin
yang digunakannya untuk memperoleh efek yang sama. Dan walaupun pengguna
opioid mengetahui dampak buruk dari opioid terhadap tubuh mereka, mereka akan
13
2.10.5 Gangguan Psikotik (Psychotic Disorder)
stupor, serta bisa juga disertai dengan perasaan sangat ketakutan atau rasa senang
yang berlebihan.28
pendek yang menonjol yang terkadang disertai dengan gangguan daya ingat jangka
panjang namun gangguan daya ingat segera masih dalam batas normal.
kehilangan inisiatif serta lebih sering untuk mengabaikan keadaan juga sering
terjadi.28
Opioid akan menyebabkan gejala seperti putus asa, rasa bersalah yang
sering kali berhubungan dengan depresi. Peneliti berpikir bahwa terjadi perubahan
pada level hormon, serta sistem reward dan kesenangan di otak pengguna opioid
sehingga hal ini akan menimbulkan gejala depresi yang semakin lama akan semakin
14
Gangguan depresi akibat penggunaan opioid harus menyebabkan gejala
klinis yang signifikan serta gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan dan lain-lain.
Gejala klinis pada gangguan depresi adalah memiliki minimal 2 gejala utama dan
minimal 2 gejala lainnya. Gejala utama yang dimaksud adalah afek depresif,
lainnya adalah konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pemandangan masa
depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
Gangguan anxietas juga bisa diinduksi oleh penggunaan opioid. Hal ini
merupakan salah satu efek dari opioid karena salah satu gejala yang dihasilkan dari
withdrawal opioid adalah gejala cemas atau disebut juga ansietas, sehingga pada
beberapa orang hal ini akan menyebabkan gangguan mental bila tidak diatasi
dengan baik.25,26
karena khawatir akan ada hal buruk yang terjadi atau merasa berada di ujung
tanduk. Selain itu juga ada gejala ketegangan motorik seperti sakit kepala, gelisah,
dan gemetar. Gejala lainnya yang bisa timbul adalah overaktivitas otonomik
15
2.10.9 Opioid Menginduksi Bunuh Diri
zat tersebut. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan bunuh diri pada orang-orang
yang menggunakan opioid adalah depresi berat dan gangguan kecemasan atau
penggunaan yang tepat akan mengalami toleransi. Toleransi adalah keadaan dimana
efektivitas obat tersebut menurun sehingga tidak menghasilkan efek yang sama
seperti saat awal digunakan. Maka untuk mendapatkan efek yang sama seperti pada
Ada dua teori yang menjelaskan etiologi terjadinya toleransi yaitu karena
reseptor opioid menjadi lebih tidak sensitif terhadap opioid, yang kedua karena
neuron yang ada menghilangkan reseptor opioid dari dinding sel sehingga reseptor
yang bisa berikatan dengan opioid menjadi lebih sedikit sehingga kemampuan
untuk menghasilkan efek yang seharusnya dihasilkan oleh penggunaan opioid juga
jadi menurun.27
16
pemeriksaan urin dipstick bisa ditemukan positif jika menggunakan heroin, morfin,
kodein, oksikodon, maupun propoksifen. Zat-zat ini bisa dideteksi dalam 12-36 jam
karena ketiga zat ini harus diuji secara spesifik baru akan menunjukkan hasil yang
bermakna. Ketiga zat ini bisa menunjukkan hasil positif sampai lebih dari satu
minggu.19
menggunakan injeksi opioid akan menderita hepatitis sehingga ada baiknya untuk
hepatitis untuk mengecek infeksi hepatitis yang sudah lewat dan tes fungsi liver.
Fungsi liver akan meningkat pada orang-orang yang menderita hepatitis ataupun
menggunakan opioid dengan cara injeksi adalah tes HIV/AIDS. Para pengguna
opioid terutama dengan jenis heroin di Amerika Serikat ada sekitar 60% yang
atau RNA HIV dalam darah dimana tes ini bisa digunakan bila tes antibody
meragukan, dan yang terakhir adalah tes antibodi-antigen yang dikenal dengan p24.
P24 dapat terdeteksi 2-6 minggu setelah terinfeksi, tes ini bisa dilakukan sebelum
17
2.13 Tatalaksana
opioid yang beredar dalam tubuh tidak bertambah jumlahnya. Setelah penggunaan
karena salah satu efek intoksikasi opioid pada tubuh adalah depresi pernapasan
yang akan berbahaya karena dapat mengancam jiwa seseorang. Bila terdapat
perburukan yang ditandai dengan depresi pernapasan maka harus segera diberikan
alat bantu napas yaitu ventilator. Bila terjadi intoksikasi yang sangat parah dan
intravena dengan dosis 10 miligram. Mekanisme kerja dari naloxone sendiri adalah
dengan menggantikan opioid dari reseptor opioid untuk mencegah aktivasi dari
Pada keadaan putus zat opioid atau sering juga disebut sebagai withdrawal
state terdapat 3 tatalaksana yang berbeda yaitu tatalaksana non medis, tatalaksana
Pada tatalaksana non medis bisa dilakukan pembatasan akses ke zat opioid
sampai tidak ada gejala withdrawal. Pada tatalaksana simptomatik akan diberikan
18
contohnya seperti takikardia, serta bisa diberikan loperamide sebagai obat untuk
gejala diare yang disebabkan oleh efek withdrawal dari opioid. Detoksifikasi
metadon bisa diberikan dengan dosis 5-20 miligram 3 kali sehari tergantung dari
dosis opioid yang digunakan. Setelah pasien stabil maka dosis metadon dikurangi
miligram dosis metadon setelah itu baru dikurangi 2 miligram perharinya. Jika
gejala withdrawal tidak dapat ditekan dalam waktu 1 jam bisa diberikan lebih
banyak, namun pada umumnya pemberian dosis awal metadon tidak boleh melebihi
30 miligram dan total dalam 24 jam tidak melebihi 40 miligram karena 40 miligram
metadon akan menjadi dosis yang fatal pada orang-orang yang nontolerant. Selain
itu pemberian metadon dengan dosis yang sama seperti dosis pertama kali diberikan
juga akan berbahaya pada orang-orang yang nontolerant bila dilanjutkan selama 2
salah satu faktor yang mendukung alasan penggunaan opioid.31 Sehingga langkah
Pada step pertama ditekankan tentang 2 kata yaitu powerless yang artinya
mengakui bahwa pengguna tidak memiliki kontrol untuk melawan alkohol yang
19
dalam kondisi ini artinya untuk melawan opioid dan unmanageable yang artinya
penggunanya. Pada step kedua menekankan tentang hope atau harapan. Pada step
opioid, kesembuhan itu adalah sesuatu hal yang mungkin terjadi. Pada step ketiga
berbicara tentang action atau tindakan. Pada step ini pengguna diminta untuk
menekan rasa egois mereka. Pada kalimat God as we understood Him maksudnya
eliminasi kemungkinan untuk penolakan dengan 3 hal yaitu jujur dan berani dengan
cara mengakui kesalahan, mencari dengan cara pikirkan dan tulis semua pikiran,
kata-kata dan perbuatan pengguna, dan yang terakhir moral yaitu ketika
memikirkan semua hal itu pengguna juga harus memikirkan apa yang benar
terhadap keinginan egois mereka sendiri. Inti dari step keempat adalah ketika
seseorang mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka maka mereka akan bisa
membuat pilihan yang lebih baik. Pada step kelima membahas tentang mencari
bantuan dengan cara berbicara kepada orang lain untuk membantu mengatasi
perasaan bersalah atau malu yang dialami pengguna. Pada step keenam ditekankan
untuk melepaskan kebiasaan dan sifat buruk pengguna, menjadi lebih baik dan
belajar untuk memiliki kebiasaan yang lebih baik maka dunia di sekitar pengguna
juga akan berubah jadi lebih baik. Pada step ketujuh adalah kesempatan dimana
seseorang bisa melihat dirinya sebagaimana mestinya, semua hal buruk dan baik.
Ada 3 alasan kenapa rasa malu penting pada step ini yaitu karena rasa malu
20
membantu mereka mengetahui batasan mereka, dan untuk membantu mereka sadar
ada kekuatan yang lebih tinggi yang membantu mereka untuk mengubah hidupnya.
Pada step kedelapan dilakukan untuk membantu mereka sadar seberapa besar
kerusakan yang sudah mereka tinggalkan ketika mereka sangat adiktif terhadap
opioid. Mereka juga harus mengetahui apa yang sudah mereka buat sampai
dengan minta maaf yang tulus, mencoba memperbaiki kesalahan dan meminta maaf
namun hal ini bukan berarti harus dimaafkan. Pada step kesepuluh ditekankan untuk
tetap bertumbuh dan tetap berjalan di jalan yang benar supaya tidak jatuh ke lubang
yang sama lagi. Pada step kesebelas lebih menekankan tentang step spiritual, tetap
berdoa dan meditasi. Pada step ini membahas tentang lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan. Pada step kedua belas ditekankan untuk menyebarkan 12 model
Selain tatalaksana non medis bisa juga dilakukan tatalaksana medis yaitu
menghalangi reward effect dari opioid, selain itu juga bisa diberikan metadon 60-
100 miligram peroral 4 kali sehari untuk mengurangi hasrat ingin menggunakan
sebagai agonis opiate jangka panjang yang bisa bertahan sekitar 92 jam di dalam
tubuh seseorang. LAAM bekerja mirip dengan metadon namun bisa diberikan dosis
21
22
BAB III
KESIMPULAN
Opioid adalah salah satu jenis obat pereda nyeri yang didapatkan dari
tumbuhan Papaver somniferum atau disebut juga opium poppy dan sintetik yang
Sedangkan pada tahun 2017 terdapat lebih dari 72 ribu orang Amerika yang
Cara kerja opioid adalah dengan berikatan dengan reseptor opioid dan
menghasilkan dopamin yang akan bekerja di thalamus, batang otak, dan spinal cord
untuk mengurangi rasa nyeri dan juga di reward pathway yang menyebabkan efek
seperti intoksikasi opioid, keadaan putus zat opioid, penggunaan yang merugikan,
opioid juga bisa menyebabkan timbulnya toleransi yaitu keadaan dimana efektivitas
obat menurun sehingga tidak menghasilkan efek yang sama seperti saat awal
yaitu tatalaksana pada intoksikasi opioid, putus zat opioid, dan ketergantungan
opioid.29-33
23
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
source/advocacy/opioid-addiction-disease-facts-figures)
https://www.psychiatry.org/patients-families/addiction/opioid-use-
disorder/opioid-use-disorder
3. CDC. Opioid Basics [Internet]. Centers for Disease Control and Prevention.
Centers for Disease Control and Prevention; 2020 [cited 2020 May 5].
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamedica/article/view/867
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2
&ved=2ahUKEwi3_5PN3Z3pAhXEXCsKHXsYCscQFjABegQIBBAB&
url=http%3A%2F%2Fjournal.um.ac.id%2Findex.php%2Fsejarah-dan-
budaya%2Farticle%2Fdownload%2F4755%2F2237&usg=AOvVaw0BM
UCFC9UeiXHggEKDwOCh
24
7. Pleuvry B. Opioid Receptors And Their Ligands: Natural And Unnatural.
https://americanaddictioncenters.org/opiates
9. Butanis B. What Are Opioids? [Internet]. What Are Opioids? 2018 [cited
https://www.hopkinsmedicine.org/opioids/what-are-opioids.html
10. Alcohol and Drugs Foundations. Opioids [Internet]. Opioids - Alcohol and
https://adf.org.au/drug-facts/opioids
https://americanaddictioncenters.org/heroin-treatment
2005;29(5):47–56.
14. Coe MA, Lofwall MR, Walsh SL. Buprenorphine Pharmacology Review.
Neurosciences. 2015;38(4):217–25.
25
16. Fullerton CA, Kim M, Thomas CP, Lyman DR, Montejano LB, Dougherty
20.
Association; 2017.
https://www.medicines.org.uk/emc/product/6589/smpc
Journal. 2013;185(8).
26
24. Prommer E. Opioid Withdrawal: Creating More Problems. Journal of Pain
2008;10(4).
2002.
29. Dydyk A M, Jain N K, Gupta M. Opioid Use Disorder. Treasure Island, FL:
30. Kosten TR, Baxter LE. Review article: Effective management of opioid
31. Davis MA, Lin LA, Liu H, Sites BD. Prescription Opioid Use among
Adults with Mental Health Disorders in the United States. The Journal of
32. Stotts AL, Dodrill CL, Kosten TR. Opioid dependence treatment: options
2009;10(11):1727–40.
27
33. Mendola A, Gibson RL. Addiction, 12-Step Programs, and Evidentiary
36. Yam M, Loh Y, Tan C, Adam SK, Manan NA, Basir R. General Pathways
28