ILMU KESEHATAN
REFLEKSI KASUS
IMPETIGO KRUSTOSA
Pembimbing: dr. Nunik Sriwahyuni, Sp. KK
I. LAPORAN KASUS
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
IDENTITAS PASIEN
• Nama : MN
• Usia : 17 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Magelang
• Agama : Islam
ANAMNESIS
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KELUHAN UTAMA :
Adanya bercak merah-kuning yang mengering telapak tangan dan sela-sela
jari tangan kiri.
PEMERIKSAAN FISIK
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Status Generalisata
• Keadaan umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
• Vital Sign : RR : - x/menit N : - x/menit
• T : afebris
• BB : ± 60 kg
• Kepala : dalam batas normal
• Leher : dalam batas normal
• Mata : dalam batas normal
• Telinga : dalam batas normal
• Thorax : lihat status lokalis
• Abdomen : lihat status lokalis
• Ekstremitas Atas : dalam batas normal
• Ekstremitas Bawah : Terdapat erosi dengan dasar eritem berbatas tegas
dengan krusta pada kaki kiri.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Status Lokalis
Lokasi : Pada Tangan kiri dan Kaki Kiri
STDV : Pada telapak tangan kiri terdapat pustule dengan dasar eritem dan krusta
bewarna honey colored berjumlah multiple bentuk tidak beraturan berbatas tegas
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding:
Impetigo Krustosa
Dermatitis Atopik
HSV-1
Scabies
Diagnosis Kerja:
Impetigo Krustosa
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TATALAKSANA
• Non-medikamentosa
Menjaga hygiene (mandi 2 kali sehari dengan sabun)
Mengidentifikasi faktor komorbiditas dan faktor predisposisi yang
menyebabkan timbulnya lesi tersebut.
Kompres luka dengan NaCl
• Medikamentosa
Topikal
Krim Mupirocin 2% (dioleskan 2 kali sehari pagi dan sore pada lesi).
Oral
- Antibiotik oral : Clindamycin 300 mg (2 x 1 tab)
IMPETIGO
Impetigo adalah infeksi bakterial kulit yang lebih dikenal dengan pioderma.
Impetigo ini merupakan pioderma superfisialis yang terbatas pada epidermis.
Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013. p. 58-59.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan World Health Organization Department of Child and Adolescent
Health and Development menyatakan bahwa impetigo dan skabies adalah penyakit
endemik yang banyak terdapat di negara tropis dan subtropis. Perkiraan mengenai
prevalensi impetigo di seluruh dunia adalah 111-140 juta anak dari negara berkembang
sampai yang terserang penyakit impetigo dalam satu waktu.
World Health Organization. Epidemiology and management of common skin diseases in children in developing countries. Geneva:
World Health Organization; 2005.p. 54.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KLASIFIKASI
Bulosa
Impetigo
Non-bulosa
Yeoh, D.K., Bowen, A.C., Carapetis, J.R., 2016. Impetigo and scabies – Disease burden and modern treatment strategies. Journal of
Infection 72, S61 –S 67.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
https://www.scribd.com/doc/266152085/TUGAS-Perbedaan-Impetigo-Bulosa-Krustosa-Dr-Robiana
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Impetigo Krustosa
Impetigo Non-bulosa atau krustosa merupakan infeksi bakteri pada kulit
superfisialis yang disebabkan oleh Streptococcus β hemolyticus yang
merupakan patogen primer pada impetigo krustosa. Faktor lain yang dapat
memicu terjadinya impetigo adalah:
a) Higiene buruk
b) Menurunnya daya tahan tubuh
c) Lingkungan kotor dan musim panas dengan banyak debu
d) Terdapat penyakit kulit
Hidayati A, et al. Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa. Dalam : Buku Seri Dermatologi dan Venerologi Infeksi Bakteri di Kulit.
Surabaya: UNAIR. 2019.p.13-20
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Streptococcus ssp
• Streptococcus diklasifikasikan berdasarkan karbohidrat antigen C pada
dinding sel, terdiri A sampai T. Streptococcus merupakan flora normal
pada kulit, selaput lender, dan saluran pencernaan.
• Streptococcus group A memiliki patogenisitas yang jauh lebih tinggi dari
grup lain. Bakteri tersebut memiliki potensi invasive, yang dapat mencapai
beberapa jaringan, seperti epidermis (impetigo), dermis (ecthyma), atau
jaringan subkutan yang lebih dalam (selulitis).
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN PATOGENESIS
https://www.scribd.com/doc/210529098/Pathway-Teori-Impetigo
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Gambaran Klinis
• Predileksi : daerah wajah terutama di sekitar nares dan mulut
• Lesi awal berupa makula atau papul eritematosa yang secara cepat
berkembang menjadi vesikel atau pustul yang kemudian pecah membentuk
krusta kuning madu (honey colour) dikeliling eritema. Lesi dapat melebar
sampai 1-2 cm, disertai lesi satelit di sekitarnya.
Krusta kuning
(honey colour)
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Impetigo krustosa dengan lesi papul Impetigo krustosa dengan lesi vesikel
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Pemeriksaan Penunjang
• Laboraturium rutin pada pemeriksaan darah rutin, lekositosit ringan hanya
ditemukan pada 50% kasus pasien dengan impetigo. Pemeriksaan urinalisis perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptococcus (GNAPS), yang ditandai dengan hematuria dan proteinuria.
• Pemeriksaan imunologis pada impetigo yang disebabkan oleh streptococcus dapat
ditemukan peningkatan kadar anti deoksiribonuklease (anti DNAse) B antibody.
• Pemeriksaan mikrobiologis eksudat yang diambil dibagian bawah krusta dan cairan
yang berasal dari bulla dapat dikultur dan dilakukan tes sensitivitas. Hasil kultur bisa
memperlihatkan Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus atau keduanya. Tes
sensitivitas antibiotik dilakukan untuk mengisolasi Metisilin Resister Staphylococcus
Aureus (MRSA) serta membantu dalam pemberian antibiotik yang sesuai.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: PERDOSKI; 2017.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Diagnosis Banding
Hartman-Adams, H., 2014. Impetigo: Diagnosis and Treatment. American Family Physician.Volume 90, Number 4. www.aafp.org/afp
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Dermatitis Atopik
HSV-1
• Keluhan : demam, gatal, rasa terbakar
• Predileksi : wajah, sekitar mulut, bibir, rongga mulut
Scabies
• Keluhan : pruritus nokturna
• Predileksi : seluruh tubuh
• UKK : papul, vesikel, erosi, eksoriasi, krusta.
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
TATALAKSANA
• Edukasi
Hidayati A, et al. Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa. Dalam : Buku Seri Dermatologi dan Venerologi Infeksi Bakteri di Kulit. Surabaya:
UNAIR. 2019.p.13-20
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
• Farmakologi
Topikal
Mupirocin atau natrium fucidat 2%. 2-3 x selama 7-10 hari.
Sistemik
1. Terapi lini pertama
a. Cloxacillin/Dicloxacillin untuk dewasa dengan dosis 4x250-500
mg/hari peroral, sedangkan untuk anak-anak dengan dosis 25-50
mg/KgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
b. Bila alergi terhadap penicillin dapat diberikan erythromycin 4x250-
500 mg, oxycillin dan clavulanic acid untuk dewasa dengan dosis
3x250-500 mg /hari, sedangkan untuk anak-anak dengan dosis 25
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
c. Cephalexin 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis
Hidayati A, et al. Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa. Dalam : Buku Seri Dermatologi dan Venerologi Infeksi Bakteri di Kulit. Surabaya:
UNAIR. 2019.p.13-20
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
Hidayati A, et al. Impetigo Bulosa dan Impetigo Krustosa. Dalam : Buku Seri Dermatologi dan Venerologi Infeksi Bakteri di Kulit. Surabaya:
UNAIR. 2019.p.13-20
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN
ILMU KESEHATAN