Anda di halaman 1dari 71

FARMAKOLOGI ANTIBIOTIK

PADA PENYAKIT TROPIK-INFEKSI

Dr. Andi Irawan Asfar, Sp.FK

MATERI PEMBELAJARAN
DIFTERI
TETANUS
TBC KULIT
LEPRA
PIODERMA
TIFOID

FEVER

DIFTERI

TREATMENT
Antibiotika
Penicillin dapat digunakan bagi penderita
yang tidak sensitif, bila penderita sensitif
terhadap penicillin dapat digunakan
erythromycin. Lama pemberian selama 7 hari,
pada golongan erithromycin dapat digunakan
selama 7 -10 hari.

TREATMENT
Antibiotika
Penggunaan antibiotika bukan bertujuan untuk
membunuh toxin, ataupun membantu kerja
antitoxin, tetapi untuk membunuh kuman
penyebab, sehingga produksi toxin oleh
kuman berhenti.

TREATMENT
Antitoxin [ ADS]
Antitoxin yang digunakan adalah yang berasal
dari binatang, yaitu dari serum kuda.
Sebelum digunakan harus terlebih dahulu
dilakukan test.

TREATMENT
Antitoxin [ ADS]
Test sensitivitas terhadap antitoxin serum kuda
dilakukan dengan cara:
0,1ml dari antitoxin yang telah diencerkan1:1000
dalam larutan garam, diberikan I.C. dan
diteteskan pada mata.
Reaksi dikatakan positif bila dalam waktu 20
menit dijumpai erythema dengan diameter >10
mm pada bekas tempat suntikan, atau pada test
mata dijumpai adanya conjunctivitis dan
pengeluaran air mata

TREATMENT
Bila

hal ini dijumpai, pemberian dapat dilakukan


dengan metoda desensitisasi
Salah satu cara yang digunakan adalah:
0,05 ml dari lar. pengenceran 1:20 diberi secara S.C.
0,1 ml dari lar. pengenceran 1:20 diberi secara S.C.
0,1 ml dari lar. pengenceran 1:10 diberi 5acara S.C.
0,1 ml tanpa pengenceran diberi secara S.C.
0,3 ml tanpa pengenceran diberi secara I.M.
0,5 ml tanpa pengenceran diberi secara I.M.
0,1 ml tanpa pengenceran diberi secara I.V

TREATMENT
Bila

tidak dijumpai reaksi, sisa dari antitoxin


dapat diberikan secara perlahan melalui infus.
Bila dijumpai reaksi dari pemberian antitoxin,
harus segera diobati dengan pemberian
epinephrine (1:1000)secara I.V.

TREATMENT
Kortikosteroid
Beberapa praktisi menganjurkan penggunaan
kortikosteroid pada keadaan tertentu, seperti
bila ada tanda miokarditis, dan pada laryngeal
atau pun nasopharyngeal diphtheria

Pencegahan
Pencegahan

terhadap difteri dapat dilakukan


dengan pemberian vaksinasi, yang dapat
dimulai pada saat bayi berusia 2 bulan dengan
pemberian DPT ataupun DT.

Pencegahan
Diberikan

0,5ml secara I.M.Imunisasi dasar


diberikan sebanyak 3 kali pemberian dengan
interval waktu pemberian 6 8 minggu.
Ulangan dilakukan satu tahun sesudahnya dan
ulangan kedua dilakukan 3 tahun setelah
ulangan yang pertama.

Pencegahan
Penanganan kontak

Pencegahan

terhadap difteri juga termasuk


didalamnya isolasi dari penderita, dengan
tujuan untuk mencegah seminimal mungkin
penyebaran penyakit keorang lain.
Penderita adalah infectious sampai basil
difteri tidak dijumpai pada kultur yang
diambil dari tempat infeksi.

Pencegahan
Penanganan kontak

Tigakali

berulang kultur negatif


dibutuhkan sebelum penderita
dibebaskan dari isolasi.
Kontak yang intim akan mudah tertular
bila tidak imun, kultur dari rongga
hidung dan tenggorokan harus dilakukan

Pencegahan
Immunized carriers harus diberikan injeksi ulangan
dengan difteri toxoid, dan diobati dengan:
Penicillin 600.000 u/hari selama 4 hari.
Benzathine penicillin 600.000 u, I.M. dosis
tunggal atau
Erythromycine, 40 mg/kg BB/24 jam, diberikan
selama 7 -10 hari.

Pencegahan
Nonimmunized asymptomatic carriers harus
dilakukan:Pemberian difteri toxoid dan penicillin
Dilakukan pemeriksaan setiap harinya oleh dokter,
Bila ini tidak dapat dilaksanakan, pemberian ADS
10.000 u haru dilakukan.
Bila kontak telah menunjukkan gejala, pengobatan
seperti penderita difteri harus dilaksanakan.
Terapi profilaksis dengan pemberian difteri toxoid,
penicillin, danbila ada indikasi, diberikan antitoxin
harus dilaksanakan sesegera mungkin tanpa terlebih
dahulu menunggu hasil kultur.

TETANUS

DEFINISI
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang
disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani ditandai dengan
spasme otot yang periodik dan berat
Tetanus disebut juga dengan "Seven day
Disease

DEFINISI
Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan
paralitik spastik yang disebabkan
tetanospasmin. Tetanospamin merupakan
neurotoksin yang diproduksi oleh
Clostridium tetani

DEFINISI
Tahun

1890 diketemukan toksin seperti


strichnine, kemudian dikenal dengan
tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah
anaerob yang mengandung bakteri.
lmunisasi dengan mengaktivasi derivat
tersebut menghasilkan pencegahan dari
tetanus. ( Nicalaier 1884, Behring dan Kitasato 1890 )

ETIOLOGI

Tetanus

disebabkan oleh bakteri gram positif;


Cloastridium tetani Bakteri ini berspora,
dijumpai pada tinja binatang terutama kuda,
juga bisa pada manusia dan juga pada tanah
yang terkontaminasi dengan tinja binatang
tersebut.

ETIOLOGI
Spora

Clostridium tetani biasanya masuk


kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh
karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar
serta pada infeksi tali pusat (Tetanus
Neonatorum )

ETIOLOGI
Spora

ini bisa tahan beberapa bulan


bahkan beberapa tahun, jika menginfeksi
luka seseorang atau bersamaan dengan
benda daging atau bakteri lain, ia akan
memasuki tubuh penderita tersebut, lalu
mengeluarkan toksin yang bernama
tetanospasmin.

ETIOLOGI
Pada

negara belum berkembang, tetanus


sering dijumpai pada neonatus, bakteri
masuk melalui tali pusat sewaktu
persalinan yang tidak baik, tetanus ini
dikenal dengan nama tetanus
neonatorum.

Opistotonus

Risus sardonicus

Opistotonus dan Risus sardonicus

TREATMENT
1. Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline.
Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat
diganti dengan Tetrasiklin
Antibiotika hanya untuk membunuh bentuk
vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang
dihasilkannya.
Bila dijumpai adanya komplikasi, pemberian
antibiotika broad spektrum dapat dilakukan.

TREATMENT
2. Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus
Immunoglobulin ( TIG) secara IM
Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk
menggunakan tetanus antitoksin, yang berasal
dari hewan, diberikan secara IM pada daerah
pada sebelah luar.

TREATMENT

3.Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT), harus
dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap
tetanus selesai

TREATMENT
4. Antikonvulsan
Penyebab utama kematian pada tetanus
neonatorum adalah kejang klonik yang hebat,
muscular dan laryngeal spasm beserta
komplikaisnya. Obat obatan sedasi/muscle
relaxans digunakan untuk mengatasi kejang.
Contohnya : Diazepam, Meprobamat,
Klorpromasin, Fenobarbital (IM)

Pencegahan
1. imunisasi aktif (DPT atau DT) dengan
toksoid, sejak anak berusia 2bulan
2. perawatan luka menurut cara yang tepat
3. penggunaan antitoksi profilaksis

LEPRA = KUSTA

Mycobacterium
leprae

TREATMENT
Antibiotik

dapat menahan perkembangan


penyakit atau bahkan menyembuhkannya.
Jenis-jenis antibiotik:
Dapson; efek samping: ruam kulit dan anemia
Rifampicin; efek samping: kerusakan hati dan
gejala mirip flu
Klofazimin
Etionamid
Misiklin
Klaritromisin
Ofloksasin

TREATMENT
Antibiotik

diberikan beberapa obat karena


ada kemungkinan resiten terutama pada
penderita lepra lepramatosa.

Terapi

antibiotik harus dilanjutkan selama


beberapa waktu karena bakteri penyebab
lepra sulit dilenyapkan.

TREATMENT
Pengobatan

bisa dilanjutkan sampai 6


bulan atau lebih, tergantung kepada
beratnya infeksi dan penilaian dokter.

Banyak

penderita lepra lepromatosa yang


mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.

TREATMENT
Obat DDS (4,4 diamino-difenil-sulfon, Dapson)
Bersifat bakteriostatik menghambat enzim dihidrofolat

sintetase, bekerja sbg antimetabolit PABA


Dosis tunggal (sampai 6 bulan):
50 100 mg/ hari utk dewasa
2 mg/ kgBB untuk anak-anak
Efek samping
Insomnia, neuropatia
Erupsi obat nekrolisis epidermal toksika !!
Hepatitis
Leukopenia,anemia hemolitik, methemoglobinemia

TREATMENT

Rifampisin
merupakan obat paling ampuh dg sifat
bakterisidal kuat utk BTA
bekerja menghambat enzim polimerase
RNA dengan ikatan ireversibel, harga
mahal
Tidak boleh diberikan monoterapi, karena
memperbesar kemungkinan terjadi
resistensi

TREATMENT
Rifampisin
Dosis:
600 mg/ hari (5 15 mg/ kgBB/hari)
900 1200 mg/ minggu flu like
syndrome
600 atau 1200/ bulan efek & toleransi
baik
Efek samping
Ggn Gastrointestinal
Erupsi kulit
Hepatotoksik & nefrotoksik

TREATMENT
Klofasimin (B-663, Lamprene)
Merupakan derivat zat warna

iminofenazin dengan efek


bakteriostatik, cara menggangu
metabolisme radikal oksigen
Efek anti-inflamasi berguna utk reaksi
lepra, harga relatif mahal

TREATMENT
Klofasimin (B-663, Lamprene)
Dosis:

50 mg/ hari atau 100 mg/ 3x seminggu (1 mg/


kgBB sehari)
300 mg/ bulan utk cegah reaksi lepra tipe 1 dan 2.
Efek samping
Pigmentasi kulit keringat & air mata merah
Gangguan GIT anorexia, vomitus, diare,
kadang-kadang nyeri abdomen

Skema Regimen MDT-WHO


Untuk Pausi-basiler
Rifampisin 600 mg/ bulan (diawasi)
Dapson 100 mg/hari (swakelola) 6 bln

(dosis 1 2 mg/kgBB/hari)
Untuk Multi-basiler
Rifampisin 600 mg/ bulan (diawasi)
Dapson 100 mg/ hari (swakelola)
Lamprene 50 mg/ hari atau 100 mg/3x
seminggu atau 300 mg/ bulan (diawasi)

OBAT KUSTA BARU

Ofloksasin
Merupakan

turunan fluorokuinolon yang


paling efektif terhadap Mycobacterium leprae
in vitro.
Kerja melalui hambatan thdp enzim girase
DNA mikobakterium
Dosis optimal harian adalah 400 mg ( 1 bln)
Dosis tunggal yang diberikan dalam 22 dosis
akan membunuh kuman M.leprae hidup
sebesar 99,99%.

Ofloksasin
Efek

samping: mual, diare, dan gangguan


saluran cerna lainnya, berbagai gangguan
susunan saraf pusat termasuk insomnia, nyeri
kepala, dizziness, nervousness dan halusinasi.
Penggunaan pada anak, remaja, wanita hamil,
dan menyusui harus secara hati-hati, karena
pada hewan muda kuinolon menyebabkan
atropati.

Minosiklin
Golongan

tetrasiklin yang mempunyai efek


bakterisidal, tetapi lebih rendah daripada
rifampisin.
Menghambat sintesis protein
Aktif thdp M.lepra karena sifat lipofiliknya
mampu menembus dinding sel kuman
Obat ini dapat menembus kulit dan mencapai
jaringan saraf yang mengandung banyak kuman
Dosis uji klinis: 100 mg/ hari selama 2 bulan

Minosiklin
Efek

samping: pewarnaan gigi bayi dan anakanak, kadang-kadang mengenai kulit dan
membran mukosa, berbagai simtom saluran
cerna dan susuna saraf pusat, termasuk
dizziness dan unsteadiness.
Oleh sebab itu tidak dianjurkan untuk anakanak atau selama kehamilan.

Klaritromisin
Merupakan

kelompok antibiotik makrolid dan


mempunyai aktivitas bakterisidal terhadap
M.leprae pada tikus dan manusia.
Bekerja dengan menghambat sintesis protein
Dosis uji klinis: 500 mg/ hari

Klaritromisin
Pada

penderita kusta lepromatosa, dosis harian


500mg dapat membunuh 99% kuman hidup
dalam 28 hari dan lebih dari 99,9% dalam 56
hari.
Efek samping: nausea, vomitus dan diare yang
terbukti sering ditemukan bila obat ini
diberikan dengan dosis 2000 mg.

Pencegahan
Dulu

penderita diisolasi
Sekarang tidak perlu adanya isolasi karena
lepromatosa yang tidak bisa diobati tidak
mudah ditularkan
Menghindari kontak yang berlangsung
sangat lama dengan penderita. Misal: satu
rumah

PENGOBATAN KUSTA

PIODERMA

Cutaneus Bacterial Infection

Staphylococcus
aureus
B. Streptococcus beta
hemolyticus
A.

PYODERMA
a.Staphylococcus

b.Streptococcus

Impetigo bulosa
(= Impetigo vesico-bulosa)
Impetigo neonatorum
Staph. Scalded Skin Syndr.
Folliculitis
( I. Bochart & Sycosis
Impetigo crustosa
barbae)
Furuncle & carbuncle
(= I.contagiosa; Tillbury
Paronychia
Fox Disease )
Multiple Absceses of sweats Ecthyma
(=Ulcerative Impetigo)
glands
Hidra-adenitis suppurativa Erysipelas
Cellulitis

Impetigo & Ecthyma


Infeksi kulit superfisial
Etiologi: Staphylococcus

aureus
Staphylococcus pyogenes
Bila hanya di epidermis: Impetigo
Bila terus sampai dermis: Ecthyma
Karakterisasi: krusta erosi atau krusta
ulcer

Karakterisasi:

ulcer

Infeksi

krusta erosi atau krusta

melalui:
Infeksi primer pada lesi minor di kulit
Infeksi sekunder pada kelainan kulit yang
sudah ada Pre Existing Dermatoses atau ada penyebab lain sebelum
terjadi Impetiginization

Klasifikasi Klinik:
1.

2.
3.
4.
5.

Impetigo Krustosa
(Impetigo vulgaris; impetigo contagiosa;
Tillbury Fox)
Impetigo Bulosa
Impetigo Neonatorum
Impetigo Bockhart (Superficial Folliculitis)
Impetigo Ulcerative (Ecthyma)

IMPETIGO
ANTIBIOTIK:
Eritromisin

250-500 mg q.i.d (10 hr)


40 mg/kgBB/hari q.i.d (10 hr)
Cephalexin 250-500 mg q.i.d (10 hr)
40-50 mg/kgBB/hari q.i.d (10 hr)
Kontraindikasi pada wanita hamil
Minocyclin 100 mg b.i.d (10 hr)
Ciprofloxacin 500 mg b.i.d (7 hr)
Th/

aman utk wanita hamil: Penicillin


Bila takut injeksi: ampicillin/ amoxycillin
Bila alergi penicillin, beri eritromycin p.c
Kontraindikasi: Maag

Folliculitis
Treatment

Hindari dan terapi faktor predisposisi


Drainage pus dan jaringan nekrotik
Antibiotik tropikal dan sistemik

FURUNKEL DAN
KARBUNKEL
Definisi

= bisulan =
Abses akut pd folikel rambut yg disebabkan
oleh infeksi S.aureus
Furunculosis: lebih dari 1 folikel
Carbuncle : grup furunkel/ kumpulan
karbunkel

FURUNKEL DAN
KARBUNKEL
Dicloxacillin
Amox-clav
Cephalexin

4 d.d 250-500 mg (10 hari)


20 mg/kg/hr t.i.d (10 hari)
40-50 mg/kg/hari
Erytromisin
40 mg/kg/hr q.i.d (10 hari)
Clarythromycin 250-500 mg b.i.d (10 hari)
Azithromycin 250 mg q.i.d 5-7 hari
Clindamycin
150-300 mg q.i.d (10 hari)

PARONYCHIA (PIONYCHIA)
Definisi:

Inflamasi akut pada lateral dan posterior


lipatan kuku umumnya disebabkan oleh
infeksi Staphylococcus
Etiologi
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
Pseudomonas aeruginosa

Paronychia
Gambaran

Klinik
Diawali luka minor atau kerusakan kulit
sebagai port dentre
Onset akut dan menyakitkan di daerah lipatan
kuku + pus
Bengkak kemerahan dan nyeri di sekitar kuku
Infeksi menyebar ke bawah kuku abses
sub-ungual nail plate loose and
distorted

Paronychia
TREATMENT

Kompres lokal dengan antiseptik


solution 5 sampai 10 menit
Drainage pus dan bersihkan sisa
topical antibiotic
Antibiotik sistemik
Abses sub-ungual pencabutan kuku
(nail extraction)

ERYSIPELAS, CELLULITIS &


PHLEGMON
Definisi

Akut, penyebaran infeksi pada dermal dan


jaringan subkutan
Karakterisasi: merah, panas, nyeri sekitar
lesi, sering pada tempat bakteri masuk
Penyebab tersering: Streptococcus pyogenes
dan mikroorganisme lain yang dapat
menyebabkan gangguan sistemik hebat.

Erysipelas, Cellulitis, Phlegmon


ERYSIPELAS
Dermis dan subkutan bagian atas
Batas nyata + lymphangitis
CELLULITIS
Melibatkan seluruh jaringan subkutan, difus
Infiltrate with raised + pembengkakan area
PHLEGMON
Cellulitis yang mengalami supuratif dan pecah

Erysipelas, Cellulitis, Phlegmon


Manajemen

Penanganan medis selama kompliksi RS


Istirahat meninggikan tungkai bila lesi di
kaki
Kompres lokal + antiseptic solution (Rivanol
+ Betadine)
Antibiotik sistemik: derivat penicillin (i.v)
dan erythromycin
Rawat tempat pintu masuk mikroorganisme

DEMAM TIFOID

Demam Tifoid
Definisi:
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut
akibat infeksi Salmonella typhoid yang
mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan
ketidakenakan abdomen berlangsung lebih
kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala
perut pembesaran limpa dan erupsi kulit.
Demam Tifoid juga dikenali
dengan nama lain yaitu Typhus
Abdominalis, Typhoid fever atau
Enteric fever

Demam Tifoid

Demam tifoid disebabkan


oleh Salmonella typhi (S.
typhi), basil gram negatif,
berflagel, dan tidak berspora

Demam Tifoid
TREATMENT: AB

Terima Kasih

71

Anda mungkin juga menyukai