KELOMPOK : B10
KETUA : MUHAMMAD AIDIL FITRI (1102014165)
SEKRETARIS : NORA SAPUTRI (1102014197)
ANGGOTA : MUHAMMAD HAEKAL FADHILAH (1102014168)
MUTAMIMMA RIZQIYANI (1102014173)
NABILA (1102014178)
NISA NABILAH (1102014231)
NUR ANNISYA (1102014199)
NINDYA ARAFAH TIAWAN (1102012195)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2017/2018
DAFTAR ISI
2
SKENARIO
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Seorang pasien, perempuan berusia 38 tahun dengan kehamilan trimester 1
pada G5P2A2 datang ke klinik Dr.Ahmad. Pasien ingin melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa
pelayanan di klinik ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas,
cepat lelah dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan.
Pada pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu
tampak pucat, takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium. Dr.
Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga yang bekerja sama dengan
BPJS. Klinik ini dikelola dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat
mengalami kemajuan yang cukup pesat dan dikenal luas di masyarakat.
Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur
sampai saat melahirkan. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan pembiayaan
proses persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih besar.
3
KATA SULIT
BPJS adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab pada presiden yang
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
PERTANYAAN
1. Bagaimana alur pendaftaran BPJS?
2. Apa perbedaan asuransi kesehatan dan BPJS?
3. Apa keuntungan dan kerugian BPJS?
4. Apa saja syarat klinik dokter keluarga dapat bekerja sama dengan BPJS?
5. Bagaimana pandangan islam tentang asuransi kesehatan
6. Apa saja yang ditanggung BPJS?
7. Bagaimana sistem pembayaran BPJS?
8. Bagaimana pelayanan BPJS kepada orang yang tidak pernah membayar iuran.
9. Apa saja fasilitas yang dimiliki klinik dokter keluarga?
10. Apa perbedaan klinik dokter keluarga dan klinik umum?
11. Bagaimana sistem rujukan pada klinik dokter keluarga?
12. Bagaimana kriteria yang baik klinik dokter keluarga?
JAWABAN
1. Membawa KTP, KK dan KTM saat pendaftaran.
2. BPJS merupakan milik pemerintah, biaya lebih terjangkau, dapat dipakai untuk
orang yang kurang mampu.
ASKES merupakan milik swasta, tidak menjangkau semua tingkat ekonomi.
3. Keuntungan : biaya pengobatan murah, kemauan berobat meningkat.
Kerugian : jika tidak ada keluhan sakit uang iuran tidak terpakai, alur
pengobatan lebih lama, tidak semua penyakit yang ditanggung, kualitas pelayanan
menjadi berkurang.
4. Syaratnya yaitu melengkapi surat izin operasional, SIP, pemeriksaan kelengkapan
alat, fasilitas laboratorium cukup, pemeriksaan lengkap.
5. Asuransi kesehatan termasuk haram. Sedangkan asuransi syariah dibolehkan.
6. Pengobatan, pemeriksaan, tindakan operatif.
7. Pembayaran rutin per bulan dari peserta BPJS.
8. Tetap bisa, karena sumber iuran berasal dari pemerintah.
9. Tempat tidur pasien, ruang tunggu, laboratorium, apotek, home visit.
10. Bedanya dari pelayanan yang diberikan.
11. Berawal dari layanan primer, jika tidak sesuai kompetensi maka akan dirujuk ke
layanan sekunder dan selanjutnya akan dibwa ke klinik dokter keluarga.
12. Terakreditasi, punya dokter keluarga yang berkompeten, mempunyai fasilitas yang
memadai, sistem pelayanan jelas.
4
HIPOTESIS
5
SASARAN BELAJAR
LI.1 Memahami Dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga
LO.1.1 Syarat Klinik Dokter Keluarga
LO.1.2 Prosedur Pemeriksaan Klinik Dokter Keluarga
LO.1.3 Sistem Manajemen Klinik Dokter Keluarga
LO.1.4 Sistem Pembayaran Klinik Dokter Keluarga
LO.1.5 Sistem Rujukan Klinik Dokter Keluarga
LO.1.6 Peran Dokter serta Mitra Kerja
LI.2 Memahami Dan Menjelaskan BPJS
LI.3 Memahami Dan Menjelaskan adab dan tata cara dokter menghadapi pasien
6
SASARAN BELAJAR
LI.1 Memahami Dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga
LO.1.1 Syarat Klinik Dokter Keluarga
Syarat Pembentukan klinik dokter keluarga :
- Mudah dicapai dengan kendaraan umum (letak strategis)
- Perfomance bangunan indah
- Memiliki sarana komunikasi dan IT
- Memiliki tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK dan memiliki STR
- Tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus pelatihan khusus pembantu
KDK
- Bentuk praktek mandiri atau berkelompok
- Memiliki izin praktek dari dinas setempat
- Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu dan
bekesinambungan
- Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur
- Mempunyai sarana medis yg memadai sesuai dengan peringkat klinik yg
bersangkutan.
7
c. Fasilitas praktik
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama
yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekitarnya.
1. Fasilitas untuk praktik
Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan
pasien, pegawai dan dokter yang berpraktik.
2. Kerahasiaan dan privasi
Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi
pasien.
3. Bangunan dan interior
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen
atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
medis strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien.
4. Alat komunikasi
Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya.
5. Papan nama
Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur
oleh organisasi profesi.
- Posisi papan nama mudah dibaca
- Tidak ada hiasan maupun lampu warna
- Ukuran minimal 40x60cm maksimal 60x90cm
- Warna dasar putih dengan huruf balok warna hitam
- Memuat nama dokter,sip,alamat praktek ,dan jadwal praktek.
d. Peralatan klinik
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer).
1. Peralatan medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal
harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia
layanan strata pertama.
2. Peralatan penunjang medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis
yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai
penyedia pelayanan strata pertama.
3. Peralatan non medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan
strata pertama.
8
Syarat peralatan klinik :
- Dilengkapi dg peralatan medis dan nonmedis yang memadai sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan.
- Peralatan medis dan nonmedis memenuhi standar mutu, keamanan, dan
keselamatan serta harus memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan.
- Peralatan medis yang digunakan harus diuji & di kalibrasi secara berkala oleh
Balai Pengamanan Kesehatan dan/atau institusi penguji & pengkalibrasi yang
berwenang.
- Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan diagnosis, terapi dan
rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis.
- Memiliki tempat penyimpanan peralatan.
- Memiliki alat sterilisasi.
9
10
Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya
tidaklah berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran lainnya.
Tenaga pelaksana yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
1. Tenaga medis
Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family
doctor/physician). Tergantung dari sarana pelayanan yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga serta beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter keluarga
yang dibutuhkan dapat berbeda. Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana
pelayanan tersebut adalah rumah sakit serta beban kerjanya lebih berat, maka
jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan akan lebih banyak. Sedangkan jika
pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu klinik dokter
keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit. Klinik dokter
keluarga memang dapat diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter keluarga
(solo practice) ataupun oleh sekelompok dokter keluarga (group practice). Telah
disebutkan, dari kedua bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang
diselenggarakan oleh satu kelompok dokter keluarga.
2. Tenaga paramedis
Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga
paramedis. Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogoyanya yang telah
mendapatkan pendidikan dan latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga,
baik aspek medis dan ataupun aspek non medis. Jumlah tenaga paramedis yang
diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan untuk setiap satu orang dokter
keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis terlatih.
3. Tenaga non-medis
Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter
keluarga, perlu pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada dua
katagori tenaga non-medis tersebut. Pertama, tenaga administrasi yang diperlukan
untuk menangani masalah–masalah administrasi. Kedua, pekerjasosial (social
worker) yang diperlukan untuk menangai program penyuluhan/nasehat kesehatan
dan atau kunjungan rumah misalnya. Jumlah tenaga non medis yang diperlukan
tergantung dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan sekurang-kurangnya satu orang
tenaga administrasi serta satu orang pekerja sosial.
Syarat ketenagaan :
Pimpinan klinik merupakan penanggung jawab klinik dan merangkap sebagai
pelaksana pelayanan.
Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang
memiliki kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.
11
Ketenagaan klinik terdiri dari : tenaga medis, tenaga kesehatan lain dan tenaga
non kesehatan.
Tenaga medis pada klinik pratama minimal terdiri dr 2 org dokter dan/atau
dokter gigi.
Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari 1 orang dokter spesialis
dari masing-masing spesialisasi sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
Klinik utama dapat mempekerjakan dokter dan/atau dokter gigi sebagai tenaga
pelaksana pelayanan medis.
Dokter atau dokter gigi harus memiliki kompetensi setelah mengikuti
pendidikan/pelatihan sesuai dg jenis pelayanan yg diberikan oleh klinik.
Jenis, kualifikasi & jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non medis
disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan klinik.
Setiap tenaga medis yang praktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dokter/dokter gigi yang ingin memperoleh SIP dapat mengajukan permohonan
kpd Dinas Kesehatan Kab/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan.
Lampiran berkas yang dibutuhkan untuk permohonan SIP, terdiri dari :
Fotokopi surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
yang masih berlaku dan diterbitkan dan dilegalisir asli oleh Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI);
a) Surat Pernyataan memiliki tempat praktik, atau surat keterangan dari
sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;
b) Surat rekomendasi dari organisasi profesi, sesuai tempat praktik;
c) Pas Foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar, dan 3x4 sebanyak 2
lembar.
Izin klinik :
Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan :
Surat Rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;
Fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan; c.
Identitas lengkap pemohon;
Surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat;
Bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin pengguna bangunan
untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal
selama 5 tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan.
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL);
Profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan,
tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang
diberikan;
Persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
12
Langkah awal mendirikan klinik dokter keluarga :
Melakukan Studi Kelayakan Profil Konsumen (data) Situasi Lingkungan
SDM Dana Menghitung Cash Flow Pemilihan Lokasi Strategis
Memiliki Network dengan perusahaan BUMN
Memiliki Interprenership Memiliki pengetahuan Berani mengambil
keputusan/resiko Mampu melakukan terobosan-terobosan baru.
Profesionalisme
Mempunyai Visi dan Misi.
Memiliki persyaratan : Perizinan, Tenaga medis dan paramedis, saran dan
prasarana.
Dana
Dampak Sosial
Sistem Rujukan
13
Tabel 1. Pembagian kelas dalam dokter keluarga
14
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan
kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama,
termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan /
atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
f. Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala
kesempatan rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami
masalah kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.
g. Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi
sosial pasien dan keluarganya.
h. Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal
dan etik kedokteran.
15
g. Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah
sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
h. Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di
tempat pasien.
i. Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata
pertama, dan demi kepentingan pasien.
j. Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan
rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi
kepentingan pasien.
k. Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik,
bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan
keluarga, termasuk konseling keluarga.
16
keluarga, maupun bersama antar dokter – pasien - dokter spesialis / rumah
sakit.
b. Mitra dokter – pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter
dan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis.
c. Mitra lintas sektoral medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan
dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.
d. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Pelayanan dokter keluarga mempedulikan dan memperhatikan kebutuhan dan
perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan
berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.
17
keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan apa yang diperolehnya
pada anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan
partisipasi pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya,
sebisanya 10 menit untuk setiap pasien.
3. Informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien
mengenai seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko yang
berhubungan dalam hal pemeriksaan, konsultasi, rujukan, pengobatan,
tindakan dan sebagainya sehingga memungkinkan pasien untuk dapat
memutuskan segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan
terinformasi.
4. Komunikasi efektif
Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif berlandaskan rasa
saling percaya
5. Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan
kewajiban dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien
18
3. Perkumpulan profesi
Dokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga adalah anggota perkumpulan
profesi yang sekaligus menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia dan
berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang ada
19
Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya,
pelayanan dokter keluarga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan
khususnya dalam bidang kesehatan.
20
terjamin. Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara
pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada
gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau.
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambunagn, sistematis dan
objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggrakan
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah
yang ditemukan untuk memeperbaiki mutu pelayanan. (Maltos and Keller, 1989)
Karakteristik program menjaga mutu ada empat macam :
1) Program menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali, tetapi harus terus
menerus. Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat berkesinambungan,
program menjaga mutu sering pula disebut dengan nama program
meningkatkan mutu berkelanjutan (continous quality improvement program).
2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara simpatis. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu harus mengikuti alur kegiatan serta
sasaran yang baku. Alur kegiatan yang dimaksud dimulai dengan menetapkan
masalah dan penyebab masalah mutu, dilanjutkan dengan menetapkan dan
melaksanakan upaya penyelesaian masalah, untuk kemudian diakhiri dengan
melakukan penilaian serta menyusun saran-saran untuk tindak lanjut.
Sedangkan sasaran yang dimaksud adalah semua unsur pelayanan yakni
lingkungan, masukan proses serta keluaran pelayanan.
3) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan
masalah penyebab masalah dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan lain. Kecuali atas dasar data yang ditemukan. Untuk menjamin
objektifitas, dipergunakanlah berbagai standar dan indikator.
4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu. Artinya pelaksanaan
program menjaga mutu harus terpadu dengan pelayanan yang diselengarakan,
bukanlah program menjaga mutu yang baik. Karena adanya sifat terpadu ini.
Program menjaga mutu disebut pula sebagai manajamen mutu terpadu (total
quality management).
Unsur program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang dimaksud :
1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah menunjuk kepada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggrakan, yang di satu
pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tinkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya
sesuai dengan kode etik dari standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
2) Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan empat
hal :
a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam hal ini adalah
tenaga pelaksana, sarana dan dana.
b. Unsur lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu saran pelayanan kesehatan
21
yang terpenting adalah kebijakan (policy), struktur organisasi (organization)
serta sistem manajemen (management) yang diterapkan.
c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di sini adalah semua
tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan ini secara umum
dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, tindakan medis (medical
procedure) mulai dari anamesis sampai dengan pengobatan. Kedua, tindakan
non medis (non medical procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan
tindakan medis, penerimaan dan perawatan pasien dan lain selanjutnya yang
seperti ini.
d. Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang
menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua macam :
- Penampilan aspek media (medical performance) seperti misalnya kesembuhan
penyakit, kecacatan dan atau kematian.
- Penampilan aspek non medis (non mediacal performance) seperti misalnya
kepuasan dan keluhan pasien.
22
menumbuhkan kesadaran - kesadaran pada manusia tentang pentingnya kehidupan
yang ada di muka bumi sehingga bisa merubah perilaku atau pola kehidupan
manusia ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini tentu diperlukan adanya suatu
program untuk mengendalikan / mengubah pemikiran masyarakat sehingga bisa
lebih menghargai Lingkungan Hidup. Program - program Lingkungan Hidup terikat
oleh tempat dan waktu sehingga disinilah peran POACE akan terjadi.
23
Suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya Program Lingkungan Hidup.
Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu
tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan
Program Lingkungan Hidup. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang
yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka
hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam langkah
ini tetap manusianya sendiri.
- Market
Memasarkan bukan hanya dalam bentuk produk, namun juga dapat dilakukan
dengan pemberian informasi mengenai terbentuknya suatu program sehingga bisa
ditujukan kepada orang - orang yang tepat. Pelaksanaan Program Lingkungan
Hidup haruslah diketahui masyarakat karena tujuan program ini diadakan adalah
untuk masyarakat itu sendiri. Penyebarluasan informasi tentang Program
Lingkungan Hidup dapat dilakukan dengan cara sosialisasi yang sudah terjadwal.
3. Actuating " Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah kecil. "
Pelaksanaan dari sebuah kegiatan merupakan puncak dari hasil kerja sama
sebuah kepanitiaan, dengan harapan sebuah tim kepanitiaan dapat saling membantu
dan memberikan solusi terhadap suatu masalah yang terjadi antara panitia satu
dengan yang lain. Sehingga, dalam keadaan seperti apapun, kegiatan dapat berjalan
dengan lancar dan sukses.
Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua
sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja
yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan
penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran,
keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi yang telah ditetapkan.
4. Controlling " Lelah itu pasti, namun menyerah itu pilihan. Sesungguhnya
banyak orang yang tidak tahu betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat
mereka memutuskan untuk menyerah. "
Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut
24
memberikan hasil yang efektif dan efisien serta bernilai guna dan berhasil guna
dalam program Lingkungan Hidup.
Manajemen keuangan
Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum
dan bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem
pembiayaan praupaya maupun sistem pembiayaan fee for service.
Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara garis
besar berasal dari :
1. Bersumber dari anggaran pemerintah. Pada sistem ini, biaya dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh
pemerintah. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini
sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.
2. Bersumber dari anggaran masyarakat. Dapat berasla dari individu ataupun
perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif
secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini
memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan
25
oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi
tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak
pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber pembiayaan kesehatan,
khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit tertentu sering diperoleh
dari bantuan biaya pihak lain, misalnya dari organisasi sosial ataupun
pemerintah negara lain. misalnya untuk penanganan HIV dan virus H5N1.
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem ini banyak diambil
oleh negara-negara di dunia karena dapar mengakomodasi kelemahan-
kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya.
Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh
pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga
menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang
dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Biaya kesehatan dapat dilihat dari dua sudut:
1. Penyedia pelayanan kesehatan (health provider)
Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya
kesehatan dan lebih menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment cost)
dan biaya operasional (operational cost). Ini merupakan persoalan utama dari
pihak pemerintah atau swasta yakni pihak-pihak yang menyelenggarakan
upaya kesehatan.
2. Pemakai jasa kesehatan (health consumer)
Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan.ini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan.
26
Tujuan Pembiayaan Kesehatan
Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
27
LO.1.4 Sistem Pembayaran Klinik Dokter Keluarga
Mekanisme Pembayaran
Penyelenggaraan Subsistem Pembiayaan Kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-
guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan
akuntabilitas
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan
yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib
maupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau
memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial
keagamaan) untuk kepentingan kesehatan
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan
kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun
untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana
perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu
Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-
guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan
akuntabilitas.
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan
yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib
maupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau
memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial
keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan
kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun
untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana
perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.
28
Bentuknya berapa kunjungan secara berkala ke rumah asien dan
memberikan penyuluhan.
b. Dokter dibayar secara flat setiap bulannya, bukan berdasarkan jumlah
kasus yang ditangani.
c. Bila jumlah kasus sedikit maka dokter untung, namun bila banyak
maka dokter tidak akan memperoleh keuntungan.
d. Premi ditetapkan secara kapitasi, yaitu dihitung berdasarkan faktor resiko
dari setiap individu, frekuensi terjadinya penyakit dalam setahun, dan
kemungkinan biaya yang dibutuhkan bila ia sakit.
Karakteristik :
1. Ruang lingkup kegiatan : konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak
ke tiga. Rujukan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.
2. Kemampuan dokter : konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli atau
yang lebih berpengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
3. Wewenang dan tanggung jawab : konsultasi wewenang dan tanggung jawab
tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.
29
Macam-macam Rujukan :
Rujukan medis:
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi
medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan
atau memulihkan status kesehatan pasien
Rujukan pasien (transfer of patient) : Penatalaksanaan pasien dari strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut
Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) : Pengiriman dokter/ tenaga
kesehatan yang lebih ahli dari strata pel. kes. Yang lebih mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau
sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
Rujukan bahan pemeriksaan lab (transfer of specimens) : Pengiriman
bahanbahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan
yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak
lanjut.
Rujukan kesehatan masyarakat : Rujukan ini berkaitan dengan upaya
pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi).
Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Tujuan:
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang
ada di masyarakat.
Rujukan kesehatan:
Rujukan tenaga : Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau
sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
Rujukan sarana : Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau
sebaliknya untuk tindak lanjut.
30
Rujukan operasional : Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dari strata pelayanan
kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih
mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
31
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi
rujukan tidak ikut campur.
32
dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau
belum dicantumkan. Demikian pula dokter keluiarga yang sebenarnya dokter
praktik umum dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada
dokter spesialis yang dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau
berbeda pendapat. Demikianpula komponen system yang lain termasuk masyarakat
pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan saling kontrol saling mengingatkan agat
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan teman
sejawatnya di lakukan dalam berbagai hal seperti:
1. Merujuk pasien
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan
fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman
sejawat lainnya.
2. Bekerjasama dengan sejawat
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis
kelamin, ras, usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi
yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat.
3. Bekerja dalam tim
Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim
multidisiplin.
4. Mengatur dokter pengganti.
Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter
pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif
dengan dokter pengganti.
5. Mematuhi tugas
Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan
kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk
sebagai dokter pengganti.
6. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan
spesialis, mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas
nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam
melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan peraturan baru.
33
2. Proses
3. Hasil Akhir
▪ Model Kolaboratif Tipe I
1. Menekankan Komunikasi Dua Arah
2. Masih menempatkan Dokter pada posisi utama
3. Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien
▪ Model Kolaboratif Tipe II
1. Lebih berpusat pada Pasien
2. Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama
3. Ada kerja sama dengan Pasien
4. Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus
▪ Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang
berbeda dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan
munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.
Kendala psikologis keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya
menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya
kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat
kepentingan pasien.
▪ Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat
profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi
sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam
aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi
dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi
sosial masih medukung dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik
perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap
pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
▪ Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat
klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam
lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi
sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang
ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat
dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja
saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-
nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi
terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
▪ Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat
digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
b) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
c) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
34
d) Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
f) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami
orang lain
▪ Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
faktor-faktor:
1. Faktor interaksi (interactional determinants):
Hubungan interpersonal diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan
untuk berkolaborasi, percaya, saling menghargai dan berkomunikasi.
2. Faktor organisasi (organizational determinants)
Kondisi di dalam organisasi tersebut yang terdiri dari:
Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil
daripada struktur hierarkis)
Organization’s philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran, kebebasan
berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap saling percaya
Administrative support (kepemimpinan)
Team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi,
membagi lingkup praktek dengan profesional lain, bekerja dalam suatu unit
yang kecil)
Coordination mechanism (pertemuan formal untuk diskusi, standarisasi
prosedur dalam bekerja)
3. Faktor lingkungan organisasi( organization’s environment/ systemic
determinants) yaitu elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial, budaya,
pendidikan dan profesional.
Komunikasi Dokter-Apoteker
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dokter perlu mengetahui apa yang
menjadi tanggung jawab profesi apoteker dalam pelayanan farmasi. Pelayanan
farmasi dapat dilakukan di berbagai tempat seperti rumah sakit, Puskesmas,
Poliklinik, Apotek, dll. Adanya pemahaman masing-masing pada profesi mitra
kerjanya akan memudahkan terjadinya komunikasi yang baik antar profesi
35
Empat unsur Pelayanan Farmasi :
Pelayanan Farmasi yang baik.
Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat.
Praktik dispensing yang baik.
Pelayanan profesional apoteker yg proaktif dalam berbagai kegiatan yg
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.
Fungsi BPJS
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4
program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian.
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta
36
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang
pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk
menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun,
mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan
derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang
penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.
Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.
Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan
kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
Manfaat BPJS :
Pelayanan Promotif, Preventif yaitu: penyuluhan, Imunisasi (BCG, DOT-HB, Polio
dan Campak), Keluarga Berencana (kontrasepsi, vasektomi dan tubektomi) dan
skrining kesehatan (selektif).
Pelayanan Kuratif dan Rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis, yaitu (1)
Rawat Jalan dengan dokter spesialis dan subspesialis, dan (2) Rawat Inap di ruang
intensif dan non intensif.
Manfaat Non Medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Tugas BPJS :
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
e. Mmengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial; dan
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan
data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan
iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat
dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam
rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi.
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima
pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.
37
Wewenang BPJS :
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS berwenang:
a. Menagih pembayaran Iuran;
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka
panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-
hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi
kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan sosial nasional;
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran
fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya;
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam
hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan
melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang
diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum
publik.
Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI
Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu yang menjadi peserta PBI
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang
statistik (Badan Pusat Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian
Sosial.
Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga terdapat penduduk
yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/ Bupati/
Walikota bagi Pemda yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.
Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU :
1. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta anggota
keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan :
a. Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya
b. Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai format yang
ditentukan oleh BPJS Kesehatan.
2. Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account (VA) untuk
dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)
3. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan
untuk dicetakkan kartu JKN ataumencetak e-ID secara mandiri oleh
Perusahaan / Badan Usaha.
38
Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah / PBPU dan Bukan
Pekerja
Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja :
1. Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS Kesehatan
2. Mendaftarkan seluruh anggota keluarga yang ada di Kartu Keluarga
3. Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan melampirkan:
Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
Fotokopi KTP/Paspor, masing-masing 1 lembar
Fotokopi Buku Tabungan salah satu peserta yang ada didalam Kartu
Keluarga
Pasfoto 3 x 4, masing-masing sebanyak 1 lembar.
4. Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual Account
5. Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)
6. Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk
dicetakkan kartu JKN.
39
Adapun alur Pelayanan BPJS adalah sebagai berikut:
Peserta BPJS membawa kartu BPJS Kesehatan atau kartu anggota Askes yang lama
mendatangi fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar,
(Puskesmas, dokter keluarga, klinik TNI/Polri, dan fasilitas kesehatan setingkat
itu). Pada tahap ini peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
kompetensi dan kapasitas fasilitas kesehatan di tingkat pertama tersebut (seperti
konsultasi kesehatan, laboratorium klinik dasar dan obat-obatan).
Apabila setelah pemeriksaan awal pasien belum sembuh, maka pasien dirujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta,
Rumah Sakit TNI-Polri yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan). Sedangkan
untuk kondisi gawat darurat, peserta BJPS bisa mendapatkan pelayanan fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan, tanpa mendapatkan rujukan dari fasilitas kesehatan
tingkat pertama.
Di fasilitas Kesehatan Tingkat lanjutan, peserta menunjukkan kartu BPJS
Kesehatan atau kartu lama dan surat rujukan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
kepada petugas BPJS kesehatan Center. Selanjutnya petugas akan menerbitkan
surat Eligibilitas Peserta (SEP) sebagai dokumen yang menyatakan bahwa peserta
dirawat dengan biaya BPJS Kesehatan.
Setelah mendapatkan SEP, pasien akan mendapatkan pelayanan kesehatan di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, baik untuk pelayanan rawat jalan ataupun
rawat inap. Apabila penyakit pasien dapat ditangani tanpa harus mendapatkan
perawatan inap, pasien boleh pulang atau dirujuk kembali ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama. Sedangkan untuk pasien dengan penyakit kronis, dapat masuk ke
dalam program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama tersebut.
Prosedur Umum
40
Prosedur Pelayanan Rawat Jalan di Faskes Tingkat Pertama
Prosedur Pelayanan Kesehatan di Faskes
41
Prosedur Pelayanan Alat Kesehatan
42
Prosedur Kerjasama Faskes dengan BPJS Kesehatan
LI.3 Memahami Dan Menjelaskan adab dan tata cara dokter menghadapi
pasien
Adab-adab yang bersifat khusus diantaranya:
a. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan
tanggung jawabnya dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi
darurat atau untuk tindakan preventif bagi yang lainnya.
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup
(aibnya) pada hari al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).
b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya.
Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini
adalah penghapus dosa", atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit
seraya berdo'a :
43
" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah,
Engkau adalah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-
Mu, kesembuhan yang tidak ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan
yang lainnya).
c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan
hanya Allah Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada
dokter.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter
ahli):
" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang
sakit. " (HR. Abu Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).
d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.
Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan
penyakitnya atau memberikan obat yang di dalamnya terkandung bahan-bahan
yang diharamkan.
e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan
manusia.
Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas
kesehatan lainnya untuk membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya
diberikan kepada sang pasien atau keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak
diperbolehkan memperjualbelikan darah pasien, mengadakan operasi-operasi
plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung dan lainnya, karena hal itu
termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam Islam. Allah Ta'ala
berfirman :
(Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).
Di samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual
obat-obat penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.
f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan
lainnya hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasalam :
"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu
ahli kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud
4586, ash-shahiihah 635).
g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga
diharapkan bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap
aktivitasnya.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang
lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).
h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang mampu.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Barangsiapa yang
melapangkan kesusahan dunia seorang mukmin, maka Allah akan
melapangkan kesusahannya di akhirat." (HR. Muslim 2699).
44
Adapun adab dan akhlak yang bersifat umum yang harus dimiliki seorang dokter
adalah:
1. Tidak boleh berduaan dengan pasien wanita dalam satu ruangan tanpa ditemani
mahram sang perempuan. Minimal pintu ruangan harus terbuka sehingga
terlihat oleh keluarganya.
2. Seorang dokter tidak boleh menyalami perempuan yang bukan mahramnya
atau memperbanyak pembicaraan dengannya kecuali untuk kepentingan
pengobatan.
3. Hendaknya tetap menjaga shalatnya, kecuali dalam kondisi genting maka tidak
mengapa ia menjama' dua shalat.
4. Hendaknya menjauhi syiar-syiar dan gaya orang kafir, seperti mencukur
jenggot, memanjangkan kumis, isbal, bebas bercakap-cakap dengan dokter
atau perawat wanita.
Di samping adab-adab tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh
para petugas kesehatan tentang rumah sakit, klinik, apotek maupun tempat
praktiknya, yaitu:
1. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk shalat, baik bagi laki-laki
maupun perempaun, mengingat pentingnya masalah sahalat.
2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk menjadikan rumah sakit
terhindar dari ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram).
3. Tidak diperkenankan menggantung gambar makhluk bernyawa di tembok atau
dinding.
4. Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah sakit karena
itu adalah bentuk ta'awun dalam kejelekan.
5. Hendaknya memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit menular
dengan yang tidak menular, demikian pula agar para pengunjung tidak kontak
langsung dengan si pasien tersebut sehingga penyakitnya tidak menular-
dengan izin Allah- kepada yang lainnya. Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam
bersabda : "Jangan sekali-kali mencampur yang sakit dengan yang sehat."
(HR. al-Bukhari 5328). Hal itu dikuatkan juga dengan sabda beliau tentang
wabah penyakit menular : "Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu
negeri, maka janganlah kalian memasukinya." (HR. al-Bukhari 5287 dan
Muslim 5775).
6. Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat atau
membelakanginya, sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasalam
: "Jangan menghadap kiblat tatkala buang air besar dan kencing dan jangan
pula membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144, Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu
Dawud 9).
7. Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah kiblat dan duduk menghadap
kiblat, berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rowulullah sholallohu 'alaihi
wasalam bersabda : "Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan tuannya
majelis adalah arah kiblat." (HR. ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan
dihasankan Syaikh al-Haitsami 8/114, as-Sakhawi (102) dan Syaikh al-albani
dalam ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib (3085) ).
45
Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak
tersesat di dunia. Adab-adab tersebut antara lain :
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka
menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah
kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan
memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31)
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah saw bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat)
dengan wanita kecuali bersama mahromnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
46
DAFTAR PUSTAKA
BPJS Kesehatan. 2014. Buku Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan.
http://sappk.itb.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/Buku-Panduan-Layanan-bagi-
Peserta-BPJS-Kesehatan.pdf
47