Anda di halaman 1dari 39

Impetigo Krustosa

M. Agusman Yuman lubis


Suci rahmi putri
Nola Chintia

Prereceptor :
dr. H. Yosse Rizal, Sp.KK
pyoderma
Pyoderma adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus,
Streptococcus atau oleh keduanya.
Etiologi
Penyebabnya yang utama adalah Staphylococcus
aureus dan Streptococcus β hemoliticus. Sedangkan
Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni
normal dikulit dan jarang menyebabkan infeksi.
Faktor Predisposisi
• Higene yang kurang
• Daya tahan tubuh yang menurun
• Telah ada penyakit lain : Kerusakan epidermis Fungsi
proteksi terganggu Mudah terkena infeksi.
KLASIFIKASI

Pyoderma Primer Pyoderma Sekunder

 Terjadi pada kulit normal,  infeksi pada kulit yang


 penyebabnya biasanya telah ada penyakit kulit
hanya 1 macam lain,
mikroorganisme.  gambaran klinis tidak
 Gambaran klinis nya khas,
tertentu, disebut  mengikuti penyakit yang
impetigenisata. telah ada
Pembagian Pyoderma Berdasarkan Etiologinya :
Bentuk Pioderma Superfisialis
IMPETIGO (terbatas pada epidermis).

KLASIFIKASI  Impetigo Krustosa


 ImpetigoBulosa
 Impetigo Neonatorum
EPIDEMIOLOGI

 Pioderma merupakan suatu infeksi bakteri kulit yang sering di derita anakanak.
 Dari 18 penelitian bakteriologi menunjukan bahwa streptococcus group A
merupakan etiologi utama pioderma di banyak Negara berkembang tropis
diikuti staphylococcus aureus.
 Dalam sebuah penelitian di Inggris,insiden dari impetigo adalah 2,8%
terjadi pada anak-anak di usia di bawah 4 tahun dan 1,6% pada anak-anak
usia 5-15 tahun
 Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama.
 Impetigo non bulosa meliputi kira-kira 70% dari semua kasus impetigo.
 Impetigo ditularkan melalui kontak langsung, pakaian, barang-
barang dan benda lain yang sering bersentuhan dengan kulit.
 Penderita dapat menyebarkan infeksinya ke bagian kulit lain
atau orang lain setelah menggaruknya.
 Insiden terbanyak terjadi pada musim panas, dan infeksi sering
terjadi di daerah dengan kebersihan yang buruk dan tepat
tinggal yang padat penduduk.
PATOGENESA dan GAMBARAN KLINIS
• Pada impetigo kurustosa :
– lesi mulai dari makula eritema yang berukuran 2 – 4 mm.
Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula
– Vesikel atau bula pecah spontan dalam beberapa jam atau
jika digaruk  erosi  eksudat seropurulen mengering 
krusta kuning keemasan (honey-colored).
– Krusta pada akhirnya mengering dan lepas dari dasar yang
eritema tanpa pembentukan jaringan scar
DIAGNOSIS
• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
• lekositosis ringan hanya ditemukan pada 50%
kasus pasien dengan impetigo
• Pemeriksaan urinalisis perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah telah terjadi
glomerulonefritis akut pasca streptococcus
(GNAPS), yang ditandai dengan hematuria dan
proteinuria.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan mikrobiologis
– Eksudat yang diambil di bagian bawah krusta dan
cairan yang berasal dari bulla dapat dikultur dan
dilakukan tes sensititas
DIAGNOSA BANDING
• impetigo krustosa dapat di diagnosa banding
dengan ektima, dimana krustanya juga berwarna
kuning keemasan dengan dasar erosi namun
predileksinya di tungkai bawah
PENATALAKSANAAN
• Umum
– Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari
infeksi kulit
– Mengganti pakaian tiap berkeringat dan mandi dengan air
bersih
– Tidak saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan
pribadi (handuk, pakaian, alat cukur, dan lain-lain)
– Memperkuat daya tahan tubuh, seperti mengonsumsi
buah-buahan,multivitamin, dan beristirahat cukup
PENATALAKSANAAN
• Khusus
– Topikal
– Sistemik
Pilihan Antibiotik
a. Pilihan Pertama ( Golongan ß lactam )
Golongan Penicillin ( Bakterisid)
• Amoxisilin
Dosis 3 X 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB)
Golongan Sefalosporin generasi ke 1 (bakterisid)
• Sefaleksin
Dosis 4 X 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB)
• Kloksasilin
Dosis 4 x 250-500 mg/hari
Penatalaksanaan

b. Pilihan kedua
Golongan makrolida ( bakteriostatik)
• Eritromisin
Dosis 30-50 mg/kgBB/hari

• Azitromisin
Dosis 500mg/hari untuk hari ke 1 dan 250 mg/hari ke 2
sampai hari ke 4.
Topikal
– Jika krusta banyak, dilepas dengan H2O2 / PK
1/5000 /normal salin, lalu diberi salep / krim
antibiotik.
• Antibiotik topikal diberikan 2-3 kali sehari selama 7-
10 hari.
– Mupirocin 2%
– Asam fusidat 2%
– Basitrasin
– Retapamulin 1%
PROGNOSIS
Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit Lain
sebelumnya, impetigo krustosa dapat membaik
spontan dalam 2-3 minggu. Namun, bila tidak
diobati impetigo krustosa dapat bertahan dan
menyebabkan lesi pada tempat baru serta
menyebabkan komplikasi
KOMPLIKASI
• Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcal
Laporan kasus
IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. A
• Umur : 4 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Bukittinggi
• Suku : Minang
• Negeri asal : Bukittinggi
Laporan kasus
• ANAMNESIS
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun berobat ke
poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi dibawa ibunya pada tanggal 28 Februari 2020
dengan :
 
• Keluhan Utama :
Timbul korengan di bibir dan di pipi sejak 1 minggu yang
lalu.
Laporan kasus
Riwayat Penyakit Sekarang :
Timbul korengan dibibir dan pipi sejak 1 minggu yang
lalu.Satu minggu sebelumnya pasien batuk dan pilek kemudian
timbul bintik kemerahan dan muncul gelembung kemerahan
berair di bibir dan di pipi sebagian pecah menjadi keropeng. Ayah
pasien bekerja sebagai buruh dan Ibu pasien hanya IRT
Laporan kasus
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit kulit lain selama ini

Riwayat Penyakit Keluarga


Adik pasien yang berumur 2 tahun juga menderita
penyakit yang sama dan belum pernah diobati.
Laporan kasus
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : composmentis cooperatif
• Berat badan : 10 kg
• Status gizi : baik
• Pemeriksaan Thorak : diharapkan dalam batas normal
• Pemeriksaan Abdomen : diharapkan dalam batas normal
Laporan kasus
Status Dermatologikus
• Lokasi : Pipi kiri dan kanan dan sekitar bibir atas bawah
• Distriibusi : Regional
• Bentuk/Susunan : Tidak Khas/tidak khas
• Batas : Tegas
• Ukuran : Lentikuler-plakat
• Efloresensi : Krusta,vesikel,makula eritem
Laporan kasus

• Status venereologikus : tidak terdapat kelainan


• Kelainan kelenjar limfe : tidak terdapat kelainan
• Kelainan selaput : tidak terdapat kelainan
• Kelainan kuku : tidak terdapat kelainan
• Kelainan rambut : tidak terdapat kelainan
Laporan kasus
PEMERIKSAAN ANJURAN :
• Pemeriksaan darah rutin
diharapkan ditemukan Leukositosis
• Pewarnaan Gram :
diharapkan ditemukan Coccus Gram positif (+)
• Kultur:
diharapkan ditemukan koloni Staphylococcus aureus dan
Streptococcus group A beta-hemolitikus (Streptococcus
pyogenes)
Laporan kasus
 
• DIAGNOSIS :
Impetigo Krustosa
 
• DIAGNOSIS BANDING :
Ektima
TERAPI
Umum :
 Jangan menggaruk daerah lesi

 Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku

 Menjaga kebersihan agar tetap bersih dan terhindar dari infeksi kulit lainnya

 Gunakan handuk dan peralatan sehari-hari khusus untuk pasien sendiri

 Berikan makanan bergizi serta buah-buahan dan sayur pada anak


Laporan kasus
Khusus :
Topical :
• Kompres NaCl 0,9% 2 X sehari
• Krim Asam fusidat 2% oleskan pada lesi 2 x sehari

Sistemik:
• Amoxicilin 3 x 250 mg
• Paracetamol 3x 120mg
RSUD ACHMAD MOCHTAR
Ruangan Poliklinik : Kulit dan Kelamin
Dokter : dr. M
Sip No. 123/sip/2020

Bukittinggi, 28 Februari 2020


 
R/ Amoxicillin dry syr 250mg/5ml fls No. I
S3dd cth 1
R/ Asam Fusidat Cream 2% tube No. I
Sue
R/ Nacl 0.9% kolf No. I
Kasa steril box No. I
Sue
R/ Paracetamol syr 120mg/5ml fls No.1
S3dd cth1

Pro : An. A (BB : 10kg)


Umur : 4tahun
Alamat : Bukit tinggi
Laporan kasus
PROGNOSA :
• Quo ad vitam : Bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
• Quo ad kosmetikum : Bonam
• Quo ad functionam : bonam
Kesimpulan
• Impetigo krustosa merupakan penyakit infeksi piogenik kulit superfisial yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus group A beta-hemolitikus
(GABHS), atau kombinasi keduanya dan digambarkan dengan perubahan vesikel
berdinding tipis, diskret, menjadi pustul dan ruptur serta mengering membentuk
krusta Honey-colored. dengan tepi yang mudah dilepaskan.
• Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi
sekunder.
• Diagnosis impetigo krustosa ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
dengan mengidentifikasi tanda dan gejala yang ada dan dapat dibantu dengan
pemeriksaan penunjang seperti pewarnaan Gram, biakan kuman, dan tes
serologi .
• Penatalaksanaan dapat diberikan edukasi dan antibiotic pada pasien.
• TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai