PEMBIMBING :
dr. Joko Nafianto, Sp.S
DISUSUN OLEH :
Mutammima Rizqiyani
1102014173
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI
CT dibentuk oleh :
Atas : ligamentum carpi transversum (bagian dari. flexor retinaculum
yang membentang dari Os. Scapoideum dan trapezoideum ke arah
medial menuju Os. Piriformis & hamatum)
Lateral (radial) : Os naviculare dan tuberculum os trapezium.
Medial (ulnar) dibatasi oleh : Os. pisiformis dan os hamatum.
2.2 DEFINISI
Sindroma Carpal Tunnel merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan
karena tekanan pada nervus medianus di Carpal Tunnel. Adapun definisi lain yaitu
neuropati tekanan atau jeratan terhadap nervus medianus di dalam terowongan
karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum.
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana
tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh
beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar
dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh
fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang
kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang
mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang
paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.
2.3 ETIOLOGI
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui
oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus
medianus sehingga timbullah CTS. Pada sebagian kasus etiologinya tidak
diketahui, terutama pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan
gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan bertambahnya risiko
menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk CTS. Mekanisme
patofisiologis terjebaknya saraf medianus adalah berbeda antara pekerja dan bukan
pekerja. Penyebab CTS menjadi 3 faktor, yaitu:
1. Faktor intrinsic
2. Faktor penggunaan tangan (penggunaan tangan yang berhubungan dengan
hobi, dan penggunaan tangan yang berhubungan dengan pekerjaan)
3. Faktor trauma. Dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,
pergelangan tangan dan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan
tangan.
Faktor intrinsik terjadinya CTS adalah sekunder, karena beberapa penyakit atau
kelainan yang sudah ada. Beberapa penyakit atau kelainan yang merupakan faktor
intrinsik yang dapat menimbulkan CTS adalah:
Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari gejala sakit
sedang hingga gejala sakit yang berat. Gejala – gejala ini akan semakin bertambah
berat dan penderita yang telah didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan
mengeluhkan sensasi mati rasa (numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada
jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah dimana ketiga jari tersebut diinervasi oleh
N. Medianus.s Pada beberapa penderita juga sering mengeluhkan rasa sakit pada
tangan atau pergelangan tangan dan hilangnya kekuatan menggenggam. Rasa nyeri
juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada tangan; rasa nyeri ini akan
terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur. Mati rasa (numbness) dan
kesemutan (paresthesia) pada area yang dipersarafi oleh N. Medianus merupakan
gejala neuropathy akibat sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel entrapment).
Kelemahan dan atrofi otot – otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi ini
semakin tak terobati.
2.5 PATOFISIOLOGI
Dasar patofisiologi dari penekanan dari saraf ini di awali dengan berkurang
nya aliran darah yang timbul dengan tekanan 20 – 30 mmHg. Pada penderita CTS
tekanan pada terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan bahkan sering
mencapai 110 mmHG saat pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi
dorsofleksi ini nampaknya merupakan posisi yang meningkatkan tekanan intra
karpal yang paling tinggi. Tekanan sebesar 50 mmHG selama 2jam akan
menyebabkan oedema epineurium bila tekanan tersebut berlangsung selama 8 jam
maka akan mengakibatkan tekanan cairan endoneurium meningkat sebesar 4 kali
dan menghambat transport aksonal jika trauma ini terus terjadi pada endotel kapiler
maka akan semakin banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga
oedema makin menghebat dengan demikian lingkaran akan terjadi.
2.6 DIAGNOSIS
2.6.1 ANAMNESIS
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik
(tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi
sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai
seluruh jari-jari.
Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis. Bentuk
akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau
tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari
disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis
mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau kehilangan
motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam carpal
tunnel syndrome.
Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang
terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan
juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita
sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar
(oppones pollicis dan abductor pollicis brevis) dan otot-otot lainya yang
diinervasi oleh nervus medianus.
b) Tes Torniquet
Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan torniquet dengan
menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas
tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnose.
c) Tinel's Sign
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
trowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
d) Flick's Sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS.
e) Thenar Wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
Elektrodiagnostik
Pada 15-25% kasus, NCS bisa normal. Pada yang lainnya NCS akan
menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan
adanya gangguan pada konduksi safar di pergelangan tangan. Masa laten
sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
Elektromiografi (EMG)
Pemeriksaan Radiologis
1. Medikamentosa
Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang
masih dipergunakan hingga saat ini, antara lain :
b) Vitamin B6 (Piridoksin)
Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab
CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi
beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin
tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan
dalam dosis besar. Namun pemberian dapat berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Non-medikamentosa
Kasus ringan selain bisa diobati dengan obat anti inflamasi non-
steroid (OAINS) juga bisa menggunakan penjepit pergelangan tangan
yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan,
terutama pada malam hari atau selama ada gerak berulang. Jika tidak
efektif, dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan
untuk meringankan kompresi. Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi
atas 2 kelompok, yaitu :
2.9 PENCEGAHAN
2.10 PROGNOSIS
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya
prognosa baik. Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif
maka tindakan operasi harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi
juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang
sudah lama menderita CTS penyembuhan post operatifnya bertahap.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh
perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini :
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan / tekanan
terhadap nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti
akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut
hipertrofik. Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif
maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali
masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik
konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
2.11 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya
sensibilitas yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi
yang paling berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan
nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia, dan gangguan trofik. Sekalipun prognosa
carpal tunnel syndrome dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik,
tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan,
prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
DAFTAR PUSTAKA
George, Dewanto. Riyanto, Budi. Turana, Yuda, et al. Panduan Praktis Diagnosis
dan Tatalaksana Penyakit Saraf. 2009;h.120-123
M Brust, John C. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Edisi kedua. Lange.
2012;h.296-297