Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang penulisan makalah ini adalah supaya nmahasiswa lebih tahu tentang
penyakit pruritus bagaimana gejala, tanda-tandanya dan juga bagaimana cara penanganannya,
karena pruritus termasuk salah satu penyakit yang umum di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Apa Definisi dari pruritus ?


Anatomi Fisiologi dari pruritus ?
Bagaimanakah Etiologi dari pruritus ?
Menyebutkan Manifestasi Klinik dari pruritus ?
Menjelaskan Patofisiologi dari Pruritus?
Menjelaskan Komplikasi dari Pruritus?
Menjelaskan Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan dari Pruritus?
Menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Pruritus?

C. Tujuan Penulisan
1.

Tujuan umum

Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa mampu memeberikan Asuhan Keperawatan


dengan Pruritus
2.

Tujuan khusus
a. Agar mahasiswa/i mampu memahami Definisi dari pruritus
b. Agar mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian pada klien dengan pruritus.
c. Agar mahasiswa/i mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan
pruritus.
d. Agar mahasiswa/i mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
pruritus.
e. Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
pruritus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI

Pruritus (gatal gatal) merupakan salah satu dari sejumlah keluhan yang paling sering
dijumpai pada gangguan dermatologik yang menimbulkan gangguan rasa nyaman dan
perubahan integritas kulit jika pasien meresponnya dengan garukan. Reseptor rasa gatal tidak
bermielin, mempunyai ujung saraf mirip sikat (penicillate) yang hanya ditemukan dalam
kulit, membran mukosa dan kornea (Brunner & Suddarth, 2001 : 1854).
Pruritus adalah iritasi kulit yang hebat merupakan ciri khas pada beberapa tipe ikterus,
kelainan alergi dan keganasan (Hinchliff, 1998).
Pruritus ialah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk
(Djuandha, Adhi, 1993 : 268).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15 %
dari berat tubuh dan luasnya 1,50 1,75 m2. Rata-ratatebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6
mm) terdapat di telapak tangan dan kaki danpaling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit
terbagi atas 3 lapisan pokok atau epidermis, dermis / korium dan jaringan subkutan / subkutis.
Epidermis terbagi atas lima lapisan :
1. Lapisan basal / stratum germinativum
2. Lapisan malpighi / stratum spinosom
3. Lapisan lusidium / sel-sel jernih pada telapak tangan dan kaki
4. Lapisan granular / stratum granulosum

5. Lapisan tanduk / stratum korneum


Lapisan basal terdiri dari satu lapis sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap
dermis. Di dalam sel terdapat sitoplasma yang basfilik dengan inti yang besar, lonjong,
berwarna hitam. Sel-sel basal ini tersusun sebagai tiang pagar (polisade). Lapisan basal
merupakan lapisan paling bawah dari epidermis dan berbatas dengan dermis. Dalam lapisan
basal terdapat melanosit. Melanosit adalahsel

dendritik

yang

membentuk

melanin.

Melanosit berisi dari bagian neuralembrio. Melanin berfungsi melindungi kulit terhadap
sinar matahari. Semua rasmemiliki jumlah melanosit yang sama. Perbedaan warna kulit
bergantung padakegiatan melanosit.
Lapisan malpighi merupakan lapisan epidermis yang paling tebal dan kuat. Terdiri dari
sel-sel poligonal yang di lapisan atas menjadi lebih gepeng. Sel-sel
protoplasma

yang

menonjol

yang

terlihat

seperti

mempunyai

duri-duri.Lapisan granular terdiri

dari 1-4 baris sel-sel berbentuk intan, berisi butir-butir (granul) keratohialin yang basofilik.
Lapisan lusidium terdiri dari satu lapis sel-sel tanpa inti. Lapisan tanduk /stratum
korneum terdiri dari 20-25 lapis sel-sel tanduk tanpa inti, gepeng, tipis dan mati. Pada
permukaan lapisan ini sel-sel mati terus menerus mengelupas tanpa terlihat.
Anatomi Patologi Histologi selaput lendir adalah sama dengan kulit tetapi tidak
mengandunglapisan granular dan lapisan tanduk kecuali di dorsam lidah dan palatum.
Epidermis mengandung :
1. Kelenjar ekrin
2. Kelenjar apokrin
3. Kelenjar sebaseus
4. Rambut
5. Kuku
Kelenjar keringat terbagi atas ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu dengan cara
melepaskan panas dengan penguapan. Grandula ekrin terdapat disemua daerah kulit, tetapi
tidak terdapat di selaput lendir. Seluruhnya berjumlah2-5 juta. Yang terbanyak di telapak
tangan. Sekretnya cairan jernih, kira-kira99 % mengandung klorida, asam laktat, nitrogen, zat

lain. Grandula apokrinadalah kelenjar keringat besar yang bermuara di folikel rambut
terdapat di ketiak,daerah anogenital, putting susu dan greola.
Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh tubuh, kecuali di telapak tangan,telapak kaki dan
punggung kaki, terdapat banyak di kulit kepala, muka, keningdan dagu. Sekretnya berupa
sabum dan mengandung lemak, kolesterol dan zat lain.

Bermacam-macam asesoris kulit :


1. Rambut
Rambut terdapat di seluruh kulit, kecuali di tapak tangan, tapak kaki dan bagian dorsal
dari falang distal jari tangan dan kaki, penis, labiaminora,dan bibir. Ada 2 jenis rambut
yaitu rambu

terminal

dan

velus. Rambut terminal dapat panjang / pendek, sedangkan

rambut velus pendek, lembut dan halus.


Fungsi rambut :
a.

melindungi mata dari pengaruh buruk, misalnya alis mata melindungimata agar

b.
c.
d.

keringat tidak mengalir ke mata


bulu hidung (vibrissae) untuk menyaring udara
pengatur suhu dengan penguapan keringat
sebagai indra peraba yang sensitif

Rambut terdiri dari akar yang terdiri dari sel-sel tanpa keratin, dan batang yang terdiri
dari sel-sel keratin. Akar dan bagian bawah kandungrambut mengandung sel-sel matrik
rambut. Bagian dermis yang masuk kedalam kandung rambut disebut papil. Banyak saraf
dan pembuluh darah masuk ke dalam pupil. Melanosit yang terdapat di bagian atas
kandung rambut menghasilkan pigmen yang memberi warna pada rambut.
2. Kuku
Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang menutupipermukaan dorsal
ujung jari tangan dan kaki lempeng kuku terdiri dari 3 bagian yaitu pinggir bebas, badan dan
akar yang melekat pada kulit dandikelilingi oleh lipatan kulit lateral dan froksimal.
Fungsi kuku untukmengutip benda-benda kecil.
3. Dermis

Dermis dan korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan.
Dermis terdiri dari jaringan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang di lapisan atas
terjalin rapat (parspapilaris, sedangkan dibagian
reticularis)
grandula

lapisan
keringat,

pars

reticularis mengandung

bawah

terjalin

pembuluh

longgar

darah,

saraf,

(pars
rambut,

grandula sebaseus. Jaringan subkutan (subkutis / hipodermis)Sel-sel

yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak, jaringan subkutan
mengandung saraf, PD dan limfe, kandung rambutdan lapisan atas jaringan sub kutan
terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan
terhadap trauma dan penumpukan energi.

C. ETIOLOGI
Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Antara lain yaitu :
1.

Pruritus lokal

Pruritus lokal adalah pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh. Beberapa Penyebab
Pruritus Lokal:
a)
b)
c)
d)
e)

Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis, kutu rambut


Punggung
: Notalgia paraesthetica
Lengan
: Brachioradial pruritus
Tangan
: Dermatitis tangan
Pruritus perianal terjadi akibat partikel feses yang terjepit dalam lipatan perianal

atau melekat pada rambut anus.


2.

Gangguan sistemik/penyakit

a)
b)
c)

Gagal ginjal kronik.


Obstruksi biliaris intrahepatika atau ekstrahepatika.
Endokrin/Metabolik seperti Diabetes, hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme, dan

Myxoedema.
d) Anemia, Polycythaemia, Leukimia limfatik, dan Hodgkin's disease.
3.

Gangguan pada kulit


Dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis
atopic, folikulitis, kutu, scabies, miliaria, dan sunburn.

4.

Pajanan terhadap faktor tertentu

Pajanan kulit terhadap beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam dapat
menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau bentuk iritan lainnya,
urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan obat-obatan tertentu (topical maupun
sistemik; contoh: opioid, aspirin).

5.

Hormonal

Sejumlah 2% dari wanita hamil menderita pruritus tanpa adanya gangguan dermatologic.
Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan
kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga kehamilan, dimulai pada abdomen
atau badan, kemudian menjadi generalisata. Ada kalanya pruritus disertai dengan anoreksi,
nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita melahirkan. Ikterus
kolestasis timbul setelah penderita mengalami pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus
disebabkan oleh karena terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga
menjadi gejala umum terjadi menopause. Setidaknya 50% orang berumur 70 tahun atau lebih
mengalami pruritus. Kelainan kulit yang menyebabkan pruritus, seperti scabies, pemphigoid
nodularis, atau eczema grade rendah perlu dipertimbangkan selain gangguan sistemik seperti
kolestasis ataupun gagal ginjal. Pada sebagian besar kasus pruritus spontan, penyebab
pruritus pada lansia adalah kekeringan kulit akibat penuaan kulit. Pruritus pada lansia
berespon baik terhadap pengobatan emollient.
Atau bisa diklasifikasikan penyebab dari pruritus terdiri dari :
1.

Faktor endogen ( penyakit yang diderita, hormonal atau daya tahan tubuh)

2.

Faktor eksogen ( Pakaian, logam, serangga, tungau atau faktor lingkungan yang

menyebabkan kulit menjadi lembab atau kering)


D. MANIFESTASI KLINIK
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menggaruk yang biasanya dilakukan
semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering dilaporkan pada saat terjaga karena
perhatian pasien teralih pada aktifitas sehari-hari. Pada malam hari dimana ha-hal yang bisa
mengalihkan perhatian hanya sedikit, keadaan priritus yang ringan sekalipun tidak mudah
diabaikan. Efek sekunder mencakup ekskorisi, kemerahan bagian kulit yang menonjol
(bidur), infeksi dan perubahan pigmentasi. Rasa gatal yang hebat akan menganggu
penampilan pasien.. Efek sekunder pruritus adalah ekskoriasi, kemerahan, bidur (kulit
menonjol), infeksi, dan perubahan pigmentasi. Pruritus pada malam lebih intensif dari
pruritus pada sianga hari, akibatnya minimnya distraktor pada malam hari. Sebaliknya pada
siang hari banyak distraktor yang mengalihkan perasaan gatal, seperti pekerjaan, hiburan dan
sebagainya.

E. KLASIFIKASI
KLASIFIKASI PRURITUS:
a.

Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi,

b.

kering, dan kerusakan kulit.


Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral.

c.

Misalnya, pada herpes dan tumor.


Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat
transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik

d.

(ginjal kronis, jaundice)


Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia

Ada juga yang menggolongkan/mengklasifikasikan pruritus dalam jenis:


1.) Pruritus pada gravidarum
Di induksi oleh hormon estrogen terutama pada trimester III akhir gravidarum dimulai
dari abdomen atau badan kemudian generalisata, bisa disertai dengan gejala anorexia, nausea
atau muntah juga disertai ikterus kolestatik setelah pruritus 2- 4 minggu karena garam
empedu ada dalam kulit.

2.) Pruritus pada hepatikum


Pruritus sebagai akspresi kolestatis tanda adanya obstruksi pada empedu (obstruksi
biliarry disease) yang berlokalisasi pad daerah hepatal, bisa juga disebabkan efek samping
obat-obatan yang memberi obstruksi intra hepatal sehingga terjadi ekskresi garam asam
billiar.
3.) Pruritus pada Senilitas / Senilis
Kulit senile yang kering mudah menderita fisur (chapped skin) mudak menjadi
pruritik, terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik. Rasa gatal terjadi karena stimulasi
ringan / perubahan suhu. Daerah yang tersering ialah daerah genital eksterna, perineal dan
perianal.
4.) Pruritus pada Sistem Endokrin (DM, Hiperparatiroid, Mixedema)
Pada DM terjadi hiperglikemia, sehingga terjadi iritabilitas ujung-ujung saraf dan
kelenjar metabolik di kulit terutama daerah anogenital atau submammae pada wanita.
Glikogen sel sel epitel kulit dan vagina meningkat sehingga terjadi diabetes kulit oleh karena
predisposisi berupa dermatitis, kandidiasis, dan furunkulosis.
Pada hiperparatiroid terjadi peningkatan hormon paratiroid dalam plasma sehingga
terjadindefisit kalsium dalam kulit khususnya kalsium fosfat.
5.) Pruritus pada Generalisata / Payah Ginjal
Terjadi pruritus generalisata, terutama pada GGK (payah ginjal kronis) disertai edema
dan terjadi kekeringan kulit (Xerosis) oleh karena terjadi atrofi kelenjar sebasea dab kelenjar
sudorifera.
Pada penyakit ginjal juga mengakibatkan gangguan metabolisme pada fosfor dan
kalsium, magnesium dalam serum meningkat sehingga terjadi uremia yang menyebabkan
terjadinya pruritus, penyebabnya oleh bahan-bahan yang mengalami retensi, ginjal gagal
mensekresinya sehingga perlu dilakukan hemodialisis.
6.) Pruritus pada neopalstik
Pruritus pada keganasan internal terutama berasal dari sistem limforetikuler menyebabkan
penyakit Hodgkin dengan insidens sampai berbulan-bulan, sebelum penyakit gejala
mendasari diketahui.

7.) Pruritus pada Mikosis Fungoides


Merupakan limfoma maligna yang progresif. Pruritus timbul pad waktu lesi kulit masih
tidak khas dan belum terdapat infiltrasi maligna. Pruritus dapat bersifat menetap dan
intoleran.
8.) Pruritus pada neurologik
Pruritus pada neurologik
Defisit saraf sentral / perifer sebagai pengatur sensasi perabaan dapat menyebabkan pruritus.
9.) Pruritus pada Psokologik
Respons garukan berbeda dengan pruritus karena penyebab lain. Pad gatal karena
penyakit organis terdapat korelasi antara sensasi gatal dengan beratnya respons garuk. Pada
gatal psikologik ternyata respons garukan lebih kecil daripada derajat gatal subjektif, tampak
lebih sedikit efek garukan dan lebih sedikit efek garukan dan lebih banyak picking (cubitan),
serta tidak dijumpai gangguan tidur.
10.) Pruritus pada Penyakit lain
a. Gout / rhematik
b. Hipertensi, aterosklerotik menyebabkan pruritus di seluruh tubuh sebelum
timbulnya aplopexia
c. Polisitemia vena disertai pruritus dan urtikaria.
d. Defisiensi Fe bukan anemia, karena gangguan pembentukan Fe, sebelumnya
anemia pruritus sudah hilang.

F.

PATOFISIOLOGI

Prutitus merupakan sistem kutan yang memprovokasi keinginan untuk menggaruk


dan merupakan gejala yang mendasari banyak gangguan. Merupakan modifikasi rasa nyeri
tapi kurang dapat ditolerir. Hanya terjadi pada kulit, jaringan mukosa tertentu dan mata.
Daerah yang paling sering sensitif terhadap gatal ialah lubang hidung, hubungan
mukokutaneus, telinga luar, perineum.
Salah satu penyebab pruritus adalah kulit kering, kadang kadang akibat mandi yang
berlebihan, terutama terlalu banyak busa, yang pengaruhnya bisa menimbulkan kekeringan.

Penyebab umum dari gatal adalah kulit kering, yang mengiritasi kulit : plastik kaca
fiber, wol, produk tanaman, serangga, reaksi obat ireaksi psikogenis, penyakit

kulit

inflamasi, dermatitis, penyakit infeksi, penyakit sistemik : penyakit kandung empedu


obstruktif, uremi, diabetes melitus, neoplasia : penyakit hodgin, leukemia, limfoma.
Faktor yang menambah intensitas gatal adalah vasodilatasi, anoksia jaringan dan
sirkulasi statis. Pruritus memicu respon motoris untuk menggaruk. Orang dengan gatal
intensif dapat mengupas kulit tergali sampai ke dalam kulit dengan kuku untuk mengurangi
rasa gatal. Orang dengan gatal yang menyeluruh akan tampak dengan gerakan yang konstan
menekuk nekukan anggota badan, menggosok gosok dan menggaruk garuk.
G. KOMPLIKASI
Dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena
penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian
yang terlalu sering.
H. PENATALAKSANAAN
A. MEDIS
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri.
Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara
untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
Penatalaksanaan secara medis :
Pengobatan topical:
a.

Losion calamine. Losion ini tidak dapat digunakan pada kulit yang kering dan

b.
c.
d.

memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya karena mengandung phenols.


Losion menthol/camphor yang berfungsi untuk memberikan sensasi dingin.
Pemakaian emmolient yang teratur, terutama jika kulit kering.
Kortikosteroid topical sedang untuk periode waktu yang pendek.

Antihistamin topical sebaiknya tidak digunakan karena dapat mensensitisasi kulit dan
menimbulkan alergi dermatitis kontak.
Pengobatan dengan medikasi oral mungkin diperlukan, jika rasa gatal cukup parah dan
menyebabkan tidur terganggu:

a. Aspirin: efektif pada pruritus yang disebabkan oleh mediator kinin atau
prostaglandin, tapi dapat memperburuk rasa gatal pada beberapa pasien.
b. Doxepin atau amitriptyline: antidepresan trisiklik dengan antipruritus yang efektif.
Antidepresan tetrasiklik dapat membantu rasa gatal yang lebih parah.
c. Antihistamin: antihistamin yang tidak mengandung penenang

memiliki

antipruritus. Antihistamin penenang dapat digunakan karena efek penenangnya


d.

tersebut.
Thalidomide terbukti ampuh mengatasi prurigo nodular dan beberapa jenis
pruritus kronik.

B. KEPERAWATAN
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya mencegah faktor
pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan yang menyebabkan vasodilatasi
jika dapat menimbulkan rasa gatal (mis. Kafein, alcohol, makanan pedas). Jika kebutuhan
untuk menggaruk tidak tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan
telapak tangan.
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti kulit kering,
dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
a.

Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang hari dan segera setelah

b.
c.
d.
e.

mandi.
Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi..
Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,

f.

menghindari bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan keringat

g.
h.
i.

berlebihan.
Menghindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal.
Menjaga higiene pribadi dan lingkungan.
Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, agama, pekerjaan, dsb.
2.

Keluhan utama

Biasanya klien datang ketempat pelayanan kesehatan dengan keluhan gatal pada kulitnya,
intensitas gatal lebih sering terasa pada malam hari.
3. Riwayat penyakit sekarang
Faktor pencetus timbulnya pruritus dapat disebabkan oleh adanya kelainan sistemik internal
seperti diabetes melitus, kelainan darah atau kanker, penggunaan preperat oral seperti aspirin,
terapi antibiotik, hormon.Adanya alergi, pergantian kosmetik dapat menjadi faktor pencetus

adanya pruritus. Tandatanda infeksi dan bukti lingkungan seperti udara yang panas, kering,
atau seprei/selimut yang menyebab kaniritasi, harus dikenal. Pruritus dapat terjad ipada orang
yang berusia lanjut sebagaia kibat dari kulit yang kering.
4.

Riwayat penyakit dahulu

Pruritus merupakan penyakit yang hilang/timbul, sehingga pad ariwayat penyakit dahulu
sebagian besar klien pernah menderita penyakit yang sama dengan kondisi yang dirasa
sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Diduga faktor genetik tidak mempengaruhi timbulnya pruritus. Kecuali dalam keluarga ada
kelainan sistemik internal yang bersifat herediter mungkin juga mengalami pruritus.
6.

Riwayat psikososial

Rasa gatal dapat pula disebabkan oleh faktor psikologiseperti stress yang berlebihan dalam
keluarga atau lingkungan kerja. Pruritus menimbulkagangguan rasa nyaman dan perubahan
integritas kulit. Rasa gatal yang hebat akan menganggu penampilan pasien

B. Pengkajian fisik
A.Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
b. TTV
B.Head To Toe
a. Kepala

Bentuk

Kulit kepala

b. Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata rapi.
c. Mata (Penglihatan)
Posisi simetris, pupil isokor, tidak terdapat massa dan nyeri tekan, tidak ada
penurunan penglihatan.
d. Hidung (Penciuman)
Posisi sektum naso tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan
tidak terdapat hiposmia. Anosmia, parosmia, kakosmia.

e. Telinga (Pendengaran)

Inspeksi
Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid.
Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.

Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.

Pemeriksaan pendengaran
Test audiometric : 26 db (tuli ringgan)
Test weber : telinga yang tidak terdapat sumbatan mendengar lebih
keras.
Test rinne : test (-) pada telinga yang terdapat sumbatan

f.

Mulut dan gigi


Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak
terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.

g. Leher
Posisi trakea simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
h. Thorak

Bentuk : simetris

Pernafasan : regular

Tidak terdapat otot bantu pernafasan

i. Abdomen

Inspeksi
Bentuk : normal simetris
Benjolan : tidak terdapat benjolan

Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Tidak terdapat massa / benjolan
Tidak terdapat tanda tanda asites
Tidak terdapat pembesaran hepar

Perkusi

Suara abdomen : tympani.


j. Reproduksi
k. Ekstremitas
Tidak terdapat luka dan spasme otot.
l. Integument
Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,edema di sekitar
lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nort American Nursing Diagnostik Association ( NANDA ). Diagnosa
keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau kelompok
komunitas terhadap masalah kesehatan baik actual maupun potensial.
Yang dimaksud masalah actual adalah masalah yang ditemukan pada saat pengkajian
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dikemuadian hari.
Masalah yang lazim muncul adalah :
1. Gangguan rasa nyaman Gatal b/d erupsi dermal
2. Kerusakan integritas kulit b/d adanya lesi, erosi.
3. Gangguan citra tubuh dengan HDR b/d kecacatan kulit..

D. Intervensi dan Implementasi Keperawatan


No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan
Gatal b/d erupsi dermal

Intervensi Keperawatan
Intervensi
Observasi

Rasional
Untuk

keperawatan selam

intensitas gatal

mengetahui

a 1 x 6 jam maka

dan perluasan

rasa

gatal

kulit.

yang diderita

Jaga

pasien
Untuk

berkurang

atau hilang.
Dengan

kriteria

kebersihan

hasil erupsi dermal


dapat teratasi

kulit.

Gunakan air
hangat untuk
mandi.

gatal

membantu
pasien
menjaga
kebersihan

Anjurkan
untuk tidak

memperinga

menggaruk

n rasa gatal

saat gatal jika

yang diderita

terpaksa ingin
menggaruk,
menggunakan

terjadi

saat

kerusakan

menggaruk.

Kerusakan

integritas Setelah

erosi.

jam

integritas

maka
kulit

pemberian

tindakan

antihistamin.

pemberian

Dengan

mengeringkan

dan

tubuh.

perdangan teratasi.

Anjurkan
untuk tidak
menggaruk
saat gatal jika
terpaksa ingin
menggaruk,
menggunakan
telapak tangan

obat
Untuk
melembabka
n kulit yang
terjadi

Gunakan
lembut saat

criteria
lesi

Beri

handuk yang

kembali normal.
hasil

melakukan

pelembab.

keperawatan selama
1x24

parah
Untuk

dalam

dilakukan

kulit b/d adanya lesi, tindakan

yang tambah

Kolaborasi
dengan dokter

pasien
Agar
kulit
pasien tidak

telapak tangan

kulitnya
Untuk

kerusakan
Agar tidak
terjadi
kerusakan
yang
semakin
parah

saat
menggaruk.
3

Gangguan citra tubuh Setelah


dengan

HDR

dilakukan

b/d tindakan

kecacatan kulit.

Jalin

keperawatan selama

hubungan

1x24

saling

jam

maka

gangguan

konsep

diri/body

image

tidak terjadi.
Dengan

percaya.

pasien untuk

hasil pasien mampu

mengungkapk

menerima

an perasaan.

terjadinya
perubahan fisik dan

keterbatasan karena

Hindari
pemajanan

kondisinya.

lama dibawah
sinar
matahari.

Anjurkan
memakai baju
lengan
panjang dan
celana/rok
panjang untuk
perlindungan.

E. Evaluasi Keperawatan
1. Tanyakan pada klien apakah status kesehatannya sudah membaik
2. Lihat hasil perkembangan kesehatan terakhir
3. Dokumentasikan hasil evaluasi tersebut

Agar pasien
mengungkap
kan

perasaanya.
Memberikan
informasi

Beri
kesempatan

criteria

tentang
penyakit
yang
dideritanya,
dan

juga

memberikan
motivasi
agar

pasien

dapat
menerima
kondisi yang
dialaminya.

Apabila perlu lakukan pendidikan kesehatan pada pasien, agar pasien lebih memahami
penyakitnya. Pendidikan kesehatan meliputi :

Higiene yang baik, hentikan konsumsi obat bebas.


Bilas daerah perianal dengan air hangat kuku kemudian dikeringkan dengan
kapas, atau menggunakan tissu yang sudah dibasahi untuk membersihkan bekas

defekasi.
Hindari mandi rendam dalam air yang terlalu panas dan tidak memakai larutan
busa sabun, natrium biakrbonat,sabun deterjen, karena akan memperburuk

kekeringan kulit.
Hindari pakaian dalam dari bahan sintetik, supaya kulit tetap kering.
Hindari anestesi lokal karena efek elergen.

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan ditandai oleh rasa gatal, serta
menimbulkan rangsangan untuk menggaruk. Pruritus dapat disebabkan oleh berbagai macam
gangguan. Secara umum, penyebab pruritus dapat diklasifikasikan menjadi lima
golongan:Pruritus local, Gangguan sistemik, Gangguan pada kulit, Pajanan terhadap factor
tertentu, Hormonal.
Penatalaksanaan pruritus sangat bergantung pada penyebab rasa gatal itu sendiri.
Sementara pemeriksaan untuk mencari penyebab pruritus dilakukan, terdapat beberapa cara

untuk mengatasi rasa gatal sehingga menimbulkan perasaan lega pada penderita, yaitu:
Pengobatan topical dan Pengobatan dengan medikasi oral
B. Saran
Setelah mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan pruritus
diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan tersebut. Saran dari penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah
ini kurang dari sempurna untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes


Classifcation (NOC), Second edition. USA : Mosby.
McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.
Ramali, Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran: Arti dan Keterangan Istilah., cetakan 26.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai