Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI DEBRIDEMENT

COMBUSTIO PADA AN. F DI ZAAL BEDAH


RSUD PALEMBANG BARI TAHUN 2019

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Riandini Pandansari Ramadhani, S.Kep 21219059


Ridho Fhadilla, S.Kep 21219060
Riefky Pratama Bintang Putra Prada, S.Kep 21219061
Rika Listia Febriani, S.Kep 21219062
Riko Harisma, S.Kep 21219063
Riska Ajarwati, S.Kep 21219064
Risma Kartika Sari, S.Kep 21219065

PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

 Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini


disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka
bakar, khususnya pada negara dengan pendapatan rendah-menengah,
dimana lebih dari 95% angka kejadian luka bakar menyebabkan
kematian (mortalitas) (Gowri, et al., 2012).

 Di Indonesia, prevalensi luka bakar pada tahun 2013 adalah sebesar


0.7% dan telah mengalami penurunan sebesar 1.5%

 Menurut data American Burn Association (2015), di Amerika Serikat


terdapat 486.000 kasus luka bakar yang menerima penanganan medis,
40.000 diantaranya harus dirawat di rumah sakit. Selain itu, sebanyak
3.240 kematian terjadi setiap tahunnya akibat luka bakar
LANJUTAN

 Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau


kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan
kimia, radiasi dan arus listrik. Berat dan ringannya luka bakar
tergantung pada jumlah area permukaan tubuh, derajat kedalaman dan
lokasi luka bakar yang terjadi (Suriadi, 2012)

 Didapatkan informasi hasil wawancara penulis dengan perawat di


RSUD Palembang Bari yaitu di Zaal Bedah data pasien luka bakar dari
tahun 2018 dan Januari-Oktober 2019, yaitu pada tahun 2018
berjumlah 10 kasus luka bakar dan pada Januari-Oktober 2019
berjumlah 7 kasus luka bakar.
 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan kasus asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada An.”F” dengan Luka Bakar di Zaal Bedah, RSUD
Palembang Bari tahun 2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis
A. Pengertian Debridemen
Debridemen merupakan suatu tindakan eksisi pada luka bakar yang
bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis maupun debris yang
menghalangi proses penyembuhan luka dan potensial terjadi/ berkembangnya
infeksi sehingga merupakan tindakan pemutus rantai respon inflamasi sistemik
dan maupun sepsis. Tindakan ini dilakukan seawal mungkin, dan dapat
dilakukan tindakan ulangan sesuai kebutuhan.

 Debridemen bedah merupakan tindakan operasi dengan melibatkan eksisi


primer seluruh tebal kulit sampai fasia (eksisi tangensial) atau dengan
mengupas lapisan kulit yang terbakar secara bertahap hingga mengenai
jaringan yang masih viabel dan berdarah. Tindakan ini dapat dimulai beberapa
hari pasca luka bakar atau segera setelah kondisi hemodinamik pasien stabil
dan edemanya berkurang
LUKA BAKAR
 Definisi luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh
panas arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa
dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi
metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat
terganggu, terutama sistem kardiovaskuler. Menurut (Rahayuningsih,
2012)

 luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari
kotoran dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini
bisa mengancam jiwa karena terjadi kerusakan pembuluh darah
ketidak-seimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernafasan
serta fungsi saraf. (Adibah dan Winasis, 2014),
Anatomi dan Fisiologi
Anatomi : Kulit normal lapisan Epidermis, Dermis, dan Hypodermis

1. Lapisan Epidermis (kutikel)


2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin), terdiri dari lapisan
elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.
3. Lapisan Subkutis (hipodermis), lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan
ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir
sitoplasma lemak yang bertambah
Etiologi

Menurut (Moenadjat, 2005) Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya
adalah

1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)

2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)

3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)


Patofisiologi dan Pathway

 Menurut (Nisanci et al., 2010 dan Tan et al., 2013), luka bakar
dikelompokkan menjadi tiga zona berdasarkan derajat kerusakan
jaringan dan perubahan pada aliran darah.

 Pada zona stasis, hipoksia dan iskemik dapat menyebabkan nekrosis


jaringan dalam 48 jam bila tidak dilakukan pertolongan. Penjelasan
mengenai terjadinya mekanisme apoptosis dan nekrosis yang terjadi
belum dapat dijelaskan secara detail, tetapi proses autofagus akan
terjadi dalam 24 jam pertama luka dan apoptosis onset lambat pada 24
hingga 48 jam pasca trauma luka bakar
Pathway :
Fase Luka Bakar

1. Fase akut disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).

2. Fase sub akut berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah


yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak
dengan sumber panas
3. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional.
Klasifikasi Luka Bakar

 Menurut (Brunicardi et al, 2005 & Moenadjat, 2001) Luka bakar dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula
nyeri karena ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari.
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasarluka
berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
3. Derajat II Dangkal (Superficial)
Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
 Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar
derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam
 Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.
 Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
 Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu
4. Derajat II dalam (Deep)
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
 Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
 Juga dijumpai bula.
 Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu.
lanjutan

5. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak dijumpai
bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering,
letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar
6. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
kerusakan yang luas.
Manifestasi Klinis

 Menurut (Corwin & Elizabeth, J, 2009) manifestasi klinis pada klien dengan luka bakar.

 Luka bakar derajat pertama superfisial ditandai oleh kemerahan dan nyeri. Dapat timbul
lepuh setelah 24 jam dan kemudian kulit mungkin terkelupas.
 Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial superfisial ditandai oleh terjadinya lepuh (
dalam beberapa menit ) dan nyeri hebat.
 Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam ditandai oleh lepuh, atau jaringan
kering yang sangat tipis yang menutupi luka yang kemudian terkelupas. Luka mungkin
tidak nyeri.
 Luka bakar derajat ketiga ketebalan penuh tampak datar, tipis, dan kering. Dapat
ditemukan koagulasi pembuluh darah. Kulit mungin tampak putih, merah atau hitam
dan kasar.
 Luka bakar listrik mungkin mirip dengan luka bakar panas, atau mungkin tampak
sebagai daerah keperakan yang menjadi gembung.
Penilaian luka bakars

 Pada dewasa digunakan The rule of


Nines yang dikembangkan oleh
Wallace (1940), dimana setiap anggota
badan dihitung berdasarkan kelipatan
sembilan

 Pada anak dan bayi digunakan


rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauhlebih
besar dan luas relatif permukaan kaki
lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil
berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi,
dan rumus 10-15-20 untuk anak
Komplikasi

 Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari ketidakmampuan tubuh saat proses
penyembuhan luka menurut (Burninjury, 2013) :

 Infeksi luka bakar


 Terganggunya suplai darah atau sirkulasi Penderita dengan kerusakan
pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan kondisi hipovolemik
atau rendahnya volume darah
 Komplikasi jangka panjang Komplikasi jangka panjang terdiri dari
komplikasi fisik dan psikologis
Penatalaksanaan

 Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning,


chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh pengurang
nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah
clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas
kesehatan.

 Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda


bahaya dari ABC (Airway, Breathing, Circulation).

Anda mungkin juga menyukai