Anda di halaman 1dari 10

1

UJIAN STASE KULIT

TINEA KRURIS

Disusun oleh :
Yuspa Indah Nuraini, S.Ked

Penguji:
dr.Arif Effendi, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2016

BAB I
LAPORAN KASUS
I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. Nur Indah

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 57 tahun

Status perkawinan

: Menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: IRT

Pendidikan

: SMA

ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Gatal di selangkangan dan ketiak sejak 2 minggu yang lalu
b. Keluhan Tambahan
Bagian yang gatal terasa kasar dan berwarna hitam
c. Riwayat Penyakit Sekarang
2 minggu yang lalu, os mengeluh selangkangannya sangat gatal, gatal
yang dirasakan terasa setiap waktu terutama jika os sedang beraktifitas berat
sehingga sangat menggangu aktifitas os di rumah sebagai ibu rumah tangga. 5
hari kemudian os pergi ke puskesmas karena keluhannya semakin berat, os
diberi obat salep dan obat minum. Keluhan gatal sedikit berkurang namun
setelah obat habis keluhannya muncul kembali. Sehingga os kembali ke puskes
dan minta dirujuk saja ke RS.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Os pernah punya riwayat gatal di kakinya dan iritasi jika menggunakan
sendal jepit.
Riwayat penyakit kronik : DM (-), HIV (-)

e.

Riwayat Keluarga

Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.


f.Riwayat
Riwayat
Alergi
f.
a.

Makanan/minuman
Tidak didapatkan adanya riwayat alergi.

b.

Obat-obatan
Tidak ada riwayat alergi obat

III.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalisata
Keadaan Umum
Kesadaran
Status gizi
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ektremitas

b. Status Dermatologis

Efloresensi :

: Baik
: Composmentis
: Baik
: DBN
: KGB kesan tidak membesar
: DBN
: DBN
: DBN

Tampak lesi dibagian selangkangan dan gluteus dextra, tepi terdapat papul
sebagian erosi. Bagian sentral lesi hiperpigmentasi dan terdapat skuama
halus, permukaan terkesan menyembuh (central healing).
IV.

RESUME
Seorang wanita, 57 tahun datang berobat ke poli kulit dengan
keluhan gatal sejak 2 minggu yang lalu.
Pada anamnesis didapatkan gatal dirasakan sangat mengganggu
aktifitas, os sering menggaruk selangkangan dan pantatnya, bagian yang
gatal terasa lembab.
Pada pemeriksaan fisik, status generalisata dalam batas normal.
Pada

status

dermatologis

didapatkan

ada

tampak

lesi

dibagian

selangkangan dan gluteus dextra, tepi terdapat papul sebagian erosi, bagian
sentral lesi hiperpigmentasi

dan terdapat skuama halus dan terkesan

menyembuh (central healing).


V.
VI.

DIAGNOSA
Tinea Kruris
Diagnosa banding
Candidosis
Dermatitis Numular
Eritrasma

VII.

Pemeriksaan anjuran
Pemeriksaan lampu wood
Pemeriksaan Sediaan basah KOH
Biakan/kultur
VIII. Penatalaksanaan
a. Non medika mentosa
Menjelaskan kepada pasien

agar

menjaga

daerah

selangkangannya tetap kering


Dilarang menggaruk
Mengganti pakaian/celana jika berkeringat
Menggunakan pakaian yang menyerap keringat
Hindari pemakain handuk atau pakaian bersamaan dengan

oranga lain.
b. Medikamentosa
Anti jamur topikal : Ketokonazole krim S 2 dd ue
Anti jamur Sistemik : Ketokonazol tab S 2 dd tab I
Kortikosteroid sistemik : Metyl Prednisolon 8mg S 2dd tabI

IX.

Anti Histamin non-sedatif : Loratadin S 1 dd tab I

Prognosis
Prognosis baik

BAB 2
PENDAHULUAN

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,


misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan
jamur dermatofita (Trichophyton spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton spp).
Ketiga genus jamur ini bersifat mencerna keratin atau zat tanduk yang merupakan
jaringan mati dalam epidermis (Tinea corporis, Tinea cruris, Tinea manus et pedis),
rambut (Tinea kapitis), kuku (Tinea unguinum). 2,6 Oleh karena satu spesies dermatofita
dapat menyebabkan kelainan yang berbeda-beda pada satu individu tergantung dari
bagian tubuh yang dikenai, dan sebaliknya berbagai jenis dermatofita dapat menyebabkan
kelainan yang secara klinis sama apabila mengenai bagian tubuh yang sama, maka dari
itu klasifikasi dermatofitosis lebih didasarkan pada regio anatomis yang terkena dari
jamur penyebabnya, walaupun sebenarnya pendekatan kausatif lebih rasional. 6
Hanya sebagian kecil golongan jamur yang dapat menimbulkan penyakit, dan
sebagian besar lainnya tidak bersifat patogen, namun dapat menjadi patogen apabila
terdapat faktor-faktor predisposisi tertentu baik fisiologis maupun patologis. Faktor-faktor
predisposisi fisologis meliputi kehamilan dan umur, sedangkan yang termasuk faktor

predisposisi patologis adalah keadaan umum yang jelek, penyakit tertentu, iritasi
setempat, dan pemakaian obat-obat tertentu seperti antibiotika, kortikosteroid dan
sitostatik.6

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Sinonim : Eksema marginatum, Dhobie itch, Jockey itch, Ringworm of the groin.
Tinea cruris adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita pada kulit
tak berambut, di daerah genito krusal (lipat paha, genitalia eksterna, sekitar anus dan
dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah). 4
2.2 Epidemiologi
Banyak terjadi pada daerah tropis dan ketika musim panas dimana tingkat
kelembapannya cukup tinggi. Penyakit ini lebih sering mengenai laki-laki, terutama pada
individu dengan obesitas atau pada individu yang sering menggunakan pakaian ketat.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada orang dewasa dibandingkan dengan anakanak.8

2.3 Etiologi
Penyebab dari Tinea Cruris adalah Trichophyton rubrum dan Epidermophyton
floccosum. Dapat juga disebabkan oleh Trichopyton mentagrophytes dan Trichopyton
verrucosum.

Infeksi

Tinea

cruris

dapat

disebabkan

oleh

infeksi

langsung

(autoinoculation) misalnya karena penderita sebelumnya menderita Tinea manus, Tinea


pedis, atau Tinea unguium. Dapat juga ditularkan secara tidak langsung, misalnya melalui
handuk. 7

2.4 Gejala
Secara subyektif, penderita dengan Tinea cruris mengeluh gatal yang kadangkadang meningkat waktu berkeringat.1

2.5 Gambaran Klinis


Kelainan kulit yang tampak pada Tinea cruris pada lipat paha merupakan lesi
berbatas tegas yang bilateral pada lipat paha kiri dan kanan, dapat bersifat akut atau
menahun.3,5 Mula-mula sebagai bercak eritema yang gatal, lama kelamaan meluas secara
sentrifugal dan membentuk bangun setengah bulan dengan batas tegas, yang dapat
meliputi skrotum, pubis, gluteal, bahkan sampai paha, bokong dan perut bawah. Tepi lesi
aktif (peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya), bentuk polimorf,
ditutupi skuama dan kadang-kadang dengan banyak papul maupun vesikel di
sekelilingnya.1 Bila penyakit ini menjadi menahun (kronis), dapat berupa bercak hitam
disertai sedikit skuama. Erosi dan ekskoriasi, keluarnya cairan serum maupun darah,
biasanya akibat garukan maupun pengobatan yang diberikan. 2 Keluhan sering bertambah
sewaktu tidur sehingga digaruk-garuk dan timbul erosi dan infeksi sekunder.6
2.6 Diagnosis
Cara mendiagnosis Tinea cruris dari anamnesis, gambaran klinis dan
lokalisasinya, tidak sulit untuk mendiagnosis. Sebagai penunjang diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dari kerokan bagian tepi lesi dengan KOH dan
biakan, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan dengan lampu Wood, yang mengeluarkan

sinar ultraviolet dengan gelombang 3650 Ao. Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH
10-20% positif bila memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora. 2,5
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan
langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada
waktu ini adalah medium agar dekstrosa Sabouraud.5 Biakan memberikan hasil lebih
cukup lengkap, akan tetapi lebih sulit dikerjakan, lebih mahal biayanya, hasil diperoleh
dalam waktu lebih lama dan sensitivitasnya kurang ( 60%) bila dibandingkan dengan
cara pemeriksaan sediaan langsung.2

2.7 Diagnosis Banding


Sebagai diagnosis banding dari Tinea cruris adalah sebagai berikut :
1. Candidiasis inguinalis.
2. Eritrasma.
3. Intertrigo.

2.8 Pengobatan
Pada umumnya pengobatan untuk infeksi jamur dermatofitosis secara topikal saja
cukup, kecuali untuk lesi-lesi kronik dan luas serta infeksi pada rambut dan kuku yang
memerlukan pula pengobatan sistemik, oleh karena dermatofitosis merupakan penyakit
jamur superfisial.
a. Pengobatan topikal 3
-

Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat (6-12%) dalam


bentuk salep ( Salep Whitfield).

Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk salep


(salep 2-4, salep 3-10).

Derivat azol : ketokonazol, mikonazol 2%, klotrimasol 1%, sangat


berguna

terhadap

kasus-kasus

yang

diragukan

penyebabnya

dermatofita atau candida.


b. Pengobatan sistemik 2,5,6
-

Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa selama 3 minggu,


sedangkan dosis untuk anak-anak adalah 10-25 mg/kgBB sehari
untuk anak antara 15 sampai 25 kg berat badan, sedangkan untuk
anak dengan berat badan lebih dari 25 kg dapat diberikan antara
125/250 mg per hari.

Ketokonazol 200 mg sehari untuk dewasa atau 3-6 mg/kgBB sehari


untuk anak-anak lebih dari 2 tahun.

Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder.

Pada kasus yang resisten terhadap griseofulvin, dapat diberikan griseofulvin


dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama atau bisa juga dipertimbangkan
penggunaan derivat azol seperti itrakonazol, flukonazol dll. Selain pengobatan kausatif
tersebut, penting juga diperhatikan pengobatan simtomatik untuk menanggulangi rasa
gatal, panas, maupun nyeri.

2.9 Pencegahan
Beberapa faktor yang memudahkan timbulnya residif pada Tinea cruris dan Tinea
corporis harus dihindari atau dihilangkan antara lain : 1,5
a. Temperatur lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan, pakaian dari karet atau
nilon.
b. Pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air misalnya perenang.
c. Kegemukan : selain faktor kelembaban, gesekan yang kronis dan keringat
berlebihan disertai higiene yang kurang, memudahkan timbulnya infeksi.

2.10 Prognosis

10

Prognosis tergantung penyebab, disiplin pengobatan, status imunologis dan sosial


budayanya, tetapi pada umumnya baik.1,2

Anda mungkin juga menyukai