Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

VARICELLA PADA IBU HAMIL

A.

Pengertian Varicella
Varicella / chickenpox atau sering disebut cacar air adalah suatu
infeksi virus menular, yang menyebabkan ruam kulit berupa
sekumpulan bintik bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan
berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.
Infeksi varicella akut ( chicken pox , cacar air , waterpoken )
disebabkan oleh virus varicella zoster yang merupakan virus herpes
DNA ( famili herpesviridae) dan ditularkan melalui kontak langsung
atau via pernafasan. Hampir seluruh tubuh bisa terkena benjolan yang
akan menyebar ke seluruh bagian tubuh dan tanpa terkecuali pada
bagian muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian
tubuh yang paling intim.
Penyakit kulit ini pun merupakan salah satu penyakit kulit yang
penularannya sangat cepat dan timbulnya pun secara tiba-tiba.
Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak. Namun, orang
dewasa juga bisa terkena penyakit ini kalau daya tahan tubuh menurun.
Biasanya, penyakit cacar air ini terjadi selama 17-21 hari. Cacar air
biasanya menyerang anak-anak yang dimulai dengan demam dan
diikuti munculnya bintil merah berair. Bintil-bintil ini baru akan hilang
selama 17-24 hari.
Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki
kekebalan dan tidak perlu divaksin lagi. Lamanya perlindungan dari
vaksin ini belum dapat diketahui secara pasti. Tapi biasanya, vaksinasi
ulangan diberikan setelah 4-6 tahun. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur
didalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan
menyebabkan herpes zoster.

Ibu hamil merupakan salah satu dalam kelompok orang dewasa


yang rentan terhadap penyakit ini, apabila pada masa mudanya tidak
atau belum pernah terkena penyakit cacar air ini. Pada usia kehamilan
1-3 bulan bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi, seperti
keguguran, kelahiran mati atau bahkan bayinya terkena sindrom
congenital varicella atau infeksi pada janin bulan pertama yang cukup
berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibunya tersebut. Namun,
prevelensi ibu hamil penderita cacar air ini yang mendapat komplikasi
ini masih rendah.
Ibu hamil trimester pertama yang menderita cacar air akan dapat
menularkan cacar air kepada si janin. Bahayanya, bayi sangat mungkin
terkena herpes zooster pada usia 10 tahun. Bila mengenai wanita hamil
trimester kedua, virus ini dapat menyebabkan gangguan kehamilan.
Sementara itu, ibu hamil yang terkena cacar air pada saat akan
melahirkan, akibatnya bisa lebih berat lagi, yaitu kematian.
B.

Diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha
diagnosa juga dapat ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari
vesikel dalam jangka waktu 4 hari setelah munculnya ruam-ruam kulit
pada varicella didaerah punggung.
Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu ke 2
melalui pemeriksaan ELISA atau CFT. IgG juga meningkat dalam
waktu 2 minggu setelah pemeriksaan IgM. Pemeriksaan untuk
menentukan imunitas seorang wanita adalah dengan menggunakan
FAMA Fluorescent Antibody Membrane Antigen.

C.

Tanda dan Gejala


Pada penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa
lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada

kasus yang lebih berat, bisa di dapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan
pusing. Berapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang
berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut.
Gejalanya mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi.
Pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya
berupa sakit kepala, demam sedang dan rasa tidak enak badan. Gejala
tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih muda,
gejala pada dewasa biasanya lebih berat. Setelah 24-36 jam timbulnya
gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula).
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan
dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau
gatal sehingga dapat tergaruk secara tidak sengaja. Jika lenting ini
tidak dibiarkan maka akan segera membentuk keropeng (krusta) yang
nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih
gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar
sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas
lagi. Proses ini memakan waktu selama 6-8jam. Selanjutnya akan
terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru.
Lain halnya jika lentingan cacar air tersebut dipecahkan. Krusta
akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mongering lebih
lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka
garukan tadi, setelah mengering bekas cacar air tadi akan
menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah
dewasa. Paada hari kelima biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan
yang baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan
menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.
Pada bayi, misalnya bayi yang usianya belum genap satu tahun
akan lebih menderita pada saat terserang virus ini karena demamnya
bisa sangat tinggi. Kulitnya pun akan bisa terinfeksi bakteri. Mereka
belum bisa mengeluarkan apa yang dirisaukannya kecuali menangis.

D.

Penyebab Varicella
Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini
dapat berbiak dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang
infektif mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit. Virus ini tidak
berbiak dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam penderita,
virus ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap
virus ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel,
netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen
selaput yang disebabkan oleh virus.
Pada varicella neontal (karena kontak bayi dengan ibu pada saat
kelahiran) angka kematian dapat mencapai 20%. Anak-anak dengan
penyakit defisiensi kekebalan tubuh, atau yang memperoleh obat
imunosupresor atau obat sitotoksik mempunyai resiko tinggi terkena
varicella berat dan kadang fatal. Penyebab virus varicella :
-

Cara penularan melalui percikan ludah, kontak langsung dengan

barang yang digunakan penderita, udara.


Biasanya menyerang anak di bawah 10 tahun meskipun dapat juga

menyerang orang dewasa.


Pada anak dengan daya tahan tubuh cukup, penyakit ini bersifat
ringan dan jarang menimbulkan komplikasi, terapi pada anak
dengan immunodefisiensi, maka penyakit ini dapat menimbulkan

komplikasi bahkan kematian.


Virus varicella termasuk golongan herpes virus yang disebut

varicella herpes virus (VZV).


Kontak pertama dengan virus akan menimbulkan kekebalan yang
permanen kecuali pada anak dengan immunodeficiency atau pada
anak yang mendapatkan pengobatan immunosupresif

(hipostatiska).
Virus yang masuk ke dalam tubuh umumnya melalui saluran
pernapasan, kemudian masuk ke sirkulasi darah dan kelenjar getah

bening dan akan brakhir dengan manifestasi dengan kulit.


Mula-mula akan membentuk peradangan pada folikel kulit dan
glandula sebasea, kemudian membentuk makula (bentuknya

hampir rata dengan sekitarnya) yang berkembang cepatmenjadi


papula (bentuknya lebih menonjol) dan berubah lagi menjadi
vesikula (papula yang berisi cairan) dan akhirnya mengering
-

menjadi krusta.
Pada pelapisan mukosa, terbentuknya makula, papula, dan vesikula
tidak akan menjadi krusta, namun biasanya vesikula akan pecah
membentuk luka yang terbuka, tetapi luka tersebut akan sembuh
dengan cepat.

E.

Patogenesis
Infeksi virus masuk bersama airborne droplet masuk ke traktus
respiratorius, tidak tertutup kemungkinan penularan juga lewat lesi
kulit tapi penyebaran paling efektif melalui sistem respirasi.
Selanjutnya virus akan berkembang di dalam sistem retikuloendotelial,
kemudian akan terjadi virema disertai gejala konstitusi yang diikuti
dengan munculnya lesi di permukaan virus.
Jalur transmisi varicella melalui inhalasi/droplet infection, yang
dianggap mulai infeksius sejak 2hari sebelum lesi kulit muncul.
Kemungkinan lain penularan terjadi melalui lesi di kulit. Lesi di kulit
dianggap tidak infeksius setelah semua menjadi krusta, dengan
kemungkinan penularan terjadi sampai 10-21 hari (rata-rata 15 hari,
sejak awal muncul lesi kulit).
Tanda awal varicella mungkin mirip gejala flu, dengan malaise dan
demam, diikuti munculnya lesi kulit yang khas. Pada suatu periode
waktu didapatkan lesi berupa makula, papula, vesikel/pustula, dan
krusta, dengan lokasi tersebar/tidak berkelompok.
Penyebarannya :
-

Biasanya mulai dari badan (dada), menyebar ke wajah dan

ekstremitas.
Bentuk makula, papula vesikuladan krusta dapat terjadi pada
waktu yang sama.

Bila terjadi infeksi skunder, cairan vesikula yang jernih akan


berubah menjadi nanah lymfodenopati.

F.

Dampak Terhadap Kehamilan


5 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella
zoster. Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan
Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
-

Persalinan preterm.
Ensepalitis
Pneumonia

Penatalaksanaan terdiri dari terapi simptomatik namun harus


dilakukan pemeriksaan sinar x torak untuk menyingkirkan
kemungkinan pneumonia mengingat bahwa komplikasi pneumonia
terjadi pada 16% kasus dan mortalitas sampai diatas 40%.
Bila terjadi pneumonia maka perawatan harus dilakukan di rumah
sakit dan diterapi dengan antiviral oleh karena perubahan
dekompensasi akan sangat cepat terjadi.
Sindroma varicella kongenital dapat terjadi. Diagnosa sindroma
didasarkan atastemuan IgM dalam darah talipusatdan gambaran klinik
pada neonatus antara lain :
-

Hipoplasia tungka
Parut kulit
Korioretinitis
Katarak
Atrofi kortikal
Mikrosepali
PJT simetrik

Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita


penyakit pada kehamilan antara 13 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi
terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu. Bila infeksi pada ibu
terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko

infeksi janin pasca persalinan adalah 24% . Bila infeksi pada ibu
terjadi dalam jangka waktu 5 21 hari sebelum persalinan dan janin
mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan self limiting
Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan
atau 2 hari pasca persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko
tinggi menderita infeksi hebat dengan mortalitas 30%.
Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada
neonatus dalam jangka waktu 72 jam pasca persalinan dan di isolasi.
Plasenta dan selaput ketuban adalah bahan yang sangat infeksius.
Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah
terinfeksi dengan virus varicella zoster harus segera dilakukan
pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat segera diperoleh
atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu
pasca paparan. Imunisasi varciella tidak boleh dilakuykan pada
kehamilan oleh karena vaksin terdiri dari virus yang dilemahkan/. Pada
masa kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering
terjadi dan bila terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin.
Bila serangan Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka
varicella dapat ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal ini
harus dicegah.
G.

Dampak Bagi Ibu Hamil dan Janin


Jika Anda sedang hamil, sepatutnya perlu waspada jika tiba-tiba
demam tinggi disertai bintik-bintik seperti lepuhan kecil pada kulit.
Kemungkinan besar Anda terkena cacar air. Berarti Anda sudah
terjangkit virus varicella zooster. Jika tidak ditangani secara cepat dan
tepat, penyakit ini menandatangkan masalah. Khusus untuk ibu hamil,
cacar air juga bisa menyebabkan kematian.
Ibu hamil pada masa trimeter pertama biasanya kondisinya sedang
lemah. Maklum, pada saat ini biasanya sedang mual, muntah dan

sering tidak mau makan, yang menyebabkan daya tahan tubuh


menurun. Pada saat sperti inilah kemungkinan cacar air bisa
menyerangnya.
Jika terjadi pada trimester kedua dan ketiga, cacar air umumnya tak
menyebabkan kelainan bawaan. Namun kemungkinan bayi lahir
prematur atau menderita bintil-bintil berisi air setelah 10 hari
dilahirkan. Pencegahan hanya bisa dilakukan dengan vaksinasi.
Kehamilan cenderung memperburuk perjalanan penyakit varicella.
Infeksi varicella pada kehamilan meningkatkan resiko kejadian
komplikasi pneumonia. Infeksi varicella pada trimester awal
kehamilan memunculkan resiko kelainan konginital, sebesar 0,4-2%.
Pada infeksi yang terjadi pada akhir kehamilan (secara kesepakatan
ditetapkan 5 hari sebelum atau sesudah kelahiran) memunculkan resiko
transmisi vertikal.
Pada ibu hamil penyakit ini dapat menular kepada janinnya lewat
plasenta. Namun yang lebih fatal apabila varicella zooster terjadi pada
ibu hamil yang beberapa hari lagi melahirkan, yang penularannya
lewat darah karena bayi belum punya antibody dari ibu sehingga
teridentifikasi baru yang bisa berakibat kematian dan mengakibtkan
bayi baru lahir mengalami infeksi varicella berat.
Menurut situs CDC (Center for Disease Control and Pravention),
pada ibu hamil yang tidak imun, terutama di empat bulan pertama
kehamilan, penyakit cacar dapat membuat janin berisiko terkena
kelahiran bawaan yang disebut sindroma varicella. Kondisi ini ditandai
oleh adanya kelainan bawaan bisa berupa :
-

Kerusakan otak : ensefalitas (radang otak), mikrosefal


(perkembangan otak terhambat, shingga otaknya menjadi
kecil), hidrosefal (gangguan sirkulasi cairan otak, sehingga
otaknya menjadi besar), aplasia otak, dan lain-lain.

Kerusakan mata : Mikro-oftalmik (ukurannya kecil)

katarak, korioretinitis, gangguan saraf mata, dan lain-lain.


Gangguan saraf : Kerusakan saraf spinal (tulang belakang),
gangguan saraf motorik (penggerak) dan sensorik (perasa),

hilangnya refleks, sindroma horner, dan lain-lain.


Kerusakan tubuh : kegagalan pembentukan tungkai tubuh
(jari, tangan, kaki), gangguan anus dan otot kandung

kencing, dan lain-lain.


Gangguan kulit : timbul jaringan parut ( seperti luka
dalam ), gangguan warna kulit, dan lain-lain.

Ibu hamil yang terkena cacar dianjurkan untuk menjalani


pemeriksaan ultrasound secara rinci setidaknya pada usia kehamilan
18-20 minggu, guna melihat ada tidaknya tanda-tanda kelainan bawaan
gangguan lain. Ada kalanya diperlukan konsultasi dengan ahli genetik
untuk membicarakan risiko yang akan timbul dan keputusan apa yang
sebaiknya diambil.
Jika sakit cacar terjadi pada kehamilan tua dan lebih dari lima hari
sebelum melahirkan, kemungkinan kondisi bayi akan baik-baik saja.
Ini karena lima hari setelah terinfeksi virus cacar, tubuh si ibu
membangun antibodi terhadap virus dan bayi mendapatkan antibody
tersebut lewat plasenta. Apabila ibu terkena cacar 5-21 hari sebelum
bayi lahir, ada kemungkinan si bayi terkena cacar beberapa hari setelah
lahir. Namun, karena sudah ada antibody, kondisinya tidak parah.
Akan lebih membahayakan jika penyakit cacar itu dialami ibu
hamil antara 5 hari sebelum melahirkan dan 2 hari setelah melahirkan.
Si kecil beresiko terpapar virus dan bisa menjadi serius karena tidak
sempat mendapat kiriman antibody dari sang ibu. Pada kasus ini, 30-40
% beresiko mengalami varicella neonatal yang mungkin memerlukan
penanganan jangka panjang, bahkan sepanjang hidup. Keparahan ini
bisa dikurangi dengan suntikan varicella zoster immune globulin
(VZIG) segera setelah lahir.

Adapun yang harus dilakukan oleh ibu hamil :


-

Ibu hamil harus diperiksa status imunitasnya sebelum hamil

atau paling tidak pada masa trimester pertama.


Pencegahan dengan mendapat suntikan VZIG (Varicella
Zooster ImunoGlobulin) atau obat anti virus lain jika diketahui

ibu hamil kontak dengan penderita cacar air.


Jika sudah terlanjur terjangkit, ibu perlu dirawat untuk

mencegah terjadinya komplikasi.


Kalau terjangkit cacar menjelang masa persalinan sampai
setelah melahirkan, bayinya harus segera mendapat suntikan
VZIG atau penanganan maksimal dari dokter yang menangani

ibu dan bayinya.


Pembeian vaksinasi kepada ivu hamil harus dilakukan dengan
ekstra hati-hati agar tidak menimbulkan dampak lain yang
merugikan ibu maupun janin yang dikandung.

H.

Pencegahan
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang
yang belum pernah mengalami komplikasi (misalnya penderita
gangguan system kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster
atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varicella biasanya
diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
Pencegahan varicella, selain dengan meningkatkan daya tahan
tubuh, dapat ditempuh dengan pemberian vaksinasi atau imunisasi
immunoglobulin (IG) anti varicella. Vaksinasi diberikan untuk mereka
yang belum pernah terkena varicella. Immunoglobulin diberikan
setelah tejadi paparan (postexposure), terutama pada pasien dengan
status imun rendah, bayi baru lahir (BBL), dan ibu hamil. Bila sudah
terjadi infeksi, prinsip terapi adalah suportif dan pemberian anti viral
sesuai indikasi. Anti viralterpilih adalah acyclovir, yang akan bekerja
efektif bila diberikan 72 jam pertama sesudah munculnya lesi. Indikasi
mutlak pemberian terapi anti viral meliputi status imun rendah,
manifestasi klinis berat, serta kehamilan trimester ke-3. Pasien dengan

varicella perlu dirawat bila keadaan umum lemah, lesi luas, atau untuk
keperluan isolasi.
Adapun pemeriksaan khusus yang dilakukan pada kehamilan di
setiap trimesternya ialah sebagai berikut :
-

Trimester I
Selama trimester pertama (0-12 minggu) pemeriksaan
dilakukan setiap 4 minggu atau setiap bulannya.
1. Pap Smear
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
infeksi Chlamydia dan gonorea sehingga bayi terhindar
dari resiko infeksi mata, serta kanker leher rahim.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil contoh
lendir dari leher rahim. Dilakukan pada kunjungan
pertama namun tidak perlu dilakukan bila sebelumnya
sudah melakukan pemeriksaan ini.
2. TORCH
Mengetahui apakah janin terkena 5 jenis infeksi
mikroorganisme seperti, toxoplasma, rubella, virus
cytomegalovirus,dan herpes simpleks. Infeksi virus
rubella pada trimester pertama bisa menyebabkan
buta,tuli, atau gagal jantung.

Trimester II
Pada trimester kedua (13-26 minggu) pemeriksaan dilakukan
setiap empat minggu, baik pemeriksaan umum kehamilan dan
pemeriksaan khususnya.
1. Alpha Fetoprotein/Triple Marker
Alpha fetoprotein merupakan protein yang diproduksi
oleh janin. Tes AFP biasanya mengambil contoh darah
ibu atau air ketuban. Tes AFP biasanya diikuti dengan

pengecekan hormone kehamilan estriol dan human


Chorionic Gonadotropin (hCG). Pemeriksaan ini
dikenal sebagai triple marke. Tujuan dari pemeriksaan
ini adalah untuk mengetahui tingkat resiko janin terkena
down syndrome atau neural tube defect (cacat batang
saraf). Kadar AFP yang terlalu rendah menandakan
semakin tinggi resiko down syndrome. Sebagai catatan,
AFP tidak menujukan kondisi janin, hanya menghitung
resiko. Triple marker berfungsi mengetahui perlu
tidaknya perawatan insulin bagi ibu hamil penderita
diabetes. Pemeriksaan biasanya dilakukan pada usia
kehamilan 16-18 minggu.
2. Amniocentesis
Tes ini dianjurkan untuk ibu hamil yang berusia lebih
dari 35 tahun, ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan genetik, atau anak yang lahir sebelumnya
menderita cacat bawaan. Tujuan tes ini untuk
mendeteksi down syndrome dan kelainan kromosom,
cacat structural, (spina bifida atau anensefali). Jika
dilakukan pada akhir kehamilan, hasinya bisa
menggambarkan kondisi paru-paru bayi. Yang diperiksa
adalah contoh air ketuban dan tes ini dilakukan pada
umur kehamilan 16-18 minggu paling lambat pada umer
20 minggu.
3. Kardosentesis
Mengambil sampel darah dari tali pusat janin bertujuan
untuk mendeteksi kelainan kromosom lebih cepat
daripada amniocentesis atau ultrasonografi. Memeriksa
kemungkinan adanya anemia pada janin.
-

Trimester III

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada kehamilan


beresiko tinggi. Tujuannya untuk mengetahui reaksi janin
terhadap stimulant yang diberikan. Jika dilakuakn setelah
melewati tanggal perkiraan bayi, tes ditujukan untuk
memastikan bayi mendapat cukup oksigen. Pemeriksaan ini
dilakukan pada minggu 26-28 ketika detak jantung janin bisa
merspon sstimulus yang diberikan. Atau seminggu setelah
melewati tanggal perkiraan lahir.
I.

Penatalaksanaan dan manajemen kebidanan


Seperti penyakit yang disebabkan oleh virus pada umumnya,
cacar air juga memiliki vaksin yang mampu menangkalnya.
Bahkan dapat menembus angka smapai 90%. Bila sebelum usia
13 tahun anak sudah mendapatkan vaksin cacar air, ia tidak akan
terkena cacar air seumu hidupnya. Tidak ada terapi yang spesifik
untuk penyakit yang satu ini. Apabila demam, diberikan obat
penurun panas. Untuk mrngurangi rasa gatal dapat diberika bedak
ditambah dengan zat antigatal. Bedak ini, selain untuk
mengurangi rasa gatal, juga mencegah pecahnya lepuhan secara
cepat. Jika cacar air ini dapat timbul infeksi sekunder, maka akan
dapat diberikan antibiotika.
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah pergarukan,
sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan lotion
kalamin, anthihistamin atau lainnya yang mengandung mentol dan
fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri,
sebaiknya :
-

Kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun.


Menjaga kebersiahan tangan.
Kuku dipotong pendek.
Pakaian tetap kering dan bersih.

Adapun penderita varicella dapat diberikan pengobatan sebagai


berikut :
-

Topical : Bedak dan antibiotika


Sistemik : Sedativa, antipiretik, antibiotika untuk infeksi
sekunder, acyclovir. Pengobatan varicella dibagi menjadi
2, yaitu pada penderita normal dan penderita dengan
imunokompromise atau penurunan system imun :
1) Normal
- Neonatus Acylovir 500mg/m2 setiap 8 jam
-

selama 10 hari.
Anak-anak terapi sintomatis atau Acyclovir

20mg/kgBB selama 7 hari.


Dewasa atau dengan kortikostreoid Acylovir 5x

800mg selama 7 hari.


Wanita hamil, Pnemonia Acylovir 5x 800mg
selama 7 hari atau Acylovir IV 10mg/BB setiap 8jam

selama 7 hari.
2) Imunokompromise
Selain pengobatan diatas untuk menurunkan
demam, sebaiknya digunakan Asetamofen, jangan
Aspirin. Obat anti-virus boleh diberikn kepada anak
yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya
diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit
ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya
penyakit jika diberikan dalam waktunya 24 jam setelah
munculnya ruam yang pertamanya. Obat anti-virus
lainnya adalah Vidarabin.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat
dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang
ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral
untuk menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi obat.
Konsumsi vitamin C placebo ataupun yang langsung dari
buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat

atau anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa


didapat dari placebo, minuman dari lidah buaya, ataupun
runput laut. Penggunaan lotion yang mengandung
pelembab ekstra saat luka sudah benar-benar sembuh
diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut.
Selain pengobatan di atas dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk mengetahui hasil pemeriksaan, seperti :
-

Labolatorium
Pemeriksaan labolatorium tidak dibutuhkan untuk diagnosis
karena varicella dapat terlihat dari gejala klinis. Kabanyakan
pada anak-anak dengan varicella terjadi leukopeni pada 3 hari
pertama, kemudian diikuti dengan leukositosis. Leukositosis
mengindikasikan adanya infeksi bakteri sekundre, tetapi tidak
selalu. Kebanyakan pada anak-anak dengan infeksi bakteri
sekunder terjadi leukositosis.

Pemeriksaan serologi
Digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk
menentukan status kerentanan pasien. Hal ini berguna untuk
menentukan terapi pencegahan pada dewasa yang terekspos
dengan varicella. Identifikasi virus varicella zoster secara
cepat diindikasikan pada kasus yang parah atau penyakit
belum jelas yang membutuhkan pengobatan antiviral dengan
cepat. Metode yang paling spesifik yang digunakan adalah
Indirect Fuorescent Antibody (IFA), Fluorecent Antibody to
Membrane Antigen (FAMA), Neutralization Test(NT), dan
Radioimmunoassay (RIA). Tes serologis tidak diperlukan pada
anak, karena infeksi pertama memberikan imunitas yang pasti
pada anak.

Radiologi

Foto Toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan


gangguan respirasi seharusnya dilakukan foto toraks untuk
mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.
Varney juga menjelaskan mengenai evaluasi yang harus dilakukan
pada wanita yang dicurigai mengidap varisela yang dituangkan dalam
bentuk tabel penatalaksanaan dibawah ini.
Penatalaksanaan Wanita Hamil dengan Varisela Berdasarkan
Pajanan pada Pasien atau Jalur Penularan
Jalur Pajanan/ Penularan
Penatalaksanaan Perawatan
Anggota keluarga yang terpajan
1. Kaji riwayat pajanan varisela
pada anggota keluarga
varisela (missal: anak yang
2. Lakukan tes serologi untuk
dititipkan di tempat penitipan anak)
memeriksa kekebalan wanita
terhadap varisela
3. Sarankan untuk menghindari
kontak langsung dengan anggota
keluarga yang terinfeksi sampai
masa inkubasi berakhir tanpa ada
tanda-tanda infeksi.
Pajanan langsung varisela (anak
1. Lakukan tes serologi untuk
mengetahui kekebalan tubuh
yang terinfeksi varisela)
terhadap varisela
2. Berikan VZIG dalam 96 jam
sejak wanita terpajan, jika
kekebalan wanita tersebut
terhadap varisela negatif atau
tidak diketahui.
Infeksi varisela pada ibu dalam 20 1. Beri antipiretik dan analgesik
ringan untuk mengurangi gejal
minggu pertama kehamilannya
2. Apabila wanita tersebut sedang
menderita penyakit yang parah
dan tiba-tiba disertai panas
tinggi, ruam yang menyebar luas,
dan atau gejala penyakit paru,
segera rujuk dokter untuk
mendapat obat asiklovir IV
3. Konsul ke dokter untuk
pemeriksaan ultrasonografi dan
kemungkinan pengambilan
sampel darah janin
(mengidentifikasi infeksi pada
janin)
Infeksi varisela pada ibu hamil
1. Beri antipiretik dan analgesik

setelah 20 minggu tetapi tidak lebih


dari sepuluh hari persalinan

Varisela pada ibu dimulai dalam

ringan untuk mengurangi gejala


Apabila wanita tersebut sedang
menderita penyakit yang parah
dan tiba-tiba disertai panas
tinggi, ruam yang menyebar luas,
dan atau gejala penyakit paru,
segera rujuk dokter untuk
mendapat obat asiklovir IV
3. Janin akan mendapat kekebalan
pasif dari ibu
2.

Beri VZIG kepada ibu


Siapkan sebagai antisipasi
masa enam hari sebelum
tindakan tokolisis
melahirkan
3. Beri VZIG kepada bayi pada saat
lahir
4. Kemungkinan bayi perlu
diisolasi dari ibunya, kendati
tidak ada ruam pada tubuh ibu
5. Kemungkinan pemberian ASI
dengan menggunakan pompa
untuk meminimalkan kontak bayi
dengan lesi pada ibu
Varisela pada ibu dimulai dalam 72 1. Obati bayi baru lahir denga
VZIG
jam pertama pascapartum
2. Obati ibu dengan VZIG, jika
tidak ada ruam (mengurangi
risiko infeksi serius)
3. Isolasi bayi dan ibu secara
bersamaan
4. Pemberian ASI dilakukan dengan
pompa untuk meminimalkan
kontak bayi dengan lesi pada ibu
Pajanan varisela pada ibu/bayi
1. Pastikan status serologi ibu (ibu
yang memiliki kekebalan akan
setelah 72 jam pertama
memberi antibodi kepada
pascapartum
bayinya)
2. Obati bayi dari ibu yang tidak
memiliki kekebalan terhadap
varisela dengan VZIG atau beri
tahu tenaga kesehatan yang
menangani bayi
3. Hindari kontak ibu/bayi dengan
individu yan terinfeksi varisela
Sumber: Centers for Disease Control and Prevention. National
1.
2.

Immunization program. Varicella. Dalam Epidemiology and prevention of


Vaccine Preventable disease, ed ke-7. CDC. Atlanta, GA: April 2002

DAFTAR PUSTAKA

Nugraheny,Esti.2010.Asuhan Kebidanan Pathologi.Yogyakarta: Pustaka Rihama


Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dsar Mnusia dan Proses
Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai