Anda di halaman 1dari 35

KEDOKTERAN DAN

ILMU KESEHATAN

REFLEKSI KASUS
IMPETIGO KRUSTOSA
Pembimbing: dr. Nunik Sriwahyuni, Sp. KK

Anggita Ghina Safira


20204010286
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

I. LAPORAN KASUS
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

IDENTITAS PASIEN
• Nama : MN
• Usia : 17 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Magelang
• Agama : Islam

• Masuk Poli : 14 April 2022


KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

ANAMNESIS
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

KELUHAN UTAMA :
Adanya bercak merah-kuning yang mengering telapak tangan dan sela-sela
jari tangan kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Seorang anak laki-laki usia 17 tahun diantar oleh ibunya ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Tidar Magelang dengan keluhan adanya luka kering
kekuningan dan kemerahan pada telapak tangan dan sela-sela jari tangan kiri.
Keluhan diawali dengan munculnya plenting-plenting yang berisi air di telapak
tangan. Pasien merasakan gatal pada luka tersebut. Setelah muncul plenting berair,
pasien menggosoknya lalu pecah, dan kemudian lukanya mengering kekuningan.
Keluhan tersebut dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Keluhan
memburuk saat menjelang malam dan berkeringat Pasien tidak mengeluhkan
demam, mual, ataupun malaise.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengaku bahwa pasien rutin mandi dua kali sehari. Tidak ada
riwayat kontak dengan bahan iritan, tidak ada riwayat alergi pada pasien
maupun keluarga. Dalam satu rumah pasien tinggal bersama dengan ayah dan
ibu pasien, pasien tinggal di lingkungan perumahan yang padat penduduk dan
orangtua pasien mengaku bahwa lingkungan bersih. Pasien mengaku spreinya
diganti 2 minggu sekali, riwayat memelihara binatang disangkal. Tidak ada
yang mengeluhkan hal serupa di rumah pasien.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

• Riwayat Penyakit Dahulu dan Perjalanan Penyakit


Keluhan yang serupa (-), alergi (-), penyakit kulit (-), DM (-), HT (-), asma
(-)

• Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa, riwayat alergi (-),
penyakit kulit (-), DM (-), HT (-), asma (-).

• Riwayat Personal Sosial dan Lingkungan


 Pasien tinggal bersama ayah dan ibu pasien
 Sehari-hari pasien mandi dua kali hari dengan ganti pakaian dua kali sehari.
 Pasien tidak berbagi handuk dengan anggota keluarga lainnya.
 Frekuensi mengganti spresi dan selimut sekitar 2 minggu sekali.

 Pasien mengaku sering berolahraga seperti main bola di lapangan.


KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

PEMERIKSAAN FISIK
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Status Generalisata
• Keadaan umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
• Vital Sign : RR : - x/menit N : - x/menit
•  T  : afebris
• BB : ± 60 kg
• Kepala : dalam batas normal
• Leher : dalam batas normal
• Mata : dalam batas normal
• Telinga : dalam batas normal
• Thorax : lihat status lokalis
• Abdomen : lihat status lokalis
• Ekstremitas Atas : dalam batas normal
• Ekstremitas Bawah : Terdapat erosi dengan dasar eritem berbatas tegas
dengan krusta pada kaki kiri.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Status Lokalis
 Lokasi : Pada Tangan kiri dan Kaki Kiri
 STDV : Pada telapak tangan kiri terdapat pustule dengan dasar eritem dan krusta
bewarna honey colored berjumlah multiple bentuk tidak beraturan berbatas tegas
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

DIAGNOSIS
Diagnosis Banding:
 Impetigo Krustosa
 Dermatitis Atopik
 HSV-1
 Scabies

Diagnosis Kerja:
Impetigo Krustosa
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

TATALAKSANA
• Non-medikamentosa
 Menjaga hygiene (mandi 2 kali sehari dengan sabun)
 Mengidentifikasi faktor komorbiditas dan faktor predisposisi yang
menyebabkan timbulnya lesi tersebut.
 Kompres luka dengan NaCl

• Medikamentosa
 Topikal
Krim Mupirocin 2% (dioleskan 2 kali sehari pagi dan sore pada lesi).
 Oral
- Antibiotik oral : Clindamycin 300 mg (2 x 1 tab)

- Analgesik oral : Paracetamol 500 mg (3x1)


KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA


KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

IMPETIGO
Impetigo adalah infeksi bakterial kulit yang lebih dikenal dengan pioderma.
Impetigo ini merupakan pioderma superfisialis yang terbatas pada epidermis.

Impetigo seringkali terjadi pada anak-anak. Penyebaran impetigo cukup mudah


yaitu dengan cara kontak langsung dengan lesinya (skin to skin).

Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013. p. 58-59.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan World Health Organization Department of Child and Adolescent
Health and Development menyatakan bahwa impetigo dan skabies adalah penyakit
endemik yang banyak terdapat di negara tropis dan subtropis. Perkiraan mengenai
prevalensi impetigo di seluruh dunia adalah 111-140 juta anak dari negara berkembang
sampai yang terserang penyakit impetigo dalam satu waktu.

World Health Organization. Epidemiology and management of common skin diseases in children in developing countries. Geneva:
World Health Organization; 2005.p. 54.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

KLASIFIKASI

Bulosa

Impetigo

Non-bulosa

Yeoh, D.K., Bowen, A.C., Carapetis, J.R., 2016. Impetigo and scabies – Disease burden and modern treatment strategies. Journal of
Infection 72, S61 –S  67.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Perbedaan Impetigo Bulosa dan Non-bulosa

https://www.scribd.com/doc/266152085/TUGAS-Perbedaan-Impetigo-Bulosa-Krustosa-Dr-Robiana
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Impetigo Krustosa
Impetigo Non-bulosa atau krustosa merupakan infeksi bakteri pada kulit
superfisialis yang disebabkan oleh Streptococcus β hemolyticus yang
merupakan patogen primer pada impetigo krustosa. Faktor lain yang dapat
memicu terjadinya impetigo adalah:
a) Higiene buruk
b) Menurunnya daya tahan tubuh
c) Lingkungan kotor dan musim panas dengan banyak debu
d) Terdapat penyakit kulit

Hidayati A, et al. Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa. Dalam : Buku Seri Dermatologi dan Venerologi Infeksi Bakteri di Kulit.
Surabaya: UNAIR. 2019.p.13-20
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Streptococcus ssp
• Streptococcus diklasifikasikan berdasarkan karbohidrat antigen C pada
dinding sel, terdiri A sampai T. Streptococcus merupakan flora normal
pada kulit, selaput lender, dan saluran pencernaan.
• Streptococcus group A memiliki patogenisitas yang jauh lebih tinggi dari
grup lain. Bakteri tersebut memiliki potensi invasive, yang dapat mencapai
beberapa jaringan, seperti epidermis (impetigo), dermis (ecthyma), atau
jaringan subkutan yang lebih dalam (selulitis).
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN PATOGENESIS

https://www.scribd.com/doc/210529098/Pathway-Teori-Impetigo
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Gambaran Klinis
• Predileksi : daerah wajah terutama di sekitar nares dan mulut
• Lesi awal berupa makula atau papul eritematosa yang secara cepat
berkembang menjadi vesikel atau pustul yang kemudian pecah membentuk
krusta kuning madu (honey colour) dikeliling eritema. Lesi dapat melebar
sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit di sekitarnya.

Makula atau papul


Vesikel atau pustul pecah
eritem

Krusta kuning
(honey colour)

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Impetigo krustosa dengan lesi papul Impetigo krustosa dengan lesi vesikel
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Impetigo krustosa dengan lesi krusta dan erosi


KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

DIAGNOSIS
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Pemeriksaan Penunjang
• Laboraturium rutin pada pemeriksaan darah rutin, lekositosit ringan hanya
ditemukan pada 50% kasus pasien dengan impetigo. Pemeriksaan urinalisis perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptococcus (GNAPS), yang ditandai dengan hematuria dan proteinuria.
• Pemeriksaan imunologis pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat
ditemukan peningkatan kadar anti deoksiribonuklease (anti DNAse) B antibody.
• Pemeriksaan mikrobiologis eksudat yang diambil dibagian bawah krusta dan cairan
yang berasal dari bulla dapat dikultur dan dilakukan tes sensitivitas. Hasil kultur bisa
memperlihatkan Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus atau keduanya. Tes
sensitivitas antibiotik dilakukan untuk mengisolasi Metisilin Resister Staphylococcus
Aureus (MRSA) serta membantu dalam pemberian antibiotik yang sesuai.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Diagnosis Banding

Hartman-Adams, H., 2014. Impetigo: Diagnosis and Treatment. American Family Physician.Volume 90, Number 4. www.aafp.org/afp 
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Dermatitis Atopik

• Pada fase anak muncul keluhan gatal.


• Predileksi : fossa cubiti dan poplitea,
fleksor pergelangan tangan, kelopak
mata, pipi, dan leher.
• Ukk : lesi kering, hyperkeratosis,
hiperpigmentasi, erosi, eksoriasi,
krusta, dan skuama.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

HSV-1
• Keluhan : demam, gatal, rasa terbakar
• Predileksi : wajah, sekitar mulut, bibir, rongga mulut

• UKK : erupsi berupa vesikel yang menggerombol, soliter atau


multipel
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Scabies
• Keluhan : pruritus nokturna
• Predileksi : seluruh tubuh
• UKK : papul, vesikel, erosi, eksoriasi, krusta.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

TATALAKSANA

• Edukasi

 Menjaga hygiene (mandi 2 kali sehari dengan sabun)


 Mengidentifikasi faktor komorbiditas dan faktor predisposisi yang
menyebabkan timbulnya lesi tersebut.

Hidayati A, et al. Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa. Dalam : Buku Seri Dermatologi dan Venerologi Infeksi Bakteri di Kulit. Surabaya:
UNAIR. 2019.p.13-20
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

• Farmakologi
 Topikal
Mupirocin atau natrium fucidat 2%. 2-3 x selama 7-10 hari.
 Sistemik
1. Terapi lini pertama
a. Cloxacillin/Dicloxacillin untuk dewasa dengan dosis 4x250-500
mg/hari peroral, sedangkan untuk anak-anak dengan dosis 25-50
mg/KgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
b. Bila alergi terhadap penicillin dapat diberikan erythromycin 4x250-
500 mg, oxycillin dan clavulanic acid untuk dewasa dengan dosis
3x250-500 mg /hari, sedangkan untuk anak-anak dengan dosis 25
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
c. Cephalexin 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis
Hidayati A, et al. Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa. Dalam : Buku Seri Dermatologi dan Venerologi Infeksi Bakteri di Kulit. Surabaya:
UNAIR. 2019.p.13-20
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

2.Terapi lini kedua


a. Azythromycin 1x500 mg (pada hari pertama), dilanjutkan 1x250 mg (pada
hari ke 2 sampai ke 5 )
b. Clindamycin 15 gr/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, dan
c. Erythromycin untuk dewasa dengan dosis 4 x 250-500 mg/hari, sedangkan
untuk anak-anak dengan dosis 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis
3.Pada kasus dengan Methicillin Resistant Stapylococcus aureus (MRSA)
a. Trimethroprim-sulfamethoxazole 160/800 mg, 2 kali sehari;
b. Doxycycline, mynocyclin 1x100 mg/hari (tidak direkomendasikan untuk
anak-anak dibawah 8 tahun); dan
c. Clindamycin 15 mg/kgBB /hari terbagi dalam 3 dosis

Hidayati A, et al. Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa. Dalam : Buku Seri Dermatologi dan Venerologi Infeksi Bakteri di Kulit. Surabaya:
UNAIR. 2019.p.13-20
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai