Anda di halaman 1dari 22

Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar

EKTIMA
Sitti Halimah Resky Amaliah, S.Ked
105505405119

Pembimbing : Dr. dr. Hj. Sitti Musafirah, Sp.KK


Pendahuluan

Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh kedua-
duanya. Salah satu bentuk pioderma yaitu ektima.

Ektima adalah suatu pioderma kutaneus yang ditandai oleh erosi atau ulserasi krusta yang padat. Ektima
merupakan suatu lesi khas yang sering terjadi pada gelandangan dan tentara di medan pertempuran dalam
iklim yang lembap dan panas. Ektima ini disebabkan oleh infeksi Streptococcus B hemolyticus.
Menyerang epidermis dan dermis membentuk ulkus dangkal yang ditutupi dengan krusta berlapis. Sering
diawali dengan trauma seperti gigitan serangga, atau dermatitis.

Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini adalah sanitasi yang buruk,
menurunnya daya tahan tubuh, serta adanya riwayat penyakit kulit sebelumnya. Frekuensi terjadinya
ektima berdasarkan umur terdapat pada anak-anak dan orang tua, tidak ada perbedaan ras dan jenis
kelamin (pria dan wanita sama).
LAPORAN
KASUS
KASUS
Pasien berusia 13 tahun berjenis kelamin perempuan datang ke poli kulit
di Balai Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan lesi
bernanah pada kaki sebelah kanan sejak 1 bulan lalu. Lesi diawali satu
luka dan saat pecah mengeluarkan air, kemudian 5 hari berikutnya luka
bertambah dan luka mengeluarkan nanah. Pasien juga mengatakan
terdapat rasa gatal pada luka sehingga menggaruk luka, dan hari
berikutnya muncul luka bernanah baru. Pasien juga mengatakan kadang-
kadang terdapat nyeri pada lesi saat aktivitas. Pasien sudah pernah berobat
ke Puskesmas dan diberikan obat antibiotik serta salep tapi tidak kunjung
membaik.
IDENTITAS PASIEN
• Jenis kelamin : Perempuan
• Umur : 13 tahun

Anamnesis
Keluhan utama : lesi bernanah pada kaki sebelah kanan sejak 1 bulan lalu
Riwayat penyakit sekarang : Perempuan, 13 tahun berjenis kelamin perempuan datang dengan
keluhan lesi bernanah pada kaki sebelah kanan sejak 1 bulan lalu. Lesi diawali satu luka dan saat
pecah mengeluarkan air, kemudian 5 hari berikutnya luka bertambah dan luka mengeluarkan nanah.
Pasien juga mengatakan terdapat rasa gatal pada luka sehingga menggaruk luka, dan hari
berikutnya muncul luka bernanah baru. Pasien juga mengatakan kadang-kadang terdapat nyeri
pada lesi saat aktivitas. Pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat antibiotik
serta salep tapi tidak kunjung membaik.

Anamnesis tambahan :
- Riwayat penyakit sebelumnya
- Riwayat penyakit keluarga
- Higienitas pasien dan lingkungannya
- Riwayat trauma
- Riwayat pengobatan sebelumnya
Pemeriksaan Fisik

Lokasi
Kaki sebelah kanan

Effloresensi
Tepi ireguler, pustul, ulkus
yang dangkal dengan dasar
eritema, krusta, likenifikasi
Pemeriksaan
Penunjang
● Pemeriksaan sederhana dengan
pewarnaan gram
● Kultur
● Pemeriksaan histopatologi

Pemeriksaan histopatologi
Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, dan


pemeriksaan fisik, pasien di diagnosa
dengan....
Ektima
Diagnosis Banding

Impetigo krustosa Folikulitis Ulkus varikosum


wednesday
2020-10-27

PEMBAHASAN
Pembahasan
● Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan oleh infeksi
Streptococcus B hemolyticus. Ektima merupakan suatu pioderma ulseratif, yang hampir
selalu berada pada tungkai bawah depan atau bagian dorsal kaki. Faktor predisposisi
terjadinya ektima yaitu: higiene yang kurang, menurunnya daya tahan, adanya penyakit lain
di kulit.

● Terbentuknya lesi diawali dengan vesikel atau vesikulopustul yang membesar dan dalam
beberapa hari menjadi krusta tebal dan lekat. Ketika krusta diangkat terdapat ulkus dengan
bentuk seperti piring superfisial dengan dasar yang kemerahan dan tepi yang meninggi.
Ulkus mempunyai suatu bentukan “punch out” ketika krusta kuning-keabu-abuan kotor dan
material purulen dibersihkan. Tepi ulkus berindurasi, meninggi, dan berwarna keunguan,
dan dasar bergranulasi meluas ke dalam dermis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini di diagnosa sebagai Ektima. Pada
anamnesis yang dilakukan, keluhan ini sesuai dengan gejala klinis dari ektima, yaitu tampak
krusta tebal berwarna kuning, biasanya berlokasi ditungkai bawah, yaitu tempat yang relatif
banyak mendapat trauma. Yang dimana jika krustanya diangkat ternyata lekat dan tampak
ulkus yang dangkal. Berdasarkan informasi yang didapatkan saat anamnesis, umur pasien
saat ini adalah 13 tahun, sesuai dengan kejadian ektima yang dimana sering terjadi pada
anak-anak, atau pada penderita usia lanjut yang tidak dirawat, atau individu dengan diabetes.
Pada anamnesis juga, pasien mengatakan bahwa lesi diawali satu luka dan saat pecah
mengeluarkan air, kemudian 5 hari berikutnya luka bertambah dan luka mengeluarkan
nanah, ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa manifestasi klinis diawali
dengan vesikel atau vesikulopustul yang membesar dan dalam beberapa hari menjadi krusta
tebal dan lekat.
Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai pada kaki kanan dengan effloresensi pustul,
ulkus yang dangkal dengan dasar eritema, krusta. Gambaran effloresensi dan
predileksi ini mengarah ke diagnosis ektima, karena sesuai dengan kepustakaan yang
menyebutkan lesi diawali dengan vesikel atau vesikulopustul yang membesar dan
dalam beberapa hari menjadi krusta tebal dan lekat. Ketika krusta diangkat terdapat
ulkus dengan bentuk seperti piring superfisial dengan dasar yang kemerahan dan tepi
yang meninggi. Ulkus mempunyai suatu bentukan “punch out” ketika krusta kuning-
keabu-abuan kotor dan material purulen dibersihkan. Tepi ulkus berindurasi, meninggi,
dan berwarna keunguan, dan dasar bergranulasi meluas ke dalam dermis.
Untuk menunjang diagnosis ini, diperlukan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
yaitu biopsi kulit dengan jaringan dalam untuk pemeriksaan sederhana dengan pewarnaan
gram, dan kultur. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa pada
pemeriksaan pewarnaan gram, akan didapatkan adanya bakteri gram positif berupa kokkus
yang berbentuk seperti rantai. Dimana hal tersebut sesuai dengan gambaran dari bakteri
Streptococcus, serta pada kultur atau biakan kebanyakan Streptococcus tumbuh dalam
pembenihan padat sebagai koloni discoid dengan diameter 1 -2 mm. Selain itu, juga dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi. Gambaran histopatologi didapatkan peradangan dalam
yang diinfeksi kokus, dengan infiltrasi PMN dan pembentukan abses mulai dari folikel
pilosebasea. Pada dermis, ujung pembuluh darah melebar dan terdapat sebukan sel PMN.
Infiltrasi granulomatous perivaskular yang dalam dan superficial terjadi dengan edema
endotel. Krusta yang berat menutupi permukaan dari ulkus pada ektima.
Diagnosis
Banding
Impetigo krustosa
● Definisi : Impetigo krustosa merupakan infeksi
bakteri lokal di lapisan epidermis kulit. Gejala
klinisnya tidak disertai gejala umum, sering terjadi
pada anak.

● Predileksi : di wajah dan punggung, yakni di


sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap
sumber infeksi.

● Effloresensi : eritema dan vesikel yang cepat


memecah menjadi krusta tebal berwarna kuning
seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di
bawahnya. Krustanya lebih mudah diangkat dan
biasanya lebih dangkal.
Folikulitis
● Definisi : folikulitis ialah radang pada folikel
rambut. Folikulitis bisa mengenai anak-anak,
remaja, dan orang dewasa, terutama penderita
jerawat atau yang cenderung sebore.

● Predileksi : di kepala, dagu, ketiak, tungkai bawah.


Kelainan kulit ini sering ditemukan pada iklim
tropis dengan tempat tinggal yang padat dan
higiene yang buruk.

● Effloresensi : berupa papul atau pustul yang


eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut,
biasanya multipel.
Ulkus varikosum
● Definisi : Ulkus varikosum adalah ulkus pada tungkai bawah
yang disebabkan oleh gangguan aliran darah vena dalam.
Penderita umumnya orang dewasa dan orang tua, perempuan
lebih sering daripada laki-laki. Lebih dari 80% timbulnya ulkus
varikosum didahului trombosis vena profunda.

● Predileksi : sedikit proksimal dari maleolus medialis.

● Effloresensi : bentuk tidak teratur, dangkal, tertutup oleh jaringan


nekrotik, tepi umumnya tidak menimbul, jaringan sekitarnya
hiperpigmentasi atau mengalami dermatitis stasis.
Penatalaksanaan

Medikamentosa
- Topikal : Neomisin, Asam fusidat
Non-medikamentosa 2%, Mupirosin, dan Basitrasin
- Sistemik : 
- Melakukan perbaikan higiene • Dikloksasilin 5 – 15
diri dan lingkungan mg/kgBB/dosis, 3 – 4 kali/hari
- Jangan menggaruk lesi • Amoksisilin + asam klavulanat 3 x
- Hindari dari gigitan serangga 25 mg/kgBB
• Sefaleksin 40 – 50 mg/kgBB/hari
selama 10 hari
Edukasi

Menggunakan insect
Pasien dan keluarganya repellent untuk
agar menjaga higiene mengurangi reaksi
perorangan yang baik dan gigitan serangga
dapat membatasi penularan
Quo ad vitam :
bonam

Quo ad
Prognosis functionam :
bonam
Beberapa lesi lambat untuk sembuh. Pada
penyembuhannya akan menimbulkan skar.

Quo ad
sanationam :
bonam
Thank
You!

Anda mungkin juga menyukai