TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Pelebaran dan inflamasi
ini menyebabkan pembengkakan submukosa pada lubang anus. Dalam
masyarakat umum hemoroid lebih dikenal dengan wasir.1
Hemoroid dibedakan hemoroid interna dan eksterna:
a. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus v.hemoroidalis superior
diatas garis mukokutan (linea dentata) dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Hemoroid sering terdapat pada
posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral.
Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.1
b. Hemoroid eksterna
Pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di
bawah linea dentata dan ditutupi oleh epitel gepeng. Plexus hemoroid
merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum
bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika
plexus vaskular ini membesar. Sehingga kita dapatkan pengertiannya dari
“hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal
inferior dan superior”.2
2.2. Anatomi
Kanalis anal memiliki panjang sekitar 4 cm, yang dikelilin gi dengan
mekanisme sfingter anus. Setengah bagian atas dari kanalis anal dilapisi oleh
mukosa glandular rektal. Mukosa bagian teratas dari kanalis anal
berkembang sampai 6-10 lipatan longitudinal, yang disebut c olumns of
Morgagni, yang masing masing memiliki cabang terminal dari arteri rektal
superior dan vena. Lipatan-lipatan ini paling menonjol di bagian lateral kiri,
posterior kanan dan kuadran anterior kanan, dimana vena membentuk pleksus
vena yang menonjol. Mukosa glandular relatif tidak sensitif, berbeda dengan
kulit kanalis, kulit terbawahnya lebih sensitif. 3
Gambar 2.3 Canalis Analis
2.4. Epidemiologi
Sekitar 75 persen orang akan mengalami Hemoroid di beberapa titik dalam
hidup mereka. Hemoroid yang paling umum di antara orang dewasa usia 45
sampai 65. Pasien sering enggan untuk mencari bantuan medis karena malu
atau takut, akibat rasa tidak nyaman, dan rasa sakit yang terkait dengan
pengobatan, sehingga kejadian pasti dari penyakit ini tidak dapat diperkirakan.
Studi mengevaluasi epidemiologi Hemoroid menunjukkan bahwa 10 juta
orang di Amerika Serikat melaporkan Hemoroid, untuk prevalensi 4,4%.
Dalam kedua jenis kelamin, puncaknya pada prevalensi tercatat antara 45 dan
65 tahun, pengembangan wasir sebelum usia 20 tidak biasa, dan Kaukasia
yang lebih sering terkena daripada orang Amerika Afrika. Hemoroid juga
umum terjadi pada wanita hamil.7,8
2.5. Etiologi
Hemoroid memiliki faktor resiko yang cukup banyak antara lain
kurangnya mobilisasi, konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar,
kurang minum, kurang memakan makanan berserat (sayur dan buah), faktor
genetika, kehamilan, penyakit yang meningkatkan tekanan intraabdomen
(tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis hati.5
Konstipasi merupakan etiologi hemoroid yang paling sering. Konstipasi
terjadi apabila feses menjadi terlalu kering, yang timbul karena defekasi yang
tertunda terlalu lama. Jika isi kolon tertahan dalam waktu lebih lama dari
normal, jumlah H2O yang diserap akan melebihi normal, sehingga feses
menjadi kering dan keras.9
Kejadian hemoroid umumnya sebanding pada laki-laki maupun
perempuan. Sekitar setengah orang yang berumur 50 tahun pernah
mengalami hemoroid. Hemoroid juga terjadi pada wanita hamil. Pada wanita
hamil, janin pada uterus, serta perubahan hormonal, menyebabkan pembuluh
darah hemoroidalis meregang. Semua vena dapat diperparah saat terjadinya
tekanan selama persalinan. Hemoroid pada wanita hamil hanya merupakan
komplikasi yang bersifat sementara.9
3. Pekerjaan : orang yang harus berdiri atau duduk lama, atau harus
4. Umur : pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh,
prostate.
daerah berkurang.
2.7. Patofisiologi
Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan (cushion)
atau alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal canal oleh
jaringan ikat yang berasal dari sfingter anal internal dan otot longitudinal. Di
dalam tiap bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi oleh
arteriovenosus. Struktur vaskular tersebut membuat tiap bantalan membesar
untuk mencegah terjadinya inkontinensia.5
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan
penyokong dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara
berulang serta mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan
tersebut yang akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami
prolapsus akan terganggu aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin
membesar dikarenakan mengedan, konsumsi serat yang tidak adekuat,
berlama-lama ketika buang air besar, serta kondisi seperti kehamilan yang
meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan yang timbul dari
pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau inflamasi
yang merusak pembuluh darah di bawahnya.
Taweevisit dkk pernah menyimpulkan bahwa sel mast memiliki peran
multidimensional terhadap patogenesis hemoroid, melalui mediator dan
sitokin yang dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal vasokonstriksi
terjadi bersamaan dengan peningkatan vasopermeabilitas dan kontraksi otot
polos yang diinduksi oleh histamin dan leukotrin. Ketika vena submukosal
meregang akibat dinding pembuluh darah pada hemoroid melemah, akan
terjadi ekstravasasi sel darah merah dan perdarahan. Sel mast juga
melepaskan platelet-activating factor sehingga terjadi agregasi dan trombosis
yang merupakan komplikasi akut hemoroid.11
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan
mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan
granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk
degradasi jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel endotel dan sitokin
sebagai TNF-α serta interleukin 4 untuk pertumbuhan fibroblas dan
proliferasi. Selanjutnya pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh basic
fibroblast growth factor dari sel mast.5
2.8. Klasifikasi
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate line menjadi
batas histologis. Klasifikasi hemoroid yaitu:
a. Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line dan
dilapisi oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak
persarafan serabut saraf nyeri somatik.
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi
mukosa.
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di bagian superior dan
kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.3
2.10. Diagnosis
Penegakan diagnosis untuk hemoroid dilakukan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang
baik akan menghasilkan diagnosa yang tepat. Anamnesis harus dikaitkan
dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan tekanan
intra abdominal yang tinggi (mengejan), pasien yang sering jongkok berjam-
jam di toilet, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.13
Pada anamnesis juga biasanya didapati bahwa pasien menemukan
adanya darah segar pada saat buang air besar. Selain itu pasien juga akan
mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Pada derajat II hemoroid
internal pasien akan merasakan adanya masa pada anus dan hal ini
membuatnya tak nyaman. Pasien akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid
derajat IV yang telah mengalami trombosis.
2.12. Penatalaksanaan14
1. Hemorrhoid eksterna
Trombosis akut pada hemorrhoid eksterna merupakan penyebab
nyeri yang konstan pada anus. Penderita umumnya pederita berobat
kedokter pada fase akut ( 2- 3 hari pertama). Jika keluhan belum teratasi,
dapat dilakukan eksisi dengan local anestesi.Kemudian dilanjutkan dengan
pengobatan non operatif. Eksisi dianjurkan karena trombosis biasanya
meliputi satu pleksus pembuluh darah. Insisi mungkin tidak sepenuhnya
mengevakuasi bekuan darah dan mungkin menimbulkan pembengkakan
lebih lanjut dan perdarahan dari laserasi pembuluh darah subkutan . Incisi
tampaknya lebih sering menimbulkan skin tag daripada eksisi.
2. Hemorrhoid Interna
A. Non InvasiveTreatment
Diperuntukan bagi penderita dengan keluhan minimal. Yang
disampaikan meliputi:
a. Edukasi
- Jangan mengedan terlalu lama
- Mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi
- Membiasakan selalu defekasi, jangan ditunda
- Minum sekira 8 gelas sehari
b. Obat-obatan vasostopik
Obat Hydroksyethylen yang dapat diberikan dikatakan dapat mengurangi
edema dan inflamasi. Kombinasi Diosmin dan Hesperidin (ardium) yang
bekerja pada vascular dan mikro sirkulasi dikatakan dapat menurunkan
desensibilitas dan stasis pada vena dan memperbaiki permeabilitas kapiler.
Ardium diberikan 3x2tab selama 4 hari kemudian 2x2 selama 3 hari dan
selanjutnya1x1tab.
B. Ambulatory Treatment
1. Skleroterapi
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya Fenol 5
% dalam minyak nabati, atau larutan quinine dan urea 5% yang
disuntikan ke sub mukosa dalam jaringan areolar longgar di bawah
jaringan hemorrhoid. Sclerotheraphy dilakukan untuk menimbulkan
peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan
parut pada hemorrhoid. Secara teoritis, teknik ini bekerja dengan cara
mengoblitersi pembuluh darah dan memfiksasinya ke lapisan mukosa
anorektal untuk mencegah prolaps. Terapi ini cocok untuk hemorrhoid
interna grade I yang disertai perdarahan. Kontra indikasi teknik ini
adalah pada keadaan inflammatory bowel desease, hipertensi portal,
kondisi immunocomprommise, infeksi anorectal, atau trombosis
hemorrhoid yang prolaps. Komplikasi sklerotherapy biasanya akibat
penyuntikan cairan yang tidak tepat atau kelebihan dosis pada satu
tempat. Komplikasi yang paling sering adalah pengelupasan mukosa,
kadang bisa menimbulkan abses.
2. Infrared Coagulation
Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan radiasi infra merah
dengan lampu tungsten-halogen yang difokuskan ke jaringan
hemorrhoid dari reflector plate emas melalui tabung polymer khusus.
Sinar koagulator infra merah (IRC) menembus jaringan ke submukosa
dan dirubah menjadi panas, menimbulkan inflamasi, destruksi jaringan
di daerah tersebut.
3. Bipolar Diatheraphy
Teknik ini menggunakan listrik untuk menghasikan jaringan koagulasi
pada ujung cauter. Cara ini efektif untuk hemorrhoid derajat III atau
dibawahnya.
4. Cryotheraphy
Teknik ini didasarkan pada pemebekuan dan pencairan jaringan yang
secara teori menimbulkan analgesia dan perusakan jaringan hingga
terbentuk jaringan parut.
Hemorrhoidectomy
Merupakan metoda pilihan untuk penderita derajat III dan IV atau
pada penderita yang mengalami perdarahan yang berulang yang tidak
sembuh dengan cara lain.Penderita yang mengalami hemorrhoid
derajat IV yang mengalami trombosis dan nyeri yang hebat dapat
segera ditolong dengan teknik ini. Prinsip yang harus diperhatikan
pada hemorrhoidectomy adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan, dengan tidak mengganggu spincter ani.
Langkah-langkahnya adalah, pertama, anoderm harus dijaga
selama operasi dan hemorrhoidectomy tidak pernah dilakukan sebagai
ekstirpasi radikal. Jaringan yang patologis diangkat. Spincter dengan
hati-hati diekspos dan ditinggalkan selama pengankatan hemorrhoid.
Kepastian hemostasis harus benar-benar diperhatikan.
Di Amerika, teknik tertutup yang digambarkan oleh Ferguson dan
Heaton lebih dikenal karena
- Mengambil jaringan patologis
- Perbaikan jaringan cepat
- Lebih nyaman
- Gangguan defekasi minimal
2.14. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan menjadi
asimptomatik. Dengan melakukan terapi operatif dengan hemoroidektomi
hasilnya sangat baik, namun bisa muncul kembali (rekuren) dengan angka
kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi non operatif seperti seperti ligasi cincin
karet menimbulkan kejadian rekuren sekitar 30-50% antara kurun waktu 5-10
tahun.11
2.15. Pencegahan
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah berulangnya
kekambuhan keluhan hemoroid, diantaranya2 :
1. Hindari mengedan terlalu kuat saat buang air besar.
2. Cegah konstipasi dengan banyak mengonsumsi makanan kaya serat (sayur
dan buah serta kacang-kacangan) serta banyak minum air putih minimal
delapan gelas sehari untuk melancarkan defekasi.
3. Jangan menunda-nunda jika ingin buang air besar sebelum feses menjadi
keras.
4. Tidur cukup.
5. Jangan duduk terlalu lama.
6. Senam/olahraga rutin.
DAFTAR PUSTAKA