Anda di halaman 1dari 47

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK KEDOKTERAN KELUARGA


“ PEMBIAYAAN KESEHATAN ”

KELOMPOK : B10
KETUA : MUHAMMAD AIDIL FITRI (1102014165)
SEKRETARIS : NORA SAPUTRI (1102014197)
ANGGOTA : MUHAMMAD HAEKAL FADHILAH (1102014168)
MUTAMIMMA RIZQIYANI (1102014173)
NABILA (1102014178)
NISA NABILAH (1102014231)
NUR ANNISYA (1102014199)
NINDYA ARAFAH TIAWAN (1102012195)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2017/2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2


SKENARIO ................................................................................................................. 3
KATA-KATA SULIT ................................................................................................. 4
PERTANYAAN ........................................................................................................... 4
JAWABAN .................................................................................................................. 4
HIPOTESIS ................................................................................................................. 5
SASARAN BELAJAR ................................................................................................ 6
Memahami Dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga ..................................
Syarat Klinik Dokter Keluarga .................................................................. 7
Prosedur Pemeriksaan Klinik Dokter Keluarga ...................................... 12
Sistem Manajemen Klinik Dokter Keluarga ........................................... 19
Sistem Pembayaran Klinik Dokter Keluarga .......................................... 27
Sistem Rujukan Klinik Dokter Keluarga ................................................ 29
Peran Dokter serta Mitra Kerja ................................................................ 33
Memahami Dan Menjelaskan BPJS ............................................................. 36
Memahami Dan Menjelaskan Adab Dan Tata Cara Dokter Menghadapi
Pasien ................................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 48

2
SKENARIO

PEMBIAYAAN KESEHATAN
Seorang pasien, perempuan berusia 38 tahun dengan kehamilan trimester 1
pada G5P2A2 datang ke klinik Dr.Ahmad. Pasien ingin melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa
pelayanan di klinik ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas,
cepat lelah dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan.
Pada pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan dalam kondisi yang baik namun ibu
tampak pucat, takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan epigastrium. Dr.
Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga yang bekerja sama dengan
BPJS. Klinik ini dikelola dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat
mengalami kemajuan yang cukup pesat dan dikenal luas di masyarakat.
Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur
sampai saat melahirkan. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan pembiayaan
proses persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih besar.

3
KATA SULIT
BPJS adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab pada presiden yang
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

PERTANYAAN
1. Bagaimana alur pendaftaran BPJS?
2. Apa perbedaan asuransi kesehatan dan BPJS?
3. Apa keuntungan dan kerugian BPJS?
4. Apa saja syarat klinik dokter keluarga dapat bekerja sama dengan BPJS?
5. Bagaimana pandangan islam tentang asuransi kesehatan
6. Apa saja yang ditanggung BPJS?
7. Bagaimana sistem pembayaran BPJS?
8. Bagaimana pelayanan BPJS kepada orang yang tidak pernah membayar iuran.
9. Apa saja fasilitas yang dimiliki klinik dokter keluarga?
10. Apa perbedaan klinik dokter keluarga dan klinik umum?
11. Bagaimana sistem rujukan pada klinik dokter keluarga?
12. Bagaimana kriteria yang baik klinik dokter keluarga?

JAWABAN
1. Membawa KTP, KK dan KTM saat pendaftaran.
2. BPJS merupakan milik pemerintah, biaya lebih terjangkau, dapat dipakai untuk
orang yang kurang mampu.
ASKES merupakan milik swasta, tidak menjangkau semua tingkat ekonomi.
3. Keuntungan : biaya pengobatan murah, kemauan berobat meningkat.
Kerugian : jika tidak ada keluhan sakit uang iuran tidak terpakai, alur
pengobatan lebih lama, tidak semua penyakit yang ditanggung, kualitas pelayanan
menjadi berkurang.
4. Syaratnya yaitu melengkapi surat izin operasional, SIP, pemeriksaan kelengkapan
alat, fasilitas laboratorium cukup, pemeriksaan lengkap.
5. Asuransi kesehatan termasuk haram. Sedangkan asuransi syariah dibolehkan.
6. Pengobatan, pemeriksaan, tindakan operatif.
7. Pembayaran rutin per bulan dari peserta BPJS.
8. Tetap bisa, karena sumber iuran berasal dari pemerintah.
9. Tempat tidur pasien, ruang tunggu, laboratorium, apotek, home visit.
10. Bedanya dari pelayanan yang diberikan.
11. Berawal dari layanan primer, jika tidak sesuai kompetensi maka akan dirujuk ke
layanan sekunder dan selanjutnya akan dibwa ke klinik dokter keluarga.
12. Terakreditasi, punya dokter keluarga yang berkompeten, mempunyai fasilitas yang
memadai, sistem pelayanan jelas.

4
HIPOTESIS

Klinik dokter keluarga memberikan pelayanan yang berbeda dengan klinik


umum yaitu adanya home visit dan harus memenuhi syarat seperti melengkapi surat
izin operasional, SIP, pemeriksaan kelengkapan alat, fasilitas laboratorium cukup dan
pemeriksaan yang lengkap agar bisa bekerja sama dengan BPJS yang memiliki
keuntungan biaya pengobatan murah, kemauan berobat meningkat dan kerugian jika
tidak ada keluhan sakit uang iuran tidak terpakai, alur pengobatan lebih lama, tidak
semua penyakit yang ditanggung, kualitas pelayanan menjadi berkurang. Pelayanan
yang diberikan BPJS berupa pengobatan, pemeriksaan, tindakan operatif. Untuk
menjadi peserta BPJS pasien membawa berkas seperti KTP, KK dan KTM saat
pendaftaran. Dalam pandangan islam, asuransi kesehatan termasuk haram, sedangkan
asuransi syariah diperbolehkan.

5
SASARAN BELAJAR
LI.1 Memahami Dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga
LO.1.1 Syarat Klinik Dokter Keluarga
LO.1.2 Prosedur Pemeriksaan Klinik Dokter Keluarga
LO.1.3 Sistem Manajemen Klinik Dokter Keluarga
LO.1.4 Sistem Pembayaran Klinik Dokter Keluarga
LO.1.5 Sistem Rujukan Klinik Dokter Keluarga
LO.1.6 Peran Dokter serta Mitra Kerja
LI.2 Memahami Dan Menjelaskan BPJS
LI.3 Memahami Dan Menjelaskan adab dan tata cara dokter menghadapi pasien

6
SASARAN BELAJAR
LI.1 Memahami Dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga
LO.1.1 Syarat Klinik Dokter Keluarga
Syarat Pembentukan klinik dokter keluarga :
- Mudah dicapai dengan kendaraan umum (letak strategis)
- Perfomance bangunan indah
- Memiliki sarana komunikasi dan IT
- Memiliki tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK dan memiliki STR
- Tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus pelatihan khusus pembantu
KDK
- Bentuk praktek mandiri atau berkelompok
- Memiliki izin praktek dari dinas setempat
- Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu dan
bekesinambungan
- Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur
- Mempunyai sarana medis yg memadai sesuai dengan peringkat klinik yg
bersangkutan.

Syarat Klinik Dokter Keluarga dalam Permenkes RI no : 028/menkes/per/i/2011


tentang Klinik Prasarana Klinik Peralatan Ketenagaan Izin
a. Lokasi :
1. Klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah masing- masing.
2. Pemda kab/kota mengatur persebaran klinik yang diselenggarakan masyarakat
di wilayahnya dg memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio
jumlah penduduk.
3. Khusus mengenai lokasi dan persebaran klinik tidak berlaku pada klinik
perusahaan atau klinik instansi pemerintah tertentu yang hanya melayani
karyawan perusahaan atau pegawai instansi pemerintah tersebut.

b. Bangunan & tata lokasi :


1. Bangunan yang permanen dan tidak tergabung dengan tempat tinggal atau unit
kerja lainnya.
2. Memenuhi persyaratan lingkungan sehat sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan lansia.
4. Bangunan terdiri dari : Ruang Pendaftaran/tunggu, R.konsultansi dokter,
R.Administrasi, R.Tindakan, R.Farmasi, Toilet, Ruang lainnya sesuai
kebutuhan pelayanan.

7
c. Fasilitas praktik
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama
yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekitarnya.
1. Fasilitas untuk praktik
Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan
pasien, pegawai dan dokter yang berpraktik.
2. Kerahasiaan dan privasi
Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi
pasien.
3. Bangunan dan interior
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen
atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
medis strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien.
4. Alat komunikasi
Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya.
5. Papan nama
Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur
oleh organisasi profesi.
- Posisi papan nama mudah dibaca
- Tidak ada hiasan maupun lampu warna
- Ukuran minimal 40x60cm maksimal 60x90cm
- Warna dasar putih dengan huruf balok warna hitam
- Memuat nama dokter,sip,alamat praktek ,dan jadwal praktek.

d. Peralatan klinik
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer).
1. Peralatan medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal
harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia
layanan strata pertama.
2. Peralatan penunjang medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis
yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai
penyedia pelayanan strata pertama.
3. Peralatan non medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan
strata pertama.

8
Syarat peralatan klinik :
- Dilengkapi dg peralatan medis dan nonmedis yang memadai sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan.
- Peralatan medis dan nonmedis memenuhi standar mutu, keamanan, dan
keselamatan serta harus memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan.
- Peralatan medis yang digunakan harus diuji & di kalibrasi secara berkala oleh
Balai Pengamanan Kesehatan dan/atau institusi penguji & pengkalibrasi yang
berwenang.
- Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan diagnosis, terapi dan
rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis.
- Memiliki tempat penyimpanan peralatan.
- Memiliki alat sterilisasi.

Peralatan pemeriksaan fisik mencakup :


 Alat tes sensasi kulit  Tensimeter
 Auriskop  Termometer
 Lampu senter dan kepala  Timbangan badan
 Palu refleks  Memiliki alat laboratorium
 Peak flow meter  Alat monitoring gula darah
 Ophtalmoscop  Alat pengukur kadar hemoglobin
 Penekan lidah  Alat pemulas sediaan gram
 Pengukur tinggi badan  Alat pemulas sediaan basah
 Snellen chart  Gelas obyek dan penutup
 Spekulum vagina  Mikroskop
 Stetoskop

Memiliki alat tindakan sebagai berikut


 Bak instrumen mental  Jarum suntik
 Benang otot dan sutra  Kapas, perban, plester
 Forsep hemostatik  Minor set
 Gunting perban  Peralatan resusitasi
 Jarum kulit

Tas dokter untuk perawatan rumah, yang terdiri dari :


 Alat penekan lidah forsep hemostat  Obat-obatan
 Jarum suntik  Palu refleks
 Kapas dan alkohol  Spuit
 Lampu senter  Stetoskop

9
10
Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya
tidaklah berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran lainnya.
Tenaga pelaksana yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:

1. Tenaga medis
Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family
doctor/physician). Tergantung dari sarana pelayanan yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga serta beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter keluarga
yang dibutuhkan dapat berbeda. Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana
pelayanan tersebut adalah rumah sakit serta beban kerjanya lebih berat, maka
jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan akan lebih banyak. Sedangkan jika
pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu klinik dokter
keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit. Klinik dokter
keluarga memang dapat diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter keluarga
(solo practice) ataupun oleh sekelompok dokter keluarga (group practice). Telah
disebutkan, dari kedua bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang
diselenggarakan oleh satu kelompok dokter keluarga.

2. Tenaga paramedis
Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga
paramedis. Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogoyanya yang telah
mendapatkan pendidikan dan latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga,
baik aspek medis dan ataupun aspek non medis. Jumlah tenaga paramedis yang
diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan untuk setiap satu orang dokter
keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis terlatih.

3. Tenaga non-medis
Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter
keluarga, perlu pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada dua
katagori tenaga non-medis tersebut. Pertama, tenaga administrasi yang diperlukan
untuk menangani masalah–masalah administrasi. Kedua, pekerjasosial (social
worker) yang diperlukan untuk menangai program penyuluhan/nasehat kesehatan
dan atau kunjungan rumah misalnya. Jumlah tenaga non medis yang diperlukan
tergantung dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan sekurang-kurangnya satu orang
tenaga administrasi serta satu orang pekerja sosial.

Syarat ketenagaan :
 Pimpinan klinik merupakan penanggung jawab klinik dan merangkap sebagai
pelaksana pelayanan.
 Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
 Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang
memiliki kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.

11
 Ketenagaan klinik terdiri dari : tenaga medis, tenaga kesehatan lain dan tenaga
non kesehatan.
 Tenaga medis pada klinik pratama minimal terdiri dr 2 org dokter dan/atau
dokter gigi.
 Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari 1 orang dokter spesialis
dari masing-masing spesialisasi sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
 Klinik utama dapat mempekerjakan dokter dan/atau dokter gigi sebagai tenaga
pelaksana pelayanan medis.
 Dokter atau dokter gigi harus memiliki kompetensi setelah mengikuti
pendidikan/pelatihan sesuai dg jenis pelayanan yg diberikan oleh klinik.
 Jenis, kualifikasi & jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non medis
disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan klinik.
 Setiap tenaga medis yang praktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Dokter/dokter gigi yang ingin memperoleh SIP dapat mengajukan permohonan
kpd Dinas Kesehatan Kab/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan.
 Lampiran berkas yang dibutuhkan untuk permohonan SIP, terdiri dari :
Fotokopi surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
yang masih berlaku dan diterbitkan dan dilegalisir asli oleh Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI);
a) Surat Pernyataan memiliki tempat praktik, atau surat keterangan dari
sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;
b) Surat rekomendasi dari organisasi profesi, sesuai tempat praktik;
c) Pas Foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar, dan 3x4 sebanyak 2
lembar.

Izin klinik :
Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan :
 Surat Rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;
 Fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan; c.
Identitas lengkap pemohon;
 Surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat;
 Bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin pengguna bangunan
untuk penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal
selama 5 tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan.
 Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL);
 Profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan,
tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang
diberikan;
 Persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

12
Langkah awal mendirikan klinik dokter keluarga :
 Melakukan Studi Kelayakan  Profil Konsumen (data)  Situasi Lingkungan
 SDM  Dana  Menghitung Cash Flow  Pemilihan Lokasi Strategis 
Memiliki Network dengan perusahaan BUMN
 Memiliki Interprenership  Memiliki pengetahuan  Berani mengambil
keputusan/resiko  Mampu melakukan terobosan-terobosan baru.
 Profesionalisme
 Mempunyai Visi dan Misi.
 Memiliki persyaratan : Perizinan, Tenaga medis dan paramedis, saran dan
prasarana.
 Dana
 Dampak Sosial
 Sistem Rujukan

LO.1.2 Prosedur Pemeriksaan Klinik Dokter Keluarga


Standar Pelayanan Klinik Dokter Keluarga
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya.
Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter
keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien
di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang
membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga.
Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut
dirujuk ke rumah sakit.

2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien


dirumah
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien
di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang
tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.

3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di


rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di
rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya
diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama
dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada
dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.

13
Tabel 1. Pembagian kelas dalam dokter keluarga

Standar yang Harus Dimiliki Dalam Pelayanan Dokter Keluarga :


1. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama
untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan
proteksi khusus (preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan
(curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan
mediko legal etika kedokteran.
a. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan
kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan
diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter
keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat
persetujuan tempat praktik.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
c. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien
dan keluarganya.
d. Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang
tepat untuk itu.
e. Kuratif medik

14
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan
kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama,
termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan /
atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
f. Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala
kesempatan rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami
masalah kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.
g. Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi
sosial pasien dan keluarganya.
h. Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal
dan etik kedokteran.

2. Standar Pelayanan Medis (standard of medical care)


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
a. Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien
(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta
memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang diagnosis
atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan
pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan
penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
c. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan
beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis
holistik.
d. Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis
pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini
(evidence based).
e. Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling
dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada
keadaan di saat itu.
f. Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter
lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat
dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter
spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

15
g. Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah
sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
h. Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di
tempat pasien.
i. Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata
pertama, dan demi kepentingan pasien.
j. Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan
rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi
kepentingan pasien.
k. Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik,
bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan
keluarga, termasuk konseling keluarga.

3. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care)


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli
bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental,
sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
a. Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai
manusia yang seutuhnya.
b. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai
bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat
mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.
 Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar
kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan
keluarganya.

4. Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care)


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan
kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis,
juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang
menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.
a. Koordinator penatalaksanaan pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan
pasien yang diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter-pasien-

16
keluarga, maupun bersama antar dokter – pasien - dokter spesialis / rumah
sakit.
b. Mitra dokter – pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter
dan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis.
c. Mitra lintas sektoral medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan
dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.
d. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Pelayanan dokter keluarga mempedulikan dan memperhatikan kebutuhan dan
perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan
berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.

5. Standar Pelayanan Bersinambung (standard of continuum care)


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung,
yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus
menerus demi kesehatan pasien.
a. Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif.
b. Rekam medik bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang,
digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah
sesuai untuk pasien yang bersangkutan.
c. Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif
dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.
d. Pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan dokter
keluarga menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi
kepentingan pasien.

6. Standar perilaku dalam praktik (Standards of behaviour in practice)


Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan
manajemen untuk mengelola klinik secara profesional
a. Standar perilaku terhadap pasien (patient-physician relationship standard)
Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk
menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan
kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan
guna dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan
dilaksanakannya :
1. Informasi memperoleh pelayanan
Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat
mengenai cara untuk memperoleh pelayanan yang diinginkan
2. Masa konsultasi
Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga kepada
pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan

17
keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan apa yang diperolehnya
pada anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan
partisipasi pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya,
sebisanya 10 menit untuk setiap pasien.
3. Informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien
mengenai seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko yang
berhubungan dalam hal pemeriksaan, konsultasi, rujukan, pengobatan,
tindakan dan sebagainya sehingga memungkinkan pasien untuk dapat
memutuskan segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan
terinformasi.
4. Komunikasi efektif
Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif berlandaskan rasa
saling percaya
5. Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan
kewajiban dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien

b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (Standard of partners relationship


inpractice)
Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan
manajemen untuk mengelola klinik secara profesional
1. Hubungan profesional dalam klinik
Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu atau beberapa
tenaga kesehatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas hubungan kerja yang
profesional dalam suasana kekeluargaan
2. Bekerja dalam tim
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat
kesehatan pasien dan keluarga, pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah
tim.
3. Pemimpin klinik
Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila
terdiri dari beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang
manajemen yang berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan

c. Standar perilaku dengan sejawat (standard of working with colleagues)


Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai pengetahuan, ketrampilan
dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga hubungan baik
secara profesional
1. Hubungan profesional antar profesi
Pelayananan dokter keluarga melaksanakan praktik dengan mempunyai
hubungan profesional dengan profesi medik lainnya untuk kepentingan pasien.
2. Hubungan baik sesama dokter
Pelayanan dokter keluarga menghormati keputusan medik yang diambil oleh
dokter lain dan memperbaiki penatalaksanaan pasien atas kepentingan pasien
tanpa merugikan nama dokter lain

18
3. Perkumpulan profesi
Dokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga adalah anggota perkumpulan
profesi yang sekaligus menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia dan
berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang ada

d. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (Standard of knowledge


and skill development)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah
guna memelihara dan menambah ketrampilan praktik serta meluaskan wawasan
pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya
1. Mengikuti kegiatan ilmiah
Pelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang berpraktik untuk secara
teratur dalam lima tahun praktiknya mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti
pelatihan, seminar, lokakarya dan pendidikan kedokteran berkelanjutan
lainnya
2. Program jaga mutu
Pelayanan dokter keluarga melakukan program jaga mutu secara mandiri
dan/atau bersama-sama dengan dokter keluarga lainnya, secara teratur ditempat
praktiknya
3. Partisipasi dalam kegiatan pendidikan
Pelayaanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam pendidikan dokter
keluarga, dan berusaha untuk berpartisipasi pada pelatihan mahasiswa
kedokteran atau pelatihan dokter
4. Penelitian dalam praktik
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam penelitian dan
berusaha untuk menyelenggarakan penelitian yang sesuai dengan etika
penelitian kedokteran, demi kepentingan kemajuan pengetahuan kedokteran
5. Penulisan ilmiah
Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga berpartisipasi secara aktif
dan/atau pasif pada jurnal ilmiah kedokteran.

e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan (standard


as community leader)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam segala
kegiatan peningkatan kesehatan disekitarnya dan siap memberikan pendapatnya
pada setiap kondisi kesehatan di daerahnya.
1. Menjadi anggota perkumpulan sosial
Dokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja dalam pelayanan
dokter keluarga, menjadi anggota perkumpulan sosial untuk mempeluas
wawasan pergaulan.
2. Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat
Bila ada kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat di sekitar tempat praktiknya,
pelayanan dokter keluarga bersedia berpartisipasi aktif dalam kegiatan-
kegiatan tersebut.
3. Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya

19
Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya,
pelayanan dokter keluarga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan
khususnya dalam bidang kesehatan.

LO.1.3 Sistem Manajemen Klinik Dokter Keluarga


Manajemen klinik
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family
clinic). Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga
adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik
dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada
dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua,
merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit
(satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak
didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga
penghasilan rumah sakit.
Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau
hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga
tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang
memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit
kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri
(solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua
bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter
keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2
sampai 3 orang dokter keluarga.
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem
manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter
keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek
yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang
dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen personalia serta
manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini
yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971) :
1) Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek
dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya
kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di
pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan
lebih bermutu.
2) Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau.
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara
berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis
dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena
pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih

20
terjamin. Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara
pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada
gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau.

Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambunagn, sistematis dan
objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggrakan
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah
yang ditemukan untuk memeperbaiki mutu pelayanan. (Maltos and Keller, 1989)
Karakteristik program menjaga mutu ada empat macam :
1) Program menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali, tetapi harus terus
menerus. Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat berkesinambungan,
program menjaga mutu sering pula disebut dengan nama program
meningkatkan mutu berkelanjutan (continous quality improvement program).
2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara simpatis. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu harus mengikuti alur kegiatan serta
sasaran yang baku. Alur kegiatan yang dimaksud dimulai dengan menetapkan
masalah dan penyebab masalah mutu, dilanjutkan dengan menetapkan dan
melaksanakan upaya penyelesaian masalah, untuk kemudian diakhiri dengan
melakukan penilaian serta menyusun saran-saran untuk tindak lanjut.
Sedangkan sasaran yang dimaksud adalah semua unsur pelayanan yakni
lingkungan, masukan proses serta keluaran pelayanan.
3) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan
masalah penyebab masalah dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan lain. Kecuali atas dasar data yang ditemukan. Untuk menjamin
objektifitas, dipergunakanlah berbagai standar dan indikator.
4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu. Artinya pelaksanaan
program menjaga mutu harus terpadu dengan pelayanan yang diselengarakan,
bukanlah program menjaga mutu yang baik. Karena adanya sifat terpadu ini.
Program menjaga mutu disebut pula sebagai manajamen mutu terpadu (total
quality management).
Unsur program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang dimaksud :
1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah menunjuk kepada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggrakan, yang di satu
pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tinkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya
sesuai dengan kode etik dari standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
2) Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan empat
hal :
a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam hal ini adalah
tenaga pelaksana, sarana dan dana.
b. Unsur lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu saran pelayanan kesehatan

21
yang terpenting adalah kebijakan (policy), struktur organisasi (organization)
serta sistem manajemen (management) yang diterapkan.
c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di sini adalah semua
tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan ini secara umum
dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, tindakan medis (medical
procedure) mulai dari anamesis sampai dengan pengobatan. Kedua, tindakan
non medis (non medical procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan
tindakan medis, penerimaan dan perawatan pasien dan lain selanjutnya yang
seperti ini.
d. Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah yang
menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua macam :
- Penampilan aspek media (medical performance) seperti misalnya kesembuhan
penyakit, kecacatan dan atau kematian.
- Penampilan aspek non medis (non mediacal performance) seperti misalnya
kepuasan dan keluhan pasien.

Fungsi dasar manajemen :

Perencanaan (Planning) merupakan tahap awal dalam langkah - langkah


untuk mencapai suatu tujuan, visi, misi, program, dsb. Selanjutnya adalah dengan
membentu kepanitian (Organizing) untuk mengatur waktu, biaya, SDM ataupun
SDA. Tahap berikutnya adalah dengan melakukan aksi (Actuating) atas apa yang
sudah kita rencanakan serta mengontrolnya (Controling) sehingga berjalan dengan
baik. Langkah terakhir adalah dengan melakukan peninjauan (Evaluation)
kegiatan untuk mengetahui kekurangan ataupun kesalahan sehingga kita dapat
memperbaikinya. Semua hal inilah yang disebut dengan POACE.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa POACE merupakan suatu
konsep yang terdiri dari langkah - langkah yang digunakan sebagai acuan untuk
menjalankan sesuatu kegiatan sesuai yang dikehendaki. Langkah - langkahnya
terdiri dari : Planning, Organizing, Actuating, Controling dan Evaluation.
Namun apa kaitannya dengan Lingkungan Hidup ? POACE akan sangat
berguna karena dalam Lingkungan Hidup tentu membutuhkan tujuan untuk

22
menumbuhkan kesadaran - kesadaran pada manusia tentang pentingnya kehidupan
yang ada di muka bumi sehingga bisa merubah perilaku atau pola kehidupan
manusia ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini tentu diperlukan adanya suatu
program untuk mengendalikan / mengubah pemikiran masyarakat sehingga bisa
lebih menghargai Lingkungan Hidup. Program - program Lingkungan Hidup terikat
oleh tempat dan waktu sehingga disinilah peran POACE akan terjadi.

Berikut langkah - langkah dalam POACE untuk pengembangan program


Lingkungan Hidup.
1. Planning " Sebuah kebaikan yang tidak terencana akan kalah dengansebuah
kejahatan yang terencana dengan baik. "
Suatu kegiatan mustahil dilakukan tanpa adanya perencanaan. Untuk membuat
program diperlukan perencanaan yang matang dari segi kelemahan, kelebihan,
hambatan, tujuan dan manfaat dari program tersebut. Agar suatu program dapat
berjalan dengan sukses diperlukan perencanaan dengan pertimbangan yang matang.
Perencanaan membutuhkan suatu konseptor yang benar - benar memiliki
kemampuan dan pemahaman terhadap kegiatan yang akan diadakan. Planning juga
berperan dalam pembuatan jadwal kegiatan agar suatu program berjalan sesuai
yang diharapkan.

Dalam program Lingkungan Hidup. Planning membutuhkan sarana manajemen


yang terdiri dari 6 M, yakni:
- Men
SDM yang dimiliki oleh suatu program/organisasi. Tanpa ada manusia tidak
ada proses kerja. Oleh karena itu manajemen timbul karena adanya orang - orang
bekerja untuk mencapai tujuan. Dalam program Lingkungan Hidup perlulah
direkrut orang - orang yang memang berkomitmen untuk menciptakan suatu tujuan
yang baik dan bermanfaat
- Money
Uang merupakan suatu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang digunakan
untuk menggaji tenaga kerja dan membeli alat - alat yang dibutuhkan selama
menjalankan Program Lingkungan Hidup. Dalam hal ini sebagai program yang
bergerak secara independen ataupun dibawah naungan pemerintah. Dana dapat
dicari dalam bentuk hibah maupun diajukan dalam bentuk proposal untuk
mendapatkan sponsor. Dari ke-6M sarana manajemen, Uang merupakan sesuatu hal
yang paling rumit dalam proses mewujudkan Planning
- Material
Bahan Program Lingkungan Hidup terdiri dari bahan setengah jadi (raw
material) dan bahan jadi. Dalam Program Lingkungan Hidup untuk mencapai hasil
yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Bahan dapat
didapatkan dengan menemukan bahan yang telah tersedia.
- Machine
Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menciptakan efesiensi kerja
dalam Program Lingkungan Hidup.
- Metode

23
Suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya Program Lingkungan Hidup.
Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu
tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan
Program Lingkungan Hidup. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang
yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka
hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam langkah
ini tetap manusianya sendiri.
- Market
Memasarkan bukan hanya dalam bentuk produk, namun juga dapat dilakukan
dengan pemberian informasi mengenai terbentuknya suatu program sehingga bisa
ditujukan kepada orang - orang yang tepat. Pelaksanaan Program Lingkungan
Hidup haruslah diketahui masyarakat karena tujuan program ini diadakan adalah
untuk masyarakat itu sendiri. Penyebarluasan informasi tentang Program
Lingkungan Hidup dapat dilakukan dengan cara sosialisasi yang sudah terjadwal.

2. Organizing " Jika anda gagal dalam memepersiapkan, maka anda


mempersiapkan untuk kegagalan."
Dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-
kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat
dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang
harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang
bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus
diambil.

3. Actuating " Perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah kecil. "
Pelaksanaan dari sebuah kegiatan merupakan puncak dari hasil kerja sama
sebuah kepanitiaan, dengan harapan sebuah tim kepanitiaan dapat saling membantu
dan memberikan solusi terhadap suatu masalah yang terjadi antara panitia satu
dengan yang lain. Sehingga, dalam keadaan seperti apapun, kegiatan dapat berjalan
dengan lancar dan sukses.
Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua
sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja
yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan
penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran,
keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi yang telah ditetapkan.

4. Controlling " Lelah itu pasti, namun menyerah itu pilihan. Sesungguhnya
banyak orang yang tidak tahu betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat
mereka memutuskan untuk menyerah. "
Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut

24
memberikan hasil yang efektif dan efisien serta bernilai guna dan berhasil guna
dalam program Lingkungan Hidup.

5. Evaluating " Belajarlah dari pengalaman karena pengalaman adalah guru


yang baik. "
Jika seluruh kegiatan telah selesai, maka yang dilakukan selanjutnya adalah
evaluasi. Mengapa hal ini diperlukan, karena dengan adanya setiap permasalahan
atau kekurangan yang terjadi dapat diketahui dan dikumpulkan sebagai arsip,
sehingga pada kegiatan serupa yang selanjutnya dapat dijadikan pelajaran dan
diharapkan untuk kegiatan yang selanjutnya tidak terulang permasalahan yang
serupa. Evaluasi minimal dilakukan sekali di akhir kegiatan. Namun, perlu juga
dilakukan evaluasi dipertengahan pelaksanaan kegiatan, tanpa mengganggu
jalannya kegiatan. Evaluasi juga merupakan salah satu sarana “controling” ketika
kegiatan berlangsung.

Manajemen keuangan
Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum
dan bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem
pembiayaan praupaya maupun sistem pembiayaan fee for service.

Sistem Pembiayaan Kesehatan


Terdapat 3 jenis pembiayaan kesehatan berdasarkan ideologi negara di dunia, yaitu
:
1. Sosialis (welfare state). Pada negara-negara tersebut, negara mempunyai
kewajiban penuh untuk memenuhi biaya kesehatan. Bisa juga disebut
tanggungan negara 100%.
2. Liberalis-kapitalis. Di sini biaya kesehatan diserahkan pada mekanisme pasar
atau pemerintah tidak menanggung biaya kesehatan) sehingga pelayanan
kesehatan menjadi berorientasi pada keuntungan semata.
3. Kombinasi antara sosialis dan kapitalis. Biaya kesehatan pada negara yang
mengacu sistem pembiayaan kombinasi ditanggung oleh pemerintah, swasta,
dan masyarakat.
Berdasarkan dari jenis pembiayaan kesehatan tersebut, dapat
ditentukan Indonesia mengikuti sistem kombinasi dimana pihak pemerintah,
swasta, dan masyarakat sama-sama menanggung beban pembiayaan kesehatan.

Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara garis
besar berasal dari :
1. Bersumber dari anggaran pemerintah. Pada sistem ini, biaya dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh
pemerintah. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini
sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.
2. Bersumber dari anggaran masyarakat. Dapat berasla dari individu ataupun
perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif
secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini
memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan

25
oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi
tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak
pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber pembiayaan kesehatan,
khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit tertentu sering diperoleh
dari bantuan biaya pihak lain, misalnya dari organisasi sosial ataupun
pemerintah negara lain. misalnya untuk penanganan HIV dan virus H5N1.
4. Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem ini banyak diambil
oleh negara-negara di dunia karena dapar mengakomodasi kelemahan-
kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya.
Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh
pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga
menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang
dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Biaya kesehatan dapat dilihat dari dua sudut:
1. Penyedia pelayanan kesehatan (health provider)
Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya
kesehatan dan lebih menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment cost)
dan biaya operasional (operational cost). Ini merupakan persoalan utama dari
pihak pemerintah atau swasta yakni pihak-pihak yang menyelenggarakan
upaya kesehatan.
2. Pemakai jasa kesehatan (health consumer)
Besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan.ini menjadi persoalan utama para pemakai jasa pelayanan.

Unsur-unsur Pembiayaan Kesehatan


1. Dana
Dana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor kesehatan dan sektor lain
terkait, dari masyarakat, maupun swasta serta sumber lainnya yang digunakan
untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dana yang tersedia
harus mencukupi dan dapat dipertanggung-jawabkan.
2. Sumber daya
Sumber daya pembiayaan kesehatan terdiri dari: SDM pengelola, standar,
regulasi dan kelembagaan yang digunakan secara berhasil guna dan berdaya
guna dalam upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana
kesehatan untuk mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan.
3. Pengelolaan Dana Kesehatan
Prosedur/Mekanisme Pengelolaan Dana Kesehatan adalah seperangkat aturan
yang disepakati dan secara konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem
pembiayaan kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas sektor, swasta,
maupun masyarakat yang mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian
dan pembelanjaan dana kesehatan.

26
Tujuan Pembiayaan Kesehatan
Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya


Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan,
maka pada saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada
dasarnya ada tiga bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan. Ketiga
bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta
untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya
biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang
tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta,
melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu
jaminan.
2. Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang
dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket
pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya
biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu p aket
pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem
pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok
diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah
lama diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka
yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran
yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan
sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan
asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh
macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya
anggaran yang telah disepakati.

27
LO.1.4 Sistem Pembayaran Klinik Dokter Keluarga
Mekanisme Pembayaran
Penyelenggaraan Subsistem Pembiayaan Kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-
guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan
akuntabilitas
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan
yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib
maupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau
memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial
keagamaan) untuk kepentingan kesehatan
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan
kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun
untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana
perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu
Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara berdaya-
guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan
akuntabilitas.
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan
yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib
maupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat) atau
memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial
keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan
kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun
untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana
perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.

Metode pembayaran di klinik dokter keluarga :


1) Fee for service
2) Asuransi, ciri asuransi di klinik kedokteran keluarga :
a. Dokter keluarga melakukan pembinaan kesehatan pada keluarga
yang menjadi kliennya. Targetnya adalah penurunan angka kesakitan.

28
Bentuknya berapa kunjungan secara berkala ke rumah asien dan
memberikan penyuluhan.
b. Dokter dibayar secara flat setiap bulannya, bukan berdasarkan jumlah
kasus yang ditangani.
c. Bila jumlah kasus sedikit maka dokter untung, namun bila banyak
maka dokter tidak akan memperoleh keuntungan.
d. Premi ditetapkan secara kapitasi, yaitu dihitung berdasarkan faktor resiko
dari setiap individu, frekuensi terjadinya penyakit dalam setahun, dan
kemungkinan biaya yang dibutuhkan bila ia sakit.

LO.1.5 Sistem Rujukan Klinik Dokter Keluarga


Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang
sesuai.

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.032/Birhup/72 tahun 1972


yang dimaksud dengan rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
pengelolaan suatu kasus penyakit dan ataupun masalah kesehatan secara timbal
balik, yang dapat dilakukan secara vertikal, dalam arti antar sarana pelayanan
kesehatan yang berbeda stratanya, atau secara horizontal, dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama stratanya.

Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang


melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalah-masalah kesehatan
lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya.

Karakteristik :
1. Ruang lingkup kegiatan : konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak
ke tiga. Rujukan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.
2. Kemampuan dokter : konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli atau
yang lebih berpengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
3. Wewenang dan tanggung jawab : konsultasi wewenang dan tanggung jawab
tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.

29
Macam-macam Rujukan :

Rujukan medis:
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi
medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan penyakit dan
atau memulihkan status kesehatan pasien
 Rujukan pasien (transfer of patient) : Penatalaksanaan pasien dari strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut
 Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) : Pengiriman dokter/ tenaga
kesehatan yang lebih ahli dari strata pel. kes. Yang lebih mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau
sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
 Rujukan bahan pemeriksaan lab (transfer of specimens) : Pengiriman
bahanbahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan
yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak
lanjut.
 Rujukan kesehatan masyarakat : Rujukan ini berkaitan dengan upaya
pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi).
Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Tujuan:
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang
ada di masyarakat.

Rujukan kesehatan:
 Rujukan tenaga : Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau
sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
 Rujukan sarana : Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau
sebaliknya untuk tindak lanjut.

30
 Rujukan operasional : Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dari strata pelayanan
kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih
mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

Tata cara rujukan


 Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi
dan rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal
yang peka, seperti dokter ahli tertentu.
 Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung
dengan dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk
tertulis yang memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat
penyakit dan penanganan yang dilakukan oleh dokter keluarga.
 Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus
selengkap mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk
memastikan diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus,
memintakan nasihat pengobatan atau yang lainnya.
 Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi
wajib memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar
keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang
lebih sesuai.
 Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
 Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
 Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing
pihak

Rujukan pelayanan dokter keluarga tidak termasuk dalam kelompok rujukan


kesehatan, melainkan kelompok rujukan medis. Rujukan pada pelayanan dokter
keluarga mempunyai beberapa karakteristik khusus, yakni :
1. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan dokter
keluarga tidak bersifat total, melainkan hanya untuk masalah penyakit yang
sedang ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya atau kesehatan
pasien secara keseluruhan, tetap berada ditangan dokter keluarga.
2. Dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga,
pertimbangan tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, melainkan
keadaan sosial ekonomi keluarga secara keseluruhan.
3. Tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada
penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja,
melainkan j uga peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan
penyakit.

Pembagian wewenang & tanggungjawab


1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama
jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.

31
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi
rujukan tidak ikut campur.

LO.1.6 Peran Dokter serta Mitra Kerja


Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK)
Pada dasarnya sistem perlayanan dokter keluarga (selanjutnya digunakan SPDK),
haruslah menerapkan ketiga tahapan pelayanan medis sesempurna mungkin.
Komponen sistem, yang sekarang biasa disebut sebagai “pemegang saham”
(stakeholders), paling tidak terdiri atas:
1. DPU/DK (Sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Primer)
2. DSp (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Sekunder)
3. DSpK (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Tersier)
4. Dokter gigi
5. Pihak pendana (Asuransi Kesehatan, Pemerintah, dsb.)
6. Regulasi (perundangan, Sistem Kesehatan Nasional, dsb.)
7. Pasien (dengan keluarga dan masyarakatnya)
8. Farmasi (profesional dan pengusaha)
9. Staf klinik selain dokter (Bidan, perawat, dsb)
10. Karyawan non-medis
11. Dsb.

Mereka harus bekerjasama secara mutualistis mewujudkan pelayanan kesehatan


yang bermutu. Semua pemegang saham mempunyai andil, hak dan kewajiban yang
sama dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Yang dimaksud
dengan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
memuaskan bagi pasien, tidak melanggar aturan atau perundangan maupun etika
profesi, dan menjamin kesejahteraan bagi penyelenggaranya. Jika salah satu
komponen sistem “merusak” tatanan, menyalahi aturan main agar memperoleh
keuntungan bagi dirinya, maka akibat negatifnya akan dirasakan oleh seluruh
komponen sistem termasuk, pada akhirnya, yang menyalahi aturan itu. Oleh karena
itu diperlukan kerjasama profesional yang mutualistis di antara anggota sistem.
Dengan kata lain, dalam sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan
diselenggarakan oleh “tim” kesehatan yang bahu-membahu mewujudkan
pelayanan yang berumutu. Setiap komponen sistem mempunyai tugas masing-
masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai dengan tatanan yang berlaku.
Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya, memberikan obat kepada
pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan perawat tidak memberikan
obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan perintah
tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat

32
dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau
belum dicantumkan. Demikian pula dokter keluiarga yang sebenarnya dokter
praktik umum dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada
dokter spesialis yang dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau
berbeda pendapat. Demikianpula komponen system yang lain termasuk masyarakat
pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan saling kontrol saling mengingatkan agat
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan teman
sejawatnya di lakukan dalam berbagai hal seperti:
1. Merujuk pasien
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan
fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman
sejawat lainnya.
2. Bekerjasama dengan sejawat
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis
kelamin, ras, usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi
yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat.
3. Bekerja dalam tim
Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim
multidisiplin.
4. Mengatur dokter pengganti.
Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter
pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif
dengan dokter pengganti.
5. Mematuhi tugas
Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan
kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk
sebagai dokter pengganti.
6. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan
spesialis, mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas
nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam
melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan peraturan baru.

Komunikasi Dokter-Profesi Lain


1. Kolaborasi
▪ Pengertian Menurut Shortridge, et al (1986)
Hubungan timbal balik di mana [pemberi pelayanan] memegang tanggung
jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang
respektif mereka.
▪ Elemen-elemen Kolaborasi
1. Struktur

33
2. Proses
3. Hasil Akhir
▪ Model Kolaboratif Tipe I
1. Menekankan Komunikasi Dua Arah
2. Masih menempatkan Dokter pada posisi utama
3. Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien
▪ Model Kolaboratif Tipe II
1. Lebih berpusat pada Pasien
2. Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama
3. Ada kerja sama dengan Pasien
4. Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus
▪ Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang
berbeda dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan
munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.
Kendala psikologis keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya
menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya
kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat
kepentingan pasien.
▪ Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat
profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi
sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam
aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi
dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi
sosial masih medukung dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik
perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap
pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
▪ Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat
klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam
lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi
sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang
ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat
dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja
saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-
nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi
terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
▪ Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat
digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
b) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
c) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas

34
d) Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
f) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami
orang lain
▪ Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
faktor-faktor:
1. Faktor interaksi (interactional determinants):
Hubungan interpersonal diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan
untuk berkolaborasi, percaya, saling menghargai dan berkomunikasi.
2. Faktor organisasi (organizational determinants)
Kondisi di dalam organisasi tersebut yang terdiri dari:
 Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil
daripada struktur hierarkis)
 Organization’s philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran, kebebasan
berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap saling percaya
 Administrative support (kepemimpinan)
 Team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi,
membagi lingkup praktek dengan profesional lain, bekerja dalam suatu unit
yang kecil)
 Coordination mechanism (pertemuan formal untuk diskusi, standarisasi
prosedur dalam bekerja)
3. Faktor lingkungan organisasi( organization’s environment/ systemic
determinants) yaitu elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial, budaya,
pendidikan dan profesional.

2. Pendekatan Praktik Hirarkis


 Menekankan Komunikasi satu arah
 Kontak Dokter dengan Pasien terbatas
 Dokter merupakan Tokoh yang dominan
 Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGD
 Sebelum ada model Kolaborasi, hubungan yang ada adalah Model
PRAKTIK HIRARKIS
 Praktik Hirarkis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan
sebelum profesi perawat semakin berkembang.
 Pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktek dokter di Indonesia

Komunikasi Dokter-Apoteker
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dokter perlu mengetahui apa yang
menjadi tanggung jawab profesi apoteker dalam pelayanan farmasi. Pelayanan
farmasi dapat dilakukan di berbagai tempat seperti rumah sakit, Puskesmas,
Poliklinik, Apotek, dll. Adanya pemahaman masing-masing pada profesi mitra
kerjanya akan memudahkan terjadinya komunikasi yang baik antar profesi

35
Empat unsur Pelayanan Farmasi :
 Pelayanan Farmasi yang baik.
 Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat.
 Praktik dispensing yang baik.
 Pelayanan profesional apoteker yg proaktif dalam berbagai kegiatan yg
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.

LI.2 Memahami Dan Menjelaskan BPJS


Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN , Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) adalah:
1. Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial
(Pasal 1 angka 6)
2. Badan hukum nirlaba (Pasal 4 dan Penjelasan Umum)
3. Pembentukan dengan Undang-undang (Pasal 5 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU
BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi
hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan
program jaminan yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Penyelenggaraan jamianan sosial yang adekuat dan berkelanjutan merupakan
salah satu pilar Negara kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan
bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan ekonomi yang
stabil dan berkeadilan.
Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program
jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS
memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS. Dengan
demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus
dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut secara
transparan.

Fungsi BPJS
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4
program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian.
Menurut UU SJSN program jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta

36
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang
pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, dengan tujuan untuk
menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun,
mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.
Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib, untuk mempertahankan
derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang
penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.
Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.
Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santuan
kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.

Manfaat BPJS :
 Pelayanan Promotif, Preventif yaitu: penyuluhan, Imunisasi (BCG, DOT-HB, Polio
dan Campak), Keluarga Berencana (kontrasepsi, vasektomi dan tubektomi) dan
skrining kesehatan (selektif).
 Pelayanan Kuratif dan Rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis, yaitu (1)
Rawat Jalan dengan dokter spesialis dan subspesialis, dan (2) Rawat Inap di ruang
intensif dan non intensif.
 Manfaat Non Medis meliputi akomodasi dan ambulans.

Tugas BPJS :
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
e. Mmengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial; dan
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial
kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan
data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan
iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat
dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam
rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi.
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima
pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.

37
Wewenang BPJS :
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di atas BPJS berwenang:
a. Menagih pembayaran Iuran;
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka
panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-
hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi
kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan sosial nasional;
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran
fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh
Pemerintah;
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya;
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam
hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan
melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang
diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum
publik.
Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI
Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu yang menjadi peserta PBI
dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang
statistik (Badan Pusat Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian
Sosial.
Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga terdapat penduduk
yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/ Bupati/
Walikota bagi Pemda yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.
Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU :
1. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta anggota
keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan :
a. Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya
b. Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai format yang
ditentukan oleh BPJS Kesehatan.
2. Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account (VA) untuk
dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)
3. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan
untuk dicetakkan kartu JKN ataumencetak e-ID secara mandiri oleh
Perusahaan / Badan Usaha.

38
Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah / PBPU dan Bukan
Pekerja
Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja :
1. Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS Kesehatan
2. Mendaftarkan seluruh anggota keluarga yang ada di Kartu Keluarga
3. Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan melampirkan:
 Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
 Fotokopi KTP/Paspor, masing-masing 1 lembar
 Fotokopi Buku Tabungan salah satu peserta yang ada didalam Kartu
Keluarga
 Pasfoto 3 x 4, masing-masing sebanyak 1 lembar.
4. Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual Account
5. Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama (BRI/Mandiri/BNI)
6. Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk
dicetakkan kartu JKN.

Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum (Pensiunan


BUMN/BUMD)
Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh entitas berbadan
hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui entitas berbadan hukum yaitu
dengan mengisi formulir registrasi dan formulir migrasi data peserta.
Untuk dapat tercatat sebagai anggota, masyarakat harus mendaftar melalui kantor
BPJS Kesehatan dengan membawa kartu identitas (KTP) serta pasfoto. Setelah
mengisi formulir pendaftaran dan membayar iuran lewat bank (BRI, BNI dan
Mandiri), calon anggota akan mendapat kartu BPJS Kesehatan yang bisa langsung
digunakan untuk mendapat pelayanan kesehatan. Mendaftar BPJS Mandiri Online
memang disarankan, untuk mengurangi antrian di kantor BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial). Dengan adanya sistem pendaftaran online,
diharapkan masyarakat juga tidak membutuhkan waktu atau bahkan harus izin
bekerja hanya untuk mendaftar JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Pendaftaran
BPJS secara Online bisa dilakukan selama 24 jam, sehingga tentu sangat
menguntungkan. Karena Program ini wajib, dan sangat penting diikuti oleh
masyarakat Indonesia pada kesempatan ini, Admin Tips Kesehatan untuk Keluarga
akan berbagi pengalaman bagaimana pendaftaran BPJS online, yang bisa dilakukan
tidak lebih dari 1 jam.
Hal-hal yg harus dipersiapkan sebelum melakukan Pendaftaran Peserta BPJS
Kesehatan secara Online, adalah sebagai berikut:
 Kartu Tanda Penduduk
 Kartu Keluarga
 Kartu NPWP (kalau ada)
 Alamat E-mail (sebaiknya gmail.com )dan No. HP yg bisa dihubungi
 Nomor Rekening Penanggung yang digunakan untuk pembayaran Iuran
(Mandiri, BRI, BNI)

39
Adapun alur Pelayanan BPJS adalah sebagai berikut:
Peserta BPJS membawa kartu BPJS Kesehatan atau kartu anggota Askes yang lama
mendatangi fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar,
(Puskesmas, dokter keluarga, klinik TNI/Polri, dan fasilitas kesehatan setingkat
itu). Pada tahap ini peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
kompetensi dan kapasitas fasilitas kesehatan di tingkat pertama tersebut (seperti
konsultasi kesehatan, laboratorium klinik dasar dan obat-obatan).
Apabila setelah pemeriksaan awal pasien belum sembuh, maka pasien dirujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta,
Rumah Sakit TNI-Polri yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan). Sedangkan
untuk kondisi gawat darurat, peserta BJPS bisa mendapatkan pelayanan fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan, tanpa mendapatkan rujukan dari fasilitas kesehatan
tingkat pertama.
Di fasilitas Kesehatan Tingkat lanjutan, peserta menunjukkan kartu BPJS
Kesehatan atau kartu lama dan surat rujukan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
kepada petugas BPJS kesehatan Center. Selanjutnya petugas akan menerbitkan
surat Eligibilitas Peserta (SEP) sebagai dokumen yang menyatakan bahwa peserta
dirawat dengan biaya BPJS Kesehatan.
Setelah mendapatkan SEP, pasien akan mendapatkan pelayanan kesehatan di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, baik untuk pelayanan rawat jalan ataupun
rawat inap. Apabila penyakit pasien dapat ditangani tanpa harus mendapatkan
perawatan inap, pasien boleh pulang atau dirujuk kembali ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama. Sedangkan untuk pasien dengan penyakit kronis, dapat masuk ke
dalam program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama tersebut.
Prosedur Umum

40
Prosedur Pelayanan Rawat Jalan di Faskes Tingkat Pertama
Prosedur Pelayanan Kesehatan di Faskes

Rujukan Tingkat Lanjutan

41
Prosedur Pelayanan Alat Kesehatan

Prosedur Pelayanan Obat

42
Prosedur Kerjasama Faskes dengan BPJS Kesehatan

Prosdeur Klaim Pelayanan Kesehatan

LI.3 Memahami Dan Menjelaskan adab dan tata cara dokter menghadapi
pasien
Adab-adab yang bersifat khusus diantaranya:
a. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai konsekuensi amanah dan
tanggung jawabnya dan berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam kondisi
darurat atau untuk tindakan preventif bagi yang lainnya.
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup
(aibnya) pada hari al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028).
b. Senantiasa menyejukkan hati pasien, menghiburnya dan mendo'akannya.
Salah satunya ialah dengan mengucapkan "Tidak mengapa, insyaallah ini
adalah penghapus dosa", atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit
seraya berdo'a :

43
" Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut, sembuhkanlah,
Engkau adalah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-
Mu, kesembuhan yang tidak ditimpa penyakit lagi. " (HR. Muslim 2191 dan
yang lainnya).
c. Hendaknya memberitahukan kepada pasien bahwa yang menyembuhkan
hanya Allah Ta'ala sehingga hatinya bergantung kepada Allah, bukan kepada
dokter.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam berkata kepada Abu Rimtsah (seorang dokter
ahli):
" Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah orang yang menemani yang
sakit. " (HR. Abu Dawud 4209, ash-shahiihah 1537).
d. Seorang dokter tidak boleh membohongi pasiennya.
Misalnya tatkala stok obat habis ia memberikan obat yang tidak sesuai dengan
penyakitnya atau memberikan obat yang di dalamnya terkandung bahan-bahan
yang diharamkan.
e. Hendaknya profesi dalam bidang kedokteran bertujuan untuk memuliakan
manusia.
Oleh karena itu tidak diperkenankan bagi seorang dokter atau petugas
kesehatan lainnya untuk membakar potongan tubuh pasien, namun hendaknya
diberikan kepada sang pasien atau keluarganya untuk dikubur. Selain itu tidak
diperbolehkan memperjualbelikan darah pasien, mengadakan operasi-operasi
plastik untuk mengubah wajah, telinga, alis, hidung dan lainnya, karena hal itu
termasuk mengubah ciptaan Allah yang diharamkan dalam Islam. Allah Ta'ala
berfirman :
(Setan berkata) : "Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka mengubahnya. " (QS. an-Nisa' (4) : 119).
Di samping itu, tidak diperbolehkan ta'awun dalam kejelekan, seperti menjual
obat-obat penggugur kehamilan sehingga melariskan perzinaan.
f. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan, apoteker dan petugas kesehatan
lainnya hendaknya betul-betul meningkatkan dan menekuni pekerjaanya.
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasalam :
"Barangsiapa yang menerjuni kedokteran sedangkan tidak diketahui orang itu
ahli kedokteran, maka ia menanggung (kerugian pasien)." (HR. Abu Dawud
4586, ash-shahiihah 635).
g. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk pekerjaan yang mulia sehingga
diharapkan bagi para dokter untuk menggapai ridha Allah dalam setiap
aktivitasnya.
Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda :
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang
lain." (Dikeluarkan oleh ad-Daruqutni, ash-shahiihah 426).
h. Memberikan keringanan biaya pasien yang kurang mampu.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam bersabda : "Barangsiapa yang
melapangkan kesusahan dunia seorang mukmin, maka Allah akan
melapangkan kesusahannya di akhirat." (HR. Muslim 2699).

44
Adapun adab dan akhlak yang bersifat umum yang harus dimiliki seorang dokter
adalah:
1. Tidak boleh berduaan dengan pasien wanita dalam satu ruangan tanpa ditemani
mahram sang perempuan. Minimal pintu ruangan harus terbuka sehingga
terlihat oleh keluarganya.
2. Seorang dokter tidak boleh menyalami perempuan yang bukan mahramnya
atau memperbanyak pembicaraan dengannya kecuali untuk kepentingan
pengobatan.
3. Hendaknya tetap menjaga shalatnya, kecuali dalam kondisi genting maka tidak
mengapa ia menjama' dua shalat.
4. Hendaknya menjauhi syiar-syiar dan gaya orang kafir, seperti mencukur
jenggot, memanjangkan kumis, isbal, bebas bercakap-cakap dengan dokter
atau perawat wanita.

Di samping adab-adab tersebut di atas, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh
para petugas kesehatan tentang rumah sakit, klinik, apotek maupun tempat
praktiknya, yaitu:
1. Hendaknya mengkhususkan satu ruangan untuk shalat, baik bagi laki-laki
maupun perempaun, mengingat pentingnya masalah sahalat.
2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama untuk menjadikan rumah sakit
terhindar dari ikhtilath (bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram).
3. Tidak diperkenankan menggantung gambar makhluk bernyawa di tembok atau
dinding.
4. Hendaknya tidak menyediakan asbak bagi para pengunjung rumah sakit karena
itu adalah bentuk ta'awun dalam kejelekan.
5. Hendaknya memisahkan antara ruangan pasien yang berpenyakit menular
dengan yang tidak menular, demikian pula agar para pengunjung tidak kontak
langsung dengan si pasien tersebut sehingga penyakitnya tidak menular-
dengan izin Allah- kepada yang lainnya. Rosulullah sholallohu 'alaihi wasalam
bersabda : "Jangan sekali-kali mencampur yang sakit dengan yang sehat."
(HR. al-Bukhari 5328). Hal itu dikuatkan juga dengan sabda beliau tentang
wabah penyakit menular : "Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu
negeri, maka janganlah kalian memasukinya." (HR. al-Bukhari 5287 dan
Muslim 5775).
6. Hendaknya kamar mandi atau WC tidak menghadap ke arah kiblat atau
membelakanginya, sebagaimana sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasalam
: "Jangan menghadap kiblat tatkala buang air besar dan kencing dan jangan
pula membelakanginya." (HR. al-Bukhari 144, Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu
Dawud 9).
7. Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah kiblat dan duduk menghadap
kiblat, berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rowulullah sholallohu 'alaihi
wasalam bersabda : "Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan tuannya
majelis adalah arah kiblat." (HR. ath-Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan
dihasankan Syaikh al-Haitsami 8/114, as-Sakhawi (102) dan Syaikh al-albani
dalam ash-Shahiihah (2645) dan Shahiih at-Targhib (3085) ).

45
Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak
tersesat di dunia. Adab-adab tersebut antara lain :
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka
menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah
kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan
memelihara kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31)
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah saw bersabda: “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat)
dengan wanita kecuali bersama mahromnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Tidak menyentuh lawan jenis


Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah
tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat
(janji setia kepada pemimpin).” (HR. Bukhari)
Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan
salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda,
“Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih
baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani
dengan sanad hasan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang


Bermutu. Semarang.

BPJS Kesehatan. 2014. Buku Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan.
http://sappk.itb.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/Buku-Panduan-Layanan-bagi-
Peserta-BPJS-Kesehatan.pdf

Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 1996

Prasetyawati AE. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya.. Diakses melalui:


http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 2010
Sulastomo (1984), Bunga Rempa Pelayanan Kesehatan, Jakarta.

Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran


Dan Residen. FK UGM.

47

Anda mungkin juga menyukai

  • Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual
    Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual
    Dokumen11 halaman
    Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual
    Aziddin Gani Harahap
    Belum ada peringkat
  • Dafpus Kiki
    Dafpus Kiki
    Dokumen2 halaman
    Dafpus Kiki
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Dafpus Hemoroid
    Dafpus Hemoroid
    Dokumen19 halaman
    Dafpus Hemoroid
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Costa DGN Efusi Pleura
    Fraktur Costa DGN Efusi Pleura
    Dokumen21 halaman
    Fraktur Costa DGN Efusi Pleura
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Referat Urologi Kiki
    Referat Urologi Kiki
    Dokumen38 halaman
    Referat Urologi Kiki
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • PBL Skenario 1 Neuro
    PBL Skenario 1 Neuro
    Dokumen46 halaman
    PBL Skenario 1 Neuro
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Arsip Kedkom 2012
    Arsip Kedkom 2012
    Dokumen20 halaman
    Arsip Kedkom 2012
    Hadiyana Arief Hafiz
    Belum ada peringkat
  • Translate Spinal Trauma
    Translate Spinal Trauma
    Dokumen12 halaman
    Translate Spinal Trauma
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Case Report KDRT
    Case Report KDRT
    Dokumen4 halaman
    Case Report KDRT
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Survey
    Kuesioner Survey
    Dokumen8 halaman
    Kuesioner Survey
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Tips
    Tips
    Dokumen12 halaman
    Tips
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Ujian Lisan Kedkom
    Ujian Lisan Kedkom
    Dokumen10 halaman
    Ujian Lisan Kedkom
    Adelia Putri Sabrina
    Belum ada peringkat
  • Dcom Kel 8 Fixxx Gak Nih
    Dcom Kel 8 Fixxx Gak Nih
    Dokumen105 halaman
    Dcom Kel 8 Fixxx Gak Nih
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Translate Spinal Trauma
    Translate Spinal Trauma
    Dokumen12 halaman
    Translate Spinal Trauma
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Dcom Kel 8 Fixxx Gak Nih
    Dcom Kel 8 Fixxx Gak Nih
    Dokumen105 halaman
    Dcom Kel 8 Fixxx Gak Nih
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Cover Pengmas
    Cover Pengmas
    Dokumen1 halaman
    Cover Pengmas
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Dcom Kel 8 Fixxx
    Dcom Kel 8 Fixxx
    Dokumen104 halaman
    Dcom Kel 8 Fixxx
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • KEDKOM
    KEDKOM
    Dokumen5 halaman
    KEDKOM
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Demo
    Demo
    Dokumen11 halaman
    Demo
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • KEDKOM
    KEDKOM
    Dokumen5 halaman
    KEDKOM
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurding
    Cover Jurding
    Dokumen1 halaman
    Cover Jurding
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Case Cad
    Case Cad
    Dokumen13 halaman
    Case Cad
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • KEDKOM
    KEDKOM
    Dokumen5 halaman
    KEDKOM
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Ujian Lisan Kedkom
    Ujian Lisan Kedkom
    Dokumen10 halaman
    Ujian Lisan Kedkom
    Adelia Putri Sabrina
    Belum ada peringkat
  • Ebm
    Ebm
    Dokumen47 halaman
    Ebm
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Case Dka Riri
    Case Dka Riri
    Dokumen27 halaman
    Case Dka Riri
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Case Dka Riri
    Case Dka Riri
    Dokumen27 halaman
    Case Dka Riri
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • LESI Scabies
    LESI Scabies
    Dokumen1 halaman
    LESI Scabies
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat
  • Cover Jurding
    Cover Jurding
    Dokumen1 halaman
    Cover Jurding
    RiriMutammimaRizqiyani
    Belum ada peringkat