Anda di halaman 1dari 54

RESPONSI

ILMU PENYAKIT KULIT


DAN KELAMIN
KANDIDIASIS
INTERTRIGINOSA
RICO PRATAMA WIYONO
2016.04.2.0149
KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. Y
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 46 tahun
Alamat : Jl. Kecer 7/1, Gondang Barat, Solo
Pekerjaan : TNI AL
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Tgl. Periksa : 14 Juni 2016
ANAMNESA

Keluhan utama:

Gatal

Keluhan tambahan:

Bercak kemerahan gelap di


selangkangan
ANAMNESA
Riwayat Penyakit Sekarang (Autoanamnesa):

Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSAL Dr. Ramelan Surab
aya pada tanggal 14 Juni 2016 dengan keluhan gatal-gatal pada l
ipatan paha sejak 3 minggu sebelum ke poli RSAL. Pasien serin
g menggaruk lipatan paha yang gatal, namun tidak pernah meliha
t warna kulit atau ada tidaknya bercak pada kulit lipatan paha yang
gatal. Setelah digaruk, kulit menjadi terasa perih. Baru beberapa
waktu kemudian, kulit mulai kehitaman. Dua minggu sebelum ke p
oli, pasien berobat ke dokter umum dan diberi salep ketoconazol
e dan obat minum CTM, kemudian gatal mereda tapi hanya seme
ntara. Pasien mengatakan bahwa setelah mandi 2-3 jam gatal mer
eda, namun setelah itu dengan beraktivitas mulai gatal kembali.
ANAMNESA

Riwayat Penyakit Dahulu:

 Pasien tidak pernah mengalami keluhan


yang sama
 Riwayat alergi makanan dan obat-obatan
disangkal
 Riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan
Hipertensi disangkal
 Riwayat Asma dan Rhinitis disangkal
ANAMNESA

Riwayat Penyakit Keluarga:

 Pasien menyangkal adanya keluarga dengan


keluhan yang sama
 Riwayat alergi makanan dan obat – obatan
disangkal
 Riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan
Hipertensi disangkal
 Riwayat Asma dan Rhinitis disangkal
ANAMNESA

Riwayat Psikososial:

 Pasien mandi 2x sehari menggunakan air PDAM dan


memakai sabun mandi Asepso.
 Pasien mengganti pakaian luar dan celana dalam 3x
sehari dan memakai handuk sendiri tidak bergantian
dengan anggota keluarga lain.
 Pasien di Surabaya tinggal di mes TNI AL,
lingkungan tempat tinggal cukup bersih dan padat
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran / GCS : Compos mentis / 4-5-6
Status Gizi : Baik
Kepala dan Leher :
A/I/C/D : -/-/-/-
Pembesaran stroma (-)
Pembesaran KGB (-)
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Extremitas atas : Edema -/- , akral hangat +/+
Extremitas bawah : lihat status dermatologis
PEMERIKSAAN FISIK
Inguinal Sinistra
PEMERIKSAAN FISIK
Inguinal Dextra
PEMERIKSAAN FISIK
Status Dermatologi

Regio Inguinal
Efforesensi : kulit tampak makula eritematus sedikit
hiperpigmentasi dengan maserasi, dan terdapat lesi
satelit papulopustular yang pecah meninggalkan
permukaan yang kasar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Perbesaran 400x

Pemeriksaan
langsung kerokan
kulit dengan
larutan KOH 20%
tampak gambaran
pseudohifa dan
blastospora.
RESUME
ANAMNESA

• Tn. Y datang pada tanggal 14 Juni 2016 dengan keluhan gatal-


gatal pada lipatan paha sejak 3 minggu sebelum ke poli
RSAL.
• Pasien sering menggaruk lipatan paha yang gatal.
• Pasien awalnya tidak mengamati warna atau ada tidaknya
bercak pada kulit lipatan paha yang gatal.
• Digaruk  perih  mulai kehitaman
• Dua minggu sebelum ke poli, pasien berobat ke dokter umum
dan diberi salep ketoconazole dan obat minum CTM, gatal
mereda tapi hanya sementara.
• Gatal diperparah dengan berkeringat.
RESUME
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis : Dalam batas normal
Status Dermatologi:

Regio Inguinal
Efforesensi : kulit tampak makula eritematus sedikit
hiperpigmentasi dengan maserasi, dan terdapat lesi satelit
papulopustular yang pecah meninggalkan permukaan yang kasar
RESUME
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Perbesaran 400x

Pemeriksaan
langsung kerokan
kulit dengan
larutan KOH 20%
tampak gambaran
pseudohifa dan
blastospora.
DIAGNOSA KERJA
• Kandidiasis Intertriginosa

DIAGNOSA BANDING
• Dermatitis Intertriginosa
• Eritrasma
• Dermatofitosis (Tinea cruri
s)
PLANNING
DIAGNOSA
 Kultur pada media Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA)
 Wood lamp

TERAPI
Non medikamentosa:
 Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi
 Memberi edukasi kepada pasien untuk tidak
menggaruk lipatan paha yang gatal supaya terhindar
dari infeksi sekunder
 Menjaga kebersihan kulit dengan mandi minimal 2x
sehari serta mengeringkan tubuh dengan benar
terutama pada daerah lipatan
PLANNING
Non medikamentosa:
 Menghindari pakaian dan celana dalam
yang ketat, tebal, dan tidak menyerap
keringat (berbahan nilon), lebih baik
menggunakan yang berbahan katun.
 Lebih sering mengganti pakaian dan
celana dalam jika berkeringat dan terasa
lembab.
 Memberi edukasi tentang penggunaan
salep yang benar
PLANNING
Medikamentosa:
Sistemik
 Ketokonazol tab 1 x 200 mg/hari selama
1-2 minggu
 Loratadine tab 1 x 10 mg/hari bila perlu
Topikal
 Mikonazol krim 2%.
Dioleskan 2x sehari selama 14 hari, dapat
lebih sampai 4 minggu, sebaiknya 1 – 2
minggu sesudah sembuh / KOH negatif.
PLANNING
MONITORING
 Keluhan penderita berkurang, tetap atau
makin memberat.
 Ada tidaknya perluasan lesi di bagian
tubuh lain.
 Komplikasi yang dapat muncul.

PROGNOSIS
 Baik, bergantung pada berat ringannya
faktor predisposisi.
TINJAUAN
PUSTAKA
KANDIDIASIS

DEFINISI
 Kandidiasis (=Kandidosis/Moniliasis) adalah infeksi
primer atau sekunder jamur dari genus Candida,
biasanya oleh spesies Candida albicans.
 Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut,
subakut dan kronis ke episodik.
 Yang terkena dapat lokal di mulut, tenggorokan, kulit,
kepala, vagina, jari-jari tangan, kuku, bronkhi, paru-
paru atau saluran pencernaan makanan atau menjadi
sistemik seperti septisemia, endokarditis, atau
meningitis.
KANDIDIASIS

Epidemiologi
 Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat
menyerang semua umur, baik laki-laki maupun
perempuan.
 Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat
sebagai saprofit.
 Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga
tidak diketahui data-data penyebarannya dengan
tepat.
KANDIDIASIS

 Etiologi
 Yang tersering ialah Candida albicans yang dapat
diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan
feses orang normal.
 Sebagai penyebab endokarditis Kandidiasis adalah C.
parapsilosis dan penyebab Kandidiasis septikemia adalah
C. tropicalis.
 Candida sp adalah jamur sel tunggal (yeast), berbentuk
bulat sampai oval. Dari semua spesies yang ditemukan
pada manusia, Candida albicans yang paling pathogen.
 Candida albicans merupakan ragi dimorfik, penyebab
paling umum dari kandidiasis superfisial dan sistemik
KANDIDIASIS
Etiologi
 Candida memperbanyak diri dengan membentuk
blastospora (budding yeast cell). Blastospora akan
saling bersambung dan bertambah panjang sehingga
membentuk pseudohifa.
 Bentuk pseudohifa lebih virulen dan invasif daripada
spora. Hal itu dikarenakan pseudohifa berukuran lebih
besar sehingga sulit difagositosis oleh makrofag.
PATOGENESIS
 C.albicans biasa sebagai saprofit dan
berkolonisasi pada membran mukosa
hewan berdarah-hangat, umumnya
memiliki habitat di traktus gastrointestinal
dan genitourinaria, dan kulit.
 Pada kondisi yang tepat, jamur tersebut
menjadi patogen dan menyebabkan lesi
pada kulit, kuku, dan membran mukous.
 Area intertrigenous yang sering terkena.
Pada daerah ini suhu, kelembaban dan
maserasi kulit memberi celah organisme ini
untuk tumbuh subur
PATOGENESIS

Kondisi lokal
mendukung: Reduksi flora
normal krn tx
Suhu hangat, Antibiotik
kelembaban,

pH kulit meningkat
Respon imun
(popok, panty liner,
melemah
produk oklusif)
Candida
albicans
menjadi
patogen
PATOGENESIS
• Ragi  Hifa = mekanisme patogenesis prim
er (Hifa melekat lebih kuat pada permukaan
epitel)
• Sekarang diketahui: ragi (yeast) mampu in
vasi dan tidak hanya komensal
Faktor Predisposisi
FAKTOR ENDOGEN FAKTOR EKSOGEN
• Kehamilan • Iklim, panas, dan kelembaban
• Menstruasi • Kebersihan kulit
• Kegemukan • Kebiasaan berendam kaki dalam ai
• Umur sangat muda/sangat tua r yang terlalu lama menimbulkan
• Penyakit sistemik (endokrinopati, D maserasi dan memudahkan masuk
M, uremia, malignansi, AIDS) nya jamur
• Penyebab iatrogenik (barier lemah, • Faktor mekanis : trauma (luka bak
sinar X, obat – obatan spt kortikoste ar, abrasi, pemakaian IUD, meningk
roid dan imunosupresi lainnya, AB s atnya frekuensi koitus) dan oklusi l
pektrum luas) okal
• Penyakit kronik (TB, SLE) • Kontak dengan penderita, misalny
• Faktor nutrisi a pada thrush, balanopostitis
Klasifikasi
Kandidiasis Kandidiasis Reaksi id
Kandidiasis kutis
 
mukosa sistemik (Kandidid)

• Thrush • Lokalisata : • Endokarditis


• Perleche 1). daerah • Meningitis
• Vulvovaginitis intertriginosa • Pielonefritis
• Balanitis atau 2). daerah • Septikemia
balanopostitis perianal
• Kandidiasis • Generalisata
mukokutan • Paronikia dan
kronik onikomikosis
• Kandidiasis • Kandidiasis kutis
bronkopulmonar granulomatosa
dan paru
Gejala klinis
Kandidiasis mukosa

Thrush Perleche

Balanitis dan Balanoposthitis Kandidosis Vulvovaginitis


Gejala klinis
Kandidiasis Kutis

1. Kandidosis intertrigenosa
 C.albicans memiliki suatu predileksi untuk
berkolonisasi pada tempat lembab dan
mengalami maserasi seperti lipatan kulit.
Intertrigo adalah gambaran klinis yang
paling sering pada kulit yang memiliki
sedikit rambut.
Gejala klinis

 Efloresensi: bercak berbatas tegas, pruritus,


eritematus, bersisik, basah, maserasi, dan
dikelilingi satelit vesikopustula kecil atau
bula yang bila pecah meninggalkan daerah
yang erosif berupa dasar eritematous
dengan koleret epidermis nekrotik yang
mudah mengelupas
 Predileksi: daerah lipatan axila, lipatan
genitocrural, intergluteal, lipatan
inframammae, interdigital, dan lipatan kulit
pada abdomen.
KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA

Kulit tampak inflamasi, eritematus dan ada satelit


vesikel/pustul, bula atau papulopustular yang pecah
meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang
erosi
Gejala klinis

2. Kandidiasis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi
dermatofit tipe basah. Penyakit ini
menimbulkan pruritus ani.

3. Kandidiasis generalisata
 Lesi terdapat pada glabrous skin,
lipatan payudara, intergluteal, dan
umbilikus. Sering disertai glositis,
stomatitis, dan paronikia.
 Lesi berupa ekzematoid dengan
vesikel – vesikel dan pustul – pustul.
 Sering pada bayi
36
Gejala klinis
d. Paronikia dan onikomikosis
 Sering pekerjaan berhubungan dengan air,
bentuk ini tersering didapat.
 Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang
tidak bernanah, kuku menjadi tebal,
mengeras dan berlekuk – lekuk, kadang –
kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh,
tetap mengkilat dan tidak terdapat sisa
jaringan di bawah kuku seperti pada tinea
unguium.
Paronychia dan Onychia kronis
Gejala klinis

e. Diaper-rash
Sering pada bayi yang popoknya selalu basah
dan jarang diganti yang dapat menimbulkan
dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus
sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.
Gejala klinis
f. Kandidosis granulomatosa (anak – anak)
 Lesi berupa papul kemerahan tertutup
krusta tebal berwarna kuning kecoklatan
dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini
dapat menimbulkan seperti tanduk
sepanjang 2 cm.
 lokalisasinya sering terdapat di muka, kepala,
kuku, badan, tungkai, dan faring.
Kandidosis sistemik

a. Endokarditis
Sering terdapat pada penderita morfinis
akibat komplikasi penyuntikan, operasi
jantung.

b. Meningitis
Terjadi karena penyebaran hematogen jamur,
gejalanya sama dengan meningitis
tuberkulosis atau karena bakteri lain.
Reaksi id (Kandid id)

 Terjadi karena adanya metabolit kandida.


 Eflo : vesikel – vesikel yang bergerombol.
 Terdapat pada sela jari tangan atau bagian
badan yang lain, mirip dermatofitid.
 (-) elemen jamur, lesi kandidiasis diobati 
kandidid ikut menyembuh
 (+) kandidin pada uji kulit
Diagnosa

Diagnosis infeksi kandida umumnya dilakukan secara


klinis, berdasarkan gambaran khas dan distribusi
papulopustul satelit. Diagnosis dapat dikonfirmasi
dengan preparat KOH positif adanya pseudohifa dan
spora.
DIAGNOSIS

Diagnosa kandidiasis ditegakkan berdasarkan:

1. Anamnesis dan gejala klinis yang khas


2. Pemeriksaan penunjang pemeriksaan langsung
dengan KOH 10-20% dan/atau pengecatan gram
harus dilakukan dan apabila hasilnya positif sudah
dapat memastikan diagnosis. Bila hasilnya negatif
tidak menyingkirkan diagnosis apabila anamnesis dan
diagnosis klinisnya menyokong.
3. Kultur untuk memastikan spesies penyebab
4. Histo PA dilakukan bila diagnosis meragukan
Diagnosa

 Pemeriksaan KOH dan Gram: Budding yeast cell (2 spora spt


angka 8)/Blastospora dengan/tanpa Pseudohifa (gambaran
seperti untaian sosis)/hifa; gram positif
 Pseudohifa/hifa pada infeksi membran mukosa adalah
pathognomonis, sedang pada kandidiasis kutis tidak selalu ada.
 Spesimen harus baru dan segera diperiksa
Diagnosa

2. Pemeriksaan biakan
 Bahan diperiksa ditanam dalam agar
dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula
agar ini dibubuhi antibiotik
(kloramfenikol).
 Disimpan dalam suhu kamar atau lemari
dengan suhu 37C, koloni tumbuh setelah
24 – 48 jam, berupa yeast like colony.
 Tampak: koloni seperti krim, keabu-
abuan, lembab. Akhirnya membentuk
penetrasi spt akar kecil ke dalam agar
 Kultur agar Cornmeal: diproduksi
Chlamydospora, berdinding tebal bulat
(khas Candida albicans)
Differensial Diagnosa
1. Eritrasma
 penyakit bakteri kronik pada stratum korneum
 Corynebacterium minutissimum,
 Lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di
daerah ketiak dan lipat paha.
 Efloresensi : Lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas
tegas, kering, tidak ada satelit, pemeriksaan dengan
lampu Wood tampak warna merah membara.

2. Dermatitis Intertrigenosa
3. Dermatofitosis (tinea cruris)
 Kandida: biasanya terdapat lebih sedikit skuama dan
kecenderungan yang besar terbentuk fissura

47
Eritrasma

Tinea cruris Dermatitis Intertriginosa/


Intertrigo
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

49
Penatalaksanaan
• Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi
• Topikal.
• Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk
kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
• Nistatin: berupa krim, salap, emulsi
• Amfoterisin B
• Grup azol antara lain:
• Mikonazol 2% berupa krim atau bedak, dioleskan 2x sehari
selama 14 hari, dapat lebih sampai 4 minggu, sebaiknya 1-
2 minggu sesudah sembuh/KOH negatif
• Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
• Tiokonazol, bufonazol, isokonazol.
• Siklopiroksolamin 1% larutan, krim.
• Antimitotik yang lain yang berspektrum luas
Penatalaksanaan

• Sistemik (Obat oral).


• Indikasi : bila lesi luas, penderita imunokompromis berat dan
paronikhia yang gagal dengan obat topikal/berat/kronis.
• Tablet ketokonazol 1 tablet/hari selama 1-2 minggu
• Kapsul itrakonazol 1x2 kapsul/hari selama 7 hari
• Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran
cerna, obat ini tidak diserap oleh usus.
• Amfoterisin B diberikan intravena untuk Kandidiasis sistemik.
• Untuk Kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg
pervaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan
ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol
2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg
dosis tunggal.
Prognosis

Umumnya baik, bergantung pada berat


ringannya faktor predisposisi.
Pencegahan Infeksi Rekuren

 Menjaga area yang terkena intertrigo tetap


kering, terekspos udara
 Penurunan berat badan
 Maserasi kulit dan iritasi dapat diminimalisir
dengan menghindari paparan tinja atau urin
 Perawatan kulit yang rutin dengan
membersihkan dan pemakaian barier proteksi
kulit dapat membantu
 Buffer asam topikal dapat membantu
mencegah Kandida rekuren yang diinduksi
iritasi kulit
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai