Anda di halaman 1dari 4

III.

PERBEDAAN TONSILITIS AKUT DAN DIFTERI TONSIL

Tonsilitis Akut
Indikator (Tonsilitis Folikularis) Difteri Tonsil

Definisi Infeksi akut pada jaringan tonsil Infeksi toksik akut yang sangat
(amandel). menular ditandai permbentukan
pseudomembran pada kulit dan/
mukosa.

Etiologi Virus Epstein Barr (EBV). Corynebacterium diphteriae


Namun dapat juga disebabkan
oleh bakteri diantaranya
Haemofillus influenza (>>) dan
Streptococcus Beta-Haemolitycus
(30-49%).

Patofisiologi

Tonsilitis Akut (Tonsilitis Folikularis)

1
Difteri Tonsil

Manifestasi Nyeri tenggrorok, nyeri telan, Anoreksia, malaise, demam ringan


Klinis demam tinggi, drooling, mual, (subfebril) dan nyeri telan, tampak sakit
muntah, nyeri perut, tampak sakit ringan/sedang.
berat

Pemeriksaan Plummy voice, mulut berbau busuk Pseudomembran (jaringan nekrotik dan
Fisik (foeter ex ore), air liur menumpuk fibrin yang bewarna abu-abu keputihan,
dalam rongga mulut (ptialismus), tebal, sulit untuk dilepaskan, dan mudah
edema dengan sekret detritus. berdarah, tak terbatas pada tonsil.
Membran putih kekuningan, tipis,
tidak mudah berdarah, mudah
dilepas, terbatas pada tonsil.

Tata Laksana Umum Umum


Dapat sembuh sendiri (self-limiting  Pasien diisolasi sampai masa akut
disease) terutama pada penderita terlampaui dan biakan hapusan
dengan daya tahan tubuh yang baik. tenggorok negatif 2 kali berturut-turut,

2
Dianjurkan untuk: pada umumnya pasien tetap diisolasi
 Istirahat, makan lunak, minum selama 2-3 minggu.
hangat  Istirahat tirah baring selama kurang
 Analgesik/antipiretik: lebih 2-3 minggu.
Parasetamol 3x500 mg (anak-anak  Pemberian cairan serta diet yang
10 mg/kgBB/dosis, 3-4x sehari) adekuat.
 Obat kumur: Benzydamin gargel  Memberikan makanan lunak dan mudah
dicerna, cukup mengandung protein dan
Antibiotik kalori.
Antibiotika diberikan pada kasus  Penderita diawasi ketat kemungkinan
infeksi bakteri, pilihannya: terjadinya komplikasi antara lain
Lini pertama: dengan pemeriksaan EKG pada hari 0,
 Phenoksimetilpenisilin 4x500 mg 3, 7 dan setiap minggu selama 5
 Amoksisilin 3x500 mg minggu.
Alternatifnya:  Khusus pada difteri laring dijaga agar
 Amoksisilin-asam klavulanat nafas tetap bebas serta dijaga
3x500 mg kelembapan udara dengan
 Eritromisin 3x500 mg menggunakan nebulizer.
 Cephalosporin oral (cefadroxil
2x500 mg) Antitoksin : Anti Difteri Serum (ADS).
Lama pemberian 7-10 hari, jika Dosis disesuaikan dengan beratnya sakit.
tidak ada respon dalam waktu 72
jam, revaluasi pasien dan diganti Antibiotik
dengan antibiotika jenis yang lain. Penisilin prokain atau eritromisin.
Bila sudah ada komplikasi (abses
peritonsil) Kortikosteroid
Pada komplikasi abses peritonsil Prednison 1,0-1,5 mg/kgBB/hari, p.o. tiap
dilakukan pungsi, insisi, dan 6-8 jam pada kasus berat selama 14 hari
pemberian antibiotika seperti di atas.
Tonsilektomi sesuai indikasi.

Komplikasi Lokal  Infeksi kronik yang Masalah pernapasan, miokarditis


menetap pada folikel limfoid pada (kerusakan jantung), kerusakan saraf,
tonsil membentuk mikroabses, abses kelumpuhan diagfragma, difteri
parafaring, abses servikal akibat hipertoksik.
supurasi pada kelenjar limfe
jugulodisgastrik, serta otitis media
akut.
Sistemik Glomerulonefritis,
Penyakit jantung rematik,
Endokarditis bakterial sub akut.

3
DAFTAR PUSTAKA

1. Deterding RR. Essentials of diagnosis and typical features Diphtheria. In : Hay WW,
Leswin MJ, Sondheimer JM, eds. Current diagnosis and therapy in pediatric. 18th ed.
United State of America : Library of congress press ; 2007.p.1176 – 8
2. Dowel, Maloney. Arch Otolaryngol AMA. Diphtheria, 2000.
(http://archotol.amaassn.org/cgi/reprint/ 61/1/29 diakses pada 22 Febuari 2018)
3. Long SS. Diphteria. In : Behrman, Kleigman, eds. Nelson Textbook of Pediatrics.
15th ed. Philadelphia : WB Saunders company ; 1996.p. 955 – 59

4. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan-RS
Dr. Soetomo, hal. 107-108.

5. RSUD Soetomo. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan
Anak Edisi III. Surabaya.
6. Sing A, Heesemann J. Imported diphtheria Germany, 2005
(http://www.cdc.gov/ncidod/EID/vol 11no02/05.html diakses pada 22 Febuari 2018)
7. http://infoimunisasi.com/tentang-anakku/komplikasi-penyakit-difteri/
8. http://hmpd.fk.ub.ac.id/difteria/

Anda mungkin juga menyukai