Anda di halaman 1dari 27

CLINICAL SCIENCE SESSION

ANTIHISTAMIN dan
DERMATOTERAPI
Oleh:
Jeppri Bangun

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN/ RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2008
PENDAHULUAN
• Antihistamin (AH) : mencegah atau
menghambat kerja histamin pada
reseptornya.
• Histaminhistos (yunani) = jaringan
• Merupakan autakoid yang berperan penting
pada aktivitas organ tubuh baik pada proses
fisiologis maupun patologis.
PENDAHULUAN
• Aktivitas antihistamin H1(1937) : Bovet dan
Staub  Toksik
• Akhir 1980 – 1990 : generasi baru dari AH
tidak menembus sawar otak  kurangi efek
sedasi  AH generasi kedua atau AH non-
sedatif.
• Antagonis reseptor H2 (1969)
• Reseptor H2 :pembuluh darah, jantung, kulit
dan lambung , reseptor H3 :otak dan paru,
tetapi tidak terdapat di kulit
KLASIFIKASI

1. Antihistamin H1
a. AH-1 generasi I (klasik/sedatif)
• Yang termasuk golongan ini adalah:
• Alkilamin (propilamin)
• Etanolamin (Aminoalkil eter)
• Etilendiamin
• Fenotiazin
• Piperidin
• Piperazin
b. AH-1 non sedatif (AH-1 generasi II dan III )

AH 1 generasi II AH 1 generasi III


• Akrivastin • Levosetirisin
• Astemisol • Desloratadin
• Setirisin • Feksofenadin
• Loratadin
• Mizolastin
• Terfenadin
• Ebastin
2. Antihistamin tipe H2
– Simetidin
– Ranitidin
– Famotidin
– Nizatidin
FARMAKOLOGI

1. Antihistamin H1 Klasik
• Mekanisme kerja:
 Antihistamin H1 bekerja sebagai competitif
inhibitor.
Ikatan AH dan reseptornya bersifat reversibel
menghambat kerja histaminmenghambat
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler (eritem, bentol (urtika) dan rasa gatal).
Antihistamin H1
lebih efektif jika diberikan sebelum terjadinya
pelepasan histamin.
Antihistamin klasik, juga memiliki aktivitas
antikolinergik, efek anestesi lokal, antiemetik,
dan anti mabuk perjalanan
Antihistamin H1
• Farmakodinamik dan Farmakokinetik
pemberian secara oral
diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna.
Efeknya dapat terlihat dalam 30 menit
konsentrasi puncak plasma dicapai dalam
waktu 1-2 jam, dan dapat bertahan 4-6 jam,
Antihistamin H1 generasi I mempunyai waktu
paruh bervariasi antara 9-24 jam
Antihistamin H1
hampir semua diikat oleh protein dan
dimetabolisme melalui sistem sitokrom P-450
(CYP) di hepar.
Waktu paruh ini akan memanjang pada
penderita yang lebih tua atau yang menderita
sirosis hepatis.
 Hampir seluruh obat ini diekskresikan ke urin
setelah 24 jam pemberian.
Antihistamin H1
Kegunaan klinis
pruritus dermatitis atopik, dermatitis
kontak alergi dan bentuk lain dermatitis, liken
planus, gigitan nyamuk
cold urticaria, angioedema dan reaksi alergi
kulit lainnya temasuk reaksi obat.
mencegah edema dan pruritus selama reaksi
hipersensitivitaspencegahan urtikaria kronik
idiopatik.
Antihistamin H1
Kontra Indikasi
• Bayi baru lahir atau bayi prematur
• Kehamilan
• Ibu menyusui
• Glaukoma sudut sempit
• Retensi urin
• Asma
Antihistamin H1
Efek samping
• Sistem saraf pusat: dewasa depresi SSP,
sedasi dan pusing, anak-anak dan orang tua
kecemasan, iritabilitas, insomia, tremor dan
mimpi buruk.
• Gastrointestinal :mual, muntah, anoreksia,
konstipasi dan diare.
• Kardiovaskular:Takikardia, disritmia, hipotensi
yang bersifat sementara,aritmia ventrikular.
• Genitourinaria :Disuria, disfungsi ereksi,
retensi urin
• Darah :Klorfeniramin dapat menyebabkan
pansitopenia, agranulositosis,
trombositopenia, leukopenia dan anemia
aplastik.
• Kulit :dermatitis, petekie, fixed drug eruption
dan fotosensitif.
• Efek samping lainnya: efek antikolinergik
muka merah, dilatasi pupil, hipertermia,
kekeringan pada membran mukosa dan
penglihatan yang buram.
2. Antihistamin H-1 non sedatif / antihistamin H-1
generasi ke-2 dan ke-3

Mekanisme kerja
• Antagonis dari histamin pada reseptor H1
• berikatan secara tidak kompetitif, tidak mudah
diganti oleh histamin
• dilepaskan secara perlahan dan kerjanya lebih
lama.
• Antihistamin H1 non sedatif ini kurang bersifat
lipofilik, sangat sedikit menembus sawar
darah otak
Farmakodinamik dan farmakokinetik:
• diabsorbsi dari saluran cerna dan mencapai
puncak konsetrasi plasma dalam 2 jam
• menghilangkan urtikaria dan reaksi eritema
sekitar 1-24 jam.
• Terfenadin, astemisol, loratadin, aktivastin,
mizolastin, ebastin dan oksatomid
dimetabolisme di hepar melalui sistem enzim
sitokrom P450 3A4 dalam hepar.
• Setirisin, feksofenadin, dan desloratadin tidak
dimetabolisme dalam hepar.
• Waktu paruh eliminasi setirisin dan
feksofenadin pada anak-anak sama dengan
dewasa yaitu 7-8 jam.

Kegunaan klinis
• pengobatan rinitis alergi dan urtikaria kronis.

Kontraindikasi
• Kehamilan
• Ibu menyusui.
Efek samping
• Sistem saraf pusat: efek sedasi yang lebih
rendah dibandingkan antihistamin H1 klasik.
• Kardiovaskular : fibrilasi ventrikel,
pemanjangan interval QT serta aritmia
ventrikular
• Hepar : Hepatotoksisitas (jarang),hepatitis
(terfenadin selama 5 bulan). Peningkatan
serum transaminase dengan kadar ringan
sampai sedang dapat terjadi.
• Kulit : Fotosensitivitas, urtikaria, erupsi
makulopapular, eritema serta pengelupasan
kulit tangan dan kaki; fotoalergi dan alopesia
terfenadin.
• Efek samping lainnya : sakit kepala, mual,
kekeringan pada mukosa mulut dan beberapa
efek antikolinergik lainnya, namun
insidensinya sangat rendah.
Obat-obat antihistamin yang sering
digunakan
Klorfeniramin
• golongan alkilamin yang paling poten dan stabil.
• pemberian dosis tunggal peroral
• mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 30-60 menit
• metabolisme pertama di hati dan di mukosa saluran
pencernaan selama proses absorbsi
• 50% dari dosis yang diberikan diekskresikan melalui urin
dalam waktu 12 jam dalam bentuk asal dan metabolitnya.
• Lama kerja 4-6 jam
• Dosis yang diberikan 4-6 mg peroral dapat diberikan 3-4x/hari,
dengan dosis maksimal 24 mg per hari baik pada anak-anak
dan dewasa.
Difenhidramin
• diabsorbsi dengan baik setelah pemberian per oral.
• mengalami metabolisme pertama di hati, dan hanya 40%-60%
dari dosis pemberian yang mencapai sirkulasi sistemik,
• Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu kurang lebih 1-5
jam dan bertahan selama 2 jam.
• Waktu paruh bervariasi dari 2, 4 sampai 10 jam.
• Difenhidramin tidak dapat diberikan secara subkutan,
intradermal atau perivaskular  iritatif nekrosis setempat
• Dosis pemberian adalah 25 mg-50 mg per oral, dosis
maksimal 300 mg/hari, dengan lama kerja 4-6 jam.
• Pemberian 100 mg atau lebih dapat menyebabkan hipertensi,
takikardia, perubahan gelombang T dan pemendekan dari
diastol.
Hidroksisin
• sering digunakan sebagai transquilizer, sedatif, antipruritus
dan antiemetik.
• Kadar plasma biasanya dicapai dalam 2-3 jam setelah
pemberian peroral
• dengan waktu paruh 6 jam kemudian diekskresikan ke dalam
urin.
• Hidroksizin merupakan obat pilihan untuk pengobatan
dermatografisme dan urtikaria kolinergik,
• Dapat digunakan tunggal ataupun kombinasi dengan
antihistamin lainnya untuk pengobatan urtikaria kronis,
urtikaria akut, dermatitis kontak, dermatitis atopik dan
pruritus yang diinduksi oleh histamin.
• Lama kerja dari obat ini adalah 6-24 jam dengan dosis
pemberian 10 mg sampai 50 mg peroral, setiap 4 jam.
Loratadin
• efek sedatif dan antikolinergik yang minimal
• Eliminasi waktu paruhnya sekitar 8-11 jam, diekskresikan
melalui urine 40%, feses 42% dan air susu 0,029%.
• Diindikasikan untuk rinitis alergi dan urtikaria kronik idiopatik
pada pasien diatas 6 tahun.
• Loratadin merupakan antihistamin long acting dengan lama
kerja 24 jam.
• Dosis yang direkomendasikan 10 mg dosis oral, pada anak-
anak (< 30 kg) adalah 0,5 mg/kg BB dosis tunggal.
• Meskipun loratadin tidak mempunyai kontraindikasi pada
penderita hati dan ginjal kronis, disarankan untuk mengurangi
dosis yang diberikan.
Setirisin
• Cepat diabsorbsi dan sedikit yang dimetabolisme, dan juga
diekskresi lewat urin, maka dosis obat ini harus dikurangi pada
pasien dengan gangguan ginjal.
• Kadar puncak plasma dicapai dalam 1 jam
• waktu paruh plasma sekitar 7 jam, diekskresikan dalam urine
sebanyak 60% dan feses 10%.2
• Diindikasikan untuk terapi urtikaria kronik
• Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa 10 mg/hari
(maksimal 20 mg) dosis tunggal, pada anak-anak adalah 0,3
mg/kgBB
• Pasien dengan gangguan ginjal kronik dan hepar dosis yang
diberikan adalah 5 mg/hari. Lama kerja dari setirisin adalah
12-24 jam.
Feksofenadin
• Sedikit atau tanpa efek samping antikolinergik dan non
sedatif, serta bersifat non kardiotoksik.
• Konsentrasi plasma maksimum 1-3 jam setelah pemberian per
oral.
• Feksofenadin terikat pada protein plasma sekitar 60-70%,
terutama pada albumin dan 1-acid gylcoprotein.
• Waktu paruh feksofenadin adalah 11-15 jam, diekskresikan
sebanyak 80% pada urin dan 12% pada feses.
• Dindikasikan pada penderita rinitis alergi dan urtikaria
idiopatik kronis.
Antihistamin yang aman digunakan:
• Pada wanita hamil dan menyusui: golongan klorfeniramin
maleat, meskipun AH non sedatif sangat sedikit menembus
plasenta, namun penggunaannya sebaiknya dihindari karena
masih kurangnya penelitian AH non sedatif pada wanita hamil
dan menyusui.
• Pada anak-anak: Bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat,
difenhidramin HCL, loratadin, desloratadin, feksofenadin,
setirisin.
• Pada bayi: Penggunaan antihistamin pada bayi sebaiknya
dihindari. Pada satu penelitian mengatakan AH yang aman
digunakan adalah desloratadin (clarinex®), dapat digunakan
pada bayi berumur 6 bulan dengan gejala alergi dan urtikaria.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai