Berbagai regimen
farmakologi, seperti steroid, vasodilator, antioksidan, vitamin, c-Jun N-terminal kinase
inhibitor, dan terapi oksigen hiperbarik telah dilaporkan bermanfaat untuk pengobatan kasus
trauma akustik akut.[1]
Meskipun terdapat banyak variasi tata laksana, tujuan dari terapi adalah koreksi
mikrosirkulasi koklea dan oksigenasi jaringan. Tata laksana trauma akustik akut memiliki
efikasi lebih tinggi jika diberikan dalam 48 jam pertama setelah trauma.[1,4]
Agen Nootropik
Steroid
Steroid banyak dipakai pada pasien dengan trauma akustik akut. Belum ada kesepakatan
mengenai cara penggunaan obat ini, namun dosis lebih tinggi dianggap menghasilkan efikasi
lebih baik untuk preservasi fungsi pendengaran.[2,4]
Steroid dapat diberikan secara oral dalam bentuk prednison 1 mg/kg/hari selama 7-10 hari,
dengan dosis maksimal 60 mg/hari. Selanjutnya, dilakukan tapering selama dua minggu.
Steroid diberikan sesegera mungkin setelah awitan trauma akustik.[3,4]
Antioksidan
Antioksidan berfungsi untuk menurunkan stres oksidatif yang merupakan bagian dari
patofisiologi trauma akustik akut. Beberapa antioksidan yang diketahui memiliki potensi
protektif terhadap trauma akustik akut adalah N-asetilsistein, ginseng, koenzim Q10, vitamin
A, vitamin C, vitamin E, dan vitamin B12.
Penelitian terhadap hewan percobaan menunjukkan adanya efek sinergi dari kombinasi
beberapa antioksidan. Namun, hasil yang sama belum diketahui pada manusia.[2]
Pasien trauma akustik akut disarankan untuk menghindari paparan suara keras dalam 7-10
hari. Selain itu, untuk tentara, disarankan untuk tidak kembali bertugas di medan perang.[4]
Terapi oksigen hiperbarik dalam dua hari pertama setelah trauma dilaporkan memberi
prognosis fungsi pendengaran lebih baik. Terdapat literatur yang menunjukkan hasil yang
lebih baik apabila dikombinasikan dengan terapi steroid.[8]
Implan Koklea
Penurunan pendengaran derajat tinggi dan buruknya pengenalan tutur bicara dapat
menjadikan pasien trauma akustik akut sebagai kandidat implan koklea. Implan koklea dapat
berupa stimulasi elektrik atau stimulasi elektro-akustik.[2]
Timpanoplasti
Jika terjadi perforasi membran timpani yang luas, terdapat risiko membran tidak menutup
secara spontan. Pada kasus seperti ini, dapat dipertimbangan timpanoplasti untuk
memperbaiki pendengaran.