Anda di halaman 1dari 46

CASE REPORT SESSION

“PYODERMA”

Oleh: Anisa Ratnasari (130112160592)


Viena Nissa Mien F. (130112160641)

Perseptor: dr. Hartati Purbo Dharmadji, SpKK (K)


IDENTITAS UMUM
Nama : Nn.G
Usia : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : SLB setingkat SMA
Pekerjaan : Pelajar
Status Marital : Belum menikah
Alamat : Cijotang, Bandung
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA:
Luka yang terasa gatal dan perih di daerah tungkai kiri
Pasien datang dengan keluhan terdapat luka yang terasa gatal dan
perih di betis kaki kiri.
Pasien mengeluhkan adanya bruntus/benjolan kecil kemerahan di
tungkai kiri yang berisi cairan nanah dan terasa gatal. Pasien mengatakan
benjolan muncul sudah agak lama namun pasien lupa. Kemudian karena gatal,
lalu pasien menggaruknya hingga lesi menjadi pecah, mengeluarkan nanah, dan
menjadi keropeng. Keropeng tersebut semakin lama semakin membesar dan
menjadi nyeri, berwarna kuning, sebagian mengering dan mengeras.
Keluhan ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien. Sebelum ini tidak
ada keluhan apapun pada kulit pasien. Keluhan benjolan atau luka ditempat
lain selain kaki tidak ada. Luka dirasakan gatal terus menerus, baik pada siang
hari maupun malam hari.
2 hari sebelum keluhan muncul, pasien mengalami sakit nyeri
menelan, pilek, dan juga batuk. 3 hari sebelum pasien ke RSHS, pasien
mengatakan ada demam tetapi sekarang sudah tidak. Pasien juga memiliki
riwayat berjerawat. Pasien hanya memakai betadine saja dirumah namun luka
tidak sembuh-sembuh dan akhirnya pasien datang ke RSHS.

Tidak ada riwayat digigit serangga, tidak ada riwayat terjatuh, tidak ada
riwayat terkena bahan kimia di tempat luka. Riwayat semakin gatal ketika
berkeringat tidak ada. Pasien mandi 2x sehari dan mengganti pakaian 2x sehari.
Air yang digunakan oleh asien dan keluarga pasien berasal dari sumber yang
bersih, tidak berwarna dan tidak berbau dan dipakai oleh seluruh anggota
keluarga.
Tidak terdapat keluhan kulit yang serupa pada anggota keluarga pasien
yang lain. Riwayat sering bersin-bersin pada pagi atau malam hari tidak ada.
Tidak ada riwayat alergi pada makanan dan obat-obatan.
Tidak terdapat keluhan berkemih, tidak terdapat benjolan di lipat paha,
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK

◉ Kesadaran : Compos mentis


◉ Keadaan umum : Tampak sakit ringan
◉ VAS Score : 2/10
◉ Tanda-tanda vital : Dalam batas normal, suhu afebris
◉ Leher : Tidak ada perbesaran KGB
◉ Lipat paha : Tidak ada perbesaran KGB
STATUS DERMATOLOGIKUS

◉ Distribusi : Lokalis
◉ Ad regio : Cruris sinistra
◉ Karakteristik lesi :
Soliter, berbentuk bulat, reguler, dengan ukuran 1,5x1,5x0.2 cm
batas tegas, bagian tengah cekung, tepi menimbul, basah
Efloresensi :
Macula eritema, ulkus dangkal, erosi, krusta pustulosa
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
◉ Pemeriksaan gram

USUL PEMERIKSAAN
◉ Kultur bakteri
DIAGNOSIS BANDING
◉ Ektima
◉ Impetigo Krustosa
◉ Insect Bite
DIAGNOSIS KERJA
◉ Ektima
TATALAKSANA
◉ Umum
◉ Khusus
UMUM
◉ Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, dan bahwa luka dapat
menimbulkan bekas
◉ Edukasi untuk tidak menggaruk luka
◉ Menjaga kebersihan kulit dan mencegah terjadinya trauma pada kulit
terutama yang sedang terdapat lesi
◉ Menjelaskan cara penggunaan obat harus benar
KHUSUS
◉ Topikal
- kompres terbuka dengan NaCl 0.9%
- Mupirocin cream 2% 2dd pada luka setelah dikompres, selama 7 hari
◉ Sistemik
- Cetirizine 1x10mg 0-0-1
PROGNOSIS
◉ Quo ad vitam : Ad bonam
◉ Quo ad functionam : Ad bonam
◉ Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
PEMBAHASAN
PIODERMA
◉ Impetigo
◉ Folliculitis
◉ Furuncle
◉ Carbuncle
◉ Ecthyma
◉ Abcess
◉ Erisepelas & Selulitis
DEFINISI
Infeksi kulit yang terletak di epidermis, dibawah stratum corneum atau di folikel
rambut yang disebabkan oleh bakteri penghasil pus.
Penyebab paling sering adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp.

KLASIFIKASI
◉ Pioderma primer
◉ Pioderma sekunder
FAKTOR PREDISPOSISI
◉ Poor hygiene
◉ Menurunnya imunitas tubuh
◉ Telah adanya penyakit lain di kulit
IMPETIGO

Adalah Pioderma superfisialis (terbatas hanya pada epidermis)

Klasifikasi:
• Impetigo bullous
• Impetigo non-bullous (krustosa)
IMPETIGO NONBULOSA IMPETIGO
(KRUSTOSA) BULOSA
Etiologi • Staphylococcus aureus • Staphylococcus aureus
• Streptococcus β-hemolyticus grup A
Usia Anak dan dewasa Newborn dan infant

Tempat • Wajah: terutama sekitar lubang Daerah lipatan


predileksi hidung dan mulut
• Ekstremitas paska trauma
Lesi Eritema disertai vesikel/pustul  Vesikel  bula kendur superfisial (superfisial)
Kulit pecah  erosi, tertutup krusta berisi cairan keruh atau kekuningan, batas tegas
berwarna kuning keemasan seperti  1-2 hari pecah  krusta kecokelatan hingga
madu kuning keemasan
(honey-colored crust)
Ukuran: Diameter > 2 cm
Gejala Umumnya tidak ada
Konstitusi
Pemeriksaa • Pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Gram : ditemukan PMN dan bakteri
n penunjang Gram positif kokus
• Kultur dan resistensi bakteri
IMPETIGO NONBULOSA IMPETIGO
(KRUSTOSA) BULOSA

Komplikasi • Limfadenopati regional • Produksi eksfoliatin  Staphylococcal


• Bila tidak diobati  lesi lebih scalded skin syndrome (SSSS)
ekstensif dan dapat menjadi ulkus • Glomerulonefritis akut pasca infeksi
(ektima) Streptococcus
• Erisepelas dan selulitis
• Bakteremia  osteomyelitis, septic arthritis,
pneumonitis, septisemia
Diagnosis • Dermatitis seboroik • Dermatitis kontak
Banding • Dermatitis atopik • Reaksi gigitan serangga (tipe bula)
• Dermatitis kontak alergika • Erupsi obat alergi (tipe bula)
• Herpes zooster • Varisela
• Herpes simpleks • Luka bakar
• Reaksi gigitan serangga • Herpes zooster
• Staphylococcal scalded skin syndrome
PENATALAKSANAAN
Sistemik
Umum :
Edukasi mengenai penyakit, faktor predisposisi, • Lini pertama:
higienitas, dan pengobatan - Dikloksasilin 4 x 250-50 0mg/hari p.o selama 5-
7 hari
Khusus : - Amoksisilin-asam klavulanat 3 x 625 mg/hari
Topikal
p.o
Kompres terbuka dengan larutan NaCl 0,9%
untuk lesi krusta atau 3 x 25 mg/KgBB/hari p.o
- Krim mupirosin 2% 2 x sehari • Lini kedua (alergi penisilin):
- Krim asam fusidat 2% 2 x sehari - Azitromisin 500 mg hari pertama, kemudian
250 mg selama 4 hari p.o
- Klindamisin 3 x 15 mg/KgBB/hari p.o
- Eritromisin 4 x 250-500 mg p.o selama 5-7 hari
FOLLICULITIS

Adalah Infeksi bakteri pada folikel rambut (bagian atas) dan struktur perifolikuler.

Klasifikasi:
• Folikulitis superfisialis (Impetigo Bockhart)
• Folikulitis profunda (Sycosis Barbae)
FAKTOR PREDISPOSISI

Area kulit berambut yang tertutup dan memfasilitasi tumbuhnya bakteri

MANIFESTASI KLINIS

◉Lesi : papula dan pustula yang rapuh. Kadang tampak rambut menembus
pustula.
◉Pustula pecah  krusta pada folikel rambut
◉Tidak nyeri atau sedikit nyeri dan bisa terasa gatal
Folikuitis superfisialis (Impetigo Bockhart)
◉Predileksi: Tungkai bawah
◉Lesi: papula, pustula eritematus dengan bagian tengahnya tampak rambut

Folikulitis profunda (Sycosis Barbae)


◉Predileksi: bibir atas dan dagu
◉Lesi: Nodul, kumpulan pustula yang tersebar
FURUNCLE &
CARBUNCLE
Furunkel: peradangan folikel rambut dan sekitarnya (dapat berasal dari folikulitis
atau nodul yang terletak lebih dalam)

Karbunkel: kumpulan furunkel (lebih besar dan dalam, serta memiliki beberapa
muara pus)
Faktor Predisposisi

◉ Hygiene buruk
◉ Riwayat infeksi piogenik dalam keluarga
◉ Trauma okupasi
◉ Obesitas
◉ Infeksi dermatosis sebelumnya: dermatitis atopik, pedikulosis, skabies,
ekskoriasi)
◉ Keadaan imunokompromi: riwayat DM, malnutrisi
Manifestasi Klinis

◉Lesi nyeri
◉Demam dan malaise
◉Predileksi : daerah berambut dan mudah terkena gesekan (bokong, leher,
wajah, aksila, dan sekitar ikat pinggang)
◉Furunkel:
Nodul merah  pustula  nekrosis (2-21 hari)  pus keluar  sembuh 
jaringan parut

◉Karbunkel:
Nodul kemerahan dan sangat nyeri  membesar (dalam beberapa hari )  pus
keluar dari beberapa muara (5-7 hari kemudian) nodul menggaung atau luka
dalam  sembuh  jaringan parut
ECTHYMA

Adalah Pioderma kulit yang ditandai dengan erosi atau ulserasi yang tertutup
krusta tebal. Merupakan konsekuensi impetigo yang tidak diterapi sehingga
infeksi menyebar sampai ke dermis (beberapa minggu)
Faktor Predisposisi

◉Higienitas buruk
◉Berkembang dari lesi ekskoriasi, gigitan serangga, atau trauma minor pada
pasien diabetes

Gejala Klinis

Predileksi : ekstremitas bawah (punggung kaki, bagian anterior tulang tibia,


bokong, lutut, area yang terkena gigitan serangga atau garukan

tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning. Jika krusta diangkat, ternyata
lekat dan tampak ulkus yang dangkal
Komplikasi

◉ Penyebaran lesi
◉ Glomerulonefritis akut pasca infeksi Streptococcus
◉ Erisipelas dan selulitis
◉ Lymphangitis, suppurative lymphadenitis, bacteremia, septicemia
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan Gram


Kultur dan resistensi bakteri

Terapi

Umum: Menjaga kebersihan kulit dan mencegah terjadinya trauma


Khusus:
◉Topikal: pengangkatan krusta  Kompres dengan larutan NaCl 0,9% 2 x
sehari untuk lesi krusta
◉Antibiotik topikal
◉Terapi topikal dan sistemik seperti terapi pada penyakit impetigo
ERISEPELAS & SELULITIS

Erisipelas: peradangan karena infeksi akut berupa eritema merah cerah,


berbatas tegas, dan menyebar ke sekelilingnya

Selulitis: peradangan akut menyerang subkutis, biasanya didahului luka dan


trauma
Faktor Predisposisi

◉ Hygiene buruk
◉ Penurunan daya tahan tubuh
◉ Keadaan imunokomprimise : riwayat DM dan malnutrisi

Manifestasi Klinis

◉Demam, malaise, dan gejala toksis umum


◉Predileksi : tungkai bawah (90%), wajah (2,5-10%)
◉Erisipelas:
◉Edema berwarna merah cerah, berbatas tegas, teraba panas, pinggirnya dapat
menonjol (merupakan tanda akut)
◉Dapat disertai vesikel dan bula
◉Selulitis: infiltrat difus subkutan, berbatas tidak tegas
Terapi

◉Tungkai bawah diimobilisasi dan ditinggikan


◉Kompres terbuka
◉Antibiotik : golongan penisilin

Anda mungkin juga menyukai