Oleh:
dr. Herly Soedamardji 8112201023 MM
dr. Monica Djiuardi 8112201042 MM
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Visi, Misi, Analisis Eksternal Dan Internal Rumah Sakit (Analsis Swot)”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Penulis berharap bahwa makalah
ini dapat bermafaat dan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca pada
umumnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan dan dibutuhkan guna
memperbaiki penulisan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga sebagai makhluk hidup merupakan metafora untuk menggambarkan
kelangsungan sebuah lembaga. Kelangsungan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Sebaliknya ada lembaga yang tidak bertahan atau berada dalam keadaan hidup
segan mati tak mau. Sebuah lembaga yang berada pada lingkungan sulit
mempunyai tantangan lebih besar dibanding dengan lembaga yang berada di
lingkungan baik. Sebuah rumah sakit sebagai lembaga perlu melakukan berbagai
tindakan agar dapat terus berkembang dalam lingkungannya. Dalam melakukan
tindakan tersebut, para manajer rumah sakit diajurkan mempunyai metode
berpikir sehingga pengembangan dapat dilakukan secara sistematis. Manajemen
strategis merupakan salah satu konsep berpikir yang dapat dipergunakan oleh para
manajer rumah sakit untuk mengembangkan rumah sakitnya. Dinamika usaha ini
dianalisis melalui pendekatan politik, ekonomi, teknologi, budaya, dan pola
penyakit. Dalam analisis lingkungan ini dibutuhkan kemampuan untuk
menafsirkan perubahan. Tidak dapat dibantah bahwa usaha peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit membutuhkan perubahan besar di dalam organisasi rumah
sakit.
Konsep manajemen strategis ditulang-punggungi oleh model perencanaan
organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat strategis, diikuti dengan pelaksanaan
dan pengendalian yang tepat. Model perencanaan strategis menekankan
pentingnya pembahasan mengenai misi dan visi serta analisis faktor-faktor
eksternal dan internal organisasi. Faktor-faktor internal menunjukkan kekuatan
dan kelemahan organisasi, sedangkan analisis faktor eksternal menggambarkan
hambatan dan dorongan dari luar. Faktor-faktor eksternal dan internal yang ada
harus dipelajari dan dianalisis untuk proses perencanaan kegiatan di masa
mendatang. Dengan analisis keadaan ini maka perencanaan rumah sakit
merupakan suatu proses yang memperhatikan lingkungan strategis. Fase diagnosis
ini dapat dipergunakan untuk memahami kesulitan rumah sakit menjalankan misi
sosialnya dalam lingkungan yang didominasi oleh mekanisme pasar.
Menurut World Health Organization, Pengertian rumah sakit adalah suatu
bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk
memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat, baik kuratif
maupun preventif pelayanan keluarnya menjangkau keluarga dan lingkungan
rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga. Rumah sakit
merupakan industri pada modal dan padat karya (padat sumber daya) serta padat
teknologi. Sumber daya manusia merupakan komponen utama proses pelayanan
dalam rumah sakit. Jenis produk atau jasa rumah sakit dapat berupa private goods
(pelayanan dokter, keperawatan farmasi, gizi), public goods (layanan parkir, front
office, cleaning service, house keeping, laundry) dan externality (imunisasi).
Rumah Sakit pada umumnya mempunyai misi memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit harus mengembangkan
dan mengkomunikasikan strategi yang dibuat dan keputusan-keputusan yang
diambil kepada seluruh komponen yang ada di dalamnya. Strategi dan keputusan-
keputusan tersebut yang akan menjadi dasar bagi arah pengembangan rumah sakit
kedepan. Ini artinya rumah sakit harus memahami dan menentukan organisasi apa
rumah sakit ini dan apa keunikannya (misi) dan akan menjadi apa dimasa
mendatang (visi) serta membuat kesepakatan mengenai nilai-nilai ata prinsip dasar
yang akan harus diikuti dalam mencapai tujuannya.
Misi, visi, nilai-nilai dan sasaran stratejik merupakan tipe-tipe tujuan
organisasional atau hasil akhir yang diharapkan. Misi merupakan pernyataan
mengenai apa sesungguhnya organisasi RS itu dan mengapa RS itu ada. Visi
adalah harapan mengenai bentuk, kegiatan, masa depan RS yang diinginkan oleh
manajer, staf, dokter, pasien, dan berbagai kelompok terkait. Nilai-nilai
merupakan prinsip (inovasi, kejujuran, kerja tim dan seterusnya) yang akan
menuntun pengambilan keputusan dan dipegang teguh oleh seluruh anggota
organisasi RS. Oleh karena itu rumah sakit perlu memiliki persiapan perencanaan,
agar dapat memilih dan menetapkan strategi dan sasaran sehingga tersusun
program-program dan proyek-proyek yang efektif dan efisien. Salah satu analisis
yang cukup populer di kalangan pelaku organisasi adalah Analisis SWOT.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Visi dan Misi yang ada di Rumah Sakit ?
2. Bagaimana Analisis SWOT yang ada pada Rumah Sakit ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Visi yang ada didalam Rumah Sakit dan Karakteristiknya.
2. Mengetahui Misi yang ada dalam Rumah Sakit dan Komponen Penyataan
Misi.
3. Megetahui pengembangan dan implimentasi Visi dan Misi tersebut dalam
Rumah Sakit.
4. Melakukan Analisis Swot terhadap Rumah Sakit yang meliputi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam lingkungan secara eksternal maupun
internal.
BAB II
PEMBAHASAN
Visi dan Misi Rumah
Sakit
Penyusunan misi dan visi rumah sakit merupakan fase penting dalam tindakan
strategis rumah sakit. Hal ini sebagai hasil penafsiran terhadap lingkungan yang
berubah. Penafsiran-penafsiran yang dilakukan dengan cerdas akan mendorong
pemimpin untuk berpikir mengenai misi organisasi dan keadaan organisasi yang
dicita-citakan. Pemikiran ini merupakan dasar untuk menetapkan strategi
pengembangan lembaga. Lebih lanjut, pemimpin rumah sakit memerlukan
pernyataan misi dan visi sebagai isi komunikasi dalam meningkatkan
komitmenseluruh pihak terkait. Berdasarkan konsep dari Kaplan dan Norton
terdapat hubungan misi dan visi sampai pada strategi seperti terdapat pada gambar
dibawah ini. Berdasarkan gambar ini, hasil pelaksanaan strategi harus dapat
mencerminkan berjalannya misi dan juga merupakan langkah-langkah untuk
tercapainya visi lembaga.
Misi : Mengapa Sebuah Lembaga Berdiri ?
Untuk Siapa ?
Nilai-nilai lembaga
Apa yang kita percaya
Visi :
Keadaan lembaga yang kita tuju di masa mend
Strategi :
Pernyataan mengenai rencana menjalankan misi dan mencapai visiStrategi merupakan ketetapan yang akan dilaksa
Sumber da
Pihak yang terkait puas Pengguna yang senang
Proses kegiatan yang
Kemampuan Internal
GAMBAR 2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VISI SUATU
RUMAH SAKIT.1
Pernyataan visi yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut: 3
1. Succinc, pernyataan visi harus singkat sehingga tidak lebih dari 3-4 kalimat.
2. Appealing, visi harus jelas dan memberikan gambaran tentang masa depan yang
akan memberikan semangat pada customer, stakeholder dan pegawai.
3. Feasible, visi yang baik harus bisa dicapai dengan resource, energi, waktu. Visi
haruslah menyertakan tujuan dan objective yang strecth bagi pegawai.
4. Meaningful, pernyataan visi harus bisa menggugah emosi positif pegawai namun
tidak boleh menggunakan kata-kata yang mewakili sebuah emosi.
5. Measurable, pernyataan visi harus bisa diukur sehingga dimungkinkan untuk
melakukan pengukuran
2. Misi Rumah Sakit
Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah rumah
sakit didirikan, apa tugasnya, dan untuk siapa rumah sakit tersebut melakukan
kegiatan. Sebagai contoh, salah satu misi rumah sakit keagamaan adalah melayani
masyarakat miskin dan membutuhkan pertolongan kesehatan.
Sementara itu, misi sebuah rumah sakit for profit salah satunya adalah
melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. Rumah sakit for-profit juga
berusaha memenuhi harapan pemegang saham yaitu memperoleh keuntungan.
Dengan demikian pernyataan misi tergantung pada sifat lembaga dan pemilik
rumah sakit. Misi sebaiknya dapat menggambarkan tugas, cakupan tindakan yang
dilakukan, kelompok masyarakat yang dilayaninya, pengguna yang harus
dipuaskan, dan nilainya. Perincian misi mencakup pernyataan mengenai tujuan
yang akan dicapaioleh lembaga. Beberapa sifat misi adalah sebagai berikut
(Ginterdan Duncan);
1. Misi merupakan pernyataan tujuan rumah sakit secara luas, tetapi jelas
batasannya. Dalam misi Henry Ford Health Servicesecara jelas diungkap
tujuan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian. Sementara itu, RSUD
Banyumas terbatas mencantumkan tugas pelayanan kesehatan. RS ini tidak
mempunyai tugas penelitian maupun pendidikan. Pernyataan misi ditulis
untuk dikomunikasikan ke seluruh sumber daya manusia serta seluruh
stakeholder.
2. Pernyataan misi sebaiknya bersifat tahan lama tetapi dapat berubah. Tujuan
organisasi yang tercakup dalam misi dapat berubah tetapi tidak terlalu sering
berganti. Dengan sifat misi yang dapat bertahan lama maka sumber daya
manusia rumah sakit dapat mempunyai komitmen terhadap tujuan lembaga.
Sebagai contoh, misi rumah sakit pendidikan harus dipahami, sehingga dokter
yang bekerja pada rumah sakit pendidikan akan mempunyai komitmen
sebagai seorang pendidik. Komitmen sebagai pendidik ini bersifat spesifik
dan harus bertahan lama. RSUD Banyumas, di tahun 2000 sedang merintis
menjadi rumah sakit pendidikan untuk Fakultas Kedokteran UGM. Apabila
hal ini benar terjadi maka misi rumah sakit akan ditambah dengan misi
pendidikan dan penelitian.
3. Misi sebuah rumah sakit sebaiknya menggaris bawahi keunikan lembaga. Hal
ini dilihat pada pergantian misi sebuah rumah sakit kusta. Setelah penyakit
kusta berkurang drastis, rumah sakit kusta berubah misi menjadi rumah sakit
umum. Akan tetapi, rumah sakit tersebut masih mempunyai keunikan karena
merupakan rumah sakit umum yang dikenal mempunyai misi rehabilitasinya.
4. Pernyataan misi sebaiknya mencantumkan jangkauan pelayanan, kelompok
masyarakat yang dilayani dan pasar penggunanya. Misi sebuah lembaga
sebaiknya menyatakan kebutuhan manusia akan peran lembaga.
Penulisan misi sebenarnya merupakan proses yang penting dan sebaiknya
melibatkan pemimpin puncak serta para stakeholder kunci. Pengamatan
menunjukkan bahwa penulisan misi sering dilakukan secara mendadak atau
didasarkan pada kebutuhan untuk lulus akreditasidan mengikuti pelatihan. Proses
penyusunan misi sebaiknya memperhatikan berbagai hal. Pernyataan-pernyataan
ini dapat dianggap sebagai check listuntuk penyusunan misi yang benar
(Ginterdkk,1995; Truitt,2001).1,2
- Misi RS X memberikan ........ Dalam menuliskan misi perlu memperhatikan
tata bahasa dan susunan kalimat agar dapat menggambarkan tugas rumah
sakit secara jelas. Penulisan misi terkait dengan kebutuhan masyarakat.
Penulisan misi sebaiknya untuk jangka panjang.
- Kami melaksanakan tujuan rumah sakitdengan memberikan pelayanan ........
Perlu dinyatakan apa saja pelayanan yang dilakukan oleh rumah sakit.
Pernyataan ini harus bermakna untuk pihak luar yang mungkin tidak paham
dengan tugas rumah sakit, dan bermakna pula bagi karyawan rumah sakit.
- Kami menyelenggarakan pelayanan ini untuk ...... Dalam hal ini perlu
disebutkan siapa pengguna layanan rumah sakit dan di mana tempat mereka.
- Prinsip dasar yang dipegang dalam hubungan dengan pengguna adalah......
Dalam mengisi hal ini perlu disebutkan standar pelayanan yang menjadi
pegangan rumah sakit. Misalnya, rumah sakit yang menerima pasien dari luar
negeri akan mencantumkan standar internasional dalam pernyataan misinya.
Standar-standar ini akan menjadi pedoman nilai untuk pegangan karyawan
dan pihak manajemen dalam bekerja. Selanjutnya, standar tersebut dapat
diuraikan dalam bagian pedoman nilai.
Berdasarkan check list tersebut dapat dikemukakan bahwa penyusunan
misi membutuhkan persiapan yang serius dan pelaksanaan yang cermat.
Pertemuan menyusun misi tidak hanya dilakukan sambil berjalan, tetapi
sebaiknya dilakukan dalam suatu kesempatan khusus.
Dalam konteks perubahan lingkungan, perubahan misi mungkin dapat
terjadi. Sebagai contoh, pada sebagian rumah sakit jiwa yang dipindahkan
pengelolaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah terjadi perubahan
misi agar lebih sesuai dengan keadaan daerah. Sebagian diantaranya berubah
menjadi rumah sakit umum dengan unggulan pelayanan kesehatan jiwa.
Berbagai rumah sakit kemanusiaan berbasis nonprofitsaat ini mengalami
berbagai tekanan, khususnya dari sumber pembiayaan yang kecil dan
ditambah dengan keluarnya UU Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan.
Rumah sakit nonprofitada yang mengubah misinya menjadi rumah sakit for
profit. Perlu dicatat bahwa perubahan misi rumah sakit bukan suatu tindakan
mudah. Perubahan misi tidak hanya berpengaruh dalam jangka pendek.
Perubahan misi ini harus dipikirkan untuk kebutuhan jangka panjang.
a. Menyusun pernyataan misi rumah sakit
Misi organisasi, menurut para pakar, merupakan pernyataan yang bersifat
umum mengenai tujuan yang membedakan suatu institusi dengan institusi lain
yang sejenis. Hal ini karena dalam pernyataan misi terkandung definisi mengenai
tujuan utama organisasi dan kontribusinya terhadap masyarakat yang dilayani.
Oleh karena itu dalam pernyataan misi sebuah institusi pelayanan kesehatan harus
terkandung komponen mengenai untuk apa atau atas alasan apa institusi itu ada,
fungsi apa yang dijalankan dan harapan apa yang harus dipenuhi oleh institusi
tersebut. Itulah sebabnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Napier, dkk (1998)
misi tidak akan pernah tercapai atau terlaksana sepenuhnya karena hal itulah yang
menjadi alasan berdirinya atau beroperasinya sebuah institusi.
Banyak organisasi yang merancukan antara pernyataan misi dengan jenis
usaha atau pelayanan yang diberikan. Sebagai contoh, IBM semula
mendefinisikan misinya sebagai perusahaan pengembang hardware dan software,
bukannya sebagai pemroses informasi. Sebaliknya, Perpustakaan Umum Los
Angeles mendefinisikan misinya sebagai “pendukung pembelajaran dan
peningkatan pengetahuan seumur hidup melalui pembelajaran mandiri”, bukan
sekedar penyebar pengetahuan melalui dokumen atau barang cetakan.
Sebuah studi mengenai pernyataan misi RS yang dipublikasikan tahun 1990
oleh Gibson, dkk menemukan bahwa meskipun sebagian besar RS memiliki
pernyataan misi yang baik dan sistematis, namun hal tersebut tidak berhubungan
dengan komitmen yang tinggi dari staf ataupun tindakan atau performance
tertentu yang didorong oleh misi tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus
bagi para manajer atau leaders yang ingin me-reformulate atau bahkan menyusun
pernyataan misi yang baru bagi organisasi atau bagian atau unit yang
dipimpinnya. Pernyataan misi harus menjadi guideline dalam menetapkan tujuan
stratejik organisasi.
Meskipun demikian, tidak ada jaminan bahwa pernyataan misi yang disusun
dengan baik dan jelas akan menjadikan organisasi mencapai sukses. Misi tersebut
harus harus direview secara berkala, dan yang terpenting adalah bukan sekedar
pernyataan yang baik melainkan implementasinya. Misi dapat berfungsi sebagai
bentuk akuntabilitas publik dengan menyatakan bahwa masyarakat tidak mampu
merupakan salah satu target pengguna RSUD. Realisasinya akan terlihat pada saat
melakukan analisis lingkungan internal, yang ditunjukkan dengan komposisi
pasien ASKESKIN yang dilayani.
B. Komponen Pernyataan Misi
Tidak ada cara tunggal untuk menulis atau mengembangkan pernyataan misi.
Beberapa item berikut ini digunakan dalam penyataan misi berbagai organisasi
pelayanan kesehatan (Swayne et.al., 2006):
1) Misi menyatakan pengguna atau pasar sasaran yang dituju oleh organisasi.
Seringkali pernyataan misi memberikan gambaran mengenai jenis
pengguna yang dituju atau segmen pasar dimana organisasi tersebut ingin
bersaing.
2) Pernyataan misi mengindikasikan pelayanan pokok yang diberikan oleh
organisasi.
3) Pernyataan misi membatasi area geografis dimana kegiatan organisasi
tersebut akan terfokus.
4) Pernyataan misi mengidentifikasi filosofi organisasi. Seringkali penyataan
misi mengandung pernyataan-pernyataan mengenai keyakinan dasar, nilai-
nilai, aspirasi dan prioritas-prioritas. Umumnya hal ini akan terlihat pada
organisasi yang berlandaskan keagamaan (misalnya RS keagamaan).
5) Pernyataan misi mencakup konfirmasi terhadap image organisasi yang
diinginkan.
Pernyataan misi mengkhususkan image publik yang diharapkan organisasi.
Misalnya organisasi mengharapkan menjadi “warga negara” yang baik dalam
komunitas dimana organisasi tersebut beroperasi.2
a) National University Hospital (RS Pendidikan Pusat Rujukan tertinggi di
Singapura)
Rumah Sakit dalam hal ini meningkatkan kesehatan dan mengurangi
kesakitan melalui pelayanan kesehatan berkualitas dan berfokus pada pasien,
mudah diakses, tidak membeda-bedakan pasien, komprehensif, sesuai dengan
kebutuhan pasien, dan cost efektif, dalam lingkungan yang senantiasa
melakukan pembelajaran terus menerus dan mengembangkan penelitian-
penelitian yang relevan.
b) Triad Hospital
Untuk secara berkesinambungan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang kami layani, melalui penciptaan lingkungan
yang mendorong terjadinya partisipasi tenaga medis, menghargai nilai dan
kontribusi staf kami dan berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan unik
pelayanan kesehatan masyarakat lokal.
c) Advanced Medical Optic
Advanced Medical Optik adalah pemimpin global yang terpercaya dalam
penyediaan produk dan pelayanan yang berkualitas bagi dokter spesialis mata,
pasien dan pengguna. AMO membaktikan diri untuk mengembangkan ilmu
pengobatan mata melalui pengembangan inovasi-inovasi dan teknologi yang
dirancang untuk mencapai hasil (tingkat kesembuhan pasien) terbaik dan
meningkatkan produktivitas para praktisi kesehatan mata. AMO memberikan
hasil yang mendatangkan manfaat bagi pengguna, pasien, karyawan dan juga
shareholder.
3. Leadership dalam pengembangan dan implementasi misi dan visi
Beberapa penelitian menemukan bahwa banyak rumah sakit yang sudah
memiliki pernyataan misi yang terdefinisi dan terstruktur dengan baik, namun
tidak banyak diantaranya yang mendorong terhadap pencapaian kinerja yang
diharapkan. Bahkan ditemukan juga bahwa penyataan misi yang baik belum tentu
mendorong pada terlaksananya kegiatan yang menghasilkan kinerja RS yang
tinggi. Dengan kata lain, banyak diantara pernyataan misi yang baik tersebut pada
akhirnya hanya menjadi dokumen pelengkap yang hanya diketahui oleh kalangan
terbatas dalam RS.
Agar pernyataan misi tersebut benar-benar dijiwai oleh seluruh komponen
RS, harus ada rasa memiliki terhadap misi tersebut dan komitmen yang tinggi
untuk mengimplementasikannya. Agar hal itu terwujud, staf RS dari berbagai
unsur atau komponen harus dilibatkan dalam proses penyusunan atau review misi
RS. Proses ini harus diarahkan oleh pimpinan puncak RS. Penyusunan misi RS
bukan merupakan tugas yang bisa didelegasikan kepada Bagian Perencanaan RS.
Pimpinan puncak, para manajer menengah dan orang-orang kunci di RS harus
dilibatkan dan memberikan masukan dalam pengembangan pernyataan misi.
Keterlibatan yang intensif dari seluruh komponen ini akan meningkatkan
komitmen terhadap implementasi misi RS.
Perencanaan stratejik merupakan proses induktif, dimana proses ini tidak
dapat dilakukan tanpa adanya pemahaman terhadap situasi yang dihadapi secara
detil dan baik. Visi stratejik sangat tergantung pada kemampuan untuk melihat
dan merasakan situasi yang dihadapi. Kemampuan ini tidak dapat dikembangkan
oleh orang yang tidak menguasai informasi dan angka-angka.Kemampuan melihat
dan merasakan ini harus dimiliki oleh pemimpin dalam organisasi, dan sangat
diperlukan saat menyusun rencana strategis.
Ketika seorang pimpinan menyusun rencana strategis, ia sebenarnya sedang
berusaha memimpin proses perubahan pada lembaganya untuk menuju pada
keadaan yang lebih baik. Salah satu tahapan dalam menyusun renstra adalah
menyusun visi lembaga, yang merupakan gambaran yang ingin dicapai oleh
lembaga dimasa depan. Saat menyusun atau mereview visi lembaga, seorang
pemimpin bersama dengan stafnya sedang menentukan arah mana yang hendak
dituju dimasa depan.
Saat visi sudah ditentukan, berarti pimpinan dan staf sudah sepakat mengenai
arah pencapaian lembaga. Dibutuhkan lebih dari sekedar pernyataan visi dalam
dokumen rencana strategis untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Banyak
rumah sakit daerah yang bahkan memerlukan perubahan mendasar dalam cara
berpikir, cara pandang, budaya organisasi dan sebagainya untuk mencapai visi
tersebut. Dalam hal ini, pimpinan lembaga harus dapat memimpin stafnya untuk
melakukan transformasi dari kondisi saat ini menjadi kondisi yang diinginkan
dimasa mendatang sesuai dengan visi yang ingin dicapai. Dalam organisasi seperti
rumahsakit, perubahan ini harus didorong tidak hanya oleh manajemen puncak
tetapi juga oleh manajer-manajer madya. Hal ini disebabkan karena pada struktur
organisasi rumah sakit terdapat instalasi-instalasi dan SMF-SMF yang masing-
masing memiliki pemimpin. Independensi masing-masing SMF seringkali
menjadi satu kendala tersendiri dalam upaya mengembangkan budaya organisasi
yang disepakati dan menuju pada satu tujuan.
Untuk dapat mendorong lembaga menuju pada perubahan, pemimpin di
rumah sakit harus dapat menjadi pemimpin yang berkinerja tinggi. Kepemimpinan
dengan kinerja tinggi tergantung pada:
I. System Thinking
Yaitu kemampuan untuk berpikir sistematis dan mempunyai
keterampilan untuk membuat seperangkat alat dan metode yang dapat
mengubah keadaan menjadi lebih baik.
II. Visioning
Yaitu menjadi manajer atau pemimpin yang efektif yang dapat
menarik orang – bukan memaksa orang – untuk berubah.
III. Mendorong pembelajaran
Organisasi pelayanan kesehatan amat rentan terhadap perubahan
terus menerus; tidak statis. Pelaku dan anggota organsasi harus terus
didorong oleh pemimpin untuk belajar.