Anda di halaman 1dari 44

Infeksi Lokal pada

Neonatus

Pertin Sianturi
Divisi Neonatologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran USU - RSUP H Adam Malik

Tujuan
Memahami infeksi lokal pada neonatus dan
membedakannya dengan infeksi sistemik
Mengenali berbagai jenis infeksi lokal paling
sering pada neonatus
Mengenali tanda, gejala, dan terapi infeksi
lokal pada neonatus
Pendahuluan
Imaturitas sistem imun periode neonatal
menjadikan Neonatus rentan menderita
infeksi:
- Bakteremia
- Sepsis Neonatal
- Infeksi Lokal
Infeksi yang menyerang satu bagian tubuh
tertentu kemudian bertahan di sana,
berkembang, sampai dieliminasi.
Berbagai Jenis Infeksi Lokal
pada Neonatus
Konjungtivitis
Neonatal
Omphalitis

Kandidiasis Oral Dermatitis Popok


Impetigo
Dermatitis Folikulitis
Neonatal
Kandida Furunkulosis
Karbunkulosis
Morfologi Kelainan Kulit
Papula
Lesi padat, berbatas tegas,
elevasi, ukuran sampai 1 cm

Nodul
Lesi padat, berbatas tegas,
elevasi, ukuran sampai 2 cm

Pustula
Lesi berisi cairan purulen ,
elevasi, berbatas tegas,
ukuran < 1 cm
Morfologi Kelainan Kulit
Vesikel
Lesi berisi cairan, elevasi,
berbatas tegas, ukuran < 1
cm

Bula
Lesi berisi cairan, berbatas
tegas, elevasi, > 1 cm

Krusta
Eksudat kering yang melapisi
epidermis yang terganggu
1. Impetigo Neonatal
Infeksi kulit superfisial oleh bakteri
Staphylococcus aures
Group A Streptococcus
Umum terjadi pada minggu pertama - kedua
kehidupan
Dua bentuk :
Impetigo Bulosa
Impetigo Non-bulosa
Impetigo Bulosa
Masa inkubasi antara
2-10 hari
Manifestasi klinis
berupa
- Vesikel dan bula yang
rapuh dan mudah pecah
- Erosi superfisial yang
dikelilingi atap sisa dari
tepi blister.
Impetigo Bulosa
Predileksi lokal:
- daerah popok
- periumbilikal
- intertriginosa
S. Aureus menghasilkan toksin epidermolitik
(Toksin eksfoliatif A dan B)
Toksin eksfoliatif A berperan dalam pemisahan
desmoglein-1 membentuk bula di bawah
stratum korneum
Impetigo Non-bulosa
(Krustosa)
Manifestasi klinis
Papul dan vesikel
eritem dengan krusta
berwarna serupa
madu (honey-colored
crust).
Lebih jarang pada
neonatus
Impetigo Neonatal
Diagnosis
- Pemeriksaan fisik
- Pewarnaan gram: bakteri gram (+) pada cairan
vesikel, bula, krusta
- Kultur bakteri, bila kecurigaan infeksi
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus
(MRSA)
Komplikasi
Selulitis, osteomielitis, artritis septik
Pneumonia, bakteremia
Terapi
Kasus ringan: Mupirosin 2 % topikal, 5 - 7 hari.
Antibiotik oral (sefaleksin) selama 7-10 hari pada
kasus dengan perluasan infeksi
Antibiotik parenteral golongan penisilin resisten-
penisilinase atau sefalosporin pada infeksi sistemik
(-) Respon terapi dalam waktu 48 jam MRSA
Th/ Klindamisin atau Trimetoprim sulfametoksazol
Kompres dengan air bersih atau aluminium asetat
membantu proses pelepasan krusta.
Pencegahan
Cegah kontak dengan penderita lesi kulit atau
asymptomatic carriers :
30 % dari populasi (+) kolonisasi S. Aureus
pada bagian anterior hidung
Pengolesan mupirosin 2% pada anterior
hidung 2x sehari selama 5 hari menghilangkan
kolonisasi & sumber penularan 1 tahun
Cuci tangan dan penggunaan antiseptik seperti
klorheksidin dapat mencegah infeksi nosokomial.
2. Folikulitis, Furunkulosis,
Karbunkulosis
Infeksi bakteri pada folikel rambut dan jaringan
perifolikuler
Patogen: Staphylococcus aureus, coagulase-
negative staphylococci
Faktor predisposisi:
Oklusi
Lingkungan yang lembab
Maserasi
Cuaca yang panas
Higienitas yang buruk
Infeksi superfisial ostium folikel
rambut
Pustul diskret bentuk kubah
(dome-shaped) dengan dasar
eritem pada ostium saluran
pilosebaseus folikel rambut.

Folikulitis

Predileksi: area
bokong & paha.
Asimtomatik,
gatal atau nyeri.
Folikulitis yang meluas hingga
bagian dalam folikel
Papul atau nodul eritematosa,
dengan titik pusat (central
punctum), disertai rasa nyeri
Furunkel

Karbunkel
Folikulitis, Furunkulosis, Karbunkulosis
Terapi
Antibiotik topikal mupirosin dan klindamisin
Antibiotik oral sefaleksin dan dikloksasilin
selama 7-10 hari pada kasus yang berat
Kompres hangat pada furunkel dan karbunkel
Insisi dan drainase bila diperlukan
Pencegahan:
Menghindari pembungkus bayi yang ketat
Menjaga kebersihan kulit.
3. Dermatitis Popok
Masalah kulit terjadi pada daerah yang ditutupi
popok (bokong, genitalia, paha atas, dan perut
bawah).
Prevalensi : 25 - 29%
Faktor resiko : konsumsi susu formula
Faktor predisposisi:
- kulit yang lembab
- iritan biokimia
- paparan terhadap feses dan urin
Streptococcus

pH

Amonia Fungsi
+ Reaktivasi sawar kulit
Protease Lipase

Degradasi protein & lipid


pada stratum korneum
Dermatitis Popok
Gejala awal: iritasi kulit, eritema, dan rasa tidak
nyaman pada daerah kontak dengan popok
akan menjadi lesi ulserasi yang nyeri.
Sembuh spontan dalam durasi rata-rata 23
hari.
- Sebagian kecil menjadi kelainan dengan derajat
keparahan sedang sampai berat.
Dermatitis Popok
Diagnosis
- Anamnesis cara perawatan area popok bayi,
gejala yang berhubungan, gejala sistemik,
riwayat penyakit , dan riwayat keluarga
- Pemeriksaan fisik: morfologi dan lokasi dari
ruam yang muncul
- Ruam yang tetap bertahan > 72 jam resiko
infeksi kandida, bakteri (Staphylococcus
atau Streptococcus).
Dermatitis Popok
Infeksi Kandida Infeksi Bakteri
Erupsi merah superfisial berbatas tegas Vesikel, bula atau erosi yang superfisial,
dengan papul dan pustul, dikelilingi lesi krusta dengan warna serupa madu
satelit pada lipatan kulit pangkal paha, (honey-colored crust)
bokong, daerah genital, abdomen.











Dermatitis Popok
Pencegahan
- Penggantian popok setiap 3 4 jam atau
setiap BAB dan BAK
- Penggunaan penyeka sekali pakai
- Kulit yang mengalami iritasi menggunakan air
hangat dan kain halus, krim pelapis sawar kulit
(zinc oxide 10%, jel petrolium)
Dermatitis Popok
Terapi
- Kortikosteroid topikal potensi rendah untuk
inflamasi yang timbul
Krim hidrokortison asetat 0.5, 1, atau 2.5 %: 2x sehari
pada area yang terkena (tidak > 2 minggu).
- Infeksi kandida: Antifungal topikal nistatin dan
golongan azol (klotrimazol, ketokonazol dan
mikonazol) 7-14 hari sampai 3 hari setelah lesi
menghilang.
- Infeksi bakteri: Antibiotik topikal (mupirosin,
basitrasin) 3 x sehari sampai sembuh
3. Kandidiasis Oral (Oral Thrush)

Candida spp adalah ora normal saluran cerna dan


lapisan mukosa kulit manusia.
Gangguan sistem kekebalan tubuh meningkatkan
resiko invasi kandida ke membran mukosa dan
permukaan kulit yang lembab
Infeksi kandida pada neonatus meningkat dengan
adanya transmisi verNkal lewat jalur lahir
Derajat keparahan bergantung pada berat badan,
umur neonatus
Kandidiasis Oral (Oral Thrush)
Faktor resiko
Bayi mendapat antibiotik
Pemberian susu lewat botol
Manifestasi: plak putih pada
lidah dan mukosa pipi.
Pada infeksi berat, eritema
dengan rasa nyeri dapat
mengganggu minum bayi.
Kandidiasis Oral (Oral Thrush)

Diagnosis
Klinis
Potasium hidroksida (KOH):
Terapi spora atau pseudohifa
Antifungal topikal seperti nistatin atau imidazole
Suspensi nistatin 1 ml (100,000 units/mL) 4 x sehari
minimal 1 minggu.
Prognosis baik
Infeksi kandida yang berulang atau persisten: defisiensi
imun, termasuk infeksi HIV (Human Immunodeficiency
Virus)
5. Konjungtivitis Neonatal
Peradangan selaput konjungtiva mata yang terjadi
pada bayi dalam bulan pertama kehidupan.
Insiden
- Di negara maju, Chlamydia trachomatis lebih
sering ditemukan, prevalensi 5-60 tiap 1000
bayi lahir hidup di Amerika Serikat.
- Negara berkembang memiliki insiden yang
sama antara infeksi chlamydia dan
gonococcus.
Konjungtivitis Neonatal
Patogen
- Infeksi bakteri
Penyakit menular seksual (PMS):
Chlamydia trachomatis, Neisseria
gonorrhoea
Bukan PMS: Staphyloccus aureus,
Staphyloccus epidermidis, Streptococcus
viridans, Escheria coli, Haemophilus sp,
dan Pseudomonas aeruginosa
- Infeksi Virus: Herpes virus, Adenovirus
Konjungtivitis Neonatal
Etiologi Proporsi Masa Keparahan Masalah yang
kasus inkubasi berhubungan
Chlamydia Pneumonitis
24% 5-12 +
trachomatis (3 minggu 3 bulan)
Neisseria Infeksi menyebar
<1% 2-5 ++
gonorrhoeae
Infeksi bakteri Bervariasi
30-50 % 5-14 +
lainnya
Herpes Infeksi menyebar,
<1% 6-14 +
simplex meningoensefalitis,
keratitis, dan ulserasi
Kimiawi Bervariasi ...
tergantung 1 +
penggunaan
nitrat
Chlamydia trachomatis Neisseria gonorrhoea
Masa inkubasi 5-14 hari Masa inkubasi 2-5 hari
Hanya 30-50 % bayi terpapar
chlamydia menderita manifestasi lebih berat
konjungtivits
Keluarnya cairan mata bening Keluarnya cairan purulen secara
purulen hiperakut

Pembengkakan kelopak mata, Pembengkakan kelopak


reaksi papilaris, pembentukan mata ,ulserasi kornea,
panus perifer, dan keterlibatan endoftalmitis, dan perforasi bola
kornea. mata dalam waktu 24 jam





Konjungtivitis Neonatal
Bakteri selain Chlamydia dan Gonococcus
- Manifestasi klinis: ringan, keterlibatan kornea (-),
gejala sistemik (-)
- Edema kelopak mata, eritema, dan sekret purulen.
- Infeksi berat : perforasi kornea, endophtalmitis,
kebutaan, dan bahkan kematian
Virus
- Petekiae atau perdarahan subkonjungtival besar
- Limfadenopati
- Lesi herpetik (vesikel) batas kelopak mata
dalam waktu 6-14 hari setelah lahir
Konjungtivitis Neonatal
Diagnosis
- Gejala dan tanda klinis yang ada
- Pemeriksaan laboratorium: Pewarnaan
Gram dan Giemsa pada apusan
konjungtiva
Chlamydia trachomatis badan inklusi
intrasitoplasmik
Neisseria gonorrhoea diplokokus gram
negatif intraselular
Konjungtivitis Neonatal
Terapi
- Kegawatdaruratan mata : rawat inap
- Terapi sesuai dengan agen patogennya
- Chlamydia trachomatis
Sirup eritromisin oral 50 mg/kg/hari dibagi dalam
4 dosis selama 14 hari pemberantasan koloni
Chlamydia trachomatis pada nasofaring, terapi
terhadap pneumonitis, mencegah angka relaps
Eritromisin atau tetrasiklin topikal (terapi ajuvan)
Konjungtivitis Neonatal
Terapi
- N. Gonorrhoea
Injeksi Penicillin G 100.000 IU/kg/hari IV selama
1 minggu.
N. gonorrhoea penghasil penisilinase:
ceftriakson 50 mg/kg dosis tunggal (maksimum
125 mg), kanamisin 25 mg/kg dosis tunggal
(maksimum 75 mg).
Irigasi dengan larutan salin untuk membuang
sekret.
- Virus herpes simpleks
Asiklovir (30 mg/kg/hari intravena dibagi dalam
3 dosis)
Konjungtivitis Neonatal
Pencegahan
- Metode Crede
ditemukan pada tahun 1881 di kota Leipzig
Tetes mata perak nitrat 2 % konjungtivitis zat
kimia.
- Rekomendasi (Canadian Pediatric Society):
Perak nitrat 1 %, salep eritromisin 0.5 %, salep
tetrasiklin 1 % dalam 1 jam setelah lahir
efektif untuk Neisseria gonorrhoea, namun tidak
untuk Chlamydia trachomatis.
6. Omfalitis Neonatal
Infeksi pada puntung tali pusat atau umbilikus
muncul sekitar hari ke-3 kehidupan.
Insiden : - 0.7% pada negara maju dan 6 % di
negara berkembang
- Kecenderungan pada bayi laki-laki.
Tali pusat terlepas 5-8 hari setelah bayi lahir
per vaginam dan 9 hari pada persalinan SC.

Pemisahan Trombosis dan Kolonisasi bakteri


tali pusat kontraksi dalam dari genitalia ibu Omfalitis
Pemb. darah & lingkungan
Pencegahan
obliterasi tali pusat
Omfalitis Neonatal
Faktor risiko:
- proses persalinan berkepanjangan
- persalinan yang Ndak steril
- ketuban pecah dini
- infeksi maternal
- prematuritas Bayi terpasang kateter umbilikalis

- berat badan lahir rendah (<2500 gram)


- pemasangan kateter umbilikal
- faktor imunologis
Mikroorganisme patogen: Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Klebsiella spp, dan Streptococcus
pyogenes.
Gejala klinis
Edema, eritema, dan rasa
nyeri di sekitar puntung tali
pusat

Produksi cairan sekret dan


infeksi yang meluas ke
jaringan subkutis dan
dinding abdomen.
Komplikasi: septikemia, fasitis nekrotikan,
peritonitis, infeksi pada jaringan urachus, abses,
dan eviserasi spontan dari usus besar.
Omfalitis Neonatal
DiagnosNk: pewarnaan gram dan kultur dari
eksudat dan jaringan umbilikus yang mengalami
nekrosis untuk menemukan bakteri patogen.
Terapi:
- Rawat inap
- AnNbioNk parenteral Ampisilin dan gentamisin
- Infeksi tetap berlangsung cari fokus infeksi
lainnya seperN sisa jaringan urachus.
- OmfaliNs dengan komplikasi: bantuan pernapasan
dan resusitasi cairan untuk mengatasi dehidrasi dan
asidosis
Resiko Toksisitas Antiseptik pada Kulit
Antiseptik Efek samping

Alkohol Nekrosis hemoragik di kulit, meningkatnya


kadar alkohol darah.
Klorheksidin Absorpsi sistemik namun tanpa efek toksik
Povidine Iodine Hipotiroidisme
Asam salisilat Metabolik asidosis
Gentian Violet Ulserasi membran mukosa, nekrosis kulit,
muntah, diare
Merkuri klorida Methemoglobinemia
Pencegahan Omfalitis
WHO: perawatan tali pusat metode dry cord
care
- Tidak mengoleskan apa pun pada tali pusat
- Tali pusat dibiarkan terpapar dengan udara atau
hanya ditutupi oleh kain bersih yang longgar
- Tali pusat yang kotor dibersihkan dengan air saja
Daerah dengan angka kematian yang tinggi (IMR >
30)
- Klorhexidine 4 % topikal dioleskan setiap hari pada
tali pusat selama minggu pertama kehidupan
Kesimpulan
Populasi neonatus rentan terhadap infeksi lokal
karena sistem imunitas yang sedang
berkembang
Pengenalan faktor predisposisi dan gejala awal
dari infeksi lokal pada neonatus sangat
penting
Infeksi lokal tanpa tatalaksana adekuat dapat
mengakibatkan infeksi sistemik
Faktor higiene dan perawatan bayi baru lahir
perlu diperhatikan

Anda mungkin juga menyukai