Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

TONSILOFARINGITIS

Oleh:

SILVIA DWI AGUSTIN 201510330311089

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-
60%), bakteri (5-40%), alergi, taruma, dan toksin, dan lain-lain. Jika dilihat dari struktur
faringyang terletak berdekatan dengan tonsil, maka faringitis dan tonsilitis sering
ditemukan bersamaan. Oleh karena itu pengertian faringitis
secara luas mencakup tonsilitis, nasofaringitis,dan tonsilofaringitis, dimana infeksi pada
daerah faring dan sekitarnya ditandai dengan keluhannyeri tenggorokan.
Tonsilofaringitis adalah radang orofaring yang mengenai dinding posterioryang disertai
inflamasi tonsil.

Tonsilitis adalah peradangan dari tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincinwaldeyer. Tonsilitis dapat berkembang menjadi kronis karena kegagalan atau
ketidakesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut sehingga merubah
struktur pada kripta tonsil,dan adanya infeksi virus menjadi faktor predisposisi bahkan
faktor penyebab terjadinya tonsilitiskronis. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang
paling sering terjadi dari seluruh penyakittenggorok berulang. Berdasarkan survei
epidemiologi penyakit telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) di 7 provinsi di Indonesia
pada tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronis sebesar 3,8%, tertinggi kedua setelah
nasofaring akut (4,6%).Kejadian tonsilitis kronis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr.
Kariadi Semarang dilaporkan oleh Aritomoyo pada tahun 1978 sebanyak 23,36% dan
47% diantaranya pada usia 6- 15 tahun.

Tonsilofaringitis merupakan peradangan membran faring dan struktur lain di


sekitanya. Keterlibatan tonsil pada faringitis tidak menyebabkan perubahan
derajat beratnya penyakit. Tonsilofaringitis disebabkan oleh bakteri atau
virus. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk melakukan diagnosis dan
memberikan tatalaksana agar dapat membedakan pasien yang
membutuhkan antibiotik, dan mencegah serta meminimalkan penggunaan
medikamentosa yang tidak perlu.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
tonsilofaringitis mengenai definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis,
diagnosis, dan penatalaksanaannya.
1.3. Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Tonsilofaringitis beserta
patofisiologi dan penangananannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Tonsilofaringitis adalah radang pada tenggorokan yang terletak dibagianfaring dan


tonsil. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnyasehingga
infeksi pada faring juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagaitonsilofaringitis dan
kadang dikenal dengan sebutan radang tenggorokan. Tonsilofaringitis akut merupakan
faringitis akut dan tonsilitis akut yangditemukan bersama-sama. Tonsilofaringitis adalah
infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada tonsil dan faring.
2.2. Epidemiologi

Seluruh rentang faringitis penyebab patogen diamati di seluruh dunia. Faringitis terjadi
pada semua kelompok umur. Prevalensi puncak GABHS faringitisadalah pada anak usia
5-10 tahun. Pada anak-anak muda dari 2 tahun, sebagian besarfaringitis adalah asal
virus, meskipun GABHS bertanggung jawab dalam kasus yang jarang terjadi. Viral
faringitis terjadi pada orang dari segala usia. Tidak ada predileksiseks. Prevalensi adalah
sama di antara semua ras.

2.3. Etiologi

Penyebab tonsilofaringitis bermacam-macam, diantaranya adalah yangtersebut dibawah


ini yaitu :

1.Streptokokus Beta Hemolitikus

2.Streptokokus Viridans

3.Streptokokus Piogenes

4.Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)

2.4. Patogenesis
2.5. Gejala Klinis

Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa menganjal
pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu menelan, bau
mulut, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi,
tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di telinga ini
dirasakan karena nyeri alih (referred pain) melalui N.Glossopharingeus (N.IX).
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis
yang mungkin tampak, yakni:
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke
jaringan sekitar, kripta yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulent
atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripta yang
melebar dan tutupi eksudat yang purulent.
Gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:
T0 : Tonsil masuk di dalam fosa
T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
2.6. Diagnosis

Diagnosis GABHS faringotonsilitis mungkin diduga atas dasar temuan klinis,dan diagnosis
harus dikonfirmasi oleh pengujian laboratorium infeksi GABHS biasanya terjadi pada
anak-anak berusia 5 sampai 15 tahun selama musim dingin danawal musim semi di
daerah beriklim sedang. gejala yang sering termasuk nyeritenggorokan akut, sakit parah
pada menelan, dan demam, tapi sakit kepala, mual,muntah, dan sakit perut juga dapat
hadir, terutama di anak-anak muda. Pemeriksaanklinis menunjukkan tonsillopharyngeal
eritema, kadang-kadang dengan eksudat, danlembut, anterior pembesaran kelenjar
getah bening leher rahim (limfadenitis).Temuan lain juga mungkin ada, termasuk ruam
scarlatiniform dan petechiae palatal.Sayangnya, tanda-tanda dan gejala-gejala ini tidak
spesifik untuk GABHSfaringotonsilitis dan akibatnya tidak cukup untuk membuat
diagnosis yang akurat.Disisi lain, viral daripada bakteri etiologi sangat disarankan
oleh tidak adanya demamatau dengan hadirnya fitur klinis tertentu, seperti
konjungtivitis, batuk, suara serak,coryza, anterior stomatitis, lesi ulseratif diskrit,
exanthem virus, dan diare.Ketika GABHS faringotonsilitis dicurigai, Tes laboratorium
kultur tenggorokanatau antigen cepat tes deteksi (RADT) harus dilakukan untuk
mendeteksi kehadiranGABHS di faring dan mengkonfirmasi diagnosis.Kultur dari swab
tenggorokan di plate agar darah tetap menjadi gold standar dan, bila dilakukan dengan
benar,memiliki sensitivitas 90% sampai 95% untuk mendeteksi GABHS di faring.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat

diagnosa tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium

meliputi :

1. Leukosit : terjadi peningkatan


2. Hemoglobin : terjadi penurunan

3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas

obat

2.7. Penatalaksanaan

 Penatalaksanaan medis

Regimen terapi empiris untuk tonsilitis dan faringitis adalah sebagai berikut,termasuk
orang dewasa dan dosis pediatrik untuk pasien baik penisilin-alergi dannon-alergi
penisilin. Jika hasilnya tidak tersedia untuk tes RADT.

Dosis dewasa:

1. Penisilin V 500 mg PO untuk 10 hari atau 250 mg PO untuk 10 hari atau


2. Benzatin penisilin G 1,2 juta U IM sekali atau
3. Amoksisilin 500-875 mg PO 12 jam atau 250-500 mg PO 8 jam untuk 10 hari
4. Cefdinir 600 mg PO sekali sehari selama 10 hari atau 300 mg PO 12 jamuntuk 5-
10 hari atau Cefuroxime axetil 250 mg PO sekali sehari selama 4 hari

Dosis anak:

1. Penisilin V 25-50 mg / kg / hari dibagi setiap 6 jam untuk 10 hari atau


2. Benzatin penisilin G 25.000 U / kg IM sekali (maksimum 1,2 juta U) atau
3. Amoksisilin 50 mg / kg / hari PO dalam 2 atau 3 dosis terbagi untuk 10 hari
4. Amoksisilin-klavulanat 500-875 mg PO 12 jam untuk 10 hari
5. Cefdinir 14 mg / kg PO sekali sehari selama 10 hari atau
6. Cefuroxime axetil 10 mg / kg PO untuk 4-10 hari

Dosis dewasa jika penisilin alergi:

1. Azitromisin 500 mg PO setiap hari selama 5 hari atau


2. Klaritromisin 250 mg PO 12 jam untuk 10 hari atau
3. Eritromisin dasar 500 mg PO untuk 10 hari atau
4. Clindamycin 20 mg / kg / hari dalam 3 dosis terbagi (maksimal 1,8 g / d)untuk 10
hari
5. Levofloxacin 500 mg PO sekali sehari selama 7 hari

Dosis anak jika penisilin alergi:

1. Azitromisin 12 mg / kg PO sekali sehari selama 5 hari atau


2. Klaritromisin 250 mg PO 12 jam untuk 10 hari atauEritromisin suksinat 20 mg /
kg PO untuk 10 hari atau
3. Clindamycin 20 mg / kg / hari PO dalam 3 dosis terbagi (maksimal 1,8 g /
d)dalam 10 hari
 Penatalaksanaan non medis
1. Kompres dengan air hangat
2. Istirahat yang cukup
3. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
4. Kumur dengan air hangat
5. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien3.
 Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya
tirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet ringan.
1. Sistemik Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamidaantipiretik.
2. Pengobatan oralobat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.
3. Tonsilektomi : Tonsilektomi dilakukan hanya bila anak menderita serangan
yang beratdan berulang-ulang yang mengganggu kehidupannya. Tindakan
ini harusdilakukan bila disertai abses peritonsilar. Tidak boleh dilakukan 3
minggusetelah serangn tonsilitis akut, pada palatoskisis, atau pada waktu
adaepidemi poliomielitis.

2.8. Komplikasi

Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa


rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi
jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endocarditis,
artritis, myositis, nefritis, uveitis, iridosoklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan
furunkulosis. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau
kronik, gejala sumbatan secara kecurigaan neoplasma.

2.9. Prognosis

Sebagian besar faringitis atau tonsillitis yang diakibatkan oleh virus memiliki prognosis
yanglebih baik karena sangat jarang menimbulkan komplikasi dan juga merupakan
self limiting disease yang mana akan dapat membaik apabila sistem imun membaik.
Sedangkan pada faringitis atau tonsillitis yang diakibatkan oleh bakteri memiliki
prognosis yang lebih burukkarena dapat mengakibatkan berbagai komplikasi, oleh
karena itu dibutuhkan pemberian antibiotik yang tepat sesuai dengan jenis bakteri agar
fase penyembuhan dapat berlangsung tanpa mengakibatkan komplikasi.
BAB III
KESIMPULAN

Tonsilofaringitis merupakan peradangan membran faring dan struktur lain di


sekitanya. Keterlibatan tonsil pada faringitis tidak menyebabkan perubahan
derajat beratnya penyakit. Tonsilofaringitis disebabkan oleh bakteri atau
virus. Tonsilofaringitis yang diakibatkan oleh virus sangat jarang menimbulkan
komplikasi dan juga merupakan self limiting disease yang mana akan dapat
membaik apabila sistem imun membaik. Sedangkan tonsilofaringitis tonsillitis yang
diakibatkan oleh bakteri mengakibatkan berbagai komplikasi, oleh karena itu
dibutuhkan pemberian antibiotik yang tepat sesuai dengan jenis bakter. Tindakan
Tonsilektomi dilakukan hanya bila penderita mengalami serangan yang berat dan
berulang-ulang yang mengganggu kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA

Department of Pediatrics, Georgetown University School of Medicine, WashingtonDC,

Efiaty Arsyad Soepardi et al. 2010.Buku Ajar Ilmu Kesehatan :Telinga HidungTenggorok
Kepala Leher . Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Edisi keenam

Muscari, Mary E. (2005).Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik . Jakarta: EGC.

Ngastiyah, Setiawan. (2005). Perawatan Anak Sakit . Jakarta: EGC

Prasetya Gita Zeny et al,2018,pengaruh suplementasi seng terhadap kejadian tonsilitis


pada balita, Journal of Nutrition College, Volume 7, Nomor 4,pp.186

Suardi, Adi Utomo, dkk. (2010). Buku Ajar: Respirologi Anak. Edisi pertama.Jakarta:
Badan penerbit IDAI

Theno GG, Tamus AY, Tumbel REC. Survei Kesehatan Tenggorokan Siswa SD Inpres 10/73
Pandu. Journal e-Clinic. 2016;4:2–5.
USA.Diagnosis and Management of Pharyngotonsillitis Brook I MD MS. 2008,Vol. 8, No.2

Anda mungkin juga menyukai