Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

HOMECARE PADA KLIEN MOBILISASI

Kelompok 6
Disusun Oleh:
1. Kemal Ali Faaza (P1337420117062)
2. Meisyah Dwi Putriana (P1337420117077)
3. Retno Palupi (P1337420117059)
4. Stefani Belinda Santosa (P1337420117050)

Kelas 3-A2

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “MAKALAH HOMECARE PADA KLIEN
MOBILISASI“ sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan informasi yang sebagian besar bersumber dari internet dan buku
panduan. Penulis juga menyadari apabila dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
makalah ini agar dikemudian hari makalah ini bisa menjadi acuan dalam
menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya. Penulis juga meminta
maaf, apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dalam pengetikan
yang membuat pembaca kebingungan dalam memahami maksud tulisan.

Semarang, 20 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
BAB I Pendahuluan........................................................................................
A.Latar Belakang..................................................................................
B.Rumusan Masalah.............................................................................
C.Tujuan Penulisan...............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
A.Paliatif Care......................................................................................
B.Layanan Paliatif Homecare...............................................................
C.Keperawatan Homecare....................................................................
D.Mobilisasi dan Imobilisasi................................................................
E.Pengkajian Mobilisasi.......................................................................
F.Perencanaan Pasien Mobilisasi..........................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A.Kesimpulan.......................................................................................
B.Saran..................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal
ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua
orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat.
Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di
Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di
negara yang telah berkembang, sosial ekonomi masyarakat semakin
meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang
berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah
mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga
memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit.
Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis
dalam era peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran
yang besar, managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan
pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau efek
langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk
menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di
rumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi
dengan perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah memberi
hasil yang terbaik bagi setiap individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien, individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan
disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi
pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian
kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek
Mandiri Keperawatan Di Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES)
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan agar dapat memenuhi
kebutuhan aktivitas dalam mempertahankan ataupun meningkatkan
tingkat kesehatan (R. Sujono, 2015). Di Indonesia sendiri banyak sekali
pasien paliatif dengan masalah mobilisasi. Sebagian besar masalah
keperawatan paliatif juga berhubungan dengan mobilisasi.
Dengan demikian kami tertarik untuk menyusun makalah tentang
homecare dengan gangguan mobilisasi.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana rancangan program pelayanan home care pada klien
dengan hambatan mobilisasi?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Terselenggaranya pelayanan keperawatan secara menyeluruh,
efektif dan efisien yang berkesinambungan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Memenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko- sosial- spiritual) secara
mandiri.
b. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan.
c. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.
d. Meminimalisir tingkat kematian.
e. Menekan serendah mungkin biaya rumah sakit

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Palliative care

1. Pengertian Palliative care

Menurut WHO palliative care merupakan pendekatan untuk


meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi
masalah yang berkaitan dengan masalah yang mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi dan
penilaian dini, penangnanan nyeri dan masalah lainnya, seperti fisik,
psikologis, sosial dan spiritual (WHO, 2017).

Palliatif care berarti mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga


untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
mengobati penderitaan. Palliative care meliputi seluruh rangkaian
penyakit melibatkan penanganan fisik, kebutuhan intelektual, emosional,
sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi pasien, dan pilihan dalam
kehidupan (Ferrell, 2015).

Berdasarkan penjelasan diatas Palliative care merupakan sebuah


pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang-orang dengan
penyakit yang mengancam jiwa dan keluarga mereka dalam menghadapi
masalah tersebut, baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun spiritual.

2. Prinsip Palliative care

Palliative care secara umum merupakan sebuah hal penting dan


bagian yang tidak terpisahkan dari praktek klinis dengan mengikuti
prinsip:
a. Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala
yang tepat
b. Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi
sekarang
c. Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga
atau orang terdekatnya
d. Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana
perawatan lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan pasien
e. Menerapkan komunikasi terbuka terhadap pasien atau keluarga
kepada profesional kesehatan (Cohen and Deliens, 2012)

3. Langkah- langkah dalam Pelayanan Paliatif


a. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien
b. Membantu pasien dalam membuat advance care planning
c. Pengobatan penyakit penyerta dari aspek sosial yang muncul
d. Tata laksana gejala
e. Dukungan psikologis, kultural dan sosial
f. Respon pada fase terminal : memberikan tindakan sesuai wasiat atau
keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat.
g. Pelayanan terhadap pasien dan keluarga termasuk persiapan duka cita
(KEMENKES, 2013).

B. Layanan Palliative Home Care

Palliative home care merupakan pelayanan palliative care yang


dilakukan dirumah pasien oleh tenaga palliative dan atau keluarga atas
bimbingan dan pengawasan tenaga palliative (KEPMENKES, 2007).
Palliative home care dinilai baik dan pilihan yang tepat untuk dapat
menghindari perawatan di rumah sakit yang dinilai mahal dan tidak efektif
bagi pasien terminal, hal ini juga dapat membantu dan melatih pasien ,
keluarga dan pemberi layanan dalam menghadapi situasi yang sulit (Pompili
et al., 2014).

Berbagai manfaat pelayanan palliative home care yang dapat dirasakan


oleh pasien ataupun keluarga diantaranya merasa lebih nyaman, bermartabat
dan juga dapat menghemat biaya dari pada meninggal dirumah sakit (Ventura
et al., 2014) .

C. Keperawatan Home Care

1. Pengertian

Home care merupakan bagian atau lanjutan dari pelayanan


kesehatan yang berkesinambungan yang komperhensif diberikan kepada
individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, memepertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalisir dampak
penyakit yang bisa terjadi (PERMENKES, 2014).

2. Prinsip Pelayanan Keperawatan Home Care

a. Pengelolaan home care dilakukan oleh perawat atau tim yang


memiliki keahlian khusus dibidang tersebut

b. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar dalam mengambil keputusan


praktik

c. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sitematik, akurat dan


komperhensip secar terus menerus

d. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa


keperawatan

e. Mengembangkan rencana keperawatan berdasarkan diagnose


keperawatan dikaitkan dengan pencegahan, terapi dan pemulihan

f. Memberikan pelayanan keperawatan dengan menjaga kenyamanan,


penyembuhan dan pencegahan komplikasi (Depkes, 2006).

3. Teori Keperawatan Peaceful End of life


Teori keperawatan peaceful end of life Ruland & Moore (1998) dalam
(Alligood, 2014) tidak terpisahkan dengan sistem keluarga (pasien
dengan sakit terminal dan orang yang dianggap berarti dalam hidupnya)
yang dirancang untuk mempromosikan hasil positif dari hal berikut :
1) Terbebas Dari Nyeri
Bebas dari rasa penderitaan atau gejala yang disebabkan oleh nyeri
merupakan bagian penting dari banyak pengalaman end of life karena
nyeri dianggap sensori yang tidak menyenangkan atau pengalaman
emosional yang berhubungan dengan actual atau potensial kerusakan
jaringan (Alligood, 2014).
2) Mendapat Kenyamanan
Kenyamanan didefinisikan oleh teori kolkaba sebagai sebuah
kelegaan dari ketidaknyamanan, keadaan mudah dan damai, dan
apapun yang membuat hidup mudah atau menyenangkan(Alligood,
2014).
3) Bermartabat dan Merasa Terhormat
Setiap pasien yang mengalami sakit parah harus dihormati dan
dihargai sebagai manusia. Konsep ini menggabungkan gagasan
pribadi, setiap tindakan didasarkan oleh prinsip etika dan otonomi
pasien dan berhak atas perlindungan (Alligood, 2014).
4) Merasa Damai
Damai merupakan sebuah perasaan yang tenang, harmonis, puas,
bebas dari kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan. Sebuah
pendekatan untuk merasa damai meliputi aspek fisik, sosial,
psikologis, dan spiritual (Alligood, 2014).
5) Kedekatan Dengan Orang Yang Disayang
Kedekatan adalah sebuah perasaan yang saling terhubung dengan
orang lain yang peduli. Ini melibatkan kedekatan fisik atau emosional
yang diungkapkan dengan hangat, intim, dan berhubungan (Alligood,
2014).

4. Persyaratan Tenaga Keperawatan Home Care


a) Perawat sebagai manager kasus
Perawat sebagai manajer kasus yaitu seorang perawat profesional
yang bertugas sebagai pengendali dan kordinator pelayanan
keperawatan home care dengan kualifikasi memiliki:
1) Ijazah minimal DIII keperwatan
2) Sertifikat atau keahlian dibidang home care
3) Memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun
4) Telah memiliki SIP (Surat Ijin Perawat), SIK (Surat Ijin Kerja)
maupun SIPP (Surat ijin praktek perawat)
b) Perawat sebagai pelaksana pelayanan
Pelaksana pelayanan yaitu tenaga profesional yang memeberikan
pelayanan langsung kepada pasien dibawah koordinasi manajer kasus
dengan kualifikasi memiliki:
1) ijazah minimal DIII keperwatan
2) Sertifikat atau keahlian dibidang home care
3) Memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun
4) Telah memiliki SIP (Surat Ijin Perawat) dan SIK (Surat Ijin
Kerja) (Depkes, 2006).
5)

D. Mobilisasi dan Imobilisasi


1. Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur yang bertujuan agar dapat memenuhi
kebutuhan aktivitas dalam mempertahankan ataupun meningkatkan
tingkat kesehatan (R. Sujono, 2015). Adapun jenis-jenis mobilisasi
adalah sebagai berikut:

a. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak


secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social
dan menjalankan peran seharihari. Untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang dalam melakukan mobilitas penuh ini dapat
terjadi atas peran saraf motorik volunteer dan sensorik.

b. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk


bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik
pada area tubuhnya. Kondisi tersebut dapat dijumpai pada
seseorang yang mengalami cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pada pasien dengan paraplegi dapat mengalami
mobilitas sebagian pada ekstremitas bawahnya karena kehilangan
kontrol motorik danj sensorik (R. Sujono, 2015). Mobilitas
sebagian ini dibagi dua jenis, yaitu:
1. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang bersifat sementara. Hal ini
dapat disebabkan oleh trauma revelsibel pada system
muskulusskeletar, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
2. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menentap. Hal
tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf yang
reversible, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke.
Paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomyelitis karena
terganggunya system saraf motorik dan sensorik (R. Sujono,
2015).

2. Imobilisasi
Keadaan dimana individu tidak dapat bergerak dengan bebas karena
kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas). Misalnya trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan
sebagainya. Imobilisasi merupakan pembatasan gerak atau keterbatasan
fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan
berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap
dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (A. Aziz,
2006). Ada beberapa jenis imobilitas yaitu sebagai berikut:
1. Imobilitas Fisik, merupakan pembatasan pergerakan secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan, contohnya pada pasien hemiplegi, dan fraktur,
2. Imobilitas Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang
mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit,
3. Imobilitas Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalamim pembatasan secara emosional karena adanya
perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri,sebagai
contoh keadaan stres berat dapat disebabkan karena adanya bedah
amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota
tubuh atau kehilangan sesuatu yang dicintai,
4. Imobilitas Sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan
dalam berinteraksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial (A. Aziz, 2006).

E. Pengkajian Keperawatan Tentang Mobilisasi


Pengkajian pada kebutuhan mobilisasi meliputi riwayat sekarang,
penyakit terdahulu, kemampuan fungsi motorik, kemampuan mobilitas,
kemampuan rentang gerak, perubahan intoleransi aktivitas, kekuatan otot,
gangguan koordinasi dan perubahan psikologi. Pengkajian pada
pemenuhan kebutuhan mobilitas adalah sebagai berikut:

a. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat pasien saat ini meliputi alsan yang menyebabkan terjadi


keluhan/gangguan dalam mobilisasi, sperti adanya nyeri, kelelahan,
tingkat mobilisasi, daerah yang terganggu dan lama terjadinya
gangguan.
b. Riwayat pengkajian penyakit terdahulu

Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan


kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit neurologis
(peningkatan tekanan intracranial, trauma kepala, kecelakaan
cerebrovaskuler dan lain-lain).
c. Pengkajian terhadap kemampuan mobilitas

Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk


menilai kemampuan gerak dengan tingkatan 0-4.

Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Mobilisasi


Tingkat 4 Ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas
Tingkat 3 Membutuhkan bantuan orang lain dan peralatan atau alat bantu
Tingkat 2 Memerlukan bantuan orang lain untuk pertolongan,
pengawasan, atau pengajaran

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu


Tingkat 0 Mandiri penuh

(Sumber: Wilkinson. J. M. 2015)


d. Kemampuan Rentang Gerak, (Range of Motion-ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

Tabel 2.2 Kemampuan Rentang Gerak


Gerak Sendi Derajat Rentang
Normal
Bahu Adduksi: gerakan lengan
kelateral dari posisi samping keatas
180
telapak tangan
kepala, menghadap ke
posisi yang paling jauh.
Siku Fleksi: angkat lengan bawah kearah
depan dan kearah atas menuju bahu. 150
Pergelangan tangan Fleksi: tekuk jari-jari
tangan kearah bagian dalam lengan bawah.
80-90

Ekstensi: luruskan pergelangan tangan 80-90


dariposisi fleksi.
Hiperektensi: tekuk jari-jari tangan kearah 70-90
belakang sejauh mungkin.
Abduksi: tekuk pergelangan tangan
kesisi ibu jari ketika telapak tangan
0-20
menghadap ke atas
Tangan dan Jari
Fleksi: buat kepalan tangan
Ekstensi: luruskan tangan 90
Hiperektensi: tekuk jari-jari tangan
30
kebelakang sejauh mungkin.
Abduksi: kembangkan jari tangan
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan 20
20

(Sumber: A. Aziz, 2006)

e. Kekuatan Otot dan Gangguan Kordinasi, dalam mengkaji kekuatan otot


dapat dilakukan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat
dibuat dalam enam derajat (0-5).
Tabel 2.3 Derajat Kekuatan Otot
Derajat 5 Kekuatan normal dimana seluruh gerakan
dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari
proses yang dilakukan berulang-ulang tanpa
menimbulkan kelelahan.
Derajat 4 Dapat melakukan range of motion (ROM) secara
penuh dan dapat melawan tahanan organ.

Derajat 3 Dapat melakukan range of motion (ROM) secara


penuh dengan melawan gaya berat (gravitasi),
tetap tidak dapat melawan tahanan.

Derajat 2 Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat


melakukan range of motion (ROM) secara penuh.

Derajat 1 Kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot


bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan.

Derajat 0 Tidak ada kontraksi otot sama sekali.

(Sumber: (A. Aziz, 2006)

F. Perencanaan Tentang Mobilisasi


Perencanaan mencakup pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah yang diidentifikasi pada
diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Perawat melakukan
proses pemecahan masalah untuk memprioritaskan masalah klien dan
mendapatkan intervensi keperawatan dan pengaturan permasalahan tiap-
tiap klien dan pelaksanaan keperawatan utnuk mengobati keadaan klien
(Nursalam, 2001). Rencana asuhan keperawatan didasari oleh satu atau
lebih tujuan, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan kekuatan otot, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi,

2. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat,

3. Mengurangi cedera pada system kulit dan muskuluskeletal dan


ketidaktepatan mekanika,
4. Menunjukkan tingkat mobiliasi yang titandai dengan ketergantungan
fisik individu dalam merawat diri, memerlukan bantuan orang lain,
memerlukan peralatan alat bantu dan tidak dapat melakukan atau
berppartisipasi dalam keperawatan,
5. Mencapai Range Of Motion (ROM) penuh atau maksimal,

6. Meningkatkan toleransi aktivitas,

7. Mencapai kemandirian dalam aktivitas perawatan diri personal


hygiene (mandi, berhias, makan, minum, BAB, BAK).

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guna mewujudkan visi dan misi Depkes RI untuk
mengembangkan program home care yang sebelumnya hanya ada di RS.
Home care merupakan suatu program yang dapat membantu masyarakat
dalam meningkatkan kuaklitas hidup baik dari kebutuhan bio-psiko social
dan spiritual.

B. Saran
Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat maka hendaknya visi
dan misi Depkes RI untuk mengembangkan pelayanan home care
dimasyarakat selain di rumah sakit harus dilaksanakan. Dan kepada
masyarakat diharapkan partisipasinya dan untuk perawat harus
meningkatkan kualitas, wawasan dan keterampilan.

Anda mungkin juga menyukai