Anda di halaman 1dari 11

KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


SMF ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN
RUMAH SAKIT IMANUEL
Periode 10 Juli 2017 12 Agustus 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebun Jeruk Jakarta Barat
LAPORAN KASUS
Ptyriasis Versicolor
Dokter Pembimbing : dr. Natalie Wahyudi, Sp.KK Tanda Tangan :

Nama Co-Ass : Monica Djiuardi


NIM : 11.2015.316
- IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. H
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 20 th
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-

Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 19 Juli 2017, pukul 11.00 WIB

A. Keluhan Utama

Kedua lengan dan di sekitar leher terdapat bercak-bercak putih

B. Riwayat Penyakit Sekarang

OS laki-laki berusia 20 tahun datang dengan keluhan kedua lengan dan leher terdapat
bercak-bercak putih. Keluhan tambahan lainnya yakni adanya bercak-bercak merah dengan

1
ukuran yang sama terdapat di dada dan punggung, hampir seluruh badan, kadang bercak merah
terasa gatal diperparah jika OS berkeringat.
Os mandi 2 kali dalam sehari menggunakan sabun antiseptik, ganti baju jika berkeringat.
Handuk dipakai sendiri, seprai di ganti sekali sebulan. Di teman maupun keluarga tidak ada yang
mengalami hal yang demikian. Os diketahui memiliki aktivitas fisik yang berat seperti
berolahraga sehingga sering berkeringat.
Os tidak pernah berobat sebelumnya hanya menggunakan sabun antiseptic yang
disarankan oleh orang tuanya.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


OS tidak memiliki riwayat alergi ataupun gatal-gatal di kulit sebelumnya

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Dikeluarga OS tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti OS

E. Riwayat Sosial
OS seorang mahasiswa yang mempunyai aktivitas fisik berat seperti olahraga

PEMERIKSAAN FISIK

Status Dermatologis

Pada bagian thorakalis anterior terdapat macula hipopigmentasi, multiple, bulat, ukuran
diameter 0,2-1cm, sebagian permukaan ditutupi skuama halus selapis dan mudah dilepaskan.

2
Pada bagian thorakalis posterior terdapat macula eritema, multiple, ukuran diameter 0,2-1cm,
berkonfluensi dan ditutupi skuama halus

RESUME
OS laki-laki berusia 20 tahun datang dengan keluhan kedua lengan dan leher terdapat
bercak-bercak putih. Keluhan tambahan lainnya yakni adanya bercak-bercak merah dengan
ukuran yang sama terdapat di dada dan punggung, hampir seluruh badan, kadang bercak merah
terasa gatal diperparah jika OS berkeringat. Os mandi 2 kali dalam sehari menggunakan sabun
antiseptik, ganti baju jika berkeringat. Handuk dipakai sendiri, seprai di ganti sekali sebulan. Di
teman maupun keluarga tidak ada yang mengalami hal yang demikian. Os diketahui memiliki
aktivitas fisik yang berat seperti berolahraga sehingga sering berkeringat.
Os tidak pernah berobat sebelumnya hanya menggunakan sabun antiseptic yang
disarankan oleh orang tuanya. Pada bagian thorakalis anterior terdapat macula hipopigmentasi,
multiple, bulat, ukuran diameter 0,2-1cm, sebagian permukaan ditutupi skuama halus selapis dan
mudah dilepaskan. Pada bagian thorakalis posterior terdapat macula eritema, multiple, ukuran
diameter 0,2-1cm, berkonfluensi dan ditutupi skuama halus

DIAGNOSA BANDING
Vitiligo
Morbus Hansen

DIAGNOSIS KERJA
Ptyriasis Versicolor

TATALAKSANA
- Antijamur oral : Ketokonazol 200mg x 1 selama 10 hari
- selenium sulfide 2-3 kali/minggu
- Anthistamin oral :loratadine 1x10 mg

3
EDUKASI

Sebelum mandi obat selenium sulfide digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit,
gunakan 2-3 kali seminggu,
Antihistamin diminum jika pasien tidak tahan dengan gatal
Pengobatan tetap dilakukan selama 2 minggu setelah lesi hilang
Mandi dengan menggunakan sabun yang mempunyai moisturizer tinggi, tidak
menggunakan sabun antiseptic
Rajin mengganti baju jika berkeringat
Tidak menggunakan baju yang sama secara bergantian dengan orang lain
Cuci baju, seprai, handuk dengan air panas

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

4
TINJAUAN PUSTAKA

Pitiriasis Versicolor
Banyak kelainan kulit berupa bercak putih (makula hipopigmentasi) salah satu
diantaranya adalah penyakit Pitiriasis Versikolor yang disebabkan oleh Malassezia furfur /
Pityrosporum orbiculare (P.orbiculare) / P. ovale. Pitiriasis versikolor merupakan penyakit
infeksi jamur superfisial kronis pada kulit yang ditandai dengan makula hipopigmentasi dan
1,2,3
skuama.
Penyakit ini dikenal untuk pertama kali sebagai penyakit jamur pada tahun 1846 oleh
Eichsted. Robin pada tahun 1853 memberi jamur penyebab penyakit ini dengan nama
Microsporum furfur dan pada tahun 1889 oleh Baillon species ini diberi nama Mallassezia furfur.
Penelitian selanjutnya dan sampai sekarang menunjukkan bahwa Malassezia Furfur dan
1,3,4
Pityrosporum Orbiculare merupakan organisme yang sama.

Epidemiologi
Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal tapi lebih banyak dijumpai di daerah tropis oleh
karena tingginya temperatur dan kelembaban. Menyerang hampir semua usia terutama remaja,
terbanyak pada usia 16-40 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita, walaupun di
Amerika Serikat dilaporkan bahwa penderita berusia 20-30 tahun dengan perbandingan 1,09%
pria dan 0,6% wanita. Insiden yang akurat di Indonesia belum ada namun diperkirakan 40-50%
dari populasi di negara tropis terkena penyakit ini, sedang di negara subtropis yaitu Eropa tengah
2,3,4
dan utara hanya 0,5-1% dari semua penyakit jamur.

Etiologi
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis versikolor ialah
Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau pityrosporum ovale yang berbentuk oval.
Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya,
3,4,5
misalnya suhu, media dan kelembaban.

5
Patogenesis
Tinea versikolor timbul bila M. Furfur berubah bentuk menjadi bentuk miselia karena
adanya faktor predisposisi, baik eksogen maupun endogen. Faktor eksogen meliputi panas dan
kelembaban. Hal ini merupakan penyebab sehingga pitiriasis versikolor banyak dijumpai di
daerah tropis dan pada musim panas di daerah sub tropis. Faktor eksogen lain adalah penutupan
kulit oleh pakaian atau kosmetik dimana mengakibatkan peningkatan konsentrasi CO2,
mikroflora dan pH.
Faktor endogen berupa malnutrisi, dermatitis seboroik, sindrom cushing, terapi
imunosupresan, hiperhidrosis dan riwayat keluarga yang positif. Disamping itu diabetes melitus,
pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan dan penyakit-penyakit berat memudahkan
timbulnya pitiriasis versikolor.
Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari yang masuk ke
dalam lapisan kulit yang akan mengganggu proses pembentukan melanin, adanya toksin yang
langsung menghambat pembentukan melanin, dan adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh
Pityrosporum dari asam lemak dalam sebum yang merupakan inhibitor kompetitif dari tirosinase.

Gambaran Klinis
Lesi pitiriasis versikolor terutama dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan
atas, leher, tengkuk, perut atau tungkai atas/bawah. Dilaporkan adanya kasus-kasus yang khusus
dimana lesi hanya dijumpai pada bagian tubuh yang tertutup atau mendapatkan tekanan pakaian ,
misalnya pada bagian yang tertutup pakaian dalam. Dapat pula dijumpai lesi pada lipatan aksila,
inguinal atau pada kulit muka dan kepala.
Penderita pada umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/makula berwarna putih
(hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang umumnya
muncul saat berkeringat. Ukuran dan bentuk lesi sangat bervariasi bergantung lama sakit dan
luasnya lesi. Pada lesi baru sering dijumpai makula skuamosa folikular. Sedangkan lesi primer
tunggal berupa makula dengan batas sangat tegas tertutup skuama halus. Pada kulit hitam atau
coklat umumnya berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat
atau kemerahan. Makula umumnya khas berbentuk bulat atau oval tersebar pada daerah yang
terkena. Pada beberapa lokasi yang selalu lembab, misalnya pada daerah dada, kadang batas lesi
1-4
dan skuama menjadi tidak jelas.

6
Pada kasus yang lama tanpa pengobatan lesi dapat bergabung membentuk gambaran seperti
pulau yang luas berbentuk polisiklik. Beberapa kasus di daerah berhawa dingin dapat sembuh
total. Pada sebagian besar kasus pengobatan akan menyebabkan lesi berubah menjadi makula
2,3
hipopigmentasi yang akan menetap hingga beberapa bulan tanpa adanya skuama.

Diagnosis
Diagnosis klinis Pitiriasis versikolor ditegakkan berdasarkan adanya makula
hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau kemerahan yang berbatas sangat tegas, tertutup skuama
halus. Pemeriksaan dengan lampu Wood akan menunjukkan adanya pendaran (fluoresensi)
berwarna kuning keemasan pada lesi yang bersisik. Pemeriksaan mikroskopis sediaan skuama
dengan KOH memperlihatkan kelompokan sel ragi bulat berdinding tebal dengan miselium
kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih mudah dilihat dengan
penambahan zat warna tinta Parker blue-black atau biru laktofenol. Gambaran ragi dan miselium
tersebut sering dilukiskan sebagai meat ball and spaghetti.
Pengambilan skuama dapat dilakukan dengan kerokan menggunakan skalpel tumpul atau
menggunakan selotip (cellotape) yang dilekatkan pada lesi. Pembuktian dengan biakan M. Furfur
2,4
tidak diagnostik oleh karena M.furfur merupakan flora normal kulit.

Gambar 1 Gambaran spaghetti and meatballs.5

7
Pengobatan
Pitiriasis versikolor dapat diterapi secara topikal maupun sistemik. Tingginya angka
kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun pertama dan 80% setelah
4
tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi profilaksis untuk mencegah rekurensi.

Pengobatan topikal
Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat digunakan
ialah:

Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada
lesi
dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
Salisil spiritus 10% Donna Partogi : Pityriasis Versikolor Dan Diagnosis Bandingnya
(Rua- r uam bercak putih pada kulit)
Turunan azol misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol dalam bentuk
topikal Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
Larutan Tiosulfas natrikus 25% , dioleskan sehari 2 kali sehabis mandi selama 2 minggu

Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pitiriasis versikolor yang luas atau jika pemakaian
1,4
obat topikal tidak berhasil Obat yang dapat diberikan adalah:
ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari
itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari, disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak
responsif dengan terapi lainnya.

8
Pencegahan
Untuk pencegahan dapat disarankan pemakaian 50% propilen glikol dalam air atau
2
sistemik ketokonazol 400 mg/hari sekali sebulan. Pada daerah endemik untuk pencegahan
penyakit dapat disarankan pemakaian ketokonazol 200 mg/hari selama 3 hari setiap bulan atau
itrakonazol 200 mg sekali sebulan atau pemakaian sampo selenium sulfid sekali seminggu.

Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan
harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan
4
sediaan langsung negatif. Jamur penyebab pitiriasis versikolor merupakan bagian dari flora
normal dan kadang- kadang tertinggal dalam folikel rambut. Hal ini yang mengakibatkan
tingginya angka kekambuhan, sehingga diperlukan pengobatan profilaksis untuk mencegah
kekambuhan. Masalah lain adalah menetapnya hipopigmentasi dan diperlukan waktu yang cukup
lama untuk repigmentasi. Namun hal tersebut bukan akibat kegagalan terapi, sehingga penting
untuk memberi informasi kepada pasien bahwa bercak putih tersebut akan menetap beberapa
4
bulan setelah terapi dan akan menghilang secara perlahan.

Diagnosis Banding (Ruam-ruam bercak putih pada kulit)


Diagnosis banding meliputi ruam-ruam bercak putih pada kulit seperti vitiligo, pitiriasis
alba, morbus hansen , hipopigmentasi post inflamasi , chemical leukoderma, progressive macular
hipomelanosis, dan pinta .

Morbus Hansen
Makula hipopigmentasi yang terdapat pada penderita Morbus Hansen mempunyai ciri-
ciri khas yaitu makula anestesi, alopesia, anhidrosis dan atrofi. Lesi dapat satu atau banyak,
berbatas tegas dengan ukuran bervariasi. Terdapat penebalan saraf perifer. Kelainan ini terjadi
karena menurunnya aktivitas melanosit. Pada pemeriksaan histopatologi jumlah melanosit dapat
normal atau menurun. Terdapat melanosit dengan vakuolisasi dan mengalami atrofi serta
menurunnya jumlah melanosom.
Patogenesis terjadinya hipomelanosis pada penyakit ini adalah sebagai berikut: 1. Efek

9
langsung invasi Mycobacterium Leprae ke dalam melanosit2. Digunakannya dopa sebagai
substrat oleh sistem enzim Mycobacterium leprae 3. Perubahan pembuluh darah yang
mengakibatkan atrofi melanosit. Terapi untuk makula hipopigmentasi pada leprae dapat
dipertimbangkan pemberian PUVA. 4,5

Vitiligo
Vitiligo adalah suatu hipomelanosis yang didapat bersifat progresif, seringkali familial
ditandai dengan makula hipopigmentasi pada kulit, berbatas tegas dan asimtomatis. Makula
hipomelanosis pada vitiligo yang khas berupa bercak putih seperti putih kapur, bergaris tengah
beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter, berbentuk bulat atau lonjong dengan tepi
berbatas tegas dan kulit pada tempat tersebut normal dan tidak mempunyai skuama.. Vitiligo
mempunyai distribusi yang khas. Lesi terutama terdapat pada daerah yang terpajan (muka, dada
bagian atas, dorsum manus), daerah intertriginosa (aksila, lipat paha), daerah orifisium (sekitar
mulut, hidung, mata, rektum), pada bagian ekstensor permukaan tulang yang menonjol (jari-jari,
lutut, siku). Pada pemeriksaan histopatologi tidak ditemukan sel melanosit dan reaksi dopa untuk
melanosit negatif. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood makula amelanotik pada vitiligo
tampak putih berkilau, hal ini membedakan lesi vitiligo dengan makula hipomelanotik pada
4,5
kelainan hipopigmentasi lainnya.

Kesimpulan

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisialis berupa hipopigmentasi yang


disebabkan oleh ragi genus Malasezzia. Malassezia merupakan flora normal kulit, terdapat
secara dominan di area seboroik. Pitiriasis versikolor terjadi akibat perubahan bentuk spora
normal Malassezia menjadi bentuk miselialnya. Patogenesis dari depigmentasi masih belum
jelas. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan fluoresensi dengan
lampu Wood, dan pemeriksaan langsung mikroskop dengan KOH dan tinta Parker blue-black.
Pasien dalam laporan kasus ini diberikan pengobatan antimikosis topikal.

10
Daftar Pustaka

1. Rippon. Superficial Infection. Dalam: Medical Mycology. Third edition. WB Saunders


company. Philadelphia. 1988:154-9.
2. Radiono S. Pitiriasis Versicolor. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, dkk,
editor. Dermatomikosis Superfisialis. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001:17-20.
3. Partosuwiryo S, danukusumo HAT. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Diagnosis dan
Penatalaksanaan dermatomikosis. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1992:65-9.
4. Faegemann JN. Pityriais (Tinea) Versicolor, Tinea Nigra and Piedra. Dalam: Jacob PH,
Nall L, editor. Antifungal Drug Therapy. Marcel Dekker. New York. 1990:23-5.
5. Klenk AS, Martin AG, Heffernan MP. Yeast infectio: Candidiasis, Pityriasis (Tinea)
Versicolor. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, dkk, editor. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. Sixth edition. Mc Graw-Hill. New York. 2003 : 2014
- 6.

11

Anda mungkin juga menyukai