Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN:

KOMPETENSI FISIOTERAPI NEUROMUSCULAR I

MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA CARPAL


TUNNEL SYNDROME

DI SUSUN OLEH
Adi Saputra Junaidi, S.Fis, M.Fis

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPIS


FAKULTAS KEPERAWATAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAMTAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Carpal tunnel
syndrome” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memberi pemahaman mengenai CTS. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan juga bagi penulis. Saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi, 7 Juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penyusun...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi......................................................................................................1
2.2 Anatomi Fisiologi......................................................................................2
2.3 Biomekanik...............................................................................................9
2.4 Etiologi.....................................................................................................10
2.5 Faktor resiko.............................................................................................11
2.6 Patofisiologi.............................................................................................14
2.7 Tanda dan gejala......................................................................................14
2.8 Klasifikasi................................................................................................16
2.9 Pemeriksaan spesifik................................................................................17
2.10 Intervensi................................................................................................19
BAB III PEMBAHASAN KASUS
3.1 Permasalahan kasus.....................................................................................24
BAB IV PENUTUP
4.1..Kesimpulan..................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tangan merupakan anggota gerak yang kompleks dan berperan penting
dalam aktivitas fungsional manusia. Hampir semua aktivitas yang dilakukan
manusia melibatkan pergerakan tangan. Pergerakan berulang dan berlebihan pada
tangan dan pergelangan tangan baik flexi dan ekstensi secara berulang
meningkatkan faktor resiko terjadinya repetitive sprain injury (Heilskov- Hansen et
al., 2019)
Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah entrapment neuropathy (jebakan
saraf) yang disebabkan oleh kompresi saraf medianus saat melewati terowongan
karpal pada pergelangan tangan. Kondisi ini merupakan jebakan saraf yang paling
umum, mencakup 90% dari semua neuropati. Gejala pertama dari carpal tunnel
syndrom termasuk nyeri, mati rasa dan parestesia. Gejala- gejala ini umumnya
muncul, dengan variabilitas tertentu, di ibu jari, telunjuk, jari tengah dan setengah
radial (sisi ibu jari) dari jari manis. Rasa sakit juga bisa menjalar ke lengan yang
terkena, kelemahan tangan, penurunan koordinasi motorik halus dan atrofi otot
bagian tenar. Gejala sindroma ini biasanya dimulai dengan gejala sensorik yaitu
nyeri, kesemutan (parestesia), rasa tebal (numbness) dan rasa seperti terkena aliran
listrik (tingling) pada daerah yang dipersarafi oleh n.medianus (Permata, 2020).
Carpal Tunnel Syndrome adalah salah satu gangguan pada lengan tangan
karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat oedema fasia
pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil
tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus di pergelangan
tangan. Carpal tunnel syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang
disertai nyeri pada daerah distribusi nervus medianus dengan kejadian yang
paling sering, bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam
hari, parastesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan
dan atrofi otot thenar (Ratu Karel Lina, DKK 2022).
Pada populasi yang lebih umum, Insiden CTS diperkirakan sebesar 5%
untuk wanita dan 0,6% untuk laki-laki. Di Negara maju seperti Amerika Serikat,
Angka
kejadian CTS berkisar antara 1-3 kasus per 1.000 orang per tahun dan sekitar 50
kasus per 1.000 orang pada populasi umum. Di Belanda, insiden CTS mencapai
sekitar 2,5 kasus per 1.000 orang per tahun. Sedangkan di Inggris angka
kejadiannya lebih tinggi, yaitu sekitar 70-160 kasus per 1.000 orang (Ashworth,
2019).

Intervensi yang dapat di lakukan oleh fisioterapi padaa kasus ini salaah satu
nya ada Tens, Ultrasound, dan terapi latihan yang dimana masuk nya adalah
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation merupakan modalitas yang
menggunakan stimulasi listrik digunakan untuk mengurangi nyeri yang dianggap
efek tif melalui mekanisme dengan penghambatan nosiseptor, blockade nyeri
melalui saraf aferen, blokade simpatik, control gerbang, dan pelepasan endogen.
Tens dengan menggunakan elektroda (35 kali 45 mm), elektroda negative
ditempatkan pada ligamentum carpal, dan elektro dapositif ditempatkan pada area
telapak tangan. Perangkat diatur dengan arus burst asymetrical pada frekuensi 100
Hz dan periode stimulasi 80 ms untuk setiap sesitens berlangsung selama 20 menit
(Koca et al, 2019).
Penggunaan ultrasound pada kasus carpal tunnel syndrome adul
meningkatkansirkulasi darah akibat efek micro massage yang ditimbulkan dan
menyebabkan efek termal sehingga menyebabkan otot relaksasi. ultrasound yaitu
untuk mempercepat inflamasi pada terowongan carpal. Neural Streching Technik
UpperLimb Tension Test 1 yaitu untuk memobilisasi dari sistem saraf (Charmas
et al., 2019)

Teknik mobilisasi saraf yang digunakan adalah Upper Limb Tension Test
(ULTT) tipe 2a .Dimana teknik 2a ini digunakan untuk memobilisasi saraf
medianus. Dahulu ketegangan saraf digunakan untuk menggambarkan disfungsi
dari sistem saraf perifer. Baru-baru ini, terjadi pergeseran dari mekanis. Murni
alasan untuk memasukkan konsep fisiologis seperti struktur dan fungsi sistem
saraf (Fhirda 2019)
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu, antara
lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Carpal tunnel syndrome?
2. Apa saja jenis penyebab Carpal tunnel syndrome?
3. Apa saja Faktor resiko Carpal tunnel syndrome?
4. Tanda dan Gejala Carpal tunnel syndrome?
5. Apa saja etiologi pada Carpal tunnel syndrome?
6. Bagaimana Patofisiologi Carpal tunnel syndrome?
7. Apa saja Pemeriksaan khusus yang di lakukan ?
8. Apa Intervensi yang di berikan oleh Fisoterapi ?
1.3 Tujuan Penyusun
A. Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan ilmiah dan objektiv antara penulis serta pembaca
tentang Carpal tunnel syndrome penatalaksanaan nya, juga menambah
kemampuan penulis dalam menganalisa sebuah kasus.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Carpal tunnel syndrome
2. Untuk mengetahui apa saja jenis Carpal tunnel syndrome
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Carpal tunnel syndrome
4. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologinya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah keadaan yang menggambarkan


penyakit dengan adanya kompresi saraf medianus pada pergelangan tangan. CTS
salah satusindrom kompresi penyakit saraf yang paling sering ditemui. Saraf
medianus menginervasi sisi telapak pada jari pertama, kedua, ketiga, dan
setengah dari jari manis, sedangkan pada sisi sebalik nya ujung jari pertama,
kedua, ketiga, serta setengah ujung jari manis. Carpal tunnel syndrome terjadi
paling banyak pada wanita, jumlah kejadian kurang lebih 1,5 dari 1000 pada
wanita dan 0,5 dari 1000 pada pria. Jenis kelamin menjadi salah satu faktor yang
memengaruhi angka kejadian CTS, biasa nya wanita dengan gejala CTS muncul
pada usia rentan yaitu 45 sampai 54 tahun. Wanita yang tidak terkena gejala
CTS pada usia rentan maka kemungkinan terkena CTS diusia yang lebih tua
sangat sedikit (Ummi syarafina janan 2018).
Menurut Levy et al, CTS adalah gangguan umum dengan gejala yang
melibatkan nervus medianus. Nervus medianus rentan terhadap kompresi dan
cedera di telapaktangan dan pergelangan tangan, di mana dibatasi oleh tulang
pergelangan tangan (karpal)dan ligamentum karpal transversal. CTS merupakan
kombinasi dari kelainan jari, tangan dan lengan dengan gejala yang
mencerminkan kompresi sensoris atau motoris, paling sering terjadi pada orang
dewasa di atas 30 tahun, khususnya perempuan (Widya 2019).
Carpal Tunnel Syndrome adalah salah satu gangguan pada lengan tangan
karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat oedema fasia
pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil
tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus di pergelangan
tangan. Carpal tunnel syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang
disertai nyeri pada daerah distribusi nervus medianus dengan kejadian yang
paling sering, bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam
hari, parastesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus,
kelemahan dan
atrofi otot thenar (Ratu Karel Lina, DKK 2022).
Patofisiologi CTS melibat kan kombinasi trauma mekanik, peningkatan
tekanan, dan cedera iskemik pada saraf medianus dalam terowongan karpal
Kompresi pada CTS biasa nya merupakan tekanan biomekanis yang dikarenakan
gerakan berulang, gerakan menggegam atau menjepit, posisi ekstrim pada
pergelangan tangan, tekanan langsung pada terowongan karpal, dan penggunaan
alat-alat yang bergetar (Ratu Karel Lina, DKK 2022).
Carpal tunnel syndrome mengompresi serabut saraf sensorik dan motorik
dari saraf medianus yang terdistribusi pada tangan. Kompresi serabut saraf
menyebabkan selubung mielin rusak sehingga terjadi penundaan konduksi
sinyal saraf yang seharusnya bisa terkonduksi dengan kecepatan yang normal
(Ratu Karel Lina, DKK 2022).
2

2.2 ANATOMI FISIOLOGI

Terowongan Carpal Terowongan carpal terdapatdibagian distal daripergelangan


tangan yang dibatasi dengan dinding kaku yang dibentuk oleh tulang dan sendi carpal
serta flexi retinaculum yang tebal. Di bagian dorsal terowongan carpal dibatasi oleh os
radius, oslunatum, os capitatum. Sedangkan disisi radial dibatasi oleh osscapoideum,
jaringan fibrosus untukterowongan flexor carpiradialis; os triquetrum dan ligamentum
pisohamatum di sisi ulnar; ligamentum carpal transversum yang tebal membentang dari
tulang pisiform kescapoid-trapezoid disisi volar. Carpal tunnel atau terowongan carpal
berisi ligamenotot flexor digitorum superfisial dan profundus, flexor policis longus, dan
nervus medianusdisisi radial(Megerian et al 2018).

Gambar 2.2 AnatomiTulang Carpal (Paulsen &Waschke, 2018).


3

2.2.1 Tulang- Tulang Carpal


Terdapat beberapa tulang yang mengisi pada bagian telapak tangan seperti
tulang carpal, tulang metacarpal dan phalang. Berikut ini adalah gambar dari tulang
carpal.

Gambar 2.2 AnatomiTulangCarpal (Paulsen &Waschke, 2018).

2.2.1.1Os Scapoideum
Tulang ini berbentuk seperti perahu dimana diarah ulnar terdapa tos capitatum
dan trapezoideum. Dan pada bagian depan terapat suatu tonjolan yang
biasadisebut tuberositas scapoideum.

2.2.1.2 Os Lunatum
Tulang ini berbentuk seperti bulan sabit, dimana dia memiliki permukaan
konveks yang di sebelahnya berada os radius. Tulang ini juga dikelilingi beberapa
tulang lain seperti osscapoideum diarah radial, os triquetrum diarah ulnar, dan os
capitatum diarah distal.

2.2.1.3Os Triquetrum
Tulang triquetrum merupakan tulang yang berbentuk seperti piramida. Tulang
ini mempunyai hubungan dengan tulang-tulang yang lain. Tulang radius di arah
proximal. Oslunatum diarah radial,tulang pisiform diarah ulnar dan polar, dan os
hamatum diarah distal.
4

2.2.1.4Os Pisiform
Tulang ini merupakan tulang terkecil di carpal, dimana tulang ini seperti biji
kacang dan menempel langsung pada os triquetrum.

2.2.1.5Os Trapesium
Tulang ini salah satu tulang yang berhubungan dengan tulang lain, dimana
diarah polar bersinggungan dengan trapezoideum, osscapoideum di arah proximal,
dan tulang metacarpal diarah distal.

2.2.1.6Os Trapezoideum
Tulang ini berbentuk seperti sepatu yang datar. Tulang ini bersinggungan
dengan tulang lainnya, sepertios trapezium diarah radial, tulang capitatum diarah
ulnar, tulang metacarpal diarah distal, dan tulangscapoideum di arah proximal.

2.2.1.7Os Capitatum
Tulang ini berbentuk seperti bangunan bulat dan caputnya berbentuk panjang.
Tulang capitatum bersinggungan dengan beberpa tulang. Os trapezoideum
diarahradial, scapoideum dan oslunatumdiarah proximal. Os hamatum diarah
ulnar, dan os metacarpal diarah distal.

2.2.1.8Os Hamatum
Tulang ini berbentuk palu. Dimana tulang ini dikelilingi beberapa tulang
lainnya, sepertios triquetrum diarah proximal, os radial diarah radial, metacarpal
diarah distal.

2.2.1.9Os Radius
Tulang radius terdapat dibagian lateral pada lengan bawah. Bagian proximal
tulang ini terdapat os humerus yang menghubungkan antara lengan bawah dan
lenganatas, bagian distal terdapat tulang-tulang carpal, dan bagian medial
terdapatos ulna.

2.2.1.10 Os Ulna
Tulang ulna merupakantulangbagian medial pada lenganbawah, tulang ini
bersinggungan dengan beberapa tulang, os radius dibagian lateral, os humerus
dibagian proximal, tulang carpal di bagian distal
5

2.2.2 Ligamen
Ligamen merupakan menghubung tulang satu dengan tulang yang lain. Pada wrist
joint banyak terdapat ligamen yang tersusun, ligamen yang paling umum ialah radial
collateral ligament dimana ligamen ini memanjang dari proccesus styloideus radius
sampai bagian radius os scapoideum. Dibagian medial terdapat ulnar collateral
ligament yang memanjang dari processus styloideus ulna sampai os triquetrum.
Berikut merupakan gambar ligamen wrist joint (langer, 2020).

Gambar 2.3 Ligament Wrist volar (Langer, 2020)

Pada bagian carpal terdapat banyak ligamen yang mengikat 8 tulang carpal
dimana dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian volar dan bagian distal. Pada bagian
dorsal terdapat 5 ligamen yaitu (1) dorsal intercarpal ligamen, (2) scapholunate
interosseus ligamen, (3) Triquestrohamatum ligamen, (4) scapotriquestral ligamen,
(5) dorsal radiocarpal ligamen. Sedangkan dibagian volar terdapat beberapa
ligamen diantara nya (1) trapeziotrapezoid ligamen, (2) capitatotrapezoid ligamen,
(3) radioscapoid ligamen, (4) scapolunate ligamen, (5) lunatotriquetral ligamen, (6)
radioulnar ligamen, (7) ulnartriquetral ligamen, (8) triquetrohamate ligamen, (9)
capitatohamate ligamen (Langer, 2020) .
6

2.2.3 Otot
Otot merupakan jaringan yang berfungsi sebagai stabilisasi tulang dan alat
penggerak untuk manusia. Di dalam wrist joint terdapat banyak otot sebagai alat
gerak pada tangan manusia. Beberapa otot yang terdapat pada wrist joint origo
insersio dan beserta fungsinya. Berikut merupakan gambar dan tabel anatomi otot
pada wrist joint. (Snell, 2019)

Gambar 2.4 Anatomi Otot Carpal (Snell, 2019)

Tabel 1.1 Otot pada tangan

No Nama Otot Keterangan


1. Otot Flexor Carpi Radialis Origo : medial epicondylus
humerus Insersio : metacarpal jari
2 dan 3 Fungsi : flexi dan abduksi
wrist
Nervus : medianus (C6-C7)
2. Otot Flexor Digitorum Origo : dua per tiga proximal ulna,
Profundus membrane interosseous
Insersio : basis phalang jari ,3,4
Fungsi : flexi finger dan wrist
Nervus : ulnar nerve ( C8, T1),
median nerve ( C8, T1 )
3. Otot Pronator Teres Origo : epycondylus mesial humeri &
processus coronoideus ulna
7

Insersio : sepertiga bagian tengah radius


Fungsi : pronasi
Nervus : median nerve (C7-C8)
4. Otot Palmaris Longus Origo : Medial epicondylus humerus
Insersio : Flexor retinaculum,
palmar aponeurosis
Fungsi : flexi wrist
Nervus : median (C7, C8)
5. Otot Flexor Policis brevis Origo : flexor retinaculum,
tuberculum trapezium dan
trapezoideum
Insersio : proximal phalanx 1
Fungsi : flexi metacarpophalangeal joint
dan tumb
Nerve : median nerve (C7-C8), ulnar nerve
(C8 – T1)

2.2.4 Nervus Medianus


Nervus ini berasal dari radiks lateralis dan radiks medialis. Radiks lateralis
merupakan lanjutan dari fasikulus lateralis dari serabut C6 dan C7, untuk radiks
medialis merupakan lanjutan dari fasiculus medialis dari serabut C8 dan T1. Kedua
radiks tersebut bergabung menjadi nervus medianus dibagian lateral arteri axilaris.
Nervus medianus melewati regio brachialis mulai dari axilla kemudian berjalan
vertical ke bawah bersama arteri brachialis pada bagian medial diantara otot
brachialis dan otot 18 biceps. Saraf ini berjalan secara menyilang ke bagian anterior
dari regio brachialis dan memasuki fossa cubiti. Selanjutnya nervus ini membuat
cabang untuk regio brachialis saat melewati articularis cubiti untuk menginervasi
otot pronator teres. Nervus medianus menginervasi otot-otot flexor di regio
anterobrachii kecuali otot flexor carpi radialis. (Moore et al., 2018)
Nervus medianus mempersarafi otot flexor digitorum dan lima otot tangan.
Nervus medianus masuk melalui fossa cubitalis dari artheri brachialis, melintas dari
caput otot pronator teres, turun melalui tengah otot digitorum profundus dan
superficial dan terletak dekat flexor retinaculum melalui canalis carpi sampai
ketangan. Canalis carpi adalah suatu terowongan yang berada di dasar pergelangan
8

tangan. Ukuran dari canalis carpalis sekitar ruas jari jempol dan terletak di distal
pergelangan tangan dan berlanjut hingga 3 cm regio cubiti. Canalis carpi dibentuk
oleh tigasisi tulang, os radius dan ulna dibagian proximal, os metacarpal dibagian
distal terdapat os metacarpal Berikut merupakan gambaran atomi nervus medianus
(Moore,2018).

Gambar 2.5 Anatomi Nervus Medianus(Lukluaningsih, 2020)

Secara anatomi, canalis carpi nervus medianus bercabang menjadi


2komponen, komponen radial manjadi cabang sensorik pada jari I dan jari II dan
cabang motorik pada otot abductor policis brevis, otot opponens policis, dan otot
flexor policis brevis. Sedangkan komponen ulnaris akan memberikan cabang
sensorik pada jari II,III dan sisi radial jari keempat (Pecina et al., 2001 dalam
Prakoso, 2017). Nervus medianus terdiri dari serat 6 % motorik dan 94% sensorik.
Namun walau cabang motorik hanya 6%, cabang ini sangat banyak menciptakan
banyak patologi yang besar dalam beberapa kasus, salah satu nya pada kasus carpal
tunnel syndrome (Pearce, 2018).

2.2.5 Tendon
Tendon adalah suatu jaringan lunak yang menghubungkan antara tulang
dengan otot. Dalam tubuh manusia terdapat otot rangka yang berfungsi untuk
menggerakkan tulang, sehingga manusia bisa bergerak. Pergerakan manusia itu
diakibatkan oleh otot mengalami kontraksi dan tendon lah yang menarik tulang,
9

sehingga terjadi gerakan. Pada wrist joint terdapat beberapa tendon flexor. Tendon
flexor ini berjalan beriringan dengan nervus medianus masuk kedalam terowongan
carpal melewati flexor retinaculum (ligament transversal carpal). Pada
terowonganini tendon terpisahuntuk masing-masing tendon pada jarimanusia
(Pearce, 2018).

Tendon flexor policis longus masuk melalui retinaculum flexor dengan


selubung tendon. Selubung tendon ini berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai
lubrikasi pada permukaan synovial, sehingga tendon dapat bergarak bebas pada wrist
joint. Sarung tendon terbentuk dari parietal dan visceral dan menghasilkan suatu
cairan synovium yang berfungsi pelicin tendon dan memberikan nutrisi pada tendon
(Pearce, 2018).

2.2.6 Persendian pada tangan


a) Carpometacarpal joint
Sendi ini terbentuk oleh tulang carpal bagian distal dan lima tulang
metacarpal. Persendian ini dilingkupi oleh cavitas yang terdapat pada metacarpal
dengan bagian distal tulang carpal. Persendian II,III,IV adalah sendi yang
berbentuk datar, sedangkan sendi V merupakan sendi biaksial. Sendi ini diperkuat
ligamen longitudinal dan ligamen tranversal. Metacarpal IV dan V adalah tulang
metacarpal yang paling mobile (Pearce, 2018).
b) Metacarpophalangeal joint
Sendi ini terbentuk dari os metacarpal dan os phalang, jenis sendinya
cordiloid biaksial diamana setiap os metacarpal berbentuk konveks sedangkan
phalanges proximal terbentuk konkav. Sendi ini diperkuat oleh ligamen volar
sertaligamen lateral dan medial (Pearce, 2018).

2.3 BIOMEKANIKA WRIST JOINT

Menurut Edmond (2006) dalam Atin (2015), gerakan arthrokinematik di wrist


joint meliputi gerak traksi dan translasi. gerakan traksi ossa carpal kearah distal
searah dengan axis pada tulang radius, sedangkan gerakan translasi selalu berlawan
arah, translasi palmar flexi kearah dorsal, saat dorsal flexi kearah palmar,dan
translasi kearah radial saat ulnar deviasi dan translasi ke ulnar saat radial deviation.
Wrist joint adalah sendi yang dapat digerakkan secara maksimal pada
10

ulnar deviasi 5 derajat dan palmar flexi 5 derajat. Sedangkan saat dorso flexi sendi
akan mengunci maksimal. Pada wrist joint dimana terdapat pola kapsuler extensi
terbatas dibandingkan dengan flexi (Pearce, 2018).
Metacarpal phalangeal (MCP) merupakan sendi dengan sendi metacarpal
sebagai dasar dibagian proximal dan tulang phalanges yang memiliki permukaan
yang cekung sehingga dapat melakukan gerakan mengepal. Pada sendi ini terdapat
beberapa gerakan yang dapat dilakukan seperti gerakan flexi, ekstensi, abduksi,
adduksi, dan hiperextensi. Pada wrist joint terdapat gerakan seperti flexi dan
ekstensi dimana jika dilakukan secara berulang dapat meningkatkan resiko
terjadinya CTS. Menurut penelitian penekanan pada pergelangantangan dan
gerakan yang berulang meningkat kan resikodua kali lipat menyebabkan carpal
tunnel syndrome (Pearce, 2018).

2.4 ETIOLOGI

Kawasan sensorik N.Medianus bervariasi terutama pada permukaan volar.Pola


itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat sisi radial telapak
tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan sensorik nervusmedianus
bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di
terowongan karpal nervus medianus sering terjepit. Nervus medianus adalahsaraf
yang paling sering mengalami cedera oleh trauma langsung, sering disertai dengan
luka di pergelangan tangan. Tekanan dari nervus medianus sehingga menghasilkan
rasa kesemutan yang menyakiti juga dan disebut parestesia atau hipestesia dari
Carpal Tunnel Syndrome (Muhammad fandi ahmad 2018).
Terdapat beberapa kunci co-morbiditas atau human factor yang
berpotensimeningkatkan risiko CTS. Pertimbangan utama meliputi usia lanjut, jenis
kelamin perempuan, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor risiko lain
termasukkehamilan, pekerjaan yang spesifik, cedera karena gerakan berulang dan
kumulatif, sejarah keluarga yang kuat, gangguan medis hipotiroidisme, penyakit
autoimun, penyakit rematologi, arthritis, penyakit ginjal, kumulatif, sejarah
keluarga yang kuat, gangguan medis tertentu sepertihipotiroidisme, penyakit
autoimun, penyakit rematologi, arthritis, penyakit ginjal, trauma, predisposisi
anatomi di pergelangan tangan dan tangan, penyakit menular, dan penyalahgunaan
zat. Orang yang terlibat dalam kerja manual di beberapapekerjaan memiliki
insidendan tingkat keparahan yang lebih besar (Muhammad fandi ahmad 2018)
11

Sindroma Terowongan karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan


sindroma yang muncul diakibatkan oleh saraf medianus tertekan di dalam Carpal
Tunnel (terowongan karpal) pada pergelangan tangan, saat nervus melewati
terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan. Tertekannya n. mediamus dapat
disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi, pembengkakan jaringan
lubrikasi pada tendon-tendon fleksor atau keduanya. Penekanan terhadap n.
medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi
transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada m. flexor
pollicis brevis, m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis yang diikuti
dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang
dipersarafi oleh bagian distal n. medianus (Pratiwi dan Nisa, 2019).

2.5 FAKTOR RESIKO

Carpal Tunnel Syndrom dapat terjadi akibat adanya penyakit lain yang
memicunya. Berbagai penyakit degeneratif dapat menyebabkan munculnya carpal
tunnel syndrom sebagai salah satu bentuk komplikasi. Kondisi-kondisi medis
penyebab carpal tunnel syndrom diantaranya : diabetus militus, arthritis reumatoid,
hipertensi, cedera seperti dislokasi dan fraktur (Muhammad fandi ahmad 2018).

a. Arthritis Reumatoid
Gejala di terowongan carpal ini juga umum terjadi pada lansia penderita
rematik. Dalam hal ini, saraf terjepit bukan akibat pembesaran otot melainkan
sendi di pergelangan tangan berubah bentuk. Rematik juga menimbulkan
kesemutan atau rasa baal, biasanya gejala terjadi pada pagi hari dan
menghilang pada siang hari. Gejala kesemutan karena rematik hilang sendiri
bila rematiknya sembuh. (Muhammad fandi ahmad 2018).
b. Fraktur/ Dislokasi
Keadaan lokal lainnya seperti inflamasi sinovial serta fibrosis (sepertipada
tenosinivitis), fraktur tulang carpal, dan cedera termal pada tangan atau lengan
bawah bisa berhubungan dengan carpal tunnel syndrome (Muhammad fandi
ahmad 2018).
12

c . Diabetes Militus
Carpal tunnel syndrom ini juga sering terjadi berkaitan dengan kelainan
yang menimbulkan diemielinasi atau kelainan saraf iskemik seperti diabetes
militus. Timbulnya neuropati pada penderita diabetes tidak tergantung pada
kadar gula darah, tetapi pada lamanya si penderita mengidap diabetes.
Semakin lama menderita diabetes maka semakin tinggi pula rasa kesemutan
itu muncul. Jadi bisa saja seorang penderita merasakan kesemutan meskipun
diabetesnya sendiri terkontrol dengan baik.yang dirasakan biasanya
kesemutanpada ujung jari terus-menerus, kemudian disertai rasa nyeri yang
menikam seperti tertusuk- tusuk diujung telapak kaki atau tangan terutama
pada malam hari (Muhammad fandi ahmad 2018).
d. Hipertensi
Carpal tunnel syndrom juga dapat terjadi akibat penyakit lain sebagai
salah satu bentuk komplikasi. Orang yang tidak teratur olahraga juga terancam
penyakit ini karena tubuh yang kurang terlatih menyebabkan sirkulasi darah
dan otot kurang bisa bertoleransi dengan stres, serta kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi kopi memicu timbulnya hipertensi sebagai faktor resiko
terjadinya penyakit carpal tunnel syndrome (Muhammad fandi ahmad 2018).
e. Tumor
Semua lessi masa didalam terowongan karpal mungkin mengganggu saraf
median seperti neurofibroma, sista ganglion, dan tumor jinak lainnya. Adapula
kesemutan yang tidak bisa hilang sendiri, gejala awal yaitu kesemutan di
telapak kaki, lambat laun telapak kaki terasa tebal. Rasa tebal itu manjalar ke
betis lalu ke lutut. Setelah beberapa waktu kaki yang terasa terganggu mulai
lemah dan sukar berjalan. Gejala di perparah dengan sakit kepala yang hebat
dan saat batuk dan mengedan pun kepalanya terasa sakit. Lambat laun, kedua
kakainya terasa lumpuh dan penglihatan jadi kabur. Ternyata hal tersebut di
karenakan ada tumor pada bagian kepala depan otak. (Muhammad fandi
ahmad 2018).

1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik terjadinya CTS adalah sekunder, karena beberapa penyakit
atau kelainan yang sudah ada. Beberapa penyakit atau kelainan yang merupakan
faktor intrinsik yang dapat menimbulkan CTS adalah (Farhan dan Aisyah, 2018)
13

a. Perubahan hormonal seperti kehamilan, pemakaian hormon estrogen pada


menopause.
b. Penyakit/keadaan tertentu seperti hemodialisis yang berlangsung lama,
penyakit multiple, walderstroom's, myeloma, macroglobulinemia, limphoma
non hodgkin, acromegali, virus (human parvovirus), pengobatan yang
berefek pada sistem imun (interleukin 2) dan obat anti pembekuan darah
(warfarin)
c. Kegemukan (obesitas)
d. Keadaan lain seperti merokok, gizi buruk dan stres
e. Adanya riwayat keluarga dengan CTS
3 Jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita mempunyai risiko
mendapat CTS lebih tinggi secara bermakna dibandingkan laki-laki.

2. Faktor Penyakit Akibat Kerja


CTS yang terjadi berhubungan dengan penggunaan tangan karena hobi atau
pekerjaan adalah sebagai akibat inflamasi/pembengkakan tenosinovial di dalam
terowongan karpal. CTS yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi kegiatan
yang membutuhkan kekuatan, penggunaan berulang atau lama pada tangan dan
pergelangan tangan, terutama jika faktor risiko potensial tersebut muncul secara
bersamaan misalnya penggunaan tangan yang kuat terutama jika ada pengulangan,
penggunaan tangan dikombinasikan dengan beberapa unsur kekuatan terutama
untuk waktu yang lama, konstan dalam mengcegkeram benda, memindahkan atau
menggunakan tangan dan pergelangan tangan terhadap perlawanan atau dengan
kekuatan, menggunakan tangan dan pergelangan tangan untuk geteran teratur yang
kuat, tekanan biasa atau intermitten pada pergelangan tangan (Farhan dan Aisyah,
2018).

3. Faktor Trauma
Faktor trauma yang menyebabkan terjadinya CTS antara lain: Dislokasi,
fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan, Sprain
pergelangan tangan, Trauma langsung terhadap pergelangan tangan (Thurston,
2019).
14

2.6 PATHOFISIOLOGI

Patofisiologi CTS adalah neuropati yang terjadi akibat adanya entrapmentatau


jebakan saraf, yang melibatkan terjadinya kompresi dan traksi. Kompresi dan
traksi pada saraf menyebabkan kelainan mikrosirkulasi intraneural, lesi pada axon
dan selubung myelin, dan perubahan pada jaringan penyokong di terowongan
karpal.
Entrapment pada saraf perifer dapat terjadi sebagai akibat dari penyempitan
ruangan yang dilalui oleh saraf tersebut, sehingga terjadi perubahan pada fungsi
atau bahkan terjadi kerusakan di tempat terkompresinya saraf dan di sisi
distalnya.Entrapmentpada nervus medianus adalah contohyang paling sering
terjadi pada kelainan ini.
Mekanisme patofisiologi yang mungkin terjadi pada kelainan CTS adalah
terjadinya peningkatan tekanan di terowongan karpal, kelainan mikrosirkulasi
nervus medianus, perubahan jaringan penyokong nervus medianus dan hipertrofi
jaringan sinovial pada terowongan karpal. Oleh karena nervus medianus
memberikan persarafan sensorik pada kulit di jari-jari tangan, maka keluhan seperti
parestesia, hipoestesia, dananestesia dapat muncul pada jari I, II, III dan sisi
medial jari IV. Sedangkan cabang kutaneus palmaris yang memberikan persarafan
sensorik pada bagian palmar, berjalan di sisi luar dari terowongan karpal, sehingga
sensasi pada bagian palmar tidak terganggu. Selain persarafan sensorik, nervus
medianus juga memberikan persarafan motorik pada ketiga otot thenar, sehingga
keluhan penurunan kekuatan pada otot-otot thenar juga dapat terjadi, yang secara
klinis ditandai dengan berkurangnya kemampuan seseorang melakukan gerakan
adduksi dan abduksi ibu jari (Fajar setyawan 2019).

2.7 TANDA DAN GEJALA

Gejala dini penyakit ini adalah mati rasa dan kesemutan di ibu jari, telunjuk
dan jari tengah yang seringkali membangunkan pasien pada saat tidur malam.
Gangguan sensasi ini akan menyebar ke seluruh tangan dan lengan sehingga
menimbulkan kesukaran untuk memungut bendabenda kecil, yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri dan kelumpuhan dari otot – otot. Pada tahap awal gejalah
umumnya berupa gangguan sensorik saja, gangguan motorik hanya terjadi pada
keadaan berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness)
15

atau rasa seperti aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari
walaupun kadang – kadang dirasakan mengenai seluruh jari. Parastesia biasanya
muncul pada malam hari (Widya 2019).
1. Rasa nyeri di tangan, yang biasanya timbul malam atau pagi hari. Penderita
seringterbangun karena rasa nyeri ini.
2. Rasa kebas, kesemutan, kurang berasa pada jarijari. Biasanya jari ke 1,2,3, dan
4(kecuali jari kelingking)
3. Kadangkadang rasa nyeri dapat menjalar sampai lengan atas dan leher, tetapi
rasakebas hanya terbatas di distal pergelangan tangan saja.
4. Gerakan jari kurang terampil, misalnya ketika menyulam atau memungut benda
kecil.
5. Ada juga penderita yang datang dengan keluhan otot telapak tangannya
mengecildan makin lama semakin menciut.
6. Klasik/Probable
-Mati rasa, baal, kesemutan, rasa panas atau sakit, setidaknya pada 2 jari (jari 1,
2,atau 3).
-Rasa sakit pada telapak tangan, pergelangan tangan atau sakit yang menjalar
kebagian prok-simal dapat terjadi.
7. Possible
Kesemutan, mati rasa, rasa terbakar atau sakit, setidaknya pada 1 jari (jari 1, 2,
atau 3).
8. Unlikely
Tidak ada keluhan ataupun gejala pada jari 1, 2, dan 3.
Menurut Bahrudin 2015. Gejala yang dirasakan pada penderita CTS biasanya
berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik
(tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari sesuai dengan distribusi sensorik
nervus medianus. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari.
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam
hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini
umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan
tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri
juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya.
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah disestesia, parastesia, hipotesia
pada ibu jari, telunjuk dan jaritengah. Keluhan terasa hebat setelah terjadi fleksi
16

yang dipaksakan pada tangan dan berlangsung lama, seperti setelah mengetik
(Malapiang dan Andi, 2015).
Gejala dan tanda terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yaitu:
1. Gemetar dan kaku pada bagian-bagian tangan
2. Sakit seperti tertusuk atau nyeri yang menjalar dari pergelangan tangan
sampai ke lengan terutama pada malam hari
3. Kelemahan pada salah satu atau kedua tangan
4. Nyeri pada telapak tangan
5. Pergelangan jari tidak terkoordinasi dengan baik
6. Lemah pegangan, sulit membawa ibu jari menyeberangi 4 jari lainnya
sensai terbakar pada jari-jari
7. Kekakuan atau kram pada tangan pada pagi hari
8. Ibu jari terasa mati rasa

2.8 KLASIFIKASI

Klasifikasi Carpal Tunnel biasanya dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat.
1. Level 1/ ringan/ mild
Carpal Tunnel Syndrome ringan memiliki kelainan sensorik saja pada pengujian
elektrofisiologis. Rasa perih / rasa tersengat dan nyeri atau gejala Carpal Tunnel
Syndrome yang terjadi dapat berkurang dengan istirahat atau pijat.
2. Level 2/ sedang / moderate
Carpal Tunnel Syndrome sedang memiliki gejala sensorik dan motorik. Gejala
lebih intensif, test orthopedic dan neurologic mengindikasikan adanya kerusakan
syaraf
3. level 3 / berat / severe
Gejala lebih parah, mengalami penurunan sensorik dan rasa nyeri konstan.
Dokter menyarankan imobilisasi total dan pembedahan (Asworth 2019).
17

2.9 PEMERIKSAAN SPESIFIK

1. Phalen's Test
Tes ditujukan untuk mengidentifikasi adanya Carpal Tunnel Syndrome
(CTS). Sensivitas 85%, Spesifitas 89%.

Posisi pasien berdiri. Posisi Pemeriksa berdiri di sisi depan dari Pasien.
Mintalah Pasien untuk memfleksikan kedua wrist secara maksimal dengan cara
mempertemukan sisi dorsal tangan bersamaan selama 1 menit.
Test positif jika Pasien kesemutan (tingling) pada thumb, index
finger,middle finger, dan sebagian sisi lateral dari ring finger. Indikasi Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) oleh penekanan nervus Medianus (arisandy achmad
2021).

Gambar 2.6 phalen’s test (arisandy achmad 2021)


2. Tinel's Test
Tes ditujukan untuk mengidentifikasi adanya CTS. Sensivitas 67%, Spesifitas
68%. Posisi pasien duduk. Posisi Pemeriksa duduk di depan Pasien. Posisikan
lengan Pasien yang akan di test dalam posisi supinasi lengan bawah sehingga
telapak tangan menghadap ke atas, di atas bed.
Selanjutnya, lakukan "ketukan" di atas carpal tunnel pada wrist. lakukan
"ketukan" sepanjang keseluruhandistribusi dari nervus Medianus. Mulailah dari
index finger ke arah elbow. Test positif jika Pasien merasakan kesemutan
(tingling) atau paresthesia pada thumb, index finger, middle finger, dan sebagian
sisi lateral dari ring finger. Indikasi CTS oleh penekanan nervus medianus
(arisandy achmad 2021).
18

Gambar 2.7 Tinel's Test (arisandy achmad 2021)


19

2.10 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI CTS

1. TENS

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation merupakan modalitas yang


menggunakan stimulasi listrik digunakan untuk mengurangi nyeri yang
dianggap efek tif melalui mekanisme dengan penghambatan nosiseptor,blockade
nyeri melalui saraf aferen, blokade simpatik, control gerbang, dan pelepasan
endogen. Tens dengan menggunakan elektroda (35 kali 45 mm), elektroda
negative ditempatkan pada ligamentum carpal, dan elektro dapositif ditempatkan
pada area telapak tangan. Perangkat diatur dengan arus burst asymetrical pada
frekuensi 100 Hz dan periode stimulasi 80 ms untuk setiap sesitens berlangsung
selama 20 menit (Koca et al, 2019).
Tujuan yang ingin dicapai dari terapi ini adalah mengurangi nyeri,
meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekuatan otot. Pemberian
tens pada frekuensi 100Hz selama 15 menit dengan metode pemasangan pad
diletakkan pada titik-titik nyeri akan menghambat rangsangan dari serabut
nociceptive untuk mencapai pusat yang lebih tinggi yaitu otak, sehingga nyeri
dapat berkurang. Sedangkan pemberian mobilisasi saraf bertujuan untuk
mengurangi hyperakgesia thermal dan mekanik serta
mengembalikanpeningkatan respon imun setelah cidera saraf (Koca et al, 2019).
20

2. Ultrasound

Ultrasound merupakan modalitas terapi yang memanfaatkan gelombang suara


dimana dalam menangani kasus CTS ultrasound menghasilkan suatu gelombang
dengan efek panas sehingga akan terjadi vasodilatasi pada jaringan sekitar,
oksigen akan masuk ke dalam jaringan yang mengalami cidera sehingga akan
membantu mempercepat proses perbaikan jaringan (Ratu Karel Lina, dkk 2022)
Penggunaan US pada CTS diaplikasikan pada area yang mengalami inflamasi.
Gelombang suara diubah menjadi panas, sehingga meningkatkan suhu dalam
jaringan pergelangan tangan, terjadi pelebaran pembuluh darah, penambahan
jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan yang cidera, dan mempercepat proses
penyembuhan jaringan. Dengan terapi ultrasound, terjadi stimuIasi perbaikan
saraf, terdapat efek anti inflamasi, sehingga dapat memfasilitasi pemulihan dari
kompresi saraf medianus (Ratu Karel Lina, dkk 2022).
Penggunaan ultrasound pada kasus carpal tunnel syndrome adul meningkatkan
sirkulasi darah akibat efek micro massage yang ditimbulkan dan menyebabkan
efek termal sehingga menyebabkan otot relaksasi. ultrasound yaitu untuk
mempercepat inflamasi pada terowongan carpal. Neural Streching Technik
UpperLimb Tension Test 1 yaitu untuk memobilisasi dari sistem saraf (Charmas
et al., 2019)
Penatalaksanaan, Posisi pasien duduk dengan posisi tangan supinasi dengan
disanggah bantal, Posisi terapis duduk di depan pasien kemudian fisioterapi
menyiapkan alat, Arahkan tranduser pada titik sasaran yakni retinakulum , Terapi
dengan ultrasound dilakukan selama 15 menit. Jika sudah selesai matikan alat,
rapikan kembali.
Ultrasound dapat memberikan efek termal yang dihasilkannya,
gelombangsuara memliki kemampuan refleks, refraksi, penetrasi, dan arbsobsi.
Ketika
21

diaplikasikan pada jaringan manusia, penyerapan gelombang oleh berbagai


jaringan menghasilkan produksi panas. Sehingga efek termal yang di hasilkan
ultrasound dapat peningkatan metabolisme dalam jaringan tempat panas diserap,
peningkatan ekstensebilitas jaringan ikat, sehingga latihan peregangan lebih
efektif (Firdha rizki amalia 2019)

3. Terapi Latihan
a. Upper Limb Tension Test (ULTT)
Teknik mobilisasi saraf yang digunakan adalah Upper Limb Tension Test
(ULTT) tipe 2a .Dimana teknik 2a ini digunakan untuk memobilisasi saraf
medianus. Dahulu ketegangan saraf digunakan untuk menggambarkan
disfungsi dari sistem saraf perifer. Baru-baru ini, terjadi pergeseran dari
mekanis. Murni alasan untuk memasukkan konsep fisiologis seperti struktur
dan fungsi sistem saraf.
Neurodinamik sekarang istilah yang lebih diterima mengacu pada
biomekanika terpadu,fisiologis, dan fungsi morfologi dari sistem saraf.
Terlepas dari konstruksi yang mendasarinya, sangat penting bahwa sistem saraf
dapat menyesuaikan dan adaptasi dengan mekanik beban, dan terjadi peristiwa
mekanis yang berbeda yaitu elongasi, geser, perubahan cross- sectional,
angulasi, dan kompresi. Jika mekanisme pelindung dinamis ini gagal, sistem
saraf rentan terhadap edema saraf,iskemia, fibrosis, dan hipoksia, yang dapat
menyebabkan perubahan neurodinamika.
Ketika mobilisasi saraf digunakan untuk pengobatan yang merugikan
neurodinamik, tujuan utamanya adalah untuk mencoba mengembalikan
keseimbangan dinamis antara pergerakan jaringan 8 saraf dan mekanik
sekitarnya sehingga memungkinkan mengurangi tekanan intrinsik jaringan
saraf dan dengan demikian meningkatkan fisiologis saraf tersebut.
Sehingga dengan diberikannya teknik mobilisasi saraf tipe 2a untuk saraf
medianus dapat mengurangi nyeri menjalar pada kedua pergelangan tangan
dan kedua jari jari pasien . Dengan berkurangnya rasa nyeri menjalar tersebut ,
terjadi peningkatan kekuatan otot –otot penggerak sendi wrist dan peningkatan
kemampuaan aktivitas fungsional pasien (Firdha 2019).
22

Gambar 2.8 gerakan Upper Limb Tension

b. streaching

Stretching pada otot dan saraf secara longitudinal didasarkan pada prinsip
untuk meningkatkan gerakan perifer saraf dan melepaskan kompresi pada saraf
medianus melalui peregangan longitudinal otot dan saraf. Stretching otot-otot
pergelangan tangan dan fleksor tangan dengan tiga kali repetisi dengan posisi
peregangan 30 detik selama 5 set stretching dapat juga mengurangi ketegangan
(Terry Luciano 2020).

1. Pelaksanaan dalam Posisi Duduk


a. Audiens diinstruksikan untuk duduk tegak
b. Lengan dengan CTS diletakkan tegak lurus diantara kedua tungkai
atas,wrist dalam posisi supinasi menyentuh tungkai berlawanan
c. Ibu jari di tangan yang dikeluhkan CTS ditarik ke belakang oleh tangan
yang bebas dan tangan yang supinasi mendorong tungkai atas
23

d. Gerakan dilakukan selama dengan repetisi 5-10x/hari selama


5-10menituntuk satu repetesi

Gambar 2.9 Stretching Posisi Duduk


2. Posisi Berdiri
a. Audiens diinstruksikan untuk berdiri dengan sedikit kuda-kuda
menghadap tembok
b. Lengan dengan CTS diletakkan tegak lurus ke tembok dengan
sikumenempel ke perut, wrist dalam posisi supinasi
c. Jari II – jari IV menempel ke tembok lalu diinstruksikan untuk
melakukan gerakan mendorong tembok dengan ibu jari ditarik
ke belakang oleh tangan yang bebas
d. Gerakan dilakukan selama dengan repetisi 5-10x/hari selama 5-
10 menituntuk satu repetesi (Terry Luciano 2020).

Gambar 2.10 Stretching Posisi Berdiri


24

BAB III
LAPORAN KASUS

I. KETERANGAN UMUM PENDERITA


Nama : Ny. H
Umur : 60 tahun
No Reg :
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : jelutung

II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT


a. Diagnosa Medis : Carpal tunnel syndrom

a. Catatan Klinis,
a. Riwayat Tindakan Medis, dll : Tidak ada

b.Medikamentosa :-
b. Data pendukung
a. Hasil Lab :-
b. Foto Rontgen :-
c. Dll :-
c. Rujukan Fisioterapi ….. (dari siapa, isi rujukan)
Mohon dilakukan penanganan fisioterapi pada ny. H 60 Tahun dengan
diagnosa Carpal tunnel syndrom
III. SEGI FISIOTERAPI
A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
1.Keluhan Utama :
Pasien Mengalami sakit pada ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah
dipergelangan
25

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


1 bulan yang lalu, saat pasien melakukan aktifitas pekerjaan rumah
tangga, tiba-tiba pasien merasakan nyeri pada ibu jari, jari telunjuk dan jari
tengah. Akhirnya pasien pergi ke tempat urut untuk menghilangkan nyeri
tersebut, tetapi nyeri semakin bertambah. Akhirnya pasien pergi ke klinik
fisioterapi untuk diperiksa.
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Pasien belum pernah mengalami penyakit serupa

5. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA


Jantung (-)
Asam Urat (-)
Hipertensi (-)

6. RIWAYAT KELUARGA :
Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit serupa

7. RIWAYAT PRIBADI DAN STATUS SOSIAL (Social History dan


Health Habits)
(Hobby, Lingkungan kerja, tempat tinggal, aktivitas rekreasi
dan diwaktu senggang, aktivitas social)
Pasien adalaah seorang ibu rumah tangga yang aktifitas nya sehari hari
berada di rumah seperti mencuci pakaaian, jamur pakaian, menyiram
tanaamaan dan lain lain.
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
a) Tekanan darah : 120/70 mm/hg
b) Denyut Nadi : 60 x/menit
c) Pernapasan : 20 x/menit
d) Temperatur : 36 C̊
e) Tinggi Badan : 160 cm
f) Berat Badan : 55 kg

2. INSPEKSI
a. Statis
Tidak tampak adanya Raut wajah pasien tidak tampak terlihat
menahan nyeri Kondisi umum pasien baik.
b. Dinamis
Pasien terlihat menahan nyeri saat mengerakkan fleksi ekstensi dan tidak
26

bisa mengenggam secara rapat.

3. PALPASI (spasme, nyeri tekan dimana, tonus, oedema, suhu, dll):


1. suhu local Pasien tidak panas (normal)
2. Adanya nyeri tekan pada pergelangan tangan kanan

4. PERKUSI : -
Tidak dilakukan

5. AUSKULTASI : -
Pernafasan normal

6. PEMERIKSAAN GERAK
A. Tes Orientasi (menentukan lokasi keluhan)
1. Tes phalen:

- Tujuan tes untuk membantu menegakkan diagnosis diagnosis pada


carpal tunnel syndrome dengan meningkatkan tekanan pada nervus
medianus yang melewati terowongan carpal
Prosedur tes - Pasien: duduk dengan posisi kedua lengan fleksi
shoulder sekitar 90 dan sedikit abduksi,
disertai fleksi elow sekitar 90, palmar fleksi
wrist 70, dengan mempertemukan kedua sisi
dorsal tangan dan rileks di depan dada

-Praktikan : Meletakkan kedua tangan masing-masing


menyanggah lengan bawah pasien. Praktikan
selanjutnya menambah/mempererat pertemuan
wrist pasien ke arah full palmar fleksi (tapi
bukan overpresure). Praktikan kemudian
mempertahankan posisi tangan pasien
tersebut selama 1 menit atau hingga gejala
muncul.
(+) tes rasa kebas, kesemutan dan/atau
parasthesia timbul sepanjang distribusi
nervus cutaneous medianus.

2. Tes Tinel :

-Tujuan tes
Untuk membantu menegakkan diagnosis carpal tunnel syndrome
dengan memprovokasi paraesthesia dan/atau nyeri pada nervus
medianus yang melewati terowongan carpal Prosedur tes
27

-Pasien duduk dengan posisi kedua tangan tersanggah rileks diatas


paha dan lengan bawah full supinasi.

-Praktikan: meletakkan satu tangan untuk menyanggah lengan


bawah pasien tepat diatas wrist. Praktikan selanjutnya
mengidentifikasi titik tengan carpal tunnel, lalu 'ketuk'
dengan jari telunjuk dan jari tengah menggunakan
tangan satunya, atau dengan menggunakan sebuah
hammer perkusi. (+) tes rasa kebas, kesemutan dan/atau
parasthesia timbul sepanjang distribusi nervus
cutaneous medianuss (aspek palmar thumb, jari telunjuk
dan tengah serta bagian tengah lateral jari manis).

B. Pemeriksaan Gerak Dasar


a. Gerakan Aktif
Tabel 1.1 Gerakan Aktif

Regio Gerakan Nyeri/tidak ROM


Fleksi Nyeri Tidak full
Wrist Ekstensi Nyeri Tidak full
Radial deviasi Tidak nyeri Full ROM
Ulnar deviasi Tidak nyeri Full rom

b. Gerak Pasif

Tabel 1.2 Gerakan pasif wrist

Regio Gerakan Nyeri/tidak ROM End fell


Fleksi Nyeri Tidak full Soft
Wrist Ekstensi Nyeri Tidak full Soft
Radial Tidak nyeri Full ROM Hard
deviasi
Ulnar deviasi Tidak nyeri Full rom Hard

c. Gerak isometric Melawan tahanan

Tabel 1.3 Gerakan isometrick pada wrist

Regio Gerakan Nyeri/tidak Mampu/tdk MMT


Fleksi Nyeri Tdk mampu 3
Wrist Ekstensi Nyeri Tdk mampu 3
Radial Tidak nyeri Mampu 5
deviasi
28

Ulnar deviasi Tidak nyeri Mampu 5

C. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional (transfer/ Ambulasi, ADL, Gait n Balance


Analysis, Alat bantu / tidak)
Aktivitas fungsional pasien tergantung pada saat menggengam dan mengangkat
benda

D. Pemeriksaan Spesifik (MMT, ROM, VAS/VDS, Antropometri, SLR, Mc Murray,


Varus, Spady test, indeks Kats, indeks Jette dll)
1. Tes Tinel
(+) tes rasa kebas, kesemutan dan/atau parasthesia timbul
sepanjang distribusi nervus cutaneous medianus.
2. Tes Phalen
(+) tes rasa kebas, kesemutan dan/atau parasthesia timbul sepanjang distribusi
nervus cutaneous medianuss (aspek palmar thumb, jari telunjuk dan tengah serta
bagian tengah lateral jari manis).
3. Pemeriksaan nyeri dengan VAS
Tabel 1.4 Pemeriksaan nyeri dengan VAS
Nyeri Nilai
Nyeri diam 1
Nyeri tekan 5
Nyeri gerak 4
Ket : Nilai 1 : Tidak ada Nyeri
Nilai 2-4 : Nyeri ringann
Nilai 5-6 : nyeri sedang
Nilai 7-9 : Nyeri berat
Nilai 10 : Nyeri yang sangat berat

4. pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT


Tabel 1.5 pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT
Otot penggerak kanan kiri
Fleksor 3 5
Ekstensor 3 5
Radial deviasi 5 5
Ulnar deviasi 5 5

5. Pemeriksaan LGS
Tabel 1.6 Pemeriksaan LGS dengan Goniometer
Gerakan Aktif dekstra Pasif dekstra
Ekstensi/fleksi S: 40-0-50 S: 50-0-50
Radial/ulnar deviasi F: 20-0-30 F: 20-0-30
29

6. Pemeriksaan Aktivitas fungsional


Tabel 1.7 pemeriksaan Boston carpal tunnel Questionnaire

No 1 2 3 4 5
1. Menulis 
2. Mengkancingkan pakaian 
3. Menggengam buku sambal 
membaca
4. Menggengam gagang telpon 
5. Pekerjaan rumah tangga 
6. Mandi dan berpakaian 
7. Membawa keranjang belanjan 
Ket : Nilai 1 : Tidak ada Nyeri
Nilai 2 : Nyeri ringann
Nilai 3 : nyeri sedang
Nilai 4 : Nyeri berat
Nilai 5 : Nyeri yang sangat berat

E. PEMERIKSAAN KOGNITIF, INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL


1. Kognitif : Pasien mampu menjelaskan kronologi kejadian dengan baik
2.Intrapersonal : Pasien mempunyai semangat yang tinggi untuk sembuh
3.Interpersonal : Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dengan terapis dan
mengikuti instruktur terapis
30

D.MEKANISME TERJADINYA PERMASALAHAN FISIOTERAPI


(UNDERLYING PROCESS OF PHYSIOTHERAPY)
31

C. INTERPRETASI DATA
1. IMPAIRMENT
1. Adanya nyeri pada gerakan fleksi ekstensi pergelangan tangan kanan.
2. Adanya kelemahan otot Flexor pollicis longus pada pergelangan tangan Kanan
3. Adanya keterbatasan LGS fleksi ekstensi wrist.

2. FUNCTIONAL LIMITATION
Kesulitan saat mengenggam dan mengankat benda

3. DISABILITY / PARTICIPATION RESTRICTION


Pasien tidak mengalami gangguan aktivitas
4. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Dari beberapa proses assesment yang dilakukan bahwa dapat disimpulkan bahwa
pasien Ny. H berumur 60 thn dengan keluhan nyeri pada pergelangan tangan sebelah
kanan atau dalam bahasa medis Carpal Tunnel Syndrome.

D. PROGRAM FISIOTERAPI
1. TUJUAN FISIOTERAPI
a. jangka pendek :
- mengurangi nyeri pada pergelangan tangan
- meningkatkan kekuataan otot pergelangan tangan
- Meningkatkan LGS pada fleksi ekstensi wrist
b. jangka panjang :
- Melanjutkan jangka pendek
- Mengembalikaan kemampuan aktivitas fungsional secara mandiri

E. TEKNOLOGI INTERVENSI
a. Terpilih / efektif (Evidence Based)
- TENS
- Ultrasound
- Terapi latihan
- massage

TENS : F : 2x/minggu
I : toleransi pasien
T : 12 menit
32

Ultrasound F : 2x/minggu
I : toleransi pasien
T : 12 menit

Massage : F: 2x/minggu
T : 1 menit
T : Efflurage
R : 2x pengulangan
Massage : F: 2x/minggu
T : 1 menit
T : Finger Kneeling
R : 2x pengulangan
R : 1x pengulangan

1. Terapi latihan
Pelaksanaan dalam Posisi Duduk
a. Audiens diinstruksikan untuk duduk tegak
b. Lengan dengan CTS diletakkan tegak lurus diantara kedua
tungkai atas,wrist dalam posisi supinasi menyentuh tungkai
berlawanan
c. Ibu jari di tangan yang dikeluhkan CTS ditarik ke belakang oleh
tangan yang bebas dan tangan yang supinasi mendorong tungkai
atas

d. Gerakan dilakukan selama dengan repetisi 5-10x/hari selama 5-


10menituntuk satu repetesi

b. Edukasi :
-Agar dirumah melakukan streching secara mandiri sesuai apa yang
diajarkan oleh terapis. Untuk mengompres dengan air hangat pada
pergelangan tangan kanan sekitar 10 menit
-Mengerakkan pergelangan tangan kanan sebatas nyeri pasien secara
aktif
33

-Jangan mengangkat beban berat yang menimbulkan nyeri

V. RENCANA EVALUASI
(Sesuai dengan interpretasi data fisioterapi)
- Kemampuan fungsional dengan Boston carpal tunnel Questionnaire
- Kekuatan otot dengan MMT wrist
PROGNOSIS (Impairment, Functional Limitation, Disability) :
1. Quo Ad Vitam :
2. Quo Ad Sanam :
3. Quo Ad Fungsionam :
4. Quo Ad Cosmetikam :

Evaluasi (Setelah Tindakan Terapi / per tanggal) :


Tanggal : 27 Mei 2020
1. Subyektif
Didapatkan hasil bahwa adanya penurunan nyeri dan peningkatan aktivitas fungsional setelah
diberikan tindakan tersebut pada penderita Nyeri Carpal Tunnel Syndrome.
2. Obyektif
Adanya penurunan nyeri dan peningkatan kekuatan otot dengan menggunakan alat akur VAS
dan MMT.
3. Action
Dengan menggunakan :

a. Upper Limb Tension Test (ULTT)

Tujuan utamanya adalah untuk mencoba mengembalikankeseimbangan dinamis


antara pergerakan jaringan 8 saraf dan mekanik sekitarnya sehingga
memungkinkan mengurangi tekanan intrinsik jaringan saraf dan dengan demikian
meningkatkan fisiologis saraf tersebut.

VI. HASIL TERAPI TERAKHIR :


Setelah dilakukan tindakan fisioterapi pada Ny. H dengan diagnosa nyeri
Carpal Tunnel Syndrome dengan mengunakan intervensi Myofascial Release dengan
dosis 2 kali seminggu selama 3 minggu dan Neuromuscular Taping dengan dosis 2 kali
dalam 1 minggu tindakan. Didapatkan hasil :
1. Adanya penurunan nyeri.
2. Adanya peningkatan kekuatan otot pada pergelangan tangan kanan.
3. Adanya peningkatan LGS pada fleksi ekstensi wrist.
34

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Carpal Tunnel Syndrome adalah salah satu gangguan pada lengan
tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat oedema
fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil
tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus di pergelangan
tangan. Carpal tunnel syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang
disertai nyeri pada daerah distribusinervus medianus dengan kejadian yang
paling sering, bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam
hari, parastesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus,
kelemahan dan atrofi otot thenar Intervensi yang dapat di lakukan oleh
fisioterapi padaa kasus ini salaah satu nya ada Tens, Ultrasound, dan terapi
latihan yang dimana masuk nya adalah Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation merupakan modalitas yang menggunakan stimulasi listrik
digunakan untuk mengurangi nyeri yang dianggap efek tif melalui mekanisme
dengan penghambatan nosiseptor,blockade nyeri melalui saraf aferen, blokade
simpatik, control gerbang, dan pelepasan endogen.
35

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman. (2017). Anatomi dan Kinematik Gerak Pada


Manusia_compressed. pdf. Intelgensia Media.

Al-kaisi, KahlanRefaiy, Ahmed ElHanasoge, Raveesh Powers, David (2022)


Trapeziectomy and Acute Carpal Tunnel Syndrome . MRI Anatomical
Study of the Relationship between Trapezium and Median Nerve.

Amalia, F. R. (2019). Modalitas Ultrasound Dan Intercarpal Joint


Mobilization Pada Carpal Tunnel Syndrome ( Cts ).

Assmus Dme.H. Das Karpaltunellsyndrome. (Facharz, ed.). DRM Free form


with digital watermarking; 2014.

Chalik Raimundus (2016). Anatomifisiologismanusia

Almuqtishms. Anatomi Fisiologis Pada Manusia. (Dr Meutia /


Maulinams, ed).
UnimalPress ; 2018.

Eddy Purnomo, M. Kes. (2019). Anatomi Fungsional, 164. Retrieved from


http://staffnew.uny.ac.id/upload/131872516/penelitian/c2-
FUNGSIONAL ANATOMI soft cpy.pdf

Ginting, R. I., Berampu, S., Bintang, S. S., Hardis, N. N. A. T., & Teja, E.
(2021).

Hofer, M., Ranstam, J., &Atroshi, I. (2021). Extended follow-up of local


steroid injection for carpal tunnel syndrome: A randomized clinical
trial. JAMA network open, 4(10), e2130753-e2130753.

John R. Fowler (ed). Cubital Tunnel Syndrome. (Associate Professor and


Assistent,ed.). has supplied this book in DRM Free form with digital
watermarking; 2019.
36

jill Gambaro. The Truth About Carpal Tunnel Syndrome. Book Watermarking;

2014. John wiley .2020 The Authors. European Journal of Heart Failure

published by John
Wiley& Sons Ltdon behalfof European
Society ofCardiology.https://doi.org/10.1002/ejhf.1742

Kakinokiryosuke , md P. Carpal Tunal Syndrome and Related Median. (Scott


F.m.duncan (ed) :ryosukekakinoki (ed), (ed.). DRM Free form with
digital watermarking9; 2017.

Lin, C. P., Chen, J., Chang, K. V., Wu, W. T., &Özçakar, L. (2019). Utility
of ultrasound elastography in evaluation of carpal tunnel syndrome: a
systematic review and meta-analysis. Ultrasound in medicine & biology,
45(11), 2855-2865.

Mark A. Pinsky. The Carpal Tunnel Milandri, A., Farioli, A., Gagliardi, C.,
Longhi, S., Salvi, F., Curti, S., ... &Rapezzi, C.(2020). Carpal tunnel
syndrome in cardiac amyloidosis: implications for early diagnosis and
prognostic role across the spectrum of aetiologies. Europeanjournal of
heart failure, 22(3), 507-515.

Nugraha, FajarSetyawan (2019) Fisioterapi, Program StudiKesehatan,


FakultasIlmu Surakarta, Universitas Muhammadiyah Penatalaksanaan
ultra sound therapy dan ulti 1 exercise pada kasus carpal tunnel
syndrome.

Ng, A. W. H., Griffith, J. F., Tsoi, C., Fong, R. C. W., Mak, M. C. K., Tse,
W. L., &
Ho, P. C. (2021). Ultrasonography findings of the carpal tunnel after
endoscopiccarpal tunnel release for carpal tunnel syndrome. Korean
Journal of Radiology, 22(7), 1132.

Zyluk (2018) Bilateral carpal tunnel syndrome-A review Neurologiai


Neurochirurgia Polska, Elsevier, cited by 39 (9.75 per year)

Roomizadeh, P., Eftekharsadat, B., Abedini, A., Ranjbar-Kiyakalayeh, S.,


Yousefi, N., Ebadi, S., &Babaei-Ghazani, A. (2019, May 1).
Ultrasonographic Assessment of Carpal Tunnel Syndrome Severity: A
Systematic Review and Meta- Analysis. American Journal of Physical
Medicine and Rehabilitation. Lippincott Williams and Wilkins.
Rasubala, Terry Luciano (2020) Penatalaksanaanfisioterapi ultrasound dan
mobilisasisarafuntukmenguranginyeri pada pasien carpal tunnel
syndrome
37

Roomizadeh, P., Eftekharsadat, B., Abedini, A., Ranjbar-Kiyakalayeh, S.,


Yousefi, N.,Ebadi, S., &Babaei-Ghazani, A. (2019). Ultrasonographic
assessment of carpal tunnel syndrome severity: a systematic review and
meta-analysis. American journal of physical medicine & rehabilitation,
98(5), 373-381.

Salma, Dalilah Salsabila (2019) AnalisisFaktorPenyebab Carpal Tunnel


Syndrome Pada Ibu RumahTangga Di Poli Saraf RsudSoedonoMadiun.

Yildirim, P., Dilek, B., Şahin, E., Gülbahar, S., & Kizil, R. (2018).
Ultrasonographic and clinical evaluation of additional contribution of
kinesiotaping to tendon and nerve gliding exercises in the treatment of
carpal tunnel syndrome. Turkish Journal of Medical Sciences, 48(5),
925–932.
Sabila, Cindy Ila (2019) KarakteristikIndividu dan
FaktorPekerjaandenganKeluhan Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Pekerjabagian Repair Veneer (Studi di CV. AnugerahAlam Abadi
Bondowoso)

Sari, R. K. (2018). FaktorRisikoKejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS)


Pada Pekerja Bulu Mata Bagian Cantel (Studidi
DesaRakitKecamatanRakitKabupatenBanjarnegara).

Udo A. Zifko (ed) ; Artur P. Worseg (ed). Das Karpaltunnelsyndrome. 1st ed.
Digital Watermarking; 2013.
Syndrome Book. Grand Central; 2018.

Workshop nerve gliding exercise dan pemberian ultra sound (us)


terhadappenururnannyeri pada kasus carpal tunnal syndrome di
granmedlunukpakam. Jurnalpengemaskastra(JPK), 1(1),120–124.

Wright, A. R., & Atkinson, R. E. (2019). Carpal tunnel syndrome: An update


for the primary care physician. Hawai'i Journal of Health & Social
Welfare, 78(11 Suppl 2), 6.

Wang, L. (2018). Guiding treatment for carpal tunnel syndrome. Physical


Medicine and Rehabilitation Clinics, 29(4), 751-760.

Yoshii, Y., Zhao, C., & Amadio, P. C. (2020). Recent advances in ultrasound
diagnosis of carpal tunnel syndrome. Diagnostics, 10(8), 596.

Anda mungkin juga menyukai