ILMU KESEHATAN
REFLEKSI KASUS
EKTIMA
Disusun oleh :
Vella Nurfatimah Ayunilasari
(20224010013)
Pembimbing :
dr. Yuli Sulistyowati, Sp.KK
DATA IDENTIFIKASI
Nama : Ny. AS
Alamat : Seren, Gebang, Purworejo
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 25 Oktober 2023
ANAMNESIS
1) Ektima
Ektima adalah pioderma kulit ulseratif yang
umumnya disebabkan oleh Streptokokus
Beta Hemolitikus. Penyebab lainnya bisa
Stafilokokus atau kombinasi dari keduanya.
Predileksi ektima biasanya pada kaki.
2) Impetigo Krustosa
Impetigo krustosa, didiagnosa banding
dengan ektima karena memberikan
gambaran efloresensi yang hampir sama
berupa lesi yang ditutupi krusta. Bedanya,
pada impetigo krustosa lesi biasanya lebih
dangkal, krustanya lebih mudah diangkat,
dan tempat predileksinya biasanya pada
wajah dan punggung serta terdapat pada
anak-anak.
DIAGNOSIS KERJA
TATALAKSANA
• Mupirocin cream 2 x ue
• Amoxicillin tab 500 mg selama 5 -7 hari
• Infus NaCl dan kasa steril untuk kompres
mengangkat krusta
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad functionam : dubia ad
bonam
• Quo ad sanactionam : bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Ektima adalah pioderma kulit ulseratif yang umumnya disebabkan oleh
Streptokokus Beta Hemolitikus. Penyebab lainnya bisa Stafilokokus atau kombinasi
dari keduanya. Menyerang epidermis membentuk ulkus dangkal yang ditutupi oleh
krusta berlapis, biasanya terdapat pada tungkai bawah.
Kasus ektima terjadi diseluruh dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis.
Ektima dapat diamati di segala usia atau jenis kelamin dan biasa didapatkan
pada orang-orang dengan malnutrisi. Lesi ektima juga sering terlihat pada
ektrimitas bawah anak-anak, lansia yang terabaikan, atau orang dengan
penyakit diabetes. Higienitas yang buruk dan terabaikan merupakan kunci dari
patogenesis ektima. Lesi ektima yang banyak pada pergelangan dan punggung
kaki adalah pioderma yang paling sering terjadi saat waktu perang di daerah
iklim tropis.
ETIOLOGI
Staphylococcus
aureus dan Resisten
Menghasilkan
Streptococcus M-Protein terhadap
toksin
sp. fagositosis
Muncul gejala
klinis
MANIFESTASI KLINIS
• Dimulai dengan suatu vesikel atau pustul di atas
kulit yang eritematosa, membesar dan pecah
(diameter 0,5 – 3 cm) dan beberapa hari
kemudian terbentuk krusta tebal dan kering
yang sukar dilepas dari dasarnya.
• Biasanya kurang lebih 10 lesi yang muncul.
• Bila krusta terlepas, tertinggal ulkus superficial
dengan gambaran “punched out appearance”
atau berbentuk cawan dengan dasar merah dan
tepi meninggi.
• Lesi cenderung menjadi sembuh setelah
beberapa minggu dan meninggalkan sikatriks.
• Biasanya lesi dapat ditemukan pada daerah
ekstremitas bawah, wajah dan ketiak.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
1. Keluhan utama: keluhan berupa luka.
2. Durasi: Ektima dapat terjadi dalam waktu yang lama akibat trauma
berulang, seperti gigitan serangga.
3. Lokasi: Ektima terjadi pada lokasi yang relatif sering trauma berulang,
seperti tungkai bawah.
4. Perkembangan lesi: Awalnya lesi berupa pustul kemudian pecah
membentuk ulkus yang tertutupi krusta
5. Riwayat penyakit sebelumnya. Misalnya, DM dapat
menyebabkan penyembuhan luka yang lama.
2. Pemeriksaan Fisik
- Efloresensi ektima awalnya berupa pustul kemudian pecah membentuk
ulkus dangkal yang tertutupi oleh krusta.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
gram dan kultur.
• Bahan untuk pemeriksaan bakteri diambil dengan mengerok tepi lesi yang
aktif.
• Bahan diapus pada gelas objek, diwarnai gram dan diperiksa secara
mikroskopik.
• Pada pemeriksaan mikroskopik, reaksi gram (biru-keunguan menunjukkan
organisme gram positif, merah gram negatif), dan morfologi bakteri
(bentuk: kokus, batang, fusiform atau yang lain)
• Pada kultur atau biakan, kebanyakan streptokokus tumbuh dalam
pembenihan padat sebagai
• koloni discoid dengan diameter 1-2 mm.
• Strain yang menghasilkan bahan simpai sering membentuk koloni mukoid.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Gambaran histopatologi
didapatkan peradangan dalam
yang diinfeksi kokus, dengan
infiltrasi PMN dan pembentukan
abses mulai dari folikel
pilosebasea.
• Pada dermis, ujung pembuluh
darah melebar dan terdapat
sebukan sel PMN.
• Infiltrasi granulomatous
perivaskuler yang dalam dan
superficial terjadi dengan edema
endotel. Krusta yang berat
menutupi permukaan dari ulkus
pada ektima.
TATALAKSANA
1. Nonfarmakologi
• Mandi menggunakan sabun antibakteri dan sering mengganti seprei,
handuk, dan pakaian.
2. Farmakologi
• Sistemik :
• Lini pertama: Gol. Penisilin
Dikloksasilin 4 x 250 - 500 mg selama 5 -7 hari (Dewasa)
Amoxicillin 500 mg tablet 3 x sehari
Amoksisilin + Asam klavulanat 3 x 25 mg/kgBB
Sefalosporin generasi pertama, seperti Sefaleksin 40 - 50
mg/kgBB/hari selama 10 hari atau
Cefadroksil 2 x 10-15 mg/kgBB selama 5-7 hari
TATALAKSANA
• Lini Kedua:
Azitromisin 1 x 500 mg, kemudian 1 x 250 mg selama 4 hari
Klindamisin 15 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari
Eritomisin 4 x 250 - 500 mg selama 5 - 7 hari (dewasa)
• Topikal:
Neomisin, Asam fusidat 2%,
Mupirosin, dan Basitrasin merupakan antibiotik yang dapat digunakan
secara topikal.
Neomisin merupakan obat topikal yang stabil dan efektif, reaksi kulit
minimal, dan memiliki angka resistensi bakteri yang rendah sehingga
menjadi terapi antibiotik lokal yang valid
Neomisin bekerja spektrum luas gram negatif dan gram positif.
Efek samping neomisin parenteral berupa kerusakan ginjal dan ketulian
Edukasi
1. Menjaga kebersihan badan
2. Menjaga kulit agar tidak kering
Prognosis
Sembuh perlahan, namun meninggalkan scar.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TERIMA KASIH