PEMFIGUS VULGARIS
OLEH :
2020
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Pemfigus vulgaris adalah dermatitis vesikulobulosa rekuren yang
merupakan kelainan herediter paling sering pada aksila, lipat paha, dan leher
disertai lesi berkelompok yang mengadakan regresi sesudah beberapa minggu
atau beberapa bulan. Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit
yang ditandai dengan timbulnya bulla (lepuh) dengn berbagai ukuran
(misalnya 1-10 cm) pada kulit yang tampak normal dan membrane ukosa
(misalnya mulut dan vagina). berdinding kendur, terletak intra epidermal, dan
dapat mengakibatkan fatal.
B. Etiologi
Penyebab dari pemfigus vulgaris dan factor potensial yang dapat
didefinisikan antara lain:
1. Faktor genetic
2. Umur
Insiden terjadinya pemfigus vulgaris ini meningkat pada usia 50-60
tahun. Pada neonatal yang mengidap pemfigus vulgaris karena terinfeksi
dari antibody sang ibu.
3. Disease association
Pemfigus terjadi pada pasien dengan penyakit autoimun yang lain,
biasanya myasthenia gravis dan thymoma.
2
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002, hal:1879).
1. Genetik
2. Penyakit autoimun
3. Obat-obatan (Penisilin dan kaptopril)
4. Sebagai penyakit penyerta seperti neoplasma.
D. Patofisiologi
Semua proses pemfigus sifat yang khas yaitu:2, 5
1. Poses akontolisis
2. adanya antibody Ig G terhadap antigen diterminan yang ada pada
permukaan keratinosis yang sedang berdeferensiasi
3
Sebagian besar pasien, pada mulanya ditemukan dengan testoral yang
tampak sebagai erosi- erosi yang bentuknya ireguler yang terasa nyeri,
mudah berdarah dan sembuh lambat. Bula pada kulit akan membesar,
pecah dan meninggalkan daerah daerah erosi yang lebar serta nyeri disertai
dengan pembentukan krusta dan pembesaran cairan. Bau yang menususk
dan khas akan memancar dari bula dan yang merembes keluar. Kalau
dilakukan penekanan yang meminimalkan terjadinya pembentukan lepuh/
pengelupasan kulit yang normal (tanda nikolsky). Kulit yang erosi
sembuh dengan lambat sehingga akhirnya daerah tubuh yang terkena
sangat luas. Sekunder infeksi disertai dengan terjadinya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit sering terjadi akibat kehilangan cairan
dan protein ketika bula mengalami ruptur. Hipoalbuminemia sering
dijumpai kalau proses penyakit mencakup daerah permukaan kulit tubuh
dan membran mukosa yang luas.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan visual oleh dermatologis
2. Biopsi lesi, dengan cara memecahkan bulla dan membuat apusan untuk
diperiksa di bawah mikroskop atau pemeriksaan immunofluoresent.
3. Tzank test, apusan dari dasar bulla yang menunjukkan akantolisis
4. Nikolsky’s sign positif bila dilakukan penekanan minimal akan terjadi
pembentukan lepuh dan pengelupasan kulit.5
F. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah mengendalikan secepat mungkin, mencegah
hilangnya serum serta terjadinya infeksi sekunder, dan meningkatkan
pembentukan epitel kulit (pembaruan jaringan epitel). Kortikosteroid
diberikan dalam dosis tinggi untuk mengendalikan penyakit dan menjaga agar
kulit bebas dari bula. Kadar dosis yang tinggi dipertahankan sampai
kesembuhan terlihat jelas. Pada sebagian kasus terapi ini, harus
dipoertahankan seumur hidup penderitanya.7
4
Kortikosteroid diberikan bersama makanan atau segera setelah
makan, dan dapat disertai dengan pemberian antacid sebagai pemberian
profilaksis untuk mencegah komplikasi lambung. Yang penting pada
penatalaksanaan terapetik adalah evaluasi berat badan, tekanan darah, kadar
glukosa darah, dan keseimbvangan cairan setiap hari.
Preparat Immunosupresif (azatriopi, siklofosfomid) dapat diresepkan dokter
untuk mengendalikan penyakit dan mengurangi takaran kortikosteroid.
Plasma feresis (pertukaran plasma) secara temporer akan menurunkan kdar
anti bodi serum.
a. Penatalaksanaan Umum
Perbaiki keadaan umum
Atasi keseimbangan cairan ( input atau output ), elektrolit, tanda-
tanda vital
b. Penatalaksanaan Sistemik
Kortikosteroid : Prednison 60-150 mg/hr ( tergantung berat
ringannya penyakit
Tapering off disesuaikan dengan kondisi klinis dan kadar IgG
dalam darah sampai dosis pemeliharaan
Dapat dikombinasikan kortikosteroid dan sitostatika (Azotlapin 1-3
mg/kg BB ) untuk sparing efek.
Antibiotika bila ada infeksi sekunder
KCL 3x500 mg/ hari
Anabolik ( Anabolene 1x1 tablet/ hari )
c. Topikal
Eksudatif : kompres
Darah erosif : Silver sulfadiazine
Krim antibiotik bila ada infeksi
Kortikosteroid lemah untuk lesi yang tidah eksudatif
G. Pengkajian
1. Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab)
5
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, golongan darah, penghasilan,
hubungan pasien dengan penanggung jawab, dll.
2. Riwayat pasien sekarang
Pada umumnya penderita pemfigus vulgaris biasanya dirawat di rumah
sakit pada suatu saat sewaktu terjadi pada suatu saat sewaktu terjadi
eksaserbasi, perawat segera mendapatkan bahwa pemfigus vulgaris bisa
menjadi penyebab ketidakmampuan bermakna. Gangguan kenyamanan
yang konstan dan stress yang dialami pasien serta bau lesi yang amis.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan system integument
maupun penyakit sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit
keluarga, terutama yang mempunyai penyakit menular, herediter.
4. Pemeriksaan fisik
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane
mukosa, kulit kepala dan kuku. Kulit merupakan cermin dari kesehatan
seseorang secara menyeluruh dan perubahan yang terjadi pada kulit
umumnya berhubungan dengan penyakit pada system organ lain. Inspeksi
dan palpasi merupakan prosedur utama yang digunakan dalam memeriksa
kulit. Lesi kulit merupakan karakteristik yang paling menonjol pada
kelainan dermatologic. Pada pasien pemfigus vulgaris muncul bulla yaitu
suatu lesi yang berbatas jelas, mengandung cairan, biasanya lebih dari 5
mm dalam diameter, dengan struktur anatomis bulat. Inspeksi keadaan dan
penyebaran bulla atau lepuhan pada kulit. Sebagian besar pasien dengan
pemfigus vulgaris ditemukan lesi oral yang tampak tererosi yang
bentuknya ireguler dan terasa sangat nyeri, mudah berdarah, dan
sembuhnya lambat. Daerah-daerah tempat kesembuhan sudah terjadi dapat
memperlihatkan tanda-tanda hiperpigmentasi. Vaskularitas, elastisitas,
kelembapan kulit, dan hidrasi harus benar-benar diperhatikan. Perhatian
khusus diberikan untuk mengkaji tanda-tanda infeksi.
5. Pengkajian psikologis
6
Dimana pasien dengan tingkat kesadaran menurun, maka untuk data
psikologisnya tidak dapat di dinilai, sedangkan pada pasien yang tingkat
kesadarannya agak normal akan terlihat adanya gangguan emosi, perubahan
tingkah laku emosi yang labil, iritabel, apatis, kebingungan keluarga pasien
karena mengalami kecemasan sehubungan dengan penyakitnya. Data social
yang diperlukan adalah bagaimana pasien berhubungan dengan orang
terdekat dan lainnya, kemampuan berkomunikasi dan perannya dalam
keluarga. Serta pandangan pasien terhadap dirinya setelah mengalami
penyakit pemfigus vulgaris.
6. Data/pangkajian spiritual
Diperlukan adalah ketaatan terhadap agamanya, semangat dan falsafah
hidup pasien serta ketuhanan yang diyakininya.
7. Pemeriksaan diagnostic
o Nikolsky’s sign
o Skin lesion biopsy (Tzank test)
o Biopsy dengan immunofluorescene
8. Penatalaksanaan umum
o Kortikosteroid
o Preparat imunosupres (azatioprin, siklofosfamid, emas)
I. Intrvensi Keperawatan
7
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa (SDKI) Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1 D.0077 Nyeri Akut L.08066 Tingkat I.08238 Manajemen Nyeri
b.d proses inflamasi Nyeri Observasi
Ekspektasi: Menurun - Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Gejala dan tanda Kriteria hasil - Indentifikasi skala nyeri
mayor - Kemampuan
menuntaskan aktifitas - Indentifikasi respons nyeri non verbal
Subjektif: - Indentifikasi faktor yang memperberat
1. Mengeluh nyeri meningkat
- Keluhan nyeri dan memperingan nyeri
menurun - Indentifikasi pengetahuan dan keyakinan
Objektif: - Meringis menurun tentang nyeri
1. Tampak Meringis - Sikap protektif - Indentifikasi pengaruh dudaya terhadap
2. Bersikap protektif menurun respon nyeri
(mis, waspada, - Gelisah menurun - Indentifikasi pengaruh nyeri pada
posisi - Kesulitan tidur kualitas hidup
menghindari menurun - Monitor keberhasilan terapi
nyeri) - Menarik diri menurun komplementer yang sudah diberikan
3. Gelisah - Berfokus pada diri - Monitor efek samping penggunaan
4. Frekuensi nadi sendiri menurun analgetik
meningkat - Diaforesis menurun
5. Sulit tidur - Perasaan depresi Terapeutik
Gejala dan tanda (tertekan) menurun - Berikan tekhnik non farmakologis untuk
- Perasaan takut mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,
minor mengalami cidera
Subjektif tulang menurun hipnotis, akupresur, terapi musik,
- - Anoreksia menurun biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Objektif - Perineum terasa tekhnik imajinasi terbimbing, kompres
1. Tekanan darah tertekan menurun hangat/dingin, terapi bermain)
meningkat - Uterus teraba - Kontrol lingkungan yang memperberat
2. Pola napas membulat menurun rasa nyeri (mis, sushu ruangan ,
berubah - Ketegangan otot pencahayaan, kebisingan)
3. Nafsu makan menurun - Fasilitas istirahat dan tidur
berubaha - Pupil dilatasi - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
4. proses berfikir menurun dalam pemilihan strategi meredakan
terganggu - Muntah menurun nyeri
5. Menarik diri - Mual menurun
- Frekuensi nadi Edukasi
6. Berfokus pada diri membaik
sendiri - Pola napas membaik
7. Diaforesis - Tekanan darah - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
membaik nyeri
- Proses berpikir - Jelaskan strategi meredakan nyeri
membaik - Anjurkan memonitor nyeri secara
- Fokus membaik mandiri
- Fungsi berkemih - Anjurkan menggunakan analgetik secara
membaik tepat
- Perilaku membaik - Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
8
perlu
9
Subjektif: meningkat - Siapkan keperluan pribadi (mis, parfum,
1. Menolak - Verbalisasi sikat gigi, dan sabun mandi)
melakukan keinginan - Dampingi dalam melakukan pearawatan
melakukan
perawatan diri perawatan diri diri sampai mandiri
Objektif: meningkat - Fasilitasi untuk menerima keadaan
1. Tidak mampu - Minat melakukan ketergantungan
mandi/mengenaka perawatan diri - Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
n pakaian/ makan/ meningkat mampu melakukan perawatan diri
- Mempertahankan
ke toilet/ berhias kebersihan diri - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
secara mandiri meningkat
2. Minat melakukan - Mempertahankan Edukasi
perawatan diri kebesihan mulut - Anjurkan melakukan perawatan diri
kurang meningkat secara konsisten sesuai kemampuan
10
3. Palpitasi - Tremor menurun Edukasi
4. Merasa tidak - Pucat menurun - Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
berdaya - Konsentrasi yang mungkin dialami
membaik - Informasikan secara faktual mengenal
- Pola tidur diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Objektif: membaik
1. Frekuensi napas - Perasaan - Anjurkan keluarga untuk tetap berasama
meningkat keberdayaan pasien, jika perlu
2. Frekuensi nadi membaik - Anjurkan melakukan kegiatan yang
meningkat - Kontak mata tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
3. Tekanan darah membaik - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
- Pola berkemih persepsi
meningkat membaik
4. Diaforesis - Latih kegiatan pengalihan untuk
- Orientasi
5. Tremor membaik mengurangi ketegangan
6. Muka tampak - Latih penggunaan mekanisme
pucat pertahankan diri yang tepat
7. Suara bergetar - Latih tekhnik relaksasi
8. Kontak mata
buruk Kolaborasi
9. Sering berkemih - Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
10. Berorientasi pada jika perlu
masa lalu
J. EVALUASI
1. Terjadi penurunan respons nyeri.
2. Peningkatan integritas jaringan kulit.
3. Perawatan aktivitas dapat terlaksana.
4. Tingkat Ansietas berkurang.
11
L. PATHWAY
Penyakit Autoimun
Obat-obatan
Genetik
Pemfigus
Menimbulkan Bula
pada Kulit
Bedrest lama
Terjadi kekakuan
sendi
Intoleransi aktivitas
Defisit Perawatan
Diri
12
KONSEP DASAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas diri klien (RM: 330601200320417)
Nama : Ny. S
Suku : Bugis
Umur : 80 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status perkawinan : Kawin
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Alamat : Sengkang
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama saat masuk RS : Nyeri akibat adanya luka serta
pembentukan bula dan terjadi erosi kulit hampir pada seluruh tubuh.
b. Riwayat penyakit sekarang : Anak Klien mengatakan awalnya timbul
bula karena obat-obatan yaitu terjadi pada tangan , klien berobat ke
dokter pada RS yang sama dan sempat sembuh dan luka sudah mulai
kering namun selang beberapa pekan, mulai muncul bula dan luka
baru pada bokong, bibir, dan kaki selanjutnya menyebar ke seluruh
tubuh, klien pun di bawa ke RSUD Lamadukkeleng untuk mendapat
pengobatan lebih lanjut.
c. Riwayat penyakit dahulu : Anak klien mengatakan klien memiliki
riwayat DM dan Maag dan dulu pernah mengalami sakit yang sama
sekitar sebulan yang lalu, sempat sembuh namun kambuh lagi
13
terutama tibul bula yang baru pada bokong dan ekstremitas bawah
(kaki).
d. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan
yang telah dilakukan:
1) Masalah atau diagnosa medis pada saat masuk RS :
Pemvigus Vulgaris
2) Tindakan yang telah dilakukan di poliklinik atau IGD
Pasien telah terpasang IV line dengan cairan RL 20 tpm, tekanan
darah 110/70 , pemeberian terapi methilprednisolon 2x1, terfacef
2x1 amp, ketorolac 2x1 amp dan medikasi pada luka.
3) Catatan : Penanganan kasus (dimulai saat pasien di rawat di ruang
rawat sampai pengambilan kasus kelolaan)
Pasien terpasang Nacl 500 ml dengan 20 tpm, medikasi pada luka,
O2 3lpm, Injeksi sohobion/24 jam, methilprednisolon 2x1 amp,
ranitidin 2x1, ketorolac 30 mg/ 12 jam, cek GDP, Ddj2PP,
RL(1):D5(1)
3. Pengkajian Saat Ini
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/ perawatan : pasien sebelumnya kalau
sakit selalu berobat di poli klinik untuk kontrol yang diwakili oleh
keluarganya, pasien paham akan sakit yang di deritanya sebab pasien
sudah pernah menjalani rawat inap sebelumnya (waktu terakhir lupa).
b. Pola nutrisi/metabolic
1) Program diit RS : TKTP
2) Intake Makanan : frekuensi makan pasien 3x/hari, 1 porsi tidak
habis dengan jenis makanan seperti bubur, sayur dan buah, nafsu
makan baik
3) Intake Cairan : frekueansi minum 5-6 gelas/hari, BAK via
pampers, turgor kulit jelek, support IV line jenis RL(1):DS (1)
dengan dosis 1000ml (2 kalf) dengan faktor tetesan 20tpm.
c. Pola eliminasi
14
1) Buang air besar: Frekuensi BAB 2-3x/hari sedikit-sedikit,
konsistensi cair, warna kuning, nyeri pada saat BAB karena
adanya lesi erosi luka bula pada anus, pampers (+)
2) Buang air kecil: BAK tidak menentu, terkadang bisa 2-4x/hari
penggunaan pampers, warna kuning jernih, nyeri pada saat BAK
karena adanya luka pada area genitalia.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √ √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi/ ROM √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
e. Pola tidur dan istirahat
(lama tidur, gangguan tidur, pengawasan saat bangun)
Pasien tidur 4-6 jam/hari, kadang-kadang sulit tidur dan terbangun
karena nyeri pada luka di badannya.
f. Pola perseptual
(penglihatan, pendengaran, pengecapan dan sensasi)
Tidak ada masalah dalam penglihatan, pendengaran dan pengecapan,
dan perseptual sensasi.
g. Pola persepsi diri
(pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan dan konsep diri)
Pasien menyadari dirinya sakit dan namun ada kecemasan yang dirasa
dengan sering menangis , walaupun keluarga mendukung penuh.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien sudah tidak pernah melakukan hubungan seksual dan bahkan
sudah sangat jarang ingin melakukan hubungan seksual.
i. Pola peran hubungan
15
(komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan)
Pasien berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa jawa (dominan),
hubungan keluarga baik dan pasien membayar dengan uang
penghasilan anaknya, sedangkan kesehatan dengan BPJS (JKN).
j. Pola managemen koping-stress
Pasien lebih sering berinteraksi dengan keluarga dalam mengatasi
masalah dan meluapkannya dalam bentuk tangisan.
k. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien sering mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan rumah dan
pasien paham dengan agama, tetapi kegiatan ibadah di RS terhenti
karna masih sulit untuk melakukan.
4. Pemeriksaan Fisik
Keluhan yang dirasakan saat ini : pasien mengeluh tubuh kanan lemah.
TD: 130/80 mmHg, P: 23x/m, N: 84x/m, S: 37,2°C
BB/TB : 47Kg/ 164cm
5. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala dan Rambut
Bentuk : bulat, tidak ada benjolan atau pembengkakan;
Kulit kepala : bersih, tidak ada iritasi
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : rambut ikal dan tipis;
Bau : tidak ada bau;
Warna kulit : kuning langsat.
c. Wajah
Warna kulit : kuning langsat;
Struktur wajah : simetris dan tidak ada kelainan.
d. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : mata lengkap dan
simetris;
Palpebra : tidak ada kelainan;
16
Kongjungtiva : konjungtiva anemis;
e. Hidung
Tulang hidung dan posisi septumnasi : simetris;
Lubang hidung : bersih.
f. Telinga
Bentuk telinga : simetris kanan dan kiri;
Ukuran telinga : simetris kanan dan kiri;
Lubang telinga : bersih dan tidak berbau;
Ketajaman pendengaran : pendengaran baik.
g. Mulut dan Faring
Keadaan bibir : mukosa bibir lembab;
Keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan
Keadaan lidah : tidak ada kelainan;
Orofaring : tidak dilakukan pemeriksaan.
h. Leher
Posisi Trachea : medial;
Thyroid : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
Kelenjar Limfe : tidak ada pembengkakang
Vena jugularis : teraba vena jugularis;
Denyut nadi karotis : teraba denyut nadi karotis
6. Program terapi :
RL(1):D5(1) 20 tpm, medikasi pada luka, O2 3lpm, Injeksi sohobion/24
jam, methilprednisolon 2x1 amp,dexametasone, ranitidin 2x1, ketorolac
30 mg/ 12 jam, cek GDP, Ddj2PP, kompres luka dengan NaCl dan
salep/cream luka, transfusi daran dan cek laboratorium
17
Hemoglobin L 6,8 g/dl 11,7-15,5
Leukosit 7,1 10^3/uL 2,6-11,0
Hematokrit L 22 25-47
Eritrosit L 3,3 10^6/UL 2,80-5,80
Trombosit L 66 fL 150-400
09-11-2015
GDS 152 mg/dl 80-120
11-11-2015
GDS 74 mg/dl 80-120
GDP 58 mg/dl 76-110
13-11-2015
GDP 147 mg/dl 76-110
18-11-2015
Hemoglobin 6,8 g.dl 11.7-15,5
19-11-2015
GDP 155 mg/dl 76-110
GD2JPP 225 mg/dl 80-120
B. Analisa Data
Analisa Data Problem Etiologi
Ds : Nyeri Akut Proses Inflamasi
- Keluarga Pasien
mengatakan pasien
sering mengeluh
nyeri/ sakit
- P : saat bergerak
dan mengubah posisi
- Q : Cenat – cenut
- R :seluruh lapang
tubuh
18
- S : 5 dari 10
- T : nyeri terus
menerus, biasanya
bertambah ketika
merubah posisi
tidur atau bergerak
Do:
- Pasien tampak
kesakitan
- Frekuensi nadi
meningkat:
112x/menit
TD:130/80mmHg
Ds: Kerusakan Intergritas Defisit Imunologi
- Keluarga pasien Kulit
mengatakan lesi bula
pada bagian kaki
belum lama muncul
- Klien mengatakan
seluruh tubuh nya
sakit
Do:
- kulit klien terlihat
terdapat lesi bula,
krusta mukosa bibir
kering
- Terdapat lecet-lecet
dan luka masih
basah
19
Ds. Cemas Kondisi Penyakit
- Keluarga klien
mengatakan, klien
sering menangis
akibat cemas dan
tidak sabar tetntang
kondisi
penyakitnya
Do.
- Pasien tampak gelisah
dan sulit tidur
- Tampak sedih dan
menangis saat
menceritakan
keinginannya kepada
keluarga dan perawat
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan defisit imunologi
3. Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit
20
D. Rencana Keperawatan
21
menurun 6. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
- Pertumbuhan rambut 7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
membaik secukupnya
II 07/01/2020 Ansietas b.d kondisi Setelah dilakukan intervensi 4 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis,
penyakit, kerusakan x 24 jam maka integritas kulit kondisi, waktu, stresor)
luas pada jaringan membaik, dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal &
kulit. hasil: nonverbal)
- Verbalisasi Khawatir akibat 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kondisi yang dihadapi kepercayaan
menurun 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
- Perilaku gelisah menurun meyakinkan
- Perilaku tegang menurun 5. Informasikan secara faktual mengenal diagnosis,
- Pucat menurun pengobatan, dan prognosis
- Konsentrasi membaik 6. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Pola tidur membaik 7. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
- Orientasi membaik ketegangan
8. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu
22
23
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pemfigus vulgaris adalah suatu penyakit autoimun yang meliputi kulit dan
membran mukosa. Penyakit ini dapat terjadi pertama sekali pada rongga
mulut sehingga penting bagi dokter gigi untuk mengetahui patogenesis,
gambaran klinis dan penanggulangan dari penyakit ini. Etiologi dari penyakit
pemfigus vulgaris sampai saat ini masih belum jelas namun terdapat adanya
faktor genetik dan pemakaian obat-obatan yang dapat menginduksi terjadinya
pemfigus vulgaris. Patogenesis penyakit dimulai dengan mekanisme
autoimun di dalam tubuh penderita hingga membentuk suatu autoantibodi.
Adanya gambaran berupa vesikel dan bulla yang akan pecah menjadi ulser
pada intraepitel secara histologis menunjukkan proses akantolisis pada
lapisan tersebut oleh karena hilangnya perlekatan sel dengan sel. Penegakkan
diagnosa dari penyakit ini meliputi biopsi, pemeriksaan sitologi dan
imunopatologi.
Obat kortikosteroid menjadi pilihan utama untuk perawatan penyakit ini
dan ditambah dengan adjuvan. Penyakit ini harus ditangani dengan cepat jika
tidak dapat menyebabkan kematian dengan penatalaksanaan pemberian terpai
cairan, antibiotik, antihistamin, kortikosteroid dan menjaga kebersihan luka
dengan salep/ cream luka memberikan dampak yang cukup signifikan
terhadap penyembuhan pada penyakit yang diderita oleh pasien dengan
pemfigus vulgaris.
B. Saran
Diharapkan asuhan keperawatan ini mampu menjadi bahan kajian ulang
dalam pembelajaran dan penanganan pasien pemfigus vulrgaris sehingga
dapat dipelajari diinstitusi dan diterapkan di lahan klinis sehingga mampu
24
mengurangi angka kecacatan dan kematian yang terjadi pada pasien pemfigus
vulgaris.
25
DAFTAR PUSTAKA
Benny E. Wiryadi. Dermatitis Vesikobulosa Kronik Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 5 ed. Jakarta: FKUI, 2007: 204-208.
Sjarif M. Wasaitaatmadja. Anatomi dan Faal Kulit Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 5 ed. Jakarta: FKUI, 2007: 3-9.
26