Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH TUTORIAL

CASE 2 KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA

KELOMPOK TUTORIAL C-3


Nabillah Armalia Iffah 131 0211 109
Antania Isyatira

131 0211 113

Naila Husna Pratami

131 0211 165

Mega Mulya Dwi F


Namiroh Dima

131 0211 023


131 0211 054

Yoseph Alam Naibaho 131 0211 144


Anastasia Saskia

131 0211 143

Nadia Rezky Eliza

131 0211 177

Tiffany Valentina

131 0211 117

Fadhil Wiryawam

131 0211 200

Eka Ulfatul

131 0211 001

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
1

KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami pun
mengucapkan terima kasih kepada dr. Irma selaku tutor dalam tutorial
kami.
Makalah ini adalah sebuah rangkuman selama kami mengikuti kegiatan
tutorial. Makalah ini dibuat agar kita lebih memahami semua materi yang
telah kami
sajikan pada kegiatan tutorial. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata kesempurnaan,
namun
mudah-mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang
terdapat di
dalamnya. Kami mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 3 Mei 2015
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jamur berkembang pada daerah yang lembab dari tubuh, dimana dua permukaan
kulit bertemu: diantara jari, pada area genital, ketiak, dan dibawah payudara. Infeksi
jamur pada kulit (dermatofit) sebagian besar terjadi pada lapisan paling atas dari kulit.
Infeksi jamur dapat disebabkan oleh faktor-faktor :
Penggunaan antibiotik: Antibiotik mengurangi bakteri menguntungkan yang hidup
pada tubuh, mengubah keseimbangan flora normal. Jamur dapat menggunakan
kesempatan ini untuk berkoloni.
Penggunaan kortikosteroid: Kortikosteroid mengurangi peradangan dan digunakan
untuk mengobati berbagai penyakit kulit. Bagaimanapun juga, obat ini menekan
respon kekebalan dan meningkatkan kondisi untuk terjadinya pertumbuhan jamur.
Kondisi Kesehatan: Diabetes dan beberapa kanker, seperti leukemia membuat
seseorang mudah terkena infeksi jamur.
Gangguan sistem kekebalan tubuh: Sistem kekebalan tubuh yang terganggu akan
kesulitan dalam menangkal semua jenis infeksi. Demikian juga halnya dengan infeksi
jamur akan semakin sulit untuk diatasi.
Faktor lingkungan: Kelembaban merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
reproduksi jamur. Paparan jamur lebih sering terjadi pada area komunitas yang
lembab seperti ruang loker atau kamar mandi.
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur (fungi). Sebernarnya mikosis
nanti dibagi menjadi beberapa yaitu : m. Superfisialis, m. Profunda/ subkutan, dan m.
Sistemik tergantung dari organisme dan faktor host. Mikosis superfisialis adalah infeksi
3

jamur yang terbatas hanya di stratum korneum epidermis, rambut dan kuku. Mikosis
superfisialis sangat bervariasi dari yang inflamasi yang hebat seperti pada dermatofitosis
dan inflamasi sangat ringan seperti non-dermatofitosis.

I.2 Learning Progress Report


1. TERMINOLOGI
2. PROBLEM
KU:
Ny. AS (40 tahun) muncul bercak kemerahan pada ketiak dan lipatan paha sejak 5 hari
yang lalu
RPS:

Bercak kemerahan makin lama makin melebar dan muncul bercak kecil di sekelilingnya.

Bercak tersebut gatal digaruk menjadi lecet

3 hari yang lalu timbul bintil berisi cairan yang kemudian pecah

RPD:

Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya

DM sejak 5 tahun yang lalu tetapi jarang kontrol

RPK:
Tidak ada keluhan serupa di keluarga
3. HIPOTESIS
1. Kandidosis intertriginosa
2. Tinea kutis
3. Dermatitis seboroik
4. MEKANISME
Ny. As (40 tahun)
Timbul kemerahan pada ketiak dan lipatan paha sejak 5 hari yang lalu
Bercak semakin melebar
5

Muncul bercak di sekelilingnya


Bercak tersebut gatal
Digaruk lecet
Timbul bintil berisi cairan pecah
5. MORE INFO
1. Pemeriksaan fisik
- Status generalis
- Status dermatologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan lab gula darah dan SGPT
- Pemeriksaan histologis
- Pemeriksaan KOH
- Sabaraud Dextrose Agar (SDA)
6. I DONT KNOW

Taksonomi dan sifat fungi

Kandidosis mukokutan

Penyakit infeksi jamur dan adneksa kulit

Penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi parasit

7. LEARNING ISSUE
a. Kandidosis mukokutan
b. Penyakit infeksi jamur dan adneksa kulit
Tinea kapitis
Tinea barbae
Tinea fasialis
Tinea korporis
Tinea manus
Tinea unguium
6

Tinea kruris
Tinea pedis
Ptiriasis versikolor
Kandidosis mukokutan ringan
c. Penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi parasit
Pedikulosis humanus
Pedikulosis pubis
Skabies
Reaksi gigitan serangga

1.3 Overview Case


Ny. AS, 40 tahun
(Buruh pabrik)
KELUHAN UTAMA
Bercak kemerahan pada ketiak dan
lipatan paha sejak 5 hari yang lalu

RPS
Bercak kemerahan makin lama makin
melebar dan muncul bercak kecil di
sekelilingnya.
Bercak tersebut gatal digaruk
menjadi lecet
3 hari yang lalu timbul bintil berisi
cairan yang kemudian pecah

RPD
Pasien tidak pernah menderita
penyakit ini sebelumnya
DM sejak 5 tahun yang lalu tetapi
jarang kontrol
RPK
Tidak ada keluhan serupa di keluarga

HIPOTESIS
Kandidosis intertriginosa
Tinea kruris
Dermatitis seboroik

a.

b.

c.
d.

PX. FISIK
a. Status generalis: keadaan umum baik
b. Status dermatologis:
Bercak eritematosa
Maserasi dengan dikelilingi lesi satelit berupa
vesikel
PX. PENUNJANG
Vesikel mudah pecah meninggalkan dasar berupa
Px. Lab
makula eritem koralet
GDS: 210 mg/dl
GDP: 130 mg/dl
GD2P: 210 mg/dl
SGPT: dbn
Px. histopatologis
Menyerupai reaksi radang akut, terdapat mikroabses
berisi sel mononuklear dengan infiltrasi limfosit pada
deris bagian atas.
Px. KOH
Pseudohifa dengan blastospora
SDA
8
Koloni berwarna krim atau
putih kekuningan dengan
permukaan halus, licin, lama-lama berkeriput dan berbau
ragi

DIAGNOSIS
Kandidosis intertriginosa dengan DM

TATALAKSANA

Antifungal sistemik: Ketokonazol 200-400 mg selama14 hari

Antihistamin sistemik: CTM 3 x 4 mg prn

Lesi basah: kompres dengan larutan kalium permanganat 1/10.000 atau kompres NaCl
0,9% 2x sehari selama 5 menit

Lesi kering: Bedak anti fungal: nistatin/mikonazol

Lesi akut dapat digunakan kombinasi steroid dengan anti fungal digunakan 2x sehari.
Kombinasi obat ini akan mengurangi gatal, nyeri atau rasa terbakar. Selanjutnya
digunakan anti fungal saja: krim ketokonazol 2% atau krim mikonazol 2% 2x sehari

BAB II
BAB II
PEMBAHASAN

Antibiotik tipikal: krim asam fusidat untuk lecet, sehari 2x, dioleskan setelah kompres

II.1 Dermatofitosis
Dermatofitosis ialah mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita. Jamur ini mengeluarkan enzim keratinase sehingga mampu mencerna keratin
pada kuku, rambut dan stratum korneum pada kulit. Dermatofitosis disebabkan jamur
golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan
Epidermofiton. Dari 41 spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7
spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton.
Gambaran klinis umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik
pada mausia bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik
terutama menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan
jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan residif , karena reaksi
9

penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamur yang antropofilik ialah: Mikrosporon
audoinii Trikofiton rubrum.

II.2 Tinea Korporis


A. DEFINISI
Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita menyerang
daerah kulit tak berambut pada wajah,badan,lengan,dan tungkai.
B. ETIOLOGI
Golongan jamur dermatofita,Epidermophyton Floccosum/T.rubrum
C. EPIDEMIOLOGI
Semua umur,lebih sering menyerang orang dewasa
Menyerang pria dan wanita
Sangat besar pengaruh kebersihan
Tidak berpengaruh dalam keturunan
Lingkungan yang kotor
D. GEJALA KLINIS
Gejala Subjektif : Keluhan gatal , terutama jika berkeringat
Gejala Objektif : Makula Hiperpigmentasi dengan tepi yang lebih aktif oleh karena gatal
dan digaruk, lesi akan meluas, terutama pada daerah kulit yang lembab
E. PEMERIKSAAN DERMATOLOGIS
Efloresensi : Lesi terbentuk macula/Papul yang merah/hiperpigmentasi dengan tepi aktif
dan penyembuhan sentral. Pada tepi dijumpai papula-papula eritematosa vesikel
Lokasi : Wajah,anggota gerak atas dan bawah, dada, punggung
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kerokan kulit dengan KOH 10% dijumpai hifa
G. DIAGNOSIS BANDING
Morbin Hansen : Makula eritematosa dengan tepi sedikit aktif
Ptiriasis Rosea : Makula eritematosa dengan tepi meninggi ada papula
Neurodermatitis sirkumskirpta : Makula eritematosa berbatas tegas terutama pada
tengkuk , lipat lutut , dan lipat siku
H. PENATALAKSANAAN
Umum: - Meningkatkan kebersihan tubuh
10

- Menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat


Khusus:
Antihistamin
Griseofulvin: Anak-anak : 15-20 mg/KgBB/Hari
Dewasa: 500-1000 mg/KgBB/Hari
Itrakonazol :100 mg/hari selama 2 minggu
Ketokenazol: 200 mg/hari selama 3 minggu
Topikal
Salep Whitefield
Campuran asam salisilat
Castellaws paint
Tofnaft

I. PROGNOSIS
Baik

II.3 Tinea Barbae


A. DEFINISI

Infeksi jamur dermatofita pada daerah dagu/jenggot yang menyerang kulit dan folikel
rambut
B. EPIDEMIOLOGI
Selalu pada orang dewasa,tak pernah pada anak-anak
Biasanya pada pria dewasa
C. ETIOLOGI
Biasanya oleh golongan Trichophyton dan Microsporum
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Dapat mengenai semua bangsa tapi >> sering pada kulit putih
Daerah tropis dengan kelembapan tinggi
Banyak pada orang-orang dengan hygine yang kurang baik
Kotor merupakan faktor yang mempermudah infeksi
E. GEJALA KLINIS
Gatal dan pedih pada daerah yang terkena
Bintik-bintik kemerahan yang terkadang bernanah
F. PEMERIKSAAN DERMATOLOGI
11

Lokalisasi: biasanya pada daerah dagu/jenggot tapi bisa menyebar ke wajah dan leher.
Efloresensi: rambut daerah yang terkena menjadi rapuh dan tidak mengkilat,tampak
reaksi radang pada folikel berupa kemerahan,edema,terkadang ada pustula.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar wood : flouresensi kehijauan
Pembiakan pada media agar sabouraud
Preparat langsung dari kerokan kulit atau rambut jenggot yang terkena dengan larutan
KOH 10-20 %: dapat terlihat hifa atau spora dan miselium. Preparat langsung dari
rambut dapat terlihat hifa atau spora didalam rambut(endotriks) atau diluar
rambut(ektotriks).
Pemeriksaan histopatologis: pada batang dan folikel rambut terkadang tampak
organisme,tetapi jarang pada lesi yang lebih dalam. Pada keadaan kronik terlihat
nanah,sel raksasa dan infiltrasi sel-sel radang kronik
G. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis kontak alergika
Akne sistika
Dermatitis seboroika
H. PENATALAKSANAAN
1.
Umum : rambut daerah jenggot dicukur bersih. Jaga kebersihan umum
2.
Khusus
Sistemik
- Griseofulvin 500mg-1gr/hr selama 2-4 mgg -Itrakonazol 100 mg/hr slm 2 mgg
- Ketokonazol 200 mg/hr slm 3 mgg
- Antibiotik jika ada infeksi sekunder
Topikal
- Kompres sol PK 1:4000 atau sol as.asetat 0.025 %,2-3 kali sehari
- Antifungi : ketokonazol krim/ointment 2% slm 5-7 hari atau itrakonazol 1% 5-7 hari
K. PROGNOSIS
Umumnya baik

II.4 Tinea Kapitis


A. DEFINISI
Infeksi jamur superfisial yang menyerang kulit kepala dan rambut
B. ETIOLOGI
Golongan dermatofita,terutama T.rubrum,T.mentagrophytes dan M.gypseum
12

C. EPIDEMIOLOGI
Umumnya anak-anak sekolah dasar
Anak pria lebih banyak daripada anak wanita
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Semua bangsa dapat terkena penyakit ini
Lebih banyak pada daerah beriklim panas
Kebersihan yang buruk dan kontak dengan binatang peliharaan seperti anjing atau
kucing berperan dalam penularan
Lingkungan kotor dan panas,serta udara yang lembab ikut berperan dalam penularan
E. GEJALA KLINIS
Gatal dan nyeri kepala
Bercak kemerahan, lesi bersisik di kepala
Kerontokan rambut dan alopesia
F. PEMERIKSAAN DERMATOLOGI
Lokalisasi : daerah kulit kepala dan rambut
Efloresensi : bergantung dari jenisnya
Gray patch ringworm : papula-papula miliar sekitar muara rambut,rambut mudah
putus,meninggalkan alopesia yang berwarna coklat
Black dot ringworm : infeksi jamur didalam rambut (endotriks) atau diluar
rambut(ektotriks),rambut putus tepat pada permukaan kulit, meninggalkan makula
coklat berbintik hitam,dan warna rambut sekitar menjadi suram
Kerion : pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil dengan skuamasi akibat radang
lokal,rambut putus dan mudah dicabut
Tinea (favosa) : bintik-bintik berwarna merah kuning ditutupi oleh krusta yang
berbentuk cawan (skutula), berbau busuk(mousy odor), rambut diatasnya putus-putus
dan mudah dicabut
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar wood : flouresensi kehijauan
Pembiakan skuama dalam media agar sabouraud
Preparat langsung dari kerokan kulit dengan larutan KOH 10 %,dapat terlihat hifa atau
spora dan miselium. Preparat langsung dari rambut dapat terlihat hifa atau spora didalam
rambut(endotriks) atau diluar rambut(ektotriks)
H. DIAGNOSIS BANDING
Alopesia areata(dengan bentuk black dot) :biasanya kulit tampak licin dan
bewarna coklat
Dermatitis seboroika (dengan bentuk tinea favosa) : rambut tampak berminyak, kulit
kepala ditutupi skuama yang berminyak.
Psoriasis (dengan bentuk tinea favosa) : sisik (skuama) tebal, bewarna putih mengkilat
13

dan bersifat kronik residif.


I. PENATALAKSANAAN
Sistemik
Griseofulvin 10-25 mg/kgBB;dewasa 500 mg/hari
Ketokonazol 5-10 mg/kgBB;dewasa 200 mg/hari selama 14 hari
Topikal
Mencuci kepala dan rambut dengan shampoo desinfektan antimikotik seperti larutan
as.salisilat,as.benzoat,dan sulfur presipitatum
Obat derivat imidazol 1-2 % (krim/larutan)
Ketokonazol 2 %(krim/larutan)
J. PROGNOSIS
Jika penyembuhan telah dicapai dan faktor-faktor infeksi dapat dihindari, prognosis
umumnya baik

II.5 Tinea Kruris (Ekzema Marginatum)


A. DEFINISI
Infeksi jamur dermatofita pada daerah kruris dan
sekitarnya
B. ETIOLOGI
Sering kali oleh E.floccosum,namun dapat pula oleh T.rubrum dan T.Mentagrophytes,yang
ditularkan secara langsung atau tak langsung
C. EPIDEMIOLOGI
Kebanyakan pada dewasa
Pria lebih sering daripada wanita
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Terdapat diseluruh didunia
Paling banyak di daerah tropis dan musim panas
Kebersihan yang kurang diperhatikan
Keturunan tak berpengaruh
Lingkungan yang kotor dan lembab
E. GEJALA KLINIS
Rasa gatal hebat pada daerah kruris(lipat paha), lipat perineum, bokong dan dapat ke
genitalia, ruam kulit berbatas tegas,eritematosa dan bersisik, semakin hebat jika banyak
berkeringat.
14

F. PEMERIKSAAN DERMATOLOGIS
Lokalisasi : regio inguinalis bilateral,simetris. Meluas ke perineum,sekitar
anus,intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke suprapubis dan abdomen
bagian bawah
Efloresensi : makula eritematosa numular sampai geografis,berbatas tegas dengan lesi
lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronik makula menjadi hiperpigmentasi
dengan skuama di atasnya
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kerokan kulit daerah lesi dengan KOH 10% : tampak elemen jamur seperti hifa,spora dan
miselium
H. DIAGNOSIS BANDING
Eritrasma : batas lesi tegas,jarang disertai infeksi,flouresensi merah bata yang khas
dengan sinar wood
Kandidiasis : lesi relatif lebih basah,berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit
Psoriasis intertriginosa : skuama lebih tebal dan berlapis-lapis
I.

PENATALAKSANAAN (Seperti pengobatan jamur lainnya)


Topikal
Salep atau krim antimikotik(As.salisilat,AS.benzoat dan sulfur) dengan konsentrasi yang
>> rendah
Ketokenazol 100 mg/hr slm 1 bln
J. PROGNOSIS
Baik,asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga

II.6 Tinea Manus


A. DEFINISI
Infeksi dermatofita pada tangan
B. ETIOLOGI
T.mentagrophytes dan T.rubrum
C. EPIDEMIOLOGI
Dapat menyerang semua umur
Frekuensi sama antara pria dan wanita
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Semua bangsa
Daerah tropis mempertinggi infeksi
15

Panas dan lembab mempermudah jamur masuk ke kulit


Kebersihan yang kurang dan keadaan basah
Lingkungan rawa-rawa yang selalu basah mempermudah infeksi jamur
E. GEJALA KLINIS
Ada 2 tipe : tipe vesikuler meradang dan tipe skuamosa tak meradang. Gambaran penyakit
dapat berupa vesikel-vesikel atau skuama dengan eritema yang berbataas tegas disertai rasa
gatal
F. PEMERIKSAAN DERMATOLOGIS
Lokalisasi : mulai pergelangan tangan sampai ujung jari
Efloresensi : makula eritematosa dengan tepi aktif,berbatas tegas. Terdapat vesikel atau
skuama diatasnya
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kerokan kulit dengan KOH 10% : terdapat elemen-elemen jamur
Sinar wood : flouresensi +
Biakan skuama pada media sabouraud dalam 1-2 mgg menghasilkan pertumbuhan
koloni ragi
H. DIAGNOSIS BANDING
DKA : ada riwayat kontak dengan sensitizer tertentu
Dyshidrotic dermatitis : pada pemeriksaan dengan KOH,tidak ditemukan elemen jamur
Dermatitis numularis
I. PENATALAKSANAAN
Dapat dierikan preparat haloprogin,tolnaftat,asam salisilat,dan preparat triazol baik dalam
bentuk tablet ,krim maupun larutan
J. PROGNOSIS
Baik

II.7 Tinea Pedis (Athletes Foot)


A. DEFINISI
Infeksi jamur supefisial pada pergelangan kaki,telapak dan sela-sela jari kaki
B. ETIOLOGI
Epidermophyton,Trichophyton, Microsporum dan C.albicans, yang ditularkan secara
kontak langsung atau tidak langsung
C. EPIDEMIOLOGI
Semua umur
16

Dapat menyerang pria dan wanita


D. FAKTOR PREDISPOSISI
Bangsa yang hidup di daerah tropis
>> pada daerah tropis
Iklim panas memperburuk penyakit
panas dan udara lembab serta sepatu yang sempit sering mempermudah
infeksi
E. GEJALA KLINIS
Tipe papulo-skuamosa hiperkeratotik kronik
Jarang didapati vesikel dan pustula,sering pada tumit dan tepi kaki dan kadang-kadang
sampai ke punggung kaki.Eritema dan plak hiperkeratotik di atas daerah lesi yang
mengalami likenifikasi.Biasanya simetris,jarang dikeluhkan dan kadang-kadang tak
begitu dihiraukan oleh penderita.
Tipe Intertriginosa kronik
Manifestasi klinis berupa fisura pada jari-jari,tersering pada sela-sela jari kaki ke 4 dan
basah dan maserasi disertai bau yang tidak enak
Tipe Subakut
Lesi intertriginosa berupa vesikel atau pustula. Dapat sampai ke punggung kaki dan
tumit dengan eksudat yang jernih,kecuali jika mengalami infeksi sekunder.Proses
subakut dapat diikuti selulitis,limfangitis,limfadenitis dan erisipelas
Tipe akut
Gambaran lesi akut, eritema, edema, berbau. >> sering menyerang pria. Kondisi
hiperhidrosis dan maserasi pada kaki,stasis vaskular,dan bentuk sepatu yang kurang baik
merupakan predisposisi untuk mengalami infeksi
F. PEMERIKSAAN DERMATOLOGI
Lokalisasi : interdigitalis,antara sela jari ke 3,4,5 serta telapak kaki.
Efloresensi :fisura pada sisi kaki,sisik halus putih kecoklatan,vesikula miliar dan
dalam,vesikopustula miliar sampai lentikular pada telepak kaki dan sela
jari,hiperkeratotik biasanya pada telapak kaki.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kerokan kulit + KOH 10% : hifa +
Biakan agar sabouraud : tumbuh koloni-koloni jamur
Sinar wood : flouresensi +
Pemeriksaan histopatologis: keadaan akut,pada epidermis tampak migrasi
leukosit,edema intraseluler,spongiosis dan parakeratosis. Jika terdapat vesikel
intraepidermal,biasanya superfisial,multinukleus,mengandung serum,fibrin dan
neutrofil. Pada lesi yang aktif tampak akantosis dan pada dermis terlihat infiltrasi sel
radang akut,filamen dan spora
17

H. DIAGNOSIS BANDING
Kandidiasis : biasanya terdapat skuama yag berwarna putih pada sela jari ke 4,5 dan
ada lesi satelit
Akrodermatitis perstans : terlihat radang,vesikel-vesikel yang dalam,steril dan dapat
dibedakan dengan pemeriksaan histopatologi
Pustular bactericid : secara klinis susah dibedakan,tapi dengan biakan dapat ditemukan
agen penyebab

I.

PENATALAKSANAAN
Profilaksis sgt penting,mengeringkan kaki dengan baik setiap habis mandi,kaus kaki
yang selalu bersih dan bentuk sepau yang baik.
Griseofulvin 500 mg sehari slm 1-2 bulan.
Salep whitfild 1 atau II, tolnaftat dan toksilat.
Obat-obat gol azol dan terbinafin, preparat triazol (tab,krim/lar).
J. PROGNOSIS
Pencegahan dan pengobatan yang adekuat memberikan prognosis baik

II.8 Non Dermatofitosis


Infeksi non dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling
luar, karena jamur tidak dapat mencerna keratin kulit sehingga hanya menyerang
lapisan kulit bagian luar. Yang termasuk jamur non dermatofitosis antara lain:
Ptiriasis Versicolor, Tinea nigra palmaris, dan Piedra.
II.9 Pitiriasis Versikolor (Tinea Versikolor/Panu)
A. DEFINISI
Penyakit jamur superfisial kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, ditandai
adanya makula, skuama halus, disertai rasa gatal

B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit universal, banyak di daerah tropis.
Menyerang sama banyak pria dan wanita.
Dapat menyerang semua umur.
C. ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
Disebabkan Malassezia furfur/Pityrosporum orbiculare, yang merupakan flora normal
tubuh. Dapat bersifat patogen dengan faktor predisposisi endogen (gangguan.imun) dan
18

eksogen (suhu, kelembaban, keringat).Faktor risiko yang memperberat adalah higienitas


individu buruk.
D. GEJALA KLINIS
Rasa gatal, disertai timbul makula. Bisa juga hanya gangguan kosmetik tanpa adanya
keluhan

E. PEMERIKSAAN DERMATOLOGI
Lokalisasi : dapat timbul dimana saja di permukaan kulit, lipat paha, ketiak, dan bagian
tubuh lainnya
Efloresensi dan sifat : makula yang dapat hipopigmentasi, kecoklatan, keabuan, batas
tak teratur, skuama halus.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar Wood: fluoresensi kuning keemasan
Pemeriksaan KOH : tampak kelompokan hifa pendek tebal, dikelilingi spora
berkelompok
G. DIAGNOSA BANDING
Pitiriasis rosea: kerokan kulit, hifa spora negatif. Sinar Wood negatif.
Eritrasma : Sinar Wood warna coral red
H. PENATALAKSANAAN
Umum : menjaga higienitas individu
Khusus: anti jamur golongan imidazol (ekonazol, mikonazol, klotrimazol, toksiklat) dalam
krim atau salep 1-2% selama 10 hari. Itrakonazol 100mg/hari selama 2 minggu
I. PROGNOSIS
Baik

II.10 Tinea Nigra Palmaris


A. DEFINISI
Penyakit infeksi jamur superfisial yang menyerang telapak kaki dan tangan,
menimbulkangambaran khas berupa warna coklat-kehitaman pada kulit.
B. EPIDEMIOLOGI
Umur: Biasanya menyerang anak-anak.
Jenis kelamin: Pria sama dengan wanita.
Bangsa: Semua bangsa dapat dikenai penyakit ini
Kebersihan/higiene : lebih mudah menyerang orang dengan kebersihan yang kurang
19

dan higiene yang rendah.


Lingkungan: yang kotor dengan udara lembab dan panas mempermudah penyebaran
penyakit
C. ETIOLOGI
Cladosporium werneckii
D. GEJALA KLINIS
Mulai dengan bintik-bintik hitam kecoklatan pada telapak kaki atau tangan, yang makin
lama makin besar hingga mcncapai ukuran uang logam. Kadang-kadang terasa nyeri atau
sedikit gatal.
E. PEMERIKSAAN DERMATOLOGIS
Lokalisasi : telapak kaki dan tangan.
Efloresensi : makula hiperpigmentasi miliar sampai numular dengan gambaran
polisiklis.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar Wood : fluoresensi kuning kchijauan.
Biakan kerokan kulit dalam media agar Sabouraud: tcrlihat per-tumbuhan jamur.
Prcparat langsung kerokan kulit dengan KOH 10%: dapat terlihat spora dan hifa pada
epidermis.
G. PENATALAKSANAAN
Salep yang mengandung asam salisilat 3-5% dan asam benzoat 5-10% banyak
menolong.
Preparat imidazol 1-2% dalam krim atau salep berkhasiat baik.

II.11 Kandidosis
A. DEFINISI
Penyakit kulit akut/subakut yang disebabkan oleh jamur intermediate yang dapat
menyerang kulit, lapisan subkutan, mukosa dan organ viseral.

B. EPIDEMIOLOGI
Menyerang segala umur dan dapat terjadi baik pria mau wanita
Prevalensi tinggi pada negara berkembang dan negara tropis
Insidensi meningkat pada musim hujan dan daerah yang tergenang air
C. FAKTOR RESIKO
Orang yang bekerja dengan kontak air yang sering : petani, buruh cuci, pekerja kebun
20

Pasien dengan penyakit kronis : DM, TBC, SLE


Pasien dengan gangguan system imun : HIV/AIDS, Immunocopromised
Pasien yang memiliki indeks massa tubuh over wight atau obese
Trauma kulit
Kehamilan
Hiperhidrosis
Penggunaan Antibitik dalam jangka panjang
Konsumsi Alkhol

D. KLASIFIKASI

Thrush Kadidasis Oral


Vulvovaginitis Kandidiasis pada area vagina
Generalisata kadidiasis kulit yang menyebar
Lokalisata Kandidiasis kulit yang terjadi pada daerah spesifik : Intertriginosa,
Interdigitalis, Perianal
Candidemia Keadaan dimana jamur patogen terdapat di dalam aliran darah dan dapat
menimbulkan infeksi organ viceral : Endokarditis, Meningitis
Kandiditid Kandidiasis karena mentabolit Candida, tanpa elemen jamur pada lesi.

21

E. ETIOLOGI
Disebabkan oleh infeksi jamur golongan Candida sp. Kandidiasis mukosa dan kutan lebih
sering disebabkan oleh species Candida albicans
Aspek Mikologi
- Taksonomi
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota Class:Saccharomycetes
Ordo: Saccharomycetales
Family: Saccharomycetaceae
Genus: Candida
Species: Candida albicans , Candida glabrata , Candida tropicalis
- Morfologi dan Identifikasi
Biakan 37 derajat selama 24 jam Sel ragi tunas bentuk oval, pesudohifa, koloni lunak
warna krem dengan bau seperti ragi. Bersifat dimorfik, termasuk flora normal dan
menimbulkan infeksi opurtunistik.

22

Manifestasi Klinis
1. Kandidiasis pada kulit
Rasa gatal, panas-terbakar. Bisa terasa nyeri jika ada infeksi sekunder
Lesi dikulit sekitar bokong-anus, lipat ketiak, lipat paha, dilipatan payudara dan
disela-sela jari baik tangan maupun kaki.
Daerah eritematosa, erosive, terdapat papula, sisik dan lesi satelit
Kondisi kronis = hiperpigmentasi, likenifikasi, hyperkeratosis,
fisura
2. Kandidiasis pada Kuku
Rasa gatal disekitar daerah kuku
Bisa mengenai kuku jari tangan dan kaki
Kuku menebal, tidak bercahaya, berwarna coklat-hitam atau keputihan. Bisa
erosive dan terdapat vesikel diperifer kuku
3. Kandidiasis Mukosa Rasa gatal dan panas
Rongga mulut, bagian sudut mulut, vulva dan labia mayor vagina
Pseudomembran keputihan, lesi satelit, dengan daerah eritematosa erosif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Histopatologis
Terdapat sel ragi pseudohifa dengan blastospora dengan serbukan sel radang pada
dermis
b. Pemeriksaan Mikologi
Dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% atau kerokan lesi
kuku
dengan KOH 20% terdapat elemen jamur, seperti ragi maupun
pseudohifa Pewarnaan dengan metode Gram pseudohifa dengan sel
ragi bertunas
Biakan dengan media agar Sabouraud yeast-like colony : coklat, mengkilat,
basah Px.Kimia : Fermentasi gulA Fruktosa +, Glukosa +
DIFERENSIAL DIAGNOSISA
Kulit : Dermatitis Seboroika, DKA, Dermatitis intertriginosa, Eritrasma,
Tinea Kruris Kuku : Paronikia, Psoriasis kuku, Tinea Unguium
Vulvovaginitis : Trikomonas vaginalis, Gonorea Akut, Leukoplasia
TATA LAKSANA
a. Non Farmakolgi
Perbaiki keadaan umum dan atasi factor predisposisi :
1. Diet jika BMI berlebih
23

2. Meningkatkan higine kulit dan menjaga agar kulit tidak basah/lembap


berlebih dalam waktu lama
3. Atasi dan control penyakit penyerta
4. Penggunaan antibitik secara bijak
b. Farmakolgi
Topikal
Larutan gentian violet 1-2% untuk kulit ; 0,5-1% untuk mukosa 2 kali sehari
selama 3 hari
Nistatin 100.000 U/mL terutama untuk kandidiasis mukosa
Grup Azol : Mikonazol 2%, Ekonazol
Sistemik
Amfoterisin B 0.5-1 mg/kgBB IV terutama untuk candidemia
Tablet Nistatin 3 x 100.000 U untuk 1-4 minggu, terutama untuk kandidiasis
pada GI Tract
Klotrimazol 500mg pervaginam untuk kandidiasis vulvovaginitis
Ketokonazol 400mg/hari selama 5 hari
Flukonazol 150mg/hari selama 7 hari
PROGNOSIS
Umumnya baik, bergantung seberapa berat faktor predisposisi yang menyertai pasien.

II.12 Mekanisme Infeksi Parasitik Pada Kulit


Penyakit kulit parasit pada manusia yang sangat umum. Mereka umumnya
dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu sebagai berikut:
1. Infeksi kulit yang disebabkan oleh parasit protozoa
Protozoa adalah parasit yang paling menonjol menginfeksi manusia. Ada beberapa
spesies parasit protozoa yang menginfeksi manusia dan menyebabkan infeksi kulit
yang parah. Paling menonjol di antara ini adalah parasit yang disebut sebagai tropica
Leishmania yang menyebabkan leishmaniasis atau Kala Azar.
2. Infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau
Kelompok lainnya penting dari parasit yang menginfeksi manusia dan menyebabkan
infeksi kulit tungau. terkenal infeksi kulit yang disebabkan akibat infestations tungau
ke dalam kulit manusia termasuk kudis, gatal butir, gatal tungau Chiggers.
3. Infeksi kulit yang disebabkan oleh agen yang lain
Terlepas dari protozoa dan tungau, ada juga agen lain yang mampu menyebabkan
infeksi kulit pada manusia. Ini termasuk kutu, kutu, kutu busuk dan nematoda. Semua
ini adalah parasit yang memakan darah manusia. Menonjol Beberapa penyakit yang
disebabkan oleh agen termasuk Pediculosis (yang disebabkan oleh kutu), Cimicosis
(reaksi kulit kronis yang disebabkan oleh gigitan kutu busuk), Pulicosis (yang
disebabkan oleh karena bekas gigitan kutu), Culicosis (yang disebabkan karena gigitan
24

nyamuk) dan merambat letusan (penyakit yang disebabkan akibat infeksi seperti
nematoda Ancylostoma, Ascaris dan cacing tambang).
Parasit mengevasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas
pertahanan yang berbeda.
Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata. Dua bentuk variasi antigenik:
Stage-specific change dalam ekspresi antigen, misalnya antigen stadium sporosit
pada malaria berbeda dengan antigen merozoit.
Adanya variasi lanjutan antigen permukaan mayor pada parasit, misalnya yang
terlihat pada Trypanosoma Afrika: Trypanosoma brucei dan Trypanosoma
rhodensiensi. Adanya variasi lanjutan kemungkinan karena variasi terprogram
dalam ekspresi gen yang mengkode antigen permukaan mayor.
Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam
host. Misalnya larva Schistosomae yang berpindah ke paru-paru host dan selama
migrasi membentuk tegumen yang resisten terhadap kerusakan oleh komplemen
dan CTLs.
Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel
host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat
menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada
antibodi spesifik.
Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masingmasing parasit. Misalnya Leishmania menstimulus perkembangan CD25 sel T
regulator, yang menekan respon imun. Contoh lain pada malaria dan
Tripanosomiasis yang menunjukkan imunosupresi non spesifik. Defisiensi imun
menyebabkan produksi sitokin imunosupresi oleh makrofag dan sel T aktif serta
mengganggu aktivasi sel T.

II.13 Pediculosis Humanus


A. DEFINISI
Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis.
Tuma betina akan meletakkan telurnya (nits) di dekat kulit kepala. Telur ini akan
melekat erat pada batang rambut dengan suatu substansi yang liat. Telur ini akan
menetas menjadi tuma muda dalam waktu sekitar 10 hari dan mencapai maturitasnya
dalam tempo 2 minggu.
B. EPIDEMIOLOGI
Menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas dalam lingkungan padat, kondisi
higiene yang kurang baik. Dan cara penularannya adalah melalui perantara.
C. ETIOLOGI
25

Infeksi kulit ini disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis.


Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan kemerahan
jika telah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin ialah jantan dan betina, yang
betina dengan ukuran panjang 1,2-3, mm dan lebar kurang lebih panjangnya,
jantan lebih kecil dan jumlahnya sedikit.
Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Telur (nits)
diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti
makin keujung terdapat yang lebih matang. Telurnya dapat dilihat dengan mata
telanjang sebagai benda yang berbentuk oval, mengkilap dan berwarna perak yang
sulit dilepas dari rambut.
D. PATOGENESIS
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal.
Gatal tersebut timbul karenapengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan
kedalam kulit waktu menghisap darah.
E. GEJALA KLINIS
Rasa gatal, terutama pada daerah oksiput dan temporal serta dapat meluas ke
seluruh kepala.
Karena garukan, dapat terjadi erosi, ekskioriasi, dan infeksi sekunder (pus, krusta)
Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal disebabkan oleh banyaknya pus
dan krusta (plikapelonika)dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional
(oksiput dan retroaurikular). Pada keadaan tersebut kepala memberikan bau yang
busuk.
F. DIAGNOSIS BANDING
Tinea kapitis
Pioderma (impetigo krustosa)
Dermatitis seboroika
G. PENGOBATAN
Pengobatan bertujuan memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati infeksi
sekunder. Menurut kepustakaan, pengobatan terbaik ialah secara topical dengan
malathion 0,5 % atau 1 dalam bentuk losio atau spray. Caranya: malam sebelum
tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian dipakai losio malathion, lalu kepala
ditutup dengan kain. Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir
dengan sisir yang halus dan rapat (serit. Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu
kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur. Obat tersebut sulit didapat
Di Indonesia obat yang mudah didapat dan cukup efektif adalah krim gama benzene
heksaklorida (gameksan=gammexan) 1 %. Cara pemakaiannya adalah: setelah
dioleskan lalu didiamkan 12 jam, kemudian dicuci dan disisir dengan serit agar
26

semua kutu dan telur terlepas. Jika masih terdapat telur, seminggu kemudian
diulangi dengan cara yang sama.
Obat lain adalah zil benzoate 25 %, dipakai dengan cara yang sama.
Pada keadaan infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur, infeksi
sekunder dionati dulu dengan antibiotic sistemik dan topical. Dan kemudian disusul
dengan pemberian obat dia atas dalambentuk shampoo. Hygiene merupakan syarat
agar tidak terjadi residif.
H. Prognosis
Baik bila higiene diperhatikan

II.14 Pedikulosis Pubis


A. DEFINISI
Pediculosis pubis adalah infeksi rambut di daerrah pubis dan di sekitarnya karena
phthirus pubis. Pediculosis pubis dulu dianggap phthirus pubis secara morfologis sama
dengan pediculus, maka itu dinamakan pediculus pubis. Ternyata morfologi keduanya
berbeda, phthirus pubis lebih kecil dan pipih.
B. ETIOLOGI
Kutu ini juga mempunyai jenis kelamin, yang betina lebih besar daripada yang jantan.
Panjang sama dengan lebar 1-2 mm.
C. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini menyerang orang dewasa dan edapat digolongkan dalam penyakit
akibat hubungan seksual (P. H. S. )
Serta dapat pula menyerang jenggot dan kumis
Infeksi ini juga bisa terjadi pada anak-anak, yaitu di alis atau bulu mata (misalnya
blefaritis) dan pada tepi batas rambut kepala.
D. GEJALA KLINIS
Gejala yang terutama adalah gatal di daerah pubis dan sekitarnya. Gatal ini dapat
meluas kedaerah abdomen dan dada, di situ dijumpai bercak-bercak yang berwarna
abu-abu atau kebiruan yang disebut macula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan
mata telanjangn dan susah untuk dilapaskan karena kepalanya dimasukkan ke dalam
muara folikel rambut.
Black dot yaitu adanya bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam
berwarna putih yang dilihat oleh penderita pada waktu bangun tidur.
Bercak hitamini merupakan krusta berasal dari darah yang sering diinterpretasikan
salah sebagai hematuria.
27

Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening.


E. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis seboroika
Dermatomikosis
G. PENGOBATAN
Krim gameksan 1 %
Emulsi benzyl benzoate 25 % yang dioleskan kemudian didiamkan selama 24 jam.
Pengobatan diulangi 4 hari kemudian jika belum sembuh.
Sebaiknya rambut kelamin dipotong.
Pakaian dalam direbus atau disetrika.
Mitra seksual juga harus diperiksa jika perlu diobati.

II.15 Scabies
A. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini. Penyakit kulit yang disebabkan
oleh tungau (mite) yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya.
B. ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh Sarcoptes scabei.
Secara morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak
memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan
lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah
Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi
hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan
hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat
S. Scabiei yang lain, misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat
untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
28

sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa
hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari
dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40
atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
C. CARA PENULARAN
Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual.
Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atai
kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang
kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
D. MANIFESATI KLINIS
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :
a) Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang
lebih lembab dan panas.
b) Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang tungau tersebut.
c) Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder
ruam kulit menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya
daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae
(wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan
seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
29

d) Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini, merupakan
hal yang paling diagnostik. Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul
hanya sedikit sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit
berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulosis
E. DIAGNOSIS BANDING
Pitriaris rosea, tinea versikolor, pedikulosis korporis, prurigo, dermatitis, liken planus
dan berbagai penyakit kulit lainnya dengan keluhan gatal.
F. KOMPLIKASI
Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul:
Dermatitis akibat garukan.
Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis, dan
furunkel.
Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbul
komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering.
G. PENGOBATAN
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk,
seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.
Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang
mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan pakaian
yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau perlu direbus
dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
Jenis obat topikal:
o Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim. Pada
bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman efektif.
Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari karena tidak
efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan
iritasi.
o Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadangkadang semakin gatal setelah dipakai.
30

o Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk krim atau


losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stdium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya
cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
Pengguanaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat.
Pada bayi dan anak-anak jika digunakan berlebihan , dapat menimbulkan
neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita
hamil.
o Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata,
mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60 % pasien. Digunakan
selama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir,
kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari
leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan
untuk bayi dan anak-anak harus di tambahkan air 2-3 bagian.
o Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya selama
8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang paling efektif
dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas
rendah pada manusia. Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies
klasik, hanya perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati.
Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik

31

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan tidak
termasuk golongan tumbuhan. Ilmu yang mempelajari jamur disebut mikologi. Jamur
berkembang pada daerah yang lembab dari tubuh, dimana dua permukaan kulit bertemu.
Infeksi pada kulit sebagian besar terjadi pada lapisan paling atas dari kulit. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur disebut mikosis. Mikosis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
: mikosis superfisial dan mikosis sistemik/profunda.

32

DAFTAR PUSTAKA
1. Susetio B. Penatalaksanaan Infeksi Jamur pada Mata. Cermin Dunia Kedokteran. 1993:40-1.
2. Singh D. Fungal keratitis. Medscape Reference; 2013 [updated October 27, 2011; cited 2015
24 April].
3. Atlas Berwarna Saripati Kulit, Edisi 2. Prof.Dr.R.S. Siregar, Sp.KK(K)
4. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

33

Anda mungkin juga menyukai