Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Miliariamerupakanpenyakitataukelainan yang
benignadanseringterjadipadakondisipanassertakelembaban yang tinggi,
sertakondisi yang menyebabkankeringatberlebihan. Banyakkasus yang
transiendanbiasanyamencaripengobatanhanyauntukmengobati rasa gatal.
Tidakdikenaladanyapredisposisiseksualmaupunraspadapenyakitini.
Seringkaliterjadipadaneonatusdenganadanyariwayatpanas,
pemakaianselimutataupakaian yang tebal yang dianggapsebafaipencetusmiliaria.
Padausiadewasa, seringdihubungkandenganimmobilisasiatauolahragaberat.
Beberapastudimenunjukkan orang
asiamenderitalebihsedikitmiliariadaripadakulitputih.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Miliriaadalahkelainankulitberupapapulovesikuler multiple nonfolikuler 1-


3 mm yang disebabkanolehkeluarnyakeringatekrinke epidermis atau dermis
akibatpecahduktuskelenjarkeringatekrin yang tersumbat.1Retensi dari kelenjar
keringat ini merupakan dampak dari oklusi ductus keringat ekrin, mengakibatkan
erupsi yang biasanya terjadi saat cuaca panas, iklim yang lembab, seperti pada
daerah tropis dan selama musim panas.2

Miliaria terjadi sebagai akibat dari gangguan integritas saluran kelenjar


keringat dan sekresi keringat ke lapisan epidermis. Paparan sinar ultraviolet,
adanya orgaanisme di kulit, dan episode berkeringat yang berulang mendukung
faktor-faktor ini. Berdasarkan gambaran klinis dan temuan histopatologis, miliaria
dibedakan menjadi 4 kelas : miliaria kristalina, miliaria rubra, miliaria pustulosa,
dan miliaria profunda.3Miliaria juga dikenal dengan sebutan biang keringat,
keringat buntet, liken tropikus, atau prickle heat.1

II. Epidemiologi

Miliaria umum terjadi pada bayi pada minggu pertama kehidupannya


dimana saat ini bayi sedang beradaptasi dengan lingkungannya, dan pada segala
usia pada suhu yang panas, berkeringat berlebihan, terjadi sumbatan pada kelenjar
keringat atau kombinasi faktor-faktor ini.4

Miliariaterjadipadaindividudarisemuaras, meskipunbeberapa
studimenunjukanbahwa orang Asia yang
memproduksikeringatlebihsedikitdibandingkankulitputihkurangcenderungmemilik
imiliariarubra. Predileksi jenis kelamin umumnya sama.
Miliariarubradanmiliariakristalinadapatterjadipadasegalausia. Tetapi yang paling
umumpadabayi. Data
terbaiktentangkejadianmiliariapadabayibarulahiradalahdarisurveijepanglebihdari

2
5000 bayi, survey inimengungkapkanbahwamiliariakristalinaditemukanpada 4,5%
darineonatusdenganusia rata-rata 1 minggu. Miliariarubramuncul 4%
padaneonatus, denganusia rata-rata 11-14 hari. Sebuah studisurvei 2006 dariIran
menemukanangka kejadianmiliariadari 1,3 % padabayibarulahir. Dan
sebuahsurveipasienanak di Norheastren India memperlihatkankejadianmiliaria
1,6%. Miliariaprofundalebihseringterjadipada orang
dewasadibandingkanpadabayidananak-anak.Di seluruhdunia, miliaria paling
banyak di lingkungantropis, utamanya orang-orang yang
barusajapindahdarilingkungantropis yang temperaturnyalebihpanas.
MiliariatelahmenjadimasalahpentingbagipersoniltentaraAmerikadanEropa yang
bertugas di Asia Tenggara danPasifik.5

III. Etiopatogenesis

Telahdiakuiolehbanyakpenelitibahwablokmekanikolehkeratotik-plug
darimaserasi stratum korneumakibatkeringat yang berlebihansebagaipatofiSIologi
primer. Dobson danlobitz (1957) bahwamengatakanmaterikeratotik-plug yang
merupakanpenyebab primer di dalamakrosiringiumkelenjerekrintersebut menu
jukan periodic acid-schiff (PAS) yang positifdan diabetes resisten yang
berasaldari coil secretory kelenjarekrin. Peneliti lain unna (1896) danacton (1926)
membuathipotesisdanmengatakanbahwamiliriaadalahinfeksius,
karenaadanyaperanbakterikulitsebagaiagenpenyebabmenurutO’brien (1950).
Satustudimenunjukanindividudengnmiliriaatauhidrasi yang berlebihanpada
stratum korneumnyamempunyaidensitasorganismeresidentiga kali
lebihbanyakmenurutHolzledankligman (1987) terutamastafilakokuskoagulase
negative.
Denganadanyatemuan-temuantersebut
,dibuatpostuasibahwastafilokokusepidermidismenghasilkan material PAS-
positifextraceluller polysaccharide substance (EPS) bersifatlengketdanlekat yang
memblokduktusataustafilokokusepidermidismengeluarkantoksin yang
merusakduktuskelenjarekrindanepitelkelenjarekrinmengeluarkanmaterigliko-
protein yang PAS-positive danmemblokduktus.

3
Bilakondisilembabdanpanasatauaktivitasberlibihan,
akanmerangsangkelenjarterusmenghasilkankeringat yang berlebihan. Akan tetapi,
adanya ductal blockage menyebabkankeringatkeluardariduktuske epidermis atau
dermis, danmenyebabkan proses inflamasi.

IV Patogenesis
Patogenesisnyabelumdiketahuipasti, terdapat 2 pendapat.
Pendapatpertamamengatakan primer, banyakkeringatdanperubahankualitatif,
penyebabnyaadanyasumbatan keratin
padamuarakelenjarkeringatdanperforasisekunderpadabendungankeringat di
epidermis.(1)

Jikakondisilembabdan panastetapbertahan,
individuterusmemproduksikeringatsecaraberlebihantetapitidakdapatmengeluarkan
keringatkepermukaankulitkarenaadanya penyumbatanduktus.
Hasilpenyumbataniniadalah terjadinya kebocoransaluran kelenjar keringat yang
menuju kepermukaankulit, baikdalam dermis maupun epidermis dengananhidrosis
relatif.Ketikatitikkebocoranterletak pada stratum
corneumatautepatdibawahnya,sepertimiliariakristalina,peradangan kecil yang akan
muncul, dan lesinya akan asimptomatik.Sebaliknya, di miliariarubra, yang
kebocorankeringatkedalamlapisansubcornealmenghasilkanvesikelspongiotikdanin
filtrat sel radangperiductal kronispada lapisan papillare dermisdan epidermis
bagian bawah. Pada miliariaprofunda, keluarnyakeringatkelapisan papillare
dermismenghasikaninfiltrat limfositik periductal dan spongiosissaluran intra-
epidermal.(5)

Pendapatkeduamengatakanbahwa primer kadargaram yang


tinggipadakulitmenyebabkanspongiosisdansekunderterjadipadamuarakelenjarkeri
ngat. Staphylococcusdidugajugamempunyaiperanan.(1)Miliaria juga dihubungkan
dengan pseudohypoaldosteronisme, meskipun agak jarang. Kadar garam yang
tinggi pada keringat dapat memicu kerusakan saluran ekrin, yang akan
menyebabkan lesi yang mirip dengan lesi pada miliaria rubra. (6) Bakteri yang

4
mendiami permukaan kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan
Staphylococcus aureus, diperkirakan memainkan peran dalam patogenesis
miliaria.Dalam miliaria tahap akhir, terdapat hiperkeratosis dan parakeratosis dari
acrosyringium. Sumbat hiperkeratotik mungkin muncul dan menghalangi saluran
ekrin, tapi hal ini sekarang diyakini sebagai tahap akhir dan bukan penyebab atau
pencetus dari oklusi.(5)

V Diagnosis

1. GejalaKlinis
Perjalananpenyakittermasukkeluhanutamadantambahan, umumnyadisertai
rasa gatal, terutamaadabagiantubuh yang tertutuppakaian.
Penyakitinidiklasifikasikansebagaiberikut:

a. Miliariakristalina
Pada miliaria kristalina, oklusi dari saluran ekrin pada permukaan kulit
menyebabkan andanya akumulasi dari keringat dibawah permukaan
stratum corneum.(7) Vesikel bersifat jernih, berdinding tipis, dengan
ukuran 1-2 mm, dan tanpa adanya area inflamasi, umumnya
asimptomatik. Vesikel ini kemudian akan ruptur, dan diikuti dengan
deskuamasi superficial.(6)Vesikel berisi keringat ini terletak dekat
dengan permukaan kulit dan tampak seperti tetesan embun yang jernih.
Tidak tampak eritem atau hanya sedikit, dan lesinya bersifat
asimptomatik. Vesikel dapat muncul sedikit atau berkelompok dan
paling sering menyerang balita, orang dengan tirah baring, atau orang
yang sedang kepanasan.(7)

5
Gambar1 :miliariakristalina (dikutip dar kepustakaan 2)

b. Miliariarubra
Miliaria rubra (pricky heat) terjadi akibat obstruksi pada kelenjar
keringat yang menuju di epidermis dan dermis bagia atas,
menyebabkan munculnya papul inflamasi yang gatal disekitar pori-
pori. Miliaria rubra sering pada anak-anak dan orang dewasa setelah
episode berkeringat yang berulang dalam keadaan yang panas dan
lembab. Erupsi ini biasanya mereda dalam sehari setelah pasien berada
pada lingkunga yang lebih dingin. Beberapa kasus dari miliari rubra
akan membentuk pus, yang akan menjadi miliari pustulosa.(3) lesi
miliaria rubra ini muncul sebagai lesi yang khas, sangat gatal,
berbentul papulovesikel eritematous yang disertai dengan rasa seperti
tertusuk-tusuk, terbakar, atau kesemutan.(2)

Gambar2 :Miliariarubra (dikutip dari kepustakaan 2 dan 6)

6
c. Miliariaprofunda
Bentuk ini hampir selalu mengikuti serangan berulang dari miliaria
rubra, dan tidak lazim ditemukan kecuali pada daerah-daerah tropis.
Lesinya pada umumnya mudah terlewatkan dalam pemeriksaan. Kulit
yang terkena pada umumnya muncul dengan papul pucat dan solid
dengan ukuran 1-3 mm, khususnya pada batang tubuh, dan kadang-
kadang pada anggota gerak. Tidak ada rasa gatal ataupun rasa tidak
nyaman pada lesi kulit.(6) Miliaria profunda terjadi ketika keringat
merembes ke lapisan dermis yang lebih dalam. Selama paparan panas
yang intens atau setelah injeksi lokal agen kolinergik, kulit yang
terkena dapat tertutupi dengan papul yang berwarna daging yang
multipel. Adanya oklusi saluran ini dalam tingkatan yang bervariasi
merupakan penyebab miliaria.(3)

Gambar3 : Miliariaprofunda (dikutip dari kepustakaan 7)

d. Miliariapustulosa
Miliaria pustulosa didahului oleh dermatitis lain yang telah
menyebabkan jejas, destruksi, atau bloking pada saluran keringat.
pustul gatal ini paling sering terletak pada area intertriginosa,
permukaan flexor ekstremitas, scrotum, dan punggung pasien dengan
tirah baring. Dermatits kontak, lichen simplex kronis, dan intertrigo
sering dihubungkan dengan miliaria pustulosa, meskipun miliaria
terjadi beberapa minggu setelah adanya penyakit-penyakit ini. Episode

7
yang rekuren mungkin sebagai tanda adanya
pseudohipoaldosteronisme tipe I.(2)

Gambar4 :Miliariapustulosa (dikutip dari kepustakaan 2)

2. Pemeriksaan Fisis Dermatologi (8)


a. Lesi primer
Lesi histologis primer awal pada miliaria yaitu vesikel intraepidermal
kristalin yang berkembang menjadi papul eritem kecil dengan oklusi.
Pustul dapat terbentuk kemudian.
b. Lesi sekunder
Infeksi sekunder dapat menyebabkan impetiginiasi
c. Distribusi lesi
 Distribusi mikro
Periporal (mengelilingi orificium saluran keringat)
 Distribusi makro
Papul periporal dalam jumlah besar muncul secara simetris pada
area batang tubuh, dan intertriginosa. Area wajah, lengan, telapak
tangan, dan telapak kaki tidak ditemukan.

8
Gambar 5 : Mikrodistribusi miliaria (dikutip dari kepustakaan 8)

3. Gambaranhistopatologi
Padamiliariakristalinavesikelintrakornealatau subkorneal tanpa sel-
selinflamasidisekitarnya, obstruksisaluranekrindapatdiamatidalam stratum
korneum. Padamiliariarubra, spongiosisdanvesikelspongiotik yang
diamatidalam stratum malphigi, berkaitandengansalurankeringatekrin,
tampakperadanganperiduktal. Pada lesi awal miliaria profunda, infiltrat
periductal limfositik ini terdapat dalam papillare dermis dan epidermis
bagian bawah. Eosinofilikresisten diastase Periodic Acid Schiff (PAS)
positif dapat dilihat dalam lumen duktus. Pada lesi tingkat lanjut, sel-sel
inflamasi mungkin ada pada dermis bagian bawah, dan limfosit memasuki
saluran ekrin. Spongiosis dari epidermis sekitarnya dan hiperkeratosis
parakeratotic dari acrosyringium yang dapat diamati.(5)
4. Pemeriksaanlaboratorium
Padamiliariakristalinapemeriksaansitologidariisivesikulergagal
untukmenemukansel-selinflamasiatauselraksasaberinti (seperti yang
diharapkanpada herpes vesikel).
Padamiliariapustulosapemeriksaansitologiisi pus menunjukansel-
selinflamasi. Tidaksepertieritematoxicumneonatorum,
eosinofiltidakmenonjol. PewarnaanGram dapatmengungkapkanadanya
coccus Gram positif(misalnya staphylococcus).(5)

9
VI Diagnosis banding

1. Folikulitis
Folikulitisadalahinfeksibakterilokalpada satu folikel rambut. Disertaidengan
pustule daneritema. FolikulitispadawajahdikenalsebagaiAcne vulgaris.
Padatahaplanjutmenjadifurunkel atau karbunkel.
Lesipadakulitbisaterjadikrustadalambeberapaharidankambuhtanpaskarpada
kebanyakkankasus.(3)

Gambar 6 : Staphylococcal folliculitis (dikutip dari kepustakaan 3)

2. Kandidasis
Kandidosisadalahinfeksipadakulitataumukosa yang
disebabkanolehjamurgenus Candida. Tes KOH (+). Lesi satelit (+).(3)

Gambar 7 : Kandidiasis intertriginosa dengan lesi satelit tipikal(dikutip dari


kepustakaan 3)

10
VII Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada miliaria adalah infeksi sekunder dan
heat intolerance infeksi sekunder sebagai impetigo atau abses multiple
yang disekret. Umumnya , heat intolerance berkembang pada pasien
dengan miliaria profunda dan dalam bentuk berat yang di kenal sebagai
tropical anhydrotic asthenia.

VIII Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Umum
Penderita sebaiknya menghindari aktivitas/keadaan yang memicu
berkeringat, karena hal ini dapat mengeksaserbasi gejala dan mereaktivasi
erupsi. Suhu yang tinggi, khususnya dengan kadar kelembaban tinggi atau
ketika memakai pakaian ketat aakan memperburuk penyumbatan kelenjar
keringat. Pakaian yang dikenakan sebaiknya berbahan ringan, longgar, dan
menyerap keringat untuk menjaga tingkat kelembaban kulit.(8)

Padabeberapakasusdibutuhkanpindahnyatempattinggaldanpekerjaa
n,misalnyaberpindahdaripekerjaandenganlingkunganpanastinggisepertipab
rik,danpemadamkebakaran,
dimanapakaianpemadamkebakaransajasudahdapatmemicutimbulnyamiliari
a (Garcia anisa, SouhanBrian.Patients presenting with miliaria while
wearing flame

resistant clothing in high ambient temperatures: a case series. Med J Case Rep
2011;5:474 )

2. Terapi Topikal
Penanganan yang dapat dipertimbangkan untuk mempercepat resolusi
miliaria adalah dengan lubrikasi epidermal. Penggunaan lubrikan OCT
yang mengandung urea dan α-hydroxy acid. Penggunaan topikal Lanolin

11
Anhidrose juga dilaporkan bermanfaat.(8)Lanolin Anhidrose meringankan
penyumbatan pori-pori dan dapat membantu sekresi keringat yang normal.
Oinment hidrofilik juga membantu dalam mengurangi sumbatan
keratinosa dan membantu memperlancar aliran sekresi keringat.(2)Beberapa
data mengungkapkan penggunaan sabun antibakteri juga dapat
menguntungkan, dan pada kasus-kasus refrakter, penggunaan intermitten
sabun atau losion Benzoil Peroxida juga dapat membantu. (8) Losion
Kalamine juga mungkin bermanfaat untuk mengurangi rasa tidak nyaman,
tetapi karena efek mengeringkannya, emolien lunak seperti krim minyak
dapat mencegah timbulnya kerusakan epidermis yang lebih lanjut.(6)
3. Terapi Sistemik
Antibiotik sistemik sebaiknya digunakan ketika ada bukti yang jelas
adanya infeksi sekunder. Penggunaan antibiotik harus berdasarkan kultur
dan sensitivitasnya. Obat ini tidak berefek pada proses primer dan tidak
dibutuhkan untuk penanganan pada kasus miliaria saja. Terapi awal
sebaiknya yang berkenaan dengan spektrum sensitivitas S. epidermidis dan
antibiotik yang dipilih harus dapat mencapai kelenjar keringan dan
permukaan kulit.(8) Jika tidak ada sepsis sekunder yang luas, efek dari
antibiotik topikal atau sistemik ataupun obat-obatan antibakterial lainnya
dalam penanganan miliaria mengecewakan, namun terdapat beberapa
aturan dalam penggunaan profilaksis. Asam Askorbat oral 500 mg dua kali
sehari dapat menurunkan derajat keparahan miliaria dan derajat anhidrosis
pada penyakit yang akan muncul kemudian. Isotretinoin juga dilaporkan
dapat membantu pada kasus miliari profunda yang sulit.(6)

IX Prognosis

Kebanyakanpasiensembuhdalamhitunganminggu,
setelahmerekapindahkelingkungan yang dingin.(5

BAB III

12
KESIMPULAN

1. Miliariaadalahkelainankulitakibatalirankeringatkepermukaankulitterhamba
tdankeringatdipertahankandalamkulit yang
seringterjadipadapeningkatankondisipanasdanlembab. Hambatansekresi
normal
darikelenjarkeringatmenyebabkanpeningkatantekanandanpecahnyakelenjar
keringatpadatingkat yang berbeda-beda.
Keluarnyakeringatkedalamjaringan yang
berdekatanmenyebabkanperubahananatomi yang menghasilkanmiliaria.
2. Miliariaditandaidenganadanyapapul, vesikelataupustul yang bersifat miler.
3. Ada tigabentukmiliaria, yaitu :
a. Miliariakristalina
b. Miliariarubra
c. Miliariaprofunda

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Natahusada, E.C. Miliaria. In: Prof.Dr.dr.AdiDjuanda, editor.
Ilmupenyakitkulitdankelamin. Ed 7. Jakarta. FK UI; 2017.p.325
2. William DJ, Timothy GB, Dirk ME. Dermatoses Resulting From Physical
Factors. In: Sue Hodgson/Karen Bowler, editors. Andrews’ Disease of the
skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada: Saunders Elsevier; 2006. p. 23-
24
3. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Disorders Affecting the Sweat Glands :
Miliaria In: Wolff K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. United state of
America. McGraw-Hill; 2008. p. 730
4. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Disorders of Sweat Glands : Miliaria. In
Thieme Clinical Companions Dermatology:Thieme New York; 2006. p. 528
5. Levin NA. Dermatologic Manifestations of Miliaria Clinical Presentation.
Medscaperef. 2012.
6. Coulson IH. Disorders of Sweat Glands. In: Rook’s textbook of dermatology.
8th ed. United kingdom. Willey-blackwell; 2010. p. 44.15-44.16.
7. Habif TP. Acne, Rosacea, and Related Disorder. In: Habif TP, editor. A
ClinicalDermatology : a color guide to diagnosis and therapy. 4th ed. London.
Mosby; 2004. p. 205.
8. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Miliaria Rubra (Prickly Heat). In: Trozak
DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care; An
Illustrated Guide: Humana Press; 2006. p. 101-103

14

Anda mungkin juga menyukai