Anda di halaman 1dari 13

Radang Tenggorokan itu apa sih?

Posted by Iefha Mahmudah Jumat, 23 Agustus 2013 0 comments


Faringitis atau yang biasa disebut radang tenggorokan adalah peradangan pada mukosa faring
dan sering meluas ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan
tonsilitis, rhinitis dan laryngitis. Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 tahun di daerah
dengan iklim panas, tapi dapat pula menyerang orang dewasa. Dan faringitis ini pula dapat
berupa tanda akan adanya penyakit flu atau pilek.
Faringitis yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang merupakan
Streptocci Grup A hemolitik. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah Streptocci Grup C,
Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya
dijumpai pada 15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa.
Penyebab lain yang banyak dijumpai adalah nonbakteri, yaitu virus-virus saluran napas seperti
adenovirus, influenza, parainfluenza, rhinovirus dan respiratory syncytial virus (RSV). Virus lain
yang juga berpotensi menyebabkan faringitis adalah echovirus, coxsackievirus, herpes simplex
virus (HSV). Epstein barr virus (EBV) seringkali menjadi penyebab faringitis akut yang
menyertai penyakit infeksi lain. Faringitis oleh karena virus dapat merupakan bagian dari
influenza.

Bagaimana gejalanya?
Pada Faringitis akut (radang tenggorokan yang masih baru) dengan gejala
nyeri tenggorokan dan kadang disertai demam dan batuk. Sedang
pada Faringitis kronis (radang tenggorokan yang sudah berlangsung lama),
biasanya tidak disertai dengan gejala nyeri menelan, hanya saja terasa ada
sesuatu yang mengganjal di tenggorokan.
Dapat pula ditemukan gejala lain, seperti nyeri kepala (sakit kepala), muntah-muntah atau ingin
muntah (mual), yeri perut, nyeri otot, Ruam (bintik kecil-kecil kemerahan) pada tubuh atau
dalam mulut atau tenggorokan.

Siapa saja yang rentan terhadap penyakit ini?


a. Riwayat demam rematik
b. HIV positif, pasien dengan kemoterapi, immunosuppressed
c. Diabetes Mellitus
d. Kehamilan
e. Pasien yang sudah memulai antibiotik sebelum didiagnosis
f. Nyeri tenggorokan untuk selama lebih dari 5 hari.

Dan bila tidak tertangani dengan baik maka apa dampaknya?


dapat berupa munculnya komplikasi penyakit, seperti:
1. Sinusitis
2. Otitis media

3. Mastoiditis (infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang


menonjol dibelakang telinga).

4. Abses peritonsillar (kumpulan nanah samping tonsil dalam yang


disebut sebagai ruang Peritonsilar).

5. Demam rematik

6. Glomerulonefritis ( peradangan pada glomerulus, yaitu organ kecil di


ginjal yang berfungsi sebagai penyaring).

Lantas apa solusi pengobatannya?


Tujuan mengatasi gejala secepat mungkin, membatasi penyebaran infeksi
serta membatasi komplikasi.
a. Terapi Pokok
Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh
Streptococcus Grup A, sehingga penting sekali untuk dipastikan penyebab
faringitis sebelum terapi dimulai. Terapi dengan antibiotika dapat dimulai
lebih dahulu bila disertai kecurigaan yang tinggi terhadap bakteri sebagai
penyebab, sambil menunggu hasil pemeriksaan kultur. Terapi dini dengan
antibiotika menyebabkan resolusi dari tanda dan gejala yang cepat. Namun
perlu diingat adanya 2 fakta berikut:
Faringitis oleh Streptococcus grup A biasanya sembuh dengan
sendirinya, demam dan gejala lain biasanya menghilang setelah 3-4
hari meskipun tanpa antibiotika.
Terapi dapat ditunda sampai dengan 9 hari sejak tanda pertama kali
muncul dan tetap dapat mencegah komplikasi.
Sejumlah antibiotika terbukti efektif pada terapi faringitis oleh Streptococcus
grup A, yaitu mulai dari Penicillin dan derivatnya, cefalosporin maupun
makrolida. Penicillin tetap menjadi pilihan karena efektivitas dan
keamanannya sudah terbukti, spektrum sempit serta harga yang terjangkau,
sama halnya dengan Amoxicillin, khususnya pada anak dan menunjukkan
efektivitas yang setara. Lama terapi dengan antibiotika oral rata-rata selama
10 hari untuk memastikan eradikasi (pemusnahan) Streptococcus, kecuali
pada Azitromisin hanya 5 hari.
Berikut ini adalah panduan pemilihan antibiotika yang dapat digunakan
untuk kasus yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus grup A.

Lini Pertama

Penisilin G (untuk pasien yang tidak dapat menyelesaikan terapi oral selama 10 hari),
dengan dosis: 1 x 1,2 juta U i.m, sekali pakai.
Penisilin VK. Dengan dosis: Anak: 2-3 x 250 mg dan Dewasa: 2-3 x 500 mg, selama 10
hari
Amoksisilin (Klavulanat) 3 x 500 mg selama 10 hari. Dosis Anak: 3 x 250 mg, Dewasa: 3
x 500 mg 10 hari.

Lini Kedua
Eritromisin (untuk pasien alergi Penisilin). Dosis untuk Anak: 4 x 250 mg dan Dewasa: 4
x 500 mg, digunakan selama 10 hari
Azitromisin atau Klaritromisin dengan dosis 1 x 500 mg, kemudian 1 x 250
mg selama 4 hari berikutnya (digunakan selama 5 hari).
Sefalosporin generas satu atau dua, dengan dosis bervariasi sesuai agen, digunakan
selama 10 hari
Levofloxacin (hindari untuk anak maupun wanita hamil)

Bagaimana bila terapi ini gagal?


Maka diambil tindakan pengobatan berupa:

Oral Klindamycin. Dengan dosis Anak: 20-30 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis dan
untuk Dewasa: 600 mg/hari terbagi dalam 2-4 dosis, yang digunakan selama 10 hari
Amoksisilin-Asam Klavulanat. Dosis Anak: 40 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis, sedang
untuk Dewasa: 3 x 500 mg/2 x sehari, digunakan selama 10 hari.

Terapi Faringitis non-streptococcus meliputi terapi suportif dengan menggunakan parasetamol


atau ibuprofen, disertai kumur menggunakan larutan garam hangat atau gargarisma khan. Jangan
menggunakan aspirin pada anak-anak karena dapat meningkatkan risiko Reyes Syndrome. Tablet
hisap yang mengandung antiseptik untuk tenggorokan dapat pula disarankan.

b. Terapi Pendukung
Analgesik seperti ibuprofen
Antipiretik
Kumur dengan larutan garam, gargarisma khan
Lozenges/ Tablet hisap untuk nyeri tenggorokan.

Tips-tips lainnya?
Menghindari kontak dengan orang lain sampai demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap
rokok, tembakau dan polutan lain. Banyak minum, berkumur dengan larutan normal salin dan
pelega tenggorokan bila perlu.
TERAPI
a. OUTCOME
Mengatasi gejala secepat mungkin, membatasi penyebaran infeksi serta membatasi
komplikasi.
b. TERAPI POKOK
Terapi antibiotika ditujukan untuk faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus Grup A,
sehingga penting sekali untuk dipastikan penyebab faringitis sebelum terapi dimulai. Terapi
dengan antibiotika dapat dimulai lebih dahulu bila disertai kecurigaan yang tinggi terhadap
bakteri sebagai penyebab, sambil menunggu hasil pemeriksaan kultur. Terapi dini dengan
antibiotika menyebabkan resolusi dari tanda dan gejala yang cepat.
Namun perlu diingat adanya 2 fakta berikut:
Faringitis oleh Streptococcus grup A biasanya sembuh dengan sendirinya, demam dan gejala lain
biasanya menghilang setelah 3-4 hari meskipun tanpa antibiotika.
Terapi dapat ditunda sampai dengan 9 hari sejak tanda pertama kali muncul dan tetap dapat
mencegah komplikasi.
Sejumlah antibiotika terbukti efektif pada terapi faringitis oleh Streptococcus grup A, yaitu mulai dari
Penicillin dan derivatnya, cefalosporin maupun makrolida. Penicillin tetap menjadi pilihan karena
efektivitas dan keamanannya sudah terbukti, spektrum sempit serta harga yang terjangkau. Amoksisilin
menempati tempat yang sama dengan penicilin, khususnya pada anak dan menunjukkan efektivitas yang
setara. Lama terapi dengan antibiotika oral rata-rata selama 10 hari untuk memastikan eradikasi
Streptococcus, kecuali pada azitromisin hanya 5 hari. Berikut ini adalah panduan pemilihan antibiotika
yang dapat digunakan.
Tabel 1. Antibiotika pada terapi Faringitis oleh karena Streptococcus
Untuk infeksi yang menetap atau gagal, maka pilihan antibiotika yang tersedia adalah eritromisin,
cefaleksin, klindamisin ataupun amoksisilinklavulanat.

Tabel 2. Pilihan antibiotika pada terapi faringitis yang gagal


Terapi faringitis non-streptococcus meliputi terapi suportif dengan menggunakan
parasetamol atau ibuprofen, disertai kumur menggunakan larutan garam hangat atau gargarisma
khan. Jangan menggunakan aspirin pada anak-anak karena dapat meningkatkan risiko Reyes
Syndrome. Tablet hisap yang mengandung antiseptik untuk tenggorokan dapat pula disarankan.
4. TERAPI PENDUKUNG
Analgesik seperti ibuprofen
Antipiretik
Kumur dengan larutan garam, gargarisma khan
Lozenges/ Tablet hisap untuk nyeri tenggorokan

YERI SENDI JARI-JARI TANGAN

Nyeri sendi jari-jari tangan dapat disebabkan oleh penyakit rematik. Namun demikian, jangan
terburu-buru menganggap semua nyeri pada sendi jari-jari dan pergelangan tangan selalu
disebabkan oleh penyakit rematik

Rematik adalah penyakit di mana terjadi peradangan bagian dalam kapsul sendi akibat
adanya antibodi tidak normal yang justru menyerang bagian tubuh sendiri, yaitu kapsul sendi.
Penyakit rematik memang terutama menyerang sendi-sendi jari-jari dan pergelangan tangan.
Namun demikian, penyakit rematik lazim menyerang lebih dari tiga sendi serta mengenai kedua
tangan kanan dan kiri secara simetris pada waktu yang bersamaan. Penyakit rematik sangat
jarang menyebabkan nyeri hanya pada satu sendi saja.

Ada beberapa penyakit lain yang lebih sering menyebabkan nyeri sendi di daerah tangan
dibanding penyakit rematik, yaitu penyakit trigger finger, penyakit de Quervain, dan carpal
tunnel syndrome. Ketiga penyakit ini lebih sering mengenai wanita dibanding laki-laki.

Penyakit trigger finger terjadi akibat terjepitnya otot jari-jari di daerah telapak tangan..
Gejala yang khas adalah adanya nyeri pada pangkal jari tangan, terutama jika jari-jari digunakan
untuk menggenggam. Jari sering seperti tersangkut pada saat dilipat dan terasa nyeri jika
diluruskan kembali.

Penyakit De Quervain timbul akibat terjepitnya otot ibu jari tangan. Nyeri terasa di daerah
pergelangan tangan di sebelah atas pangkal ibu jari. Rasa nyeri timbul pada saat tangan dipakai
menggenggam atau mengangkat sesuatu, misalnya gayung untuk mandi.

Penyebab lain nyeri jari-jari tangan adalah Carpal tunnel syndrome (CTS) yang
disebabkan terjepitnya saraf medianus di daerah pergelangan tangan. Gejala CTS yang lebih
menonjol dibanding rasa nyeri adalah rasa tebal dan kesemutan pada ibu jari, telunjuk, jari
tengah dan manis; jari kelingking tidak mengalami gejala semacam itu.

Sekali lagi, ketiga penyakit tersebut di atas jauh lebih sering mengakibatkan nyeri sendi
jari-jari dan pergelangan tangan dibanding rematik dan asam urat.
NYERI SENDI AKIBAT REMATIK
(sumber suara mardeka)

Penyakit rematik (rheumatoid arthritis) merupakan suatu penyakit di mana terjadi


proses peradangan pada selaput bagian dalam kapsul pembungkus sendi, sehingga sendi
membengkak dan terasa nyeri. Penyakit rematik merupakan salah satu penyebab nyeri
sendi, khususnya sendi-sendi kecil di daerah pergelangan tangan dan jari-jari.

ISTILAH penyakit rematik telah sedemikian populer di kalangan masyarakat awam,


sehingga hampir semua keluhan nyeri sendi dianggap sebagai penyakit rematik.
Penyebab lain yang sering dikaitkan dengan keluhan nyeri adalah asam urat. Pada
kenyataannya, anggapan tersebut keliru, karena kedua penyakit tersebut, yaitu penyakit
rematik dan asam urat, hanya menjadi penyebab sebagian kecil dari keluhan nyeri sendi
yang banyak dialami oleh manusia selama hidupnya.

Penyebab terbanyak adalah pengapuran sendi atau osteoartritis (yang pernah dikupas
oleh penulis di Harian Suara Merdeka pada tanggal 31 Juli 2008). Penyakit rematik
berbeda dengan pengapuran sendi (osteoartritis) di mana pada pengapuran sendi terjadi
penipisan lapisan tulang rawan sendi, sehingga ujung tulang pembentuk sendi saling
bergesekan secara langsung tanpa lapisan tulang rawan dan terasa nyeri. Penyakit
rematik cenderung mengenai sendi-sendi kecil di daerah jari-jari dan pergelangan
tangan, meskipun adakalanya mengenai sendi siku, bahu, pergelangan kaki dan lutut.
Sementara pengapuran sendi lebih banyak mengenai sendi besar seperti lutut dan
pinggul. Selain itu, penyakit rematik hampir selalu menyerang sendi secara simetris
(yaitu sisi kanan dan kiri) dan mengenai tiga atau lebih secara bersamaan. Pengapuran
sendi pada umumnya hanya mengenai satu sendi saja, misalnya lutut tanpa disertai nyeri
pada sendi yang lain.
Penyebab
Untuk memahami penyebab penyakit rematik, perlu diketahui bahwa tubuh manusia
memiliki sistem pertahanan terhadap bakteri dan virus, yang dikenal sebagai antibodi.
Antibodi beredar di dalam aliran darah dan dibentuk oleh sel-sel darah putih sebagai
respon terhadap masuknya bakteri atau virus ke dalam tubuh manusia.

Pada orang normal, antibodi tersebut berfungsi membunuh bakteri dan virus yang
menyebabkan infeksi. Pada orang yang menderita penyakit rematik, antibodi yang
dibentuk oleh tubuh dengan tujuan membunuh bakteri dan virus tersebut justru secara
keliru menyerang balik ke tubuh orang tersebut. Bagian tubuh yang diserang oleh
antibodi tersebut adalah lapisan dalam kapsul pembungkus sendi, yang disebut lapisan
sinovium.
Serangan antibodi tersebut menyebabkan lapisan sinovium meradang, sehingga sendi
membengkak dan terasa nyeri. Peradangan sinovium menyebabkan produksi cairan
sendi bertambah banyak sehingga membuat sendi bertambah bengkak dan nyeri.
Sampai sekarang tidak diketahui secara pasti mengapa pada orang yang menderita
penyakit rematik antibodi justru salah sasaran mengenai tubuh sendiri. Serangan
antibodi terhadap tubuh sendiri seperti yang terjadi pada penyakit rematik ini dapat
diibaratkan seperti sebuah pemberontakan atau kudeta di sebuah negara. Tentara yang
dibentuk untuk mempertahankan kedaulatan suatu negara justru berbalik menyerang
negaranya sendiri.

Penyakit rematik dapat mengenai semua lapisan usia, mulai dari anak-anak sampai
orang tua. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang untuk menderita
penyakit rematik, yaitu: (1) wanita memiliki risiko 2-3 kali lebih besar dibanding laki-
laki; (2) kelompok usia 40-60 tahun paling tinggi risikonya menderita penyakit rematik;
(3) jika di dalam sebuah keluarga ada yang menderita penyakit ini. dan (4) merokok.
Gejala
Pada stadium awal, penyakit rematik biasanya mengenai sendi-sendi berukuran kecil di
daerah pergelangan tangan dan jari-jari. Ada tiga sendi yang paling sering terserang,
yaitu (1) sendi pangkal jari-jari tangan, (2) sendi buku-buku jari tangan bagian atas, dan
(3) sendi pangkal jari-jari kaki. Pada stadium awal, jari-jari tersebut terasa kaku pada
pagi hari sebagai akibat penumpukan cairan di dalam sendi karena peradangan lapisan
sinovium. Setelah digerak-gerakkan, kekakuan sendi-sendi tersebut biasanya berkurang.

Selain kaku, sendi-sendi tersebut juga membengkak, terasa nyeri, hangat dan acapkali
tampak kemerahan. Rasa nyeri dan kaku dapat sedemikian berat sehingga gerakan sendi
terbatas dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Tanpa pengobatan yang tepat, peradangan lapisan sinovium sendi yang terjadi selama
bertahun-tahun dapat menyebabkan kerusakan permukaan tulang rawan sendi jari-jari
tangan dan mengakibatkan cacat yang permanen. Jari-jari menjadi bengkok dan bergeser
arahnya ke sisi jari kelingking.

Selain ketiga sendi tersebut, penyakit rematik juga dapat mengenai sendi pergelangan
tangan, siku, bahu, lutut, pergelangan kaki, serta tulang leher dan rahang, meskipun lebih
jarang dan berbeda-beda untuk setiap penderita.. Perlu diingat bahwa penyakit rematik
tidak pernah hanya mengenai satu sendi saja, tetapi paling sedikit menyerang tiga sendi
dalam waktu bersamaan. Nyeri sendi yang hanya dialami pada satu sendi saja tidak
mungkin disebabkan oleh penyakit rematik.

Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit rematik dapat berlangsung terus-
menerus dan semakin lama semakin berat, tetapi adakalanya hanya berlangsung selama
beberapa hari dan kemudian sembuh dengan pengobatan. Namun demikian, kebanyakan
penyakit rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh dan kambuh kembali secara
berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Keluhan kaku
dan nyeri sendi pada penyakit rematik adakalanya disertai oleh perasaan mudah lelah.
Selain menyerang kapsul pembungkus sendi, pada sekitar 15% penderita, penyakit
rematik juga dapat menyebabkan kelainan pada bagian tubuh lain, seperti kulit, mata
dan paru-paru. Di daerah kulit siku dan tumit dapat terbentuk benjolan yang disebut
sebagai nodul subkutan, pada paru-paru dapat terjadi fibrosis (pembentukan jaringan
parut) yang dapat menganggu fungsi paru-paru, sementara kornea mata dapat
mengalami peradangan yang disebut keratokonjungtivitis sika.

Menentukan seseorang menderita penyakit rematik bukan hal yang mudah, seperti
memastikan penyakit pengapuran sendi yang dapat mudah terlihat jelas dengan foto
Rontgen sendi yang terserang. Oleh karena itu, pada tahun 1987 American College of
Rheumatology menetapkan kriteria sebagai pedoman diagnosis penyakit rematik
sebagai berikut:

1. Kekakuan di waktu pagi pada atau di sekitar sendi yang berlangsung satu jam atau
lebih sebelum mengalami perbaikan maksimal.
2. Pembengkakan pada tiga sendi atau lebih.
3. Pembengkakan sendi pangkal jari-jari tangan, sendi buku-buku jari tangan bagian atas,
atau pergelangan tangan.
4. Pembengkakan sendi harus simetris mengenai sisi kanan dan kiri.
5. Benjolan di bawah kulit (nodul subkutan).
6. Tes faktor rematik yang positif di dalam darah.
7. Erosi dan/atau pengeroposan tulang di sekitar sendi-sendi jari-jari dan/atau
pergelangan tangan.

Untuk memastikan diagnosis penyakit rematik harus ditemukan 4 dari 7 kriteria


tersebut pada seseorang dan kriteria nomer 1-4 harus telah berlangsung paling sedikit
selama 6 minggu.

Untuk menetapkan diagnosis penyakit rematik, selain pemeriksaan fisik terhadap sendi
yang meradang, juga perlu dilakukan pemeriksaan foto Rontgen dan pemeriksaan darah.
Tujuan pemeriksaan darah adalah untuk menemukan suatu jenis antibodi yang disebut
faktor rematik. Perlu diketahui bahwa tidak semua penderita penyakit rematik memiliki
antibodi tersebut, sebaliknya tidak semua orang yang mempunyai antibodi faktor
rematik di dalam darahnya pasti menderita penyakit rematik, karena ada beberapa
penyakit lain yang juga menyebabkan terbentuknya antibodi tersebut di dalam darah.

Menyimak ketatnya kritera di atas, dapat dikatakan bahwa tidaklah gampang


menetapkan diagnosis penyakit rematik pada seorang penderita. Oleh karena itu,
kebiasaan (yang keliru) dari sebagian masyarakat awam (dan bahkan beberapa dokter)
yang dengan mudah menghubungkan keluhan nyeri sendi dengan penyakit rematik
merupakan keadaan yang merugikan karena dapat berakibat salah diagnosis dan salah
pengobatan terhadap keluhan nyeri sendi yang sebenarnya sama sekali tidak disebabkan
oleh penyakit rematik.
ARTRITIS REUMATOID

A. Pengertian Artritis Reumatoid


Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan,kerusakan pada
sendi tulang ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi
(Lemone & Burke, 2001 : 1248).

B. Etiologi
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti.Biasanya merupakan kombinasi
dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi.Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini
bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme
mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita.

C. Patofisiologi
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan synovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran synovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan meghancurkan
tulang rawan dan emnimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan
mengalami perubahan generative dengan menghilangnya elastisita otot dan kekuatan kontraksi otot.
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial disertai edema, kongesti vascular eksudat fibrin dan
inflamasi selular. Peradangan yang berkelanjutan menyebabkan synovial menjadi menebal terutama
pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup
yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang subcondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari
kartilago persendian menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas
maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi , karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (akilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub condrial bisa menyebabkan
osteoporosis setempat. Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara orang ada yang sembuh dari serangan pertama
dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain terutama yang mempunyai factor rematoid, gangguan
akan menjadi kronis yang progresif. Pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai
kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus.

D. Gambaran Klinis
Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang ditemukan pada penderita reumatik. Gambaran klinik
ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran
klinik yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam.
b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk
sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki.
Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-
sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi),
yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang.
e. deformitas: kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar
atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher
angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat
tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.Sendi-sendi yang besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang
dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi
siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga
timbul pada tempat-tempat lainnya.Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu
penyakit yang aktif dan lebih berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar
sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif
yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai padamiokardium dan
katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi
dan kardiomiopati.

E. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari program pengobatan adalah untuk menghilangkan nyeri dan peradangan,
mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta mencegah dan atau
memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi. Penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk
mencapai tujuan tujuan itu meliputi pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi, serta obat
obatan.
Pengobatan harus deberikan secara paripurna, karena penyakit sulit sembuh. Oleh karena itu,
pengobatan dapat dimulai secara lebih dini. Klien harus diterangkan mengenai penyakitnya dan
diberikan dukungan psikologis. Nyeri dikurangi atau bahkan dihilangkan, reaksi inflamasi harus ditekan,
fungsi sendi dipertahankan, dan deformitas dicegah dengan obat antiinflamasi nonsteroid, alat
penopang ortopedis, dan latihan terbimbing.
Pada keadaan akut kadang dibutuhkan pemberian steroid atau imunosupresan. Sedangkan, pada
keadaan kronik sinovektomi mungkin berguna bila tidak ada destruksi sendi yang luas. Bila terdapat
destruksi sendi atau deformitas dapat dianjurkan dan dilakukan tindakan artrodesis atau artroplastik.
Sebaiknya pada revalidasi disediakan bermacam alat bantu untuk menunjang kehidupan sehari hari
dirumah maupun ditempat karja.
Langkah pertama dari program penatalaksanaan Artritis reumatoid adalah memberikan pendidikan
kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan
dengan klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi penyakit,
penyebab dan prognosis penyakit, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat
yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan kesehatan ini harus
dilakukan secara terus menerus. Pendidikan dan informasi kesehatan juga dapat diberikan dari batuan
klub penderita, badan badan kemasyarakatan, dan orang orang lain yang juga menderita Artritis
reumatoid, serta keluarga mereka.
Istirahat adalah penting karena Artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa
lelah tersebut dapat timbul setiap hari, tetapi ada masa masa dimana klien marasa keadaannya lebih
baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat. Hal ini
memungkinkan klien dapat dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.
Disamping itu latihan latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan
ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan sebaiknya dilakukan sedikitnya
dua kali sehari. Obat-obatan penghilang nyeri mungkin perlu diberikan sebelum latihan, dan mandi
parafin dengan suhu.
Dibawah ini adalah contoh-contoh obat yang dapat diberikan :
NSAIDs
Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) dapat mengurangi gejala nyeri dan mengurangi proses
peradangan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah ibuprofen dan natrium naproxen. Golongan ini
mempunyai risiko efek samping yang tinggi bila di konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Kortikosteroid
Golongan kortikosteroid seperti prednison dan metilprednisolon dapat mengurangi peradangan, nyeri
dan memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek kortikosteroid memberikan hasil yang sangat
baik, namun bila di konsumsi dalam jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek
samping yang serius.
Obat remitif (DMARD)
Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu diberikan pada stadium awal untuk
memperlambat perjalanan penyakit dan melindungi sendi dan jaringan lunak disekitarnya dari
kerusakan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah klorokuin, metotreksat salazopirin, dan garam
emas.

F. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan
komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas
dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi
artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering mengunakannya
misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya
mengandung analgesik atau pereda nyeri.

Anda mungkin juga menyukai