Oleh :
PRESEPTOR:
BAGIAN RADIOLOGI
RSUP DR M. DJAMILPADANG
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
berjudul Torsio Testis. Makalah ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk
preseptor. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat
Testisdari segi ilmu radiologi terutama bagi diri penulis dan bagi rekan-rekan
sejawat lainnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3
Daftar Gambar..................................................................................................4
Daftar Tabel.5
BAB I PENDAHULUAN
2.2 Definisi....................................................................................................10
2.3 Epidemiologi...........................................................................................11
2.4 Etilogi......................................................................................................11
2.5 Patogenesis..............................................................................................12
2.7 Diagnosis.................................................................................................13
2.10 Terapi...................................................................................................... 27
2.11 Komplikasi..............................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3. Temuan spektrum normal dari aliran arteri normal. Aliran biasa,
impedansi rendah, diastolik tinggi intratestikular (a) kontras dengan
spektrum deferensial impedansi yang lebih tinggi (b) .............................. 16
torsio ........................................................................................................ 19
Gambar 2.9. Pasien laki-laki umur 26 tahun dengan nyeri skrotum kanan
setelah trauma (sport injury). Scan menunjukkan area fotofenik yang
besar di dalam testis kanan yang sesuai dengan gambaran torsio akut ...... 22
Gambar 2.11. Pasien laki-laki umur 22 tahun dengan nyeri testis kiri. Scan
menunjukkan gambaran aliran darah dan konsentrasi penanda di
skrotum kiri sesuai dengan gambaran epididimo-orkitis .......................... 24
4
DAFTAR TABEL
5
BAB I
PENDAHULUAN
Torsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpuntir yang
mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis
murni dan memerlukan tindakan bedah yang segera. Jika kondisi ini
tidak ditangani dalam waktu singkat (dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri)
dapat menyebabkan infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi
terjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 4000 orang
dibawah usia 25 tahun. Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasien-
pasien dengan akut skrotum hingga terbukti tidak, namun kondisi tersebut juga
harus dibedakan dari keluhan nyeri testis lainnya. Keterlambatan dan kegagalan
dalam dignosis dan terapi akan menyebabkan proses torsio yang berlangsung
menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio (Cassar, et al,
2008).
6
Pembahasan referat ini dibatasi pada definisi, anatomi,etiologi, patogenesis,
literatur.
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Bersamaan dengan perubahan duktus wolfii menjadi epididimis dan vas deferens,
berbentuk oval dengan ukuran 4x2,5x2,5cm dan berat kurang lebih 20 gram.
Terletak di dalam skrotum dengan axis panjang pada sumbu vertikal dan biasanya
testis kiri terletak lebih rendah dibanding kanan. Testis diliputi oleh tunika
albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal dimana terdapat epididimis dan pedikel
terletak disekeliling bagian dorsal dari testis. Suplai darah arteri pada testis dan
epididimis berasal dari arteri renalis. Antara minggu ke12 dan 17 kehamilan, testis
mengalami migrasi trans abdominal menuju lokasi di dekat cincin inguinal interna
(Sjamsuhidajat, 2007).
8
Gambar 2.1. Anatomi Testis dan Spermatic Cord
2.2 Definisi
testis tebagi menjadi torsi intravaginal dan torsi ekstravaginal. Torsi intravaginal
merupakan keadaan dimana posisi cord yang terpuntir berada di dalam tunika
vaginalis ., sedangkan torsi ekstravaginal adalah torsi yang terjadi di atas level
Torsio testis terbagi menjadi torsi komplit dan torsi inklomplit, dan ada
kemungkinan terjadinya torsi spontan serta detorsi (Sutton, 2003). Derajat dari
torsio testis menentukan berat iskemia yang terjadi pada testis dan berpengaruh
terhadap kerusakan irreversible yang terjadi pada testis (Cassar, et al, 2008).
9
2.3 Epidemiologi
dimana kasus ini terjadi sebanyak lebih dari 26%. Walaupun bisa terjadi pada
semua usia, torsio testis paling sering terjadi pada anak lelaki dan pria muda
sebesar 1 dari 4000 pasien yang berusia kurang dari 25 tahun (Cassar, et al, 2008).
merupakan 90% dari keseluruhan kasus dan biasa terjadi pada anak usia 12
sampai 18 tahun. Pada infan dan neonatal lebih banyak terjadi torsio ekstravaginal
sedangkan pada kelompok usia yang lebih tua lebih banyak terjadi torsio
memicu terjadinya resiko rotasi testis dan 80% kasus ini terjadi secara bilateral
dimana torsio bilateral simultan terjadi lebih dari 5% kasus (Sutton, 2003).
2.4 Etiologi
perkembangan janin. Torsio dari funikulus spermatikus dan testis juga dapat
terjadi pada masa janin atau neonatus di dalam rahim atau sewaktu persalinan
Trauma dapat menjadi faktor penyebab pada sekitar 50% pasien, torsio
timbul ketika seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster (Price dan
2007).
10
2.5 Patogenesis
Secara anatomis, terdapat dua jenis torsio testis: intravaginal dan ekstravaginal.
Terdapat jenis lain yaitu testis yang terpuntir di sepanjang mesenterika epididimis
Torsio testis terjadi pada anak dengan insersi tunika vaginalis tinggi di
tunika vaginalis (Sjamsuhidajat, 2007). Jenis torsio ini disebut sebagai torsio
bagian inguinalis di atas insersi tunika vaginalis dan dikenal sebagai torsio
pada bayi baru lahir, yaitu terdapat massa skrotum yang padat disertai daerah
bewarna biru pada kulit skrotum yang menutupi massa tersebut (blue dot sign)
dan seringkali testis telah menjadi nekrotik seluruhnya (Price dan Wilson, 2005).
Trauma karena spasme otot kremaster terjadi akibat testis kiri berputar
berlawanan arah jarum jam dan testis kanan berputar searah jarum jam. Aliran
11
2.6. Manifestasi Klinis
Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan
diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu dikenal sebagai akut skrotum
(Purnomo, 2011).
Nyeri dapat menjalar kearah daerah inguinal atau perut sebelah kanan
bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut.
Hiperemia reaktif pada kulit skortum juga dapat terlihat. Pada umumnya,
berkurangnya aliran darah ke testis tidak terjadi dengan cepat atau komplit; akan
karena itu, bukan hanya tidak terdapatnya aliran darah yang menjadi temuan
diagnostik yang penting, tetapi juga menurunnya aliran darah pada salah satu sisi
2005).
2.7 Diagnosis
Aspek yang paling penting dalam menentukan diagnosis yang tepat adalah
anamnesis dan pemeriksaan fisik (Kandeel, 2007). Jika pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik telah begitu mengarahkan kepada torsio testis, dianjurkan untuk
terdapat gejala mual dan muntah, onset terjadinya gejala, aktivitas yang sedang
dilakukan ketika gejala pertama kali muncul, dan respon pasien terhadap semua
gejala, penting untuk ditanyakan. Riwayat trauma juga penting, tetapi tidak harus
12
ada pada torsio testis. Riwayat operasi testis sebelumnya juga menurunkan
Riwayat nyeri skrotum sebelumnya yang terjadi tiba-tiba dan cepat teratasi
mengarahkan pada kemungkinan torsio intermiten. Lebih dari 50% pasien torsio
sebelumnya dapat mendukung diagnosis karena familial torsion pada testis juga
Pada pemeriksaan fisik, testis yang terpuntir terlihat tertarik atau terangkat
pada skrotum (Perkin, et al, 2008). Pada palpasi, dapat teraba puntiran, axis testis
yang abnormal, posisi epididimis pada skrotum yang abnormal, atau axis testis
salah satu dari tanda tersebut sangat mendukung diagnosis torsio testis. Tidak
adanya refleks kremaster juga menunjukkan torsio testis, akan tetapi hal tersebut
normal pada anak laki-laki berumur kurang dari 30 bulan (Baren, 2008).
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada torsio testis dapat tidak cukup
untuk menentukan diagnosis torsio testis. Hal tersebut disebabkan oleh posisi
epididimis dapat terlihat normal pada rotasi 360 atau 720 (Baren, 2008).
akut skrotum yang lain. Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya
leukosit dalam urin dan pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda inflamasi,
13
kecuali pada torsio testis yang sudah lama dan tidak mengalami peradangan steril
(Purnomo, 2011).
kecurigaan untuk torsi testis rendah. Setiap pasien dengan riwayat dan
pemeriksaan fisik yang mencurigakan untuk torsio testis harus menjalani operasi
2.8.1 USG
ultrasonografi. Pada pasien dengan torsio testis, aliran darah di testis akan
menurun atau tidak ada dibandingkan dengan testis yang tanpa gejala.. Pada
14
normal, tapi epididimis menjadi besar. Ultrasonografi juga dapat membedakan
kelainan testis (misalnya, torsio, tumor) dari kelainan diluar testis (misalnya,
negatif palsu yang dapat disebabkan oleh torsi intermiten atau torsi awal ketika
hanya aliran vena yang tersumbat. Positif palsu hasil juga dapat terjadi karena
aliran darah tidak mungkin terdeteksi dalam testis praremaja yang lebih kecil.
(Erika, 2006)
2010):
a. Pada orang dewasa, aliran resistansi rendah, dengan komponen sistolik luas
arteri. Normal indeks resistensi (RI) adalah 0,6, mulai 0,5-0,7. Asimetri
15
Gambar 2.3. Temuan spektrum normal dari aliran arteri normal. Aliran biasa, impedansi rendah,
diastolik tinggi intratestikular (a) kontras dengan spektrum deferensial impedansi yang lebih tinggi
(b).
16
Gambar 2.4. Gambaran normal pembuluh darah intratestikular pada color Doppler
Sedangkan gambran torsio testis dapat dilihat pada gambara dibawah ini
dimana akan terliihat kurangnya atau bahkan tidak adanya aliran darah ke testis
Gambar 2.5. Torsio testis akut. Pengurangan aliran darah komplit intratestikular.
17
Gambar 2.6. Snail shell pada avaskular tipikal supratestikular pada torsio.
18
Meskipun pemeriksaan skintigrafi mungkin lebih sensitif untuk torsi testis,
USG lebih cepat dan lebih mudah tersedia. Ini adalah pertimbangan penting dalam
Tabel 2.1. Gambaran radiologis tipikal pada pasien dengan nyeri akut skrotum
Diagnosis Gambaran Ultrasonografi Gambaran Skintigrafi
Testis Normal Echogenitas yang homogen dan Ambilan simetris homogen
dikelilingi oleh garis tipis yang
terang (tunika albugenia)
Torsio Testis Tidak ada atau menurunnya Penurunan perfusi pada lesi
aliran darah fotogenik sisi yang terkena pada
gambaran statis
Epididimitis/Orkitis Peningkatan aliran darah Peningkatan perfusi
2.8.2 Skintigrafi
meragukan atau non konklusif.Pada pemeriksaan ini tidak ada persiapan apapun
dari pasien. Total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaanhanya 12-
dan 12 orang (57%) mengalami nyeri sisi kanan (p> 0,05). Delapan dari total
pasien (38%) didiagnosis mengalami torsio testis dari skintigrafi, dimana tujuhnya
19
Gambar-gambar dibawah ini akan menunjukkan pola skintigrafi dari
20
Gambar 2.9. Pasien laki-laki umur 26 tahun dengan nyeri skrotum kanan setalah trauma (sport
injury). Scan menunjukkan area fotofenik yang besar di dalam testis kanan yang sesuai dengan
gambaran torsio akut.
21
Gambar 2.10. Pasien laki-laki umur 19 tahun dengan pembengkakan skrotum kanan. Scan
menunjukkan pembesaran testis kanan dan area fotofenik di tengah yangdikelilingi oleh daerah
hiperemis (doughnut sign) yang sesuai dengan gambaran torsio yang hilang.
22
Gambar 2.11. Pasien laki-laki umur 22 tahun dengan nyeri testis kiri. Scan menunjukkan
gambaran aliran darah dan konsentrasi penanda di skrotum kiri sesuai dengan gambaran
epididimo-orkitis.
kondisi patologis lain yang menyebabkan nyeri skrotum akut. Skintigrafi ini
sangat akurat dalam mengkonfirmasi apakah torsio testis atau tidak. (Saleh
O,2012)
Pada skintigrafi skrotum yang normal, aliran darah samar tetapi simetris
divisualisasikan dalam skrotum dan testis. Namun, bila ada torsio testis, maka
aliran darah berkurang atau tidak ada pengiriman konsekuen radiotracer pada
mungkin kadang-kadang dilihat sebagai nubbin sign. Tahap akhir dari torsio testis,
23
disebut sebagai "kehilangan torsi," hiperemia reaktif sekitar testis yang terkena
akan memberikan tampilan tanda donat atau tanda cincin. Pola skintigrafi pada
peradangan atau infeksi akan terlihat peningkatan aliran darah ke sisi yang terkena
O,2012)
2.8.3. MRI
kelainan pada skrotum atau testis, termasuk torsio testis tetapi ternyata banyak
positif palsu dari CDU terutama pada torsio testis inkomplit sehingga dibutuhkan
spesifisitas 93% dan nilai prediksi negatif 96%. Tetapi penelitian ini hanya
Dibawah ini dapat dilihat gambaran MRI pasien dengan torsio testis:
24
Gambar 2.12. (a) Potongan aksial T2 dan (b) Gambaran T1-weighted MR yang menunjukkan
sinyal T2 tinggi yang homogen dan T1 intermediate yang homogen pada kedua testis (yang ditunjuk
panah). (c) Gambaran potongan aksial T1-weighted MRI setelah pemberian gadolinium intravena
yang menunjukkan penurunan enhancement testis kiri (yang ditunjuk panah) dibandingkan dengan
kanan. (d) Gambaran potongan koronal T1-weighted MRI yang menunjukkan torsio spermatic cord
kiri (yang ditunjuk panah).
Ditemukannnya torsi simpul dan pola pusaran air pada MRI non kontras
merupakan tanda terjadinya torsio testis, yang dihasilkan dari spermatika kord,
hal ini memiliki akurasi 100% dalam mendiagnosis torsio testis inkomplit pada
pasien dengan subakut nyeri skrotum. Selain ditemukannya kord yang terpluntir ,
meningkat ukuran testis yang disebabkan oleh terhalangnya aliran vena juga
kontras yang tidak sama pada kedua skrotum. Pmeriksaan MRI ini juga dilakukan
25
jika temuan klinis dan pemeriksaan USG masih meragukan untuk menegakkan
diagnosis. (G T Gotto,2010)
kemungkinan epididimitis, dapat terjadi pada 30% pasien torsio testis. Satu-
2.10. Terapi
Penatalaksanaan torsio testis terbagi atas dua cara yaitu tanpa pembedahan dan
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan
memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio
biasanya ke medial, maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu,
kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi ke arah medial. Hilangnya
26
nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi
2.10.2. Operasi
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada arah
yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian viabilitas testis yang
mengalami torsio, mungkin masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis.
Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos
pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpuntir kembali, sedangkan pada
yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada dalam skrotum akan
2.11. Prognosis
Adapun prognosis dari torsio testis dapat dinilai dari berbagai aspek seperti
2.11.1. Fertilitas
27
torsio testis unilateral mempengaruhi spermatogenesis berikutnya adalah sekitar
50% pasien dan kemungkinan gangguan produksi sebesar 20% (Tekgul et al,
2008).
2.11.2. Subfertilitas
menunjukkan hasil normal pada 5-50% pada follow up jangka panjang. Intervensi
bedah dini (rata-rata waktu torsi < 13 jam) dengan detorsi dapat mempertahankan
fertilitas, tetapi periode torsi lama (rata-rata waktu torsi 70 jam) diikuti dengan
pasien dengan torsio testis dan menghubungan level antibodi dengan infertilitas,
ini. Anderson et al. menemukan abnormalitas testis kontralateral pada biopsi yang
dilakukan pada saat operasi dan tidak mendeteksi adanya antibodi antisperma
androgen testis setelah torsio testis. Efek ini diperkirakan disebabkan oleh stres
reperfusi / stres oksidatif dalam testis. Meskipun level FSH, LH dan testosteron
lebih tinggi pada pasien setelah torsio testis dibandingkan dengan kontrol normal,
fungsi endokrin testis tetap dalam rentang normal pada pasien setelah torsio testis
28
2.11.4. Kanker Testis
Terdapat 3,2 kali lipat kemungkinan peningkatan risiko tumor testis 6-13 tahun
setelah torsio testis. Namun, dua dari sembilan kasus torsio testis tidak
berkembang menjadi tumor dan empat memiliki tumor yang berasal dari testis
Sebuah penelitian pada tikus menemukan bahwa torsio testis tidak menyebabkan
29
BAB III
KESIMPULAN
Torsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpuntir yang
mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada torsio testis dapat tidak cukup
untuk menentukan diagnosis torsio testis. Jika temuan pada anamnesis dan
dengan Doppler ultrasonografi. Pada pasien dengan torsio testis, aliran darah di
testis akan menurun atau tidak ada dibandingkan dengan testis yang tanpa
meningkat. Pada epididimitis, testis dalam ukuran normal, tapi epididimis menjadi
testis.
30
skintigrafi skrotum yang normal, aliran darah samar tetapi simetris
Pemeriksaan MRI ini juga dilakukan jika temuan klinis dan pemeriksaan
simpul dan pola pusaran air pada MRI non kontras merupakan tanda terjadinya
torsio testis.Selain itu meningkat ukuran testis yang disebabkan oleh terhalangnya
aliran vena juga merupakan petunjuk terdapatnya torsio testis.Pada kasus torsio
manual atau tanpa pembedahan dan dengan pembedahan atau operasi untuk
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Sutton D. Textbook of Radiology and Imaging. 7th Edition. London. Churchill
Livingstone. 2003; 1026-1027.
Tekgl S, Riedmiller H, Gerharz E, Hoebeke P, Kocvara R, Nijman R, Radmayr
C, Stein R. Guidelines on Paediatric Urology. European Society for
Paediatric Urology. 2008; 14-15.
William NS, Bulstrode CJK, OConnell PR. Bailey & Loves Short Practice of
Surgery. 25th Edition. London. Hodder Arnold. 2008; 1377-1380.
33