Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

PEMFIGUS VULGARIS

A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai
dengan timbulnya bulla (lepuh) dengn berbagai ukuran (misalnya 1-10 cm)
pada kulit yang tampak normal dan membrane ukosa (misalnya mulut dan
vagina) (Brunner, 2002)
2. Etiologi
Penyebab dari pemfigus vulgaris dan factor potensial yang dapat
didefinisikan antara lain :
1. Faktor genetic
2. Umur
Insiden terjadinya pemfigus vulgaris ini meningkat pada usia 50-60
tahun. Pada neonatal yang mengidap pemfigus vulgaris karena terinfeksi
dari antibody sang ibu.
3. Disease association
Pemfigus terjadi pada pasien dengan penyakit autoimun yang lain,
biasanya myasthenia gravis dan thymoma.
4. Obat - obatan (penisilin dan kaptopril).
3. Manifestasi Klinik
a. Kulit berlepuh, Ø 1-10 cm, bula kendur, mudah pecah, nyeri pada kulit
yang terkelupas, erosi
b. Krusta bertahan lama, hiperpigmentasi
c. Tanda nikolsky ada
d. Kelamin, mukosa mulut 60%
e. Biasanya usia 30-60 tahun
f. Bau specific.
4. Patofisiologi
Sebagian besar pasien pada mulanya ditemukan dengan lesi oral yang
tampak sebagai erosi yang bentuk ireguler terasa nyeri, mudah berdarah dan
sembuhnya lambat. Bulla pada kulit akan membesar, pecah dan
meninggalkan daerah-daerah erosi yang lebar serta nyeri yang disertai
dengan pembentukan kusta dan perembesan cairan.
Bau yang menusuk dan khas akan memancar dari bulla dan serum yang
merembes keluar. Kalau dilakukan penekanan yang minimal akan terjadi
pembentukan lepuh atau pengelupasan kulit yang normal (tanda Nicolsky)
kulit yang erosi sembuh dengan lambat sehingga akhirnya daerah tubuh
yang terkena sangat luas , superinfeksi bakteri sering yang terjadi.
Komplikasi yang sering pada pemfigus vulgaris terjadi ketika proses
penyakit tersebut menyebar luas. Sebelum ditemukannya kortikosteroid dan
terapi imunosupresif, pasien sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Bakteri
kulit mudah mencapai bula karena bula mengalami perembesan cairan,
pacah dan meninggalkan daerah terkelupas yang terbuka terhadap
lingkungan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit karena kehilangan cairan
serta protein ketika bula mengalami rupture. Hipoalbuminemia lazim
dijumpai kalu proses mencapai kulit tubuh dan membrane mukosa yang luas
(Brunner, 2002).
5. Komplikasi
1. Secondary infection
2. Malignansi dari penggunaan imunosupresif
3. Growth retardation
4. Supresi sumsum tulang
5. Osteoporosis
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan visual oleh dermatologis
2. Biopsi lesi, dengan cara memecahkan bulla dan membuat apusan untuk
diperiksa dibawah mikroskop atau pemeriksaan immunofluoresent.
3. Tzank test, apusan dari dasar bulla yang menunjukkan akantolisi.
4. Nikolsky’s sign positif bila dilakukan penekanan minimal akan terjadi
pembentukan lepuh dan pengelupasan kulit.
7. Penatalaksanaan
a. Umum
 Perbaiki keadaan umum
 Atasi keseimbangan cairan ( input atau output ), elektrolit, tanda-tanda
vital
b. Sistemik
 Kortikosteroid : Prednison 60-150 mg/hr ( tergantung berat ringannya
penyakit
 Tapering off disesuaikan dengan kondisi klinis dan kadar IgG dalam
darah sampai dosis pemeliharaan
 Dapat dikombinasikan kortikosteroid dan sitostatika (Azotlapin 1-3
mg/kg BB ) untuk sparing efek.
 Antibiotika bila ada infeksi sekunder
 KCL 3x500 mg/ hari
 Anabolik ( Anabolene 1x1 tablet/ hari )
c. Topikal
 Eksudatif : kompres
 Darah erosif : - Silver sulfadiazine
 Krim antibiotik bila ada infeksi
 Kortikosteroid lemah untuk lesi yang tidah eksudatif
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas pasien dan keluarga (penanggung jawab), Nama, umur, jenis
kelamin, alamat, golongan darah, penghasilan, hubungan pasien dengan
penanggung jawab, dll.
2. Riwayat pasien sekarang
Pada umumnya penderita pemfigus vulgaris biasanya dirawat di
rumah sakit pada suatu saat sewaktu terjadi pada suatu saat sewaktu terjadi
eksaserbasi, perawat segera mendapatkan bahwa pemfigus vulgaris bisa
menjadi penyebab ketidakmampuan bermakna. Gangguan kenyamanan
yang konstan dan stress yang dialami pasien serta bau lesi yang amis.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan system
integument maupun penyakit sistemik lainnya. Demikian pula riwayat
penyakit keluarga, terutama yang mempunyai penyakit menular, herediter.
4. Pemeriksaan fisik
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane
mukosa, kulit kepala dan kuku. Kulit merupakan cermin dari kesehatan
seseorang secara menyeluruh dan perubahan yang terjadi pada kulit
umumnya berhubungan dengan penyakit pada system organ lain.
Inspeksi dan palpasi merupakan prosedur utama yang digunakan
dalam memeriksa kulit. Lesi kulit merupakan karakteristik yang paling
menonjol pada kelainan dermatologic. Pada pasien pemfigus vulgaris
muncul bulla yaitu suatu lesi yang berbatas jelas, mengandung cairan,
biasanya lebih dari 5 mm dalam diameter, dengan struktur anatomis bulat.
Inspeksi keadaan dan penyebaran bulla atau lepuhan pada kulit.
Sebagian besar pasien dengan pemfigus vulgaris ditemukan lesi oral yang
tampak tererosi yang bentuknya ireguler dan terasa sangat nyeri, mudah
berdarah, dan sembuhnya lambat.
Daerah-daerah tempat kesembuhan sudah terjadi dapat
memperlihatkan tanda-tanda hiperpigmentasi. Vaskularitas, elastisitas,
kelembapan kulit, dan hidrasi harus benar-benar diperhatikan. Perhatian
khusus diberikan untuk mengkaji tanda-tanda infeksi.
5. Pengkajian psikologis
Pasien dengan tingkat kesadaran menurun, maka untuk data
psikologisnya tidak dapat di dinilai, sedangkan pada pasien yang tingkat
kesadarannya agak normal akan terlihat adanya gangguan emosi, perubahan
tingkah laku emosi yang labil, iritabel, apatis, kebingungan keluarga pasien
karena mengalami kecemasan sehubungan dengan penyakitnya.
Data social yang diperlukan adalah bagaimana pasien berhubungan
dengan orang terdekat dan lainnya, kemampuan berkomunikasi dan
perannya dalam keluarga. Serta pandangan pasien terhadap dirinya setelah
mengalami penyakit pemfigus vulgaris.
6. Data/pangkajian spiritual
Ketaatan terhadap agamanya, semangat dan falsafah hidup pasien
serta ketuhanan yang diyakininya.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data hasil pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan pasien mencakup:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan dan protein
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan lesi pada kulit,
pecahnya bula
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit
dan membran mukosa
4. Rangguan atau kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rupture bula
dan daerah kulit yang terbuka
5. Intoleransi aktfitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kekakuan sendi
6. Ganguan body image berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan dan protein.
 Tujuan : Pemenuhan volume cairan yang optimal dan elektrolit seimbang
 Intervensi
a. Pantau TTV, haluaran cairan urine dan waspada terhadap tanda-tanda
hipovolemia
b. Pantau haluaran urine setiap 1 jam sekali dan menimbang BB setiap
hari
c. Pertahankan pemberian cainan infus dan atur tetesan sesuai dengan
program
d. Naikkan kepala dan tinggikan ekstremitas
e. Hitung balance cairan
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan lesi pada kulit, pecahnya
bula
 Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
 Intervensi
a. Periksa daerah yang terkena dan terlibat
b. Kendalikan faktor-faktor iritan ( kelembaban, suhu, sabun ringan,
batasi pakaian, cuci linen).
c. Kaji skala nyeri
d. Berikan tindakan kenyamanan dasar, seperti pijatan daerah atau area
yang tidak sakit dan perubahan posisi sesering mungkin
e. Ajarkan manajemen stres seperti relaksasi nafas dalam dan distraksi
f. Kolaburasi pemberian analgetik

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit


dan membran mukosa
 Tujuan : Tidak terjadi infeksi
 Intervensi
a. Teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi
b. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua
individu yang kontak dengan pasien
c. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu dan jelaskan prosedur isolasi
terhadap pengunjung bila perlu
d. Periksa luka setiap hari, perhatikan atau catat perubahan penampakan
bau atau kuntitas
e. Rawat luka dengan teknik aseptik
4. Gangguan atau kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rupture bula
dan daerah kulit yang terbuka.
 Tujuan : Pemeliharaan integritas kulit
 Intervensi
a. Kompres yang basah dan sejuk atau therapi rendaman.
b. Setelah dimandikan kulit segera dikeringkan dengan hati-hati dan
taburi dengan bedah yang tidak mengiritasi.
c. Jangan menggunakan plester
5. Intoleransi aktfitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kekakuan sendi
 Tujuan : Toleran terhadap aktifitas
 Intervensi
a. Kaji tingkat aktifitas pasien
b. Anjurkan pasien untuk menghemat energi
c. Bantu pemenuhan ADL
d. Monitor TTV
e. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
6. Ganguan body image berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik
 Tujuan : Pengembangan penerimaan diri
 Intervensi
a. Kaji adanya gangguan citra diri ( menghindar, kontak mata kurang)
b. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan emosi
c. Motivasi pasien untuk bersosialisasi dengan orang lain
d. Motivasi supaya pasien memperbaiki citra tubuh

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Lakukan pengkajian ulang atau validasi masalah klien
2. Tentukan tindakan keperawatan yang akan di lakukan untuk mengatasi
masalah klien
3. Aplikasikan rencana tindakan tersebut ke dalam tindakan nyata
4. Prioritaskan tindakan yang lebih penting dulu
5. Catat semua perkembangan masalah klien
6. Dokumentasikan tindakan tersebut
EVALUASI
1. Tanyakan pada klien apakah status kesehatannya sudah membaik
2. Lihat hasil perkembangan kesehatan terakhir
3. Dokumentasikan hasil evaluasi tersebut

KESIMPULAN

Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai dengan
timbulnya bulla (lepuh) dengn berbagai ukuran (misalnya 1-10 cm) pada kulit yang
tampak normal dan membrane ukosa (misalnya mulut dan vagina) (Brunner, 2002)
Penyakit pemfigus terdiri dari empat type yaitu :
1.pemfigusvulgaris
2.pemfigus erytomatous
3.pemfigus foliacus
4.pemfigus vegetam
Pemfigus merupakan penyakit autoimun yang menyerang kulit da membrane
mukosa, penyakit ini biasanya terjadi pada daerah oral, aksila, dan vagina.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.


Volume 3.EGC : Jakarta.
Doenges, E., Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi
3.EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif, Dkk, 1999; Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Medikal
Aesculapis

Anda mungkin juga menyukai