ANTIHISTAMIN dan
DERMATOTERAPI
Oleh:
Jeppri Bangun
1. Antihistamin H1
a. AH-1 generasi I (klasik/sedatif)
• Yang termasuk golongan ini adalah:
• Alkilamin (propilamin)
• Etanolamin (Aminoalkil eter)
• Etilendiamin
• Fenotiazin
• Piperidin
• Piperazin
b. AH-1 non sedatif (AH-1 generasi II dan III )
1. Antihistamin H1 Klasik
• Mekanisme kerja:
Antihistamin H1 bekerja sebagai competitif
inhibitor.
Ikatan AH dan reseptornya bersifat reversibel
menghambat kerja histaminmenghambat
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler (eritem, bentol (urtika) dan rasa gatal).
Antihistamin H1
lebih efektif jika diberikan sebelum terjadinya
pelepasan histamin.
Antihistamin klasik, juga memiliki aktivitas
antikolinergik, efek anestesi lokal, antiemetik,
dan anti mabuk perjalanan
Antihistamin H1
• Farmakodinamik dan Farmakokinetik
pemberian secara oral
diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna.
Efeknya dapat terlihat dalam 30 menit
konsentrasi puncak plasma dicapai dalam
waktu 1-2 jam, dan dapat bertahan 4-6 jam,
Antihistamin H1 generasi I mempunyai waktu
paruh bervariasi antara 9-24 jam
Antihistamin H1
hampir semua diikat oleh protein dan
dimetabolisme melalui sistem sitokrom P-450
(CYP) di hepar.
Waktu paruh ini akan memanjang pada
penderita yang lebih tua atau yang menderita
sirosis hepatis.
Hampir seluruh obat ini diekskresikan ke urin
setelah 24 jam pemberian.
Antihistamin H1
Kegunaan klinis
pruritus dermatitis atopik, dermatitis
kontak alergi dan bentuk lain dermatitis, liken
planus, gigitan nyamuk
cold urticaria, angioedema dan reaksi alergi
kulit lainnya temasuk reaksi obat.
mencegah edema dan pruritus selama reaksi
hipersensitivitaspencegahan urtikaria kronik
idiopatik.
Antihistamin H1
Kontra Indikasi
• Bayi baru lahir atau bayi prematur
• Kehamilan
• Ibu menyusui
• Glaukoma sudut sempit
• Retensi urin
• Asma
Antihistamin H1
Efek samping
• Sistem saraf pusat: dewasa depresi SSP,
sedasi dan pusing, anak-anak dan orang tua
kecemasan, iritabilitas, insomia, tremor dan
mimpi buruk.
• Gastrointestinal :mual, muntah, anoreksia,
konstipasi dan diare.
• Kardiovaskular:Takikardia, disritmia, hipotensi
yang bersifat sementara,aritmia ventrikular.
• Genitourinaria :Disuria, disfungsi ereksi,
retensi urin
• Darah :Klorfeniramin dapat menyebabkan
pansitopenia, agranulositosis,
trombositopenia, leukopenia dan anemia
aplastik.
• Kulit :dermatitis, petekie, fixed drug eruption
dan fotosensitif.
• Efek samping lainnya: efek antikolinergik
muka merah, dilatasi pupil, hipertermia,
kekeringan pada membran mukosa dan
penglihatan yang buram.
2. Antihistamin H-1 non sedatif / antihistamin H-1
generasi ke-2 dan ke-3
Mekanisme kerja
• Antagonis dari histamin pada reseptor H1
• berikatan secara tidak kompetitif, tidak mudah
diganti oleh histamin
• dilepaskan secara perlahan dan kerjanya lebih
lama.
• Antihistamin H1 non sedatif ini kurang bersifat
lipofilik, sangat sedikit menembus sawar
darah otak
Farmakodinamik dan farmakokinetik:
• diabsorbsi dari saluran cerna dan mencapai
puncak konsetrasi plasma dalam 2 jam
• menghilangkan urtikaria dan reaksi eritema
sekitar 1-24 jam.
• Terfenadin, astemisol, loratadin, aktivastin,
mizolastin, ebastin dan oksatomid
dimetabolisme di hepar melalui sistem enzim
sitokrom P450 3A4 dalam hepar.
• Setirisin, feksofenadin, dan desloratadin tidak
dimetabolisme dalam hepar.
• Waktu paruh eliminasi setirisin dan
feksofenadin pada anak-anak sama dengan
dewasa yaitu 7-8 jam.
Kegunaan klinis
• pengobatan rinitis alergi dan urtikaria kronis.
Kontraindikasi
• Kehamilan
• Ibu menyusui.
Efek samping
• Sistem saraf pusat: efek sedasi yang lebih
rendah dibandingkan antihistamin H1 klasik.
• Kardiovaskular : fibrilasi ventrikel,
pemanjangan interval QT serta aritmia
ventrikular
• Hepar : Hepatotoksisitas (jarang),hepatitis
(terfenadin selama 5 bulan). Peningkatan
serum transaminase dengan kadar ringan
sampai sedang dapat terjadi.
• Kulit : Fotosensitivitas, urtikaria, erupsi
makulopapular, eritema serta pengelupasan
kulit tangan dan kaki; fotoalergi dan alopesia
terfenadin.
• Efek samping lainnya : sakit kepala, mual,
kekeringan pada mukosa mulut dan beberapa
efek antikolinergik lainnya, namun
insidensinya sangat rendah.
Obat-obat antihistamin yang sering
digunakan
Klorfeniramin
• golongan alkilamin yang paling poten dan stabil.
• pemberian dosis tunggal peroral
• mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 30-60 menit
• metabolisme pertama di hati dan di mukosa saluran
pencernaan selama proses absorbsi
• 50% dari dosis yang diberikan diekskresikan melalui urin
dalam waktu 12 jam dalam bentuk asal dan metabolitnya.
• Lama kerja 4-6 jam
• Dosis yang diberikan 4-6 mg peroral dapat diberikan 3-4x/hari,
dengan dosis maksimal 24 mg per hari baik pada anak-anak
dan dewasa.
Difenhidramin
• diabsorbsi dengan baik setelah pemberian per oral.
• mengalami metabolisme pertama di hati, dan hanya 40%-60%
dari dosis pemberian yang mencapai sirkulasi sistemik,
• Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu kurang lebih 1-5
jam dan bertahan selama 2 jam.
• Waktu paruh bervariasi dari 2, 4 sampai 10 jam.
• Difenhidramin tidak dapat diberikan secara subkutan,
intradermal atau perivaskular iritatif nekrosis setempat
• Dosis pemberian adalah 25 mg-50 mg per oral, dosis
maksimal 300 mg/hari, dengan lama kerja 4-6 jam.
• Pemberian 100 mg atau lebih dapat menyebabkan hipertensi,
takikardia, perubahan gelombang T dan pemendekan dari
diastol.
Hidroksisin
• sering digunakan sebagai transquilizer, sedatif, antipruritus
dan antiemetik.
• Kadar plasma biasanya dicapai dalam 2-3 jam setelah
pemberian peroral
• dengan waktu paruh 6 jam kemudian diekskresikan ke dalam
urin.
• Hidroksizin merupakan obat pilihan untuk pengobatan
dermatografisme dan urtikaria kolinergik,
• Dapat digunakan tunggal ataupun kombinasi dengan
antihistamin lainnya untuk pengobatan urtikaria kronis,
urtikaria akut, dermatitis kontak, dermatitis atopik dan
pruritus yang diinduksi oleh histamin.
• Lama kerja dari obat ini adalah 6-24 jam dengan dosis
pemberian 10 mg sampai 50 mg peroral, setiap 4 jam.
Loratadin
• efek sedatif dan antikolinergik yang minimal
• Eliminasi waktu paruhnya sekitar 8-11 jam, diekskresikan
melalui urine 40%, feses 42% dan air susu 0,029%.
• Diindikasikan untuk rinitis alergi dan urtikaria kronik idiopatik
pada pasien diatas 6 tahun.
• Loratadin merupakan antihistamin long acting dengan lama
kerja 24 jam.
• Dosis yang direkomendasikan 10 mg dosis oral, pada anak-
anak (< 30 kg) adalah 0,5 mg/kg BB dosis tunggal.
• Meskipun loratadin tidak mempunyai kontraindikasi pada
penderita hati dan ginjal kronis, disarankan untuk mengurangi
dosis yang diberikan.
Setirisin
• Cepat diabsorbsi dan sedikit yang dimetabolisme, dan juga
diekskresi lewat urin, maka dosis obat ini harus dikurangi pada
pasien dengan gangguan ginjal.
• Kadar puncak plasma dicapai dalam 1 jam
• waktu paruh plasma sekitar 7 jam, diekskresikan dalam urine
sebanyak 60% dan feses 10%.2
• Diindikasikan untuk terapi urtikaria kronik
• Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa 10 mg/hari
(maksimal 20 mg) dosis tunggal, pada anak-anak adalah 0,3
mg/kgBB
• Pasien dengan gangguan ginjal kronik dan hepar dosis yang
diberikan adalah 5 mg/hari. Lama kerja dari setirisin adalah
12-24 jam.
Feksofenadin
• Sedikit atau tanpa efek samping antikolinergik dan non
sedatif, serta bersifat non kardiotoksik.
• Konsentrasi plasma maksimum 1-3 jam setelah pemberian per
oral.
• Feksofenadin terikat pada protein plasma sekitar 60-70%,
terutama pada albumin dan 1-acid gylcoprotein.
• Waktu paruh feksofenadin adalah 11-15 jam, diekskresikan
sebanyak 80% pada urin dan 12% pada feses.
• Dindikasikan pada penderita rinitis alergi dan urtikaria
idiopatik kronis.
Antihistamin yang aman digunakan:
• Pada wanita hamil dan menyusui: golongan klorfeniramin
maleat, meskipun AH non sedatif sangat sedikit menembus
plasenta, namun penggunaannya sebaiknya dihindari karena
masih kurangnya penelitian AH non sedatif pada wanita hamil
dan menyusui.
• Pada anak-anak: Bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat,
difenhidramin HCL, loratadin, desloratadin, feksofenadin,
setirisin.
• Pada bayi: Penggunaan antihistamin pada bayi sebaiknya
dihindari. Pada satu penelitian mengatakan AH yang aman
digunakan adalah desloratadin (clarinex®), dapat digunakan
pada bayi berumur 6 bulan dengan gejala alergi dan urtikaria.
TERIMA
KASIH