Anda di halaman 1dari 31

NEUNATUS DAN BAYI DENGAN MASALAH SERTA

PENATALAKSANAANNYA

ORAL TRUSH
1. Pengertian
- Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit-langit dan
pipi bagian dalam (Wong, 1995).
- Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan.
- Bila dipaksa untuk dihilangkan akan mengakibatkan perdarahan.
- Oral trush ini sering disebut juga dengan oral candidiasis atau
maniliasis.
- Sering terjadi pada masa bayi.
- Seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang.
2. Penyebab
- Pada umumnya adalah candida albicans.
- Ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan
(saat bayi baru lahir).
- Transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tak bersih.
- Cuci tangan yang tidak benar.
Oral trush terkadang sulit dibedakan dengan sisa susu, terutama pada bayi
yang mendapatkan susu formula.
Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih tebal pada lidah bayi ini dapat
dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat.
Oral trush ini juga harus dibedakan dengan stomatitis.
Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada membran mukosa mulut.
Anak yang mengalami stomatitis biasanya tidak mau makan atau minum.
3. Penanganan
- Jaga kebersihan bayi dan peralatan yang dipergunakan.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
- Ibu yang terinfeksi candida albicans harus diobati untuk mencegah
infeksi berulang.

1
- Untuk perawatan mulut bayi, bersihkan dulu dengan jari yang
dibungkus (kain bersih, kasa) yang telah dibasahi dengan larutan garam.
- Oleskan gentian violet 0,25% pada mulut bayi dengan kapas lidi
atau memberikan mycostatin (oral mycostatin) 4x sehari atau tiap 6 jam
sebanyak 1 cc selama 1 minggu atau sampai gejala menghilang.
- Anjurkan ibu mengolesi payudaranya dengan larutan gentian violet
setiap kali menyusui selama bayi diobati.
4. Pencegahan
Kebersihan yang ketat sewaktu mensterilkan botol susu dan puting karet
akan menekan kemungkinan terjadinya infeksi ini.

2
SEBORRHEA
Landasan teori: Kelenjar sebasea tersebar diseluruh kulit kecuali telapak tangan
dan punggung kaki, namun paling banyak pada wajah dada bagian atas serta
punggung.
Dustusnya bermuara pada folikel rambut kecuali pada bibir, prepusium dan labia
minora dimana langsung bermuara pada permukaan mukosa sel-sel lemak yang
dikenal sebagai sebum.
Terdiri dari dekris seluler, trigliserida, fosfolipid dan kolesterol.
Pengertian
Seborrhea adalah: sekresi sebum yang berlebihan, disebut juga hiper steotosis
dermatitis seboroik.
Seborrhea adiposa adalah: seborrhea yang sekretnya seperti minyak, terutama
disekitar hidung dan dahi, disebut juga S. Oleasa.
Seborrhea congestiva adalah lupus eritematosus.
Seborrhea sisca adalah demartitis seborvik yang kering dan bersisik.
Penyebab
Penyebabnya belum diketahui, tapi ada yang menganggap penyakit ini disebabkan
karena:
- Sering terdapat faktor heriditas.
- Direaktivasi situasi yang penuh stress, higiene yang buruk serta keringat
berlebihan.
- Umumnya kulit yang berlemak.
- Makanan berlemak, makanan berkalori tinggi.
- Minuman yang beralkohol dan.
- Gangguan emosi.
Gejala Klinis (Rusepno, 1998)
- Pembentukan sisik dan krusta difusi dan fokal pada kulit kepala.
- Popular eritematosa yang kering dan bersisik pada wajah, leher, belakang
telinga, aksila dan daerah popok.

3
- Pada anak dan bayi, biasanya terdapat tipe eritoskuamosa yaitu:
efloresensi berupa sisik yang berlemak dan eritema.
- Distribusi kelainan pada daerah yang terdapat benyak kelenjar sebasea dan
kepala, kadang-kadang juga didaerah inter triginosa dan sekitar bibir.
Efloresensi adalah: ruam/lesi: setiap lesi kulit khususnya lesi yang
berjumlah banyak dan nyata.
Intertriginosa adalah: dermatitis superfisial yang timbul pada
permukaan kulit yang beroposisi, seperti pada leher, lipatan ketiak dan
lipatan paha serta di bawah payudara yang menggantung di tandai eritema,
maserasi, rasa terbakar, gatal dan kadang kala erosi, fisura dan eksudasi
disebabkan oleh kelembaban, kehangatan, retensi keringat (Dorlan, 1996).
Pengobatan
Pengobatan kausal belum diketahui.
Diusahakan agar penderita (anak yang menjelang umur 13 tahun 19 tahun)
menghindari makan berlemak seperti kacang, coklat dapat pula diberikan vitamin
B6 dan vitamin B kompleks untuk waktu yang lama (Rusepno, 1998).
Topikal
- Bila ada infeksi sekunder dan eksudasif harus dikompres dulu dengan
larutan kalium permanganat 1/5000.
- Berikan krim yang mengandung asam saksilat (2%)
Sulfur presipitosis (4%)
Vioform (3%)
Hidrokartisan (1/2-1%).
Meumisan dan basitrosin ditambahkan bila ada infeksi sekunder.
- Kompres dingin juga dapat digunakan pada lesi yang basah atau berfistula
sebelum pemberian salep steroid.
- Pada kasus menahun dapat dicoba pengobatan dengan sinar ultraviolet.
- Pada daerah kepala dikendalikan dengan sampho anti seboroik yang tidak
berbusa 2-3 kali seminggu dan memakai krim yang mengandung selenium
sulfida atau Hg presipitotus albus 2% (Rusepno, 1998).

4
DIAPER RASH (RUAM POPOK)
Pengertian
Ada beberapa pengertian, yaitu:
1. Inflamasi akut pada kulit yang disebabkan secara langsung atau tidak
langsung oleh pemakaian popok (Wong, 1993=1044).
2. Merupakan dermatitis kontak iritan karena bahan kimia yang terkandung
dalam urine dan faeces (Agus Harianto, 1998).
3. Akibat akhir karena kontak yang terus menerus dengan keadaan
lingkungan yang tidak baik, sehingga menyebabkan iritasi/dermatitis pada
daerah perianal (Depkes RI, 1994).
Penyebab
- Kontak yang lama dan berulang dengan bahan iritan, terutama urine dan
faeces.
- Bahan kimia pencuci popok, seperti: Sabun, deterjen, pemutih, pelembut
pakaian dan bahan kimia yang dipakai oleh pabrik pembuat popok disposible
(Wong, 1993).
- Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing.
- Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas dan lembab.
- Akibat mencret.
Tanda dan Gejala
Gejala sangat bervariasi, yaitu:
- Adanya macula eritemateus pada kulit yang tertutup popok.
- Adanya papula vesikel.
- Adanya pustula dan erosi superficial.
- Kalau dibiarkan lebih dari 3 hari maka bagian yang terkena ruam popok
akan ditumbuhi jamur candida albicans.
Penatalaksanaan
- Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah
pantat/bokong sifatnya dapat menyebabkan iritasi.

5
- Sebaiknya gunakan kapas dengan air hangat atau kapas dengan minyak
untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/BAK.
- Bila terdapat bintik kemerahan, berikan krim atau salep dan biarkan
terbuka untuk beberapa saat.
- Posisi tidur anak diatur supaya tak menekan kulit/daerah yang teriritasi.
- Berikan makanan TKTP dengan porsi yang cukup.
- Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara keseluruhan.
- Pakaian/celana yang basah oleh air kencing harus direndam dalam air yang
dicampur Acidum Boricum.
Pencegahan
- Hindari penggunaan popok/celana yang terbuat dari karet atau plastik.
- Hindari penggunaan diterjen atau pengharum pakaian.

6
BISUL (FURUNKEL DAN KARBUNKEL)
Pengertian
- Furunkel atau bisul adalah penyakit infeksi akut pada folikel rambut dan
perifolikuler, bulat nyeri, berbulas tegas yang berakhir dengan supurasi di
tengah (Mansjoer, 2000).
- Kurbunkel adalah furunkel berkonfluensi dengan mata yang terpisah
(Mansjoer, 2000).
- Karbunkel merupakan gabungan beberapa furunkel yang dibatasi oleh
trobeku fibrosa berasal dari jaringan sub kutan yang padat.
- Perkembangan furunkel menjadi karbunkel tergantung dari status
imunologi penderita.
Etiologi dan Epidemiology
Etiologi: Staphylo coccus aurens.
Jenis kelamin: Memiliki frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya
- Kebersihan/higiene yang buruk.
- Faktor predisposisi: malnutrisi atau obsitas, DM, hiperhidrosis.
- Gangguan fungsi neutrofil alkoholisme.
- Menurunnya daya tahan tubuh termasuk AIDS.
Patofisiologi
- Pada umumnya infeksi kulit bisa terjadi pada luka atau goresan sedikit
pada kulit, kemudian dimasuki kuman (Staphylo coccus aurens) pada luka
tersebut.
- Selain itu juga kuman dapat masuk dalam kulit melalui folikel-folikel
rambut.
- Apabila banyak folikel yang masuki kuman maka terjadilah infeksi kulit
yang berbentuk bisul.
Karbunkel hanya terbatas ada kulit saja, namun bisa juga menjalar ke daerah yang
lebih dalam dari kulit dan dapat terjadi Bakterimia yaitu adanya kuman Staphylo
coccus aurens ke dalam sirkulasi darah.

7
Manifestasi Klinis
- Nyeri pada daerah lesi dan malaise karena adanya nodus eritematosa
berbentuk kerucut dan tengahnya terdapat pustula.
- Demam sehubungan dengan adanya proses infeksi.
- Pergerakan agak terganggu.
- Tempat prediksinya ialah tempat yang banyak mengalami triksi, misal:
axila, bokong, tengkuk dan leher.
Komplikasi
Jika terjadi Bakterimia dapat menyebabkan infeksi jantung (endo karditis dan
perikalditis akut), abses paru dan otak, meningitis serta glumerolus nephiritis dan
trombosis vena.
Penatalaksanaan
- Umum:
Usahakan untuk mengatasi faktor predisposisi seperti obesitas, DM
dan hiperhidrosis.
Menjaga kebersihan dan mencegah luka-luka kulit.
- Khusus:
Pemberian AB
Topikal bila masih infiltrat diberi salep iktiol 10%, jika lesi matang
lakukan insisi dan aspirasi, drainase lalu di kompres.
Sistemik: Eritromisin 4x250 mg/hari selama 1-2 minggu.
Penicilin 600.000 unit 5-10 hari.
Prognosis
Baik jika faktor predisposisi dapat diatas, prognosa menjadi kurang baik bila
terjadi Rekuensi.

8
HEMANGIOMA
Berdasarkan Tipe:
1. Hemangioma Stroberi
Ditandai dengan:
Dilatasi kapiler bentukan baru memenuhi seluruh lapisan
subdermal dan dermal.
Mempunyai batas tajam, meninggi.
Pembengkakan merah, cerah atau gelap dengan permukaan kasar
menyerupai bagian luar stroberi masak.
Bisanya muncul sendiri, bisa juga multiple.
Umumnya ditemukan dikepala.
Bisa sudah ada sejak lahir.
Tetapi paling mungkin mulai muncul selama beberapa bulan
kehidupan.
Lebih sering pada prematur (BB < 1500 gram).
Biasanya berhenti tumbuh pada usia 8 bulan.
Hilang pada usia 7 tahun, banyak juga hilang lebih awal.
2. Hemangioma Katernosa
Ditandai dengan:
Pembengkakan berbatas tak tegas.
Letak dalam dan dapat ditekan.
Seperti: kantung kencing.
Pembengkakan bisa meninggi dan berwarna kebiruan pada kulit
diatasnya.
Tersusun atas jaring-jaring venula yang saling berhubungan dengan
atau tanpa beberapa sinus besar.
Dapat ditemukan disetiap bagian tubuh.
Sudah ada sejak lahir atau segera setelahnya.

9
Biasanya membesar sebelum mulai Involusi dan regresi.
Penanganan:
a. Kebanyakan bayi dengan hemangioma tak memerlukan penanganan selain
pemantauan terhadap adanya komplikasi dan menenangkan orang tuanya yang
cemas.
Hemangioma yang mengganggu fungsi pernapasan atau penglihatan perlu
intervensi: Kortikostiroid & reseksi bedah.
b. Hemangioma Katernosa
Intervensi meliputi: pemeriksaan hematologis: Pembekuan darah, fibrinogen,
produk pemecahan fibrin, Hb. Hemtokrit, hiting platelet dan sediaan apusan
dan sel darah merah serta pemberian fresh frozen plasma.
c. Hemangioma fasial luas.
d. Hemangioma kecil dan meninggi.

10
BERCAK MONGOL
o Pengertian
Bercak mongol ialah keadaan yang merupakan "Makular berwarna abu" atau
biru dengan batas tepi bervariasi; paling sering pada daerah prasakral, tetapi
dapat pula ditemukan diposterior paha, tungkai, punggung dan bahu, dapat
soliter atau multiple dan sering kali luas.
o Penyebab
Lebih dari 80% bayi kulit hitam, orang timur dan India timur memiliki lesi
ini, sementara insidensinya pada bayi kulit putih kurang dari 10%. Warna
khas dari lesi ini ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung
melanin pada dermis, yang dianggap akibat terhentinya prose migrasi dari
kista neuralis ke epidermis. Bercak mongol biasanya menghilang dalam
beberapa tahun pertama, tetapi dapat pula menetap Behrman, 1992).
o Gejala
Bercak mongol pada seorang bayi korea berumur 6 bulan. Tampak beberapa
bercak pigmentasi berwarna kebiru kebu berbentuk oval, batasannya tidak
tegas, dengan bermacam pada daerah lumboskral. Bercak mongol relatif
lebih sering terjadi pada bayi, orang timur dan afrika (80%), sedangkan pada
populasi orang eropa kaukasia angka terjadinya hanya 1-5% saja. Biasanya
terletak didaerah pinggiran tubuh serta sekitar pundak dan menghilang
selama kanak-kanak, jarang sekali menetap sampai dewasa. (Simon, 1995).
o Penatalaksanaan
Tidak memerlukan penanganan yang khusus, sebab bercak mongol itu
sendiri merupakan keadaan yang fisiologis yang dialami bayi. Jadi bercak
mongol ini akan hilang sendirinya sejalan dengan umur anak yang semakin
besar.

11
MILIARIASIS
1. Pengertian
- Miliaria adalah dermatitis yang disebabkan oleh retensi keringat
(Abdurachman, 1998).
- Miliaria adalah sindrom perubahan kulit yang diikuti dengan
retensi keringat yang terjadi pada tingkat kulit yang berbeda (Dorland,
1997).
2. Penyebabnya
- Biasanya timbul bila ada udara panas dan lembab.
- Penyumbatan dapat disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan
radang dan oedema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan
diabsorbsi oleh strotum karneum.
3. Klasifikasi
a. Miliaria Kristalium
Miliaria dimana keringat dapat keluar sampai stratum karneum (masuk ke
stratum karneum) menimbulkan vesikel non inflamasi karena tipisnya
selaput yang menutupinya, maka tampak sebagai tetesan yang jernih
menyerupai titik embun.
Biasanya asimtomatis.
Vesikel mudah pecah karena gesekan dengan pakaian.
b. Miliaria Rubra
- Miliaria dimana keringat merembes sampai epidermis.
- Terlihat papula, vesikel dan eritema disekitarnya.
- Biasanya disertai rasa gatal.
- Mudah terjadi infeksi sekunder berupa infertigo dan furenkerulis.
- Lokalisasi penyakit ini adalah didaerah yang tertutup pakaian.
- Terutama didaerah dada dan punggung.

12
4. Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah:
a. Mengurangi produksi keringat.
b. Memberi kesembatan sumbatan pori itu hilang sendiri.
c. Sebaiknya penderita tinggal di ruangan yang menggunakan AC.
d. Atau tempat yang sejuk dan kering udaranya.
e. Dapat juga diberikan obat antikolinergik yang membuat produksi
keringat berkurang, misal = prontal probantine.
f. Pakaian yang digunakan harus tipis.
g. Topikal dapat diberikan bedak kocok yang bersifat mendinginkan.
h. Disinfektan serta anti gatal misal, lasio kumerfeldi.

13
MUNTAH DAN GUMOH

Muntah
1. Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam
lambung.
Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering sekali dijumpai dan dapat
menjadi berbagai gangguan (Depkes RI, 1992).
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut disertai dengan kontraksi
lambung dan abdomen (Markum, 1991).
Muntah dapat berupa penyakit ringan atau tidak berarti atau dapat
pula merupakan penyakit berat (Staf Pengajar IKA dan FKUI, 1998).
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi.
2. Penyebab
Pada masa neonatus
Kelainan konginital saluran cerna, iritasi lambung, atresia
esopagus, atresia/stenosis, obstruksi esofagus, kalasia hirsprung,
tekanan intra kranial meninggi.
Cara memberi makan yang salah dan lain-lain.
Setelah masa neonatus
Pada masa ini penyebab muntah makin banyak dan makin sulit didiagnosa.
Faktor psikogenik.
Faktor infeksi.

14
Faktor lain (invaginasi, kelainan intra kranial, intolesikasi dan lain-
lain) (Staf Pnengajar FKUI, 1998).
3. Temuan
Kaji ulang temuan, anamnesis dan pemeriksaan dan dapatkan informasi
tambahan sebagai berikut untuk menentukan kemungkinan diagnosis.
Tanya:
Muntah terjadi sejak pertama kali minum atau beberapa saat
kemudian.
Tenggang waktu antara pemberian waktu minum dan muntah
(berbuih, berwarna hijau atau bercampur darah).
Apakah mekonium sudah keluar.
Apakah puting susu ibu lecet.
Riwayat persalinan, kelahiran dan jumlah air ketuban.
Riwayat perdarahan ante partum.
Cari:
Distensi abdomen dan nyeri tekan (bayi menangis saat
abdomennya ditekan lembut).
Anus omperforata.
Hipersuliva.
4. Komplikasi
Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan
dehidrasi dan alkolosis.
Karena tak mau makan dan minum dapat menyebabkan Ketosis.
Ketosis dapat menyebabkan asidosis yang akhirnya dapat menjadi
mijatan (shock).
Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding
perut, perdarahan conjunctiva, ruptur esophagus, infeksi mediastinum,
aspirasi muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan
timbul perdarahan.
5. Sifat Muntah
Keluar cairan terus menerus kemungkinan obstruksi esofagus.

15
Muntah hijau kekuningan kemungkinan obstruksi di bawah ampula
vateri.
Muntah segera lahir dan menetap, kemungkinan tekanan intra
kranial tinggi atau obstruksi usus.
6. Penatalaksanaan
Pengkajian faktor penyebab.
Pengobatan tergantung dari penyebab.
Beri suasana tenang.
Perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati-hati.
Diet yang sesuai, jangan beri makanan yang merangsang.
Kaji sifat muntah.
Simphomatis dapat diberi anti emetik.
Bila adanya kelainan yang sangat penting segera lapor/rujuk ke
RS/yang berwenang.

Gumoh/Regurgitasi
Pengertian:
Gumoh/Regurgitasi adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan
ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol/menyusui dalam jumlah
hanya sedikit.
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan
melalui mulutnya dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu
(Depkes RI, 1999).
Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi
dengan usia dibawah 6 bulan.
Seiring dengan bertambahnya usia yaitu sampai usia diatas 6 bulan maka
regurgitasi semakin jarang dialami oleh anak.
Penyebab:
Posisi saat menyusui yang tidak tepat.
Minum terburu-buru.
Bayi/anak yang sudah kenyang tapi masih diberikan minum.
Posisi botol.

16
Pendeknya usus bayi sehingga kapasitas bayi untuk menampung makanan
lebih sedikit.
Penatalaksanaan:
Regurgitasi yang tak berlebihan merupakan keadaan yang abnormal, terutama
pada bayi yang muda, dibawah 6 bulan.
Pengobatan:
a. Dengan memperbaiki tehnik menyusui/memberikan susu.
b. Perbaiki posisi saat menyusui.
c. Bayi yang menyusui pada ibunya, harus dengan bibir yang mencakup
rapat puting susu ibu.
d. Menyendawakan bayi segera setelah selesai menyusui agar tidak terjadi
gumoh. Namun perlu diwaspadai, jika bayi gumoh atau muntah setiap kali
sehabis menyusui atau lebih dari 3 kali sehari bisa jadi penyebabnya adalah
melilitnya usus bayi.
Sendawa dapat dilakukan dengan cara:
1. bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar di
pundak ibu. Kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan samapi
terdengar suara bersendawa.
Menelengkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai
terdengar suara bersendawa.

17
KONSTIPASI

Konstipasi adalah kesulitan atau keterhambatan pasase faeces yang


menyangkut konstipasi tinja dan frekuensi berhajat.
Etiologi.
1. Fungsional Retensi tinja Fobia toilet
Depresi Enggan berhajat di sekolah
Latihan berhajat yang Focal soileng
salah
2. Obstruksi mekanis Penyakit hirsprung Stenosis rectum
Massa di pelvis Atresia ani (neunatus)
Obstruksi usus bagian Illeus mekonium
atas
3. Nyeri waktu Fistura ani Pemakaian pencakan
berhajat Benda asing berlebihan
Seksual abouse Praktitis
Prolaps rectum
4. Motilitas dan Akibat obat-obatan Kelainan endokrin
sensasi menurun Illeus akibat infeksi - Hipotoni
virus - Hiperprotiroid
Penyakit neuro - Hiperkalsemia
muscular: Batulisme informatik
- Hipotoni Tumor medulla spinalis
- Penyakit
werding - hofiman
- Palsi serebral
5. Kelainan tinja Diet
Dehidrasi
Malnutrisi
6. Pseudo konstipasi Bayi menyusui

18
Variasi normal

Patofisiologi
Dipengaruhi oleh diet, komposisi tinja, mortilitas tinja dan obstruksi saluran
mekanis.
Agar terjadi defekasi normal, anak harus merasakan tinja dalam rectum,
kemudian diafragma dan otot abdomen akan berkontraksi, spinter ani harus
berelaksasi sebagai respon terhadap dorongan bekas tinja. Kelainan
komponen-komponen yang mengatur defekasi normal akan menimbulkan
konstipasi.

Manifestasi Klinik
Mulai timbul dan lamanya konstipasi:
Konstipasi akut
Lamanya 1-4 minggu.
Penyebab tersering: infeksi virus, obstruksi mekanis, dehidrasi
Konstipasi kronis
Lamanya konstipasi lebih dari 1 bulan.
Penyebab tersering: fungsional, penyakit hirsprung.
Harus dibedakan penyebab konstipasi fungsional ataukah mekanis
(hirsprung atau lainnya).
Yang khas pada hirsprung berupa gangguan pasase faeces spontan
dimana faeces belum keluar pada 48 jam setelah lahir atau lebih.
Konstipasi fungsional biasanya mulai setelah anak berumur > 2
tahun. Mula-mula keluar faeces, namun karena sedemikian besar
sehingga menghalangi atau susah keluar.
Pemakaian obat anti kolinergik dapat menyebabkan konstipasi akibat
perangsangan terhadap sistem persarafan.
Bila penyebabnya hipertiroidisme dapat ditemukan hernia umbilikalis
yang terjadi perlahan disamping konstipasi. Pada umur yang lebih
lanjut dapat terjadi poli uri, polidipsi atau fissure ani.
Pada anamnesis makanan ditanyakan apakah jumlah yang dimakan
banyak mengandung serat., saat dan posisi defekasi, adakah gangguan

19
emosi pada penderita, serta adakah riwayat konstipasi pada anggota
keluarga yang lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisik:
Bentuk faecesnya.
Adakah keterlambatan pertumbuhan, dihubungkan dengan
penyebab organic atau hipotiroidisme.
Pemeriksaan neurologist umum dihubungkan dengan adanya
inerfosi spingter ani atau striktur.
Adakah distensi abdomen, prominen pada hirsprung atau
konstipasi fungsional yang lama.
Pemeriksaan rectal dapat ditemukan lesi stenosis atau dengan
hirsprung berupa rectum yang kosong dan pendek dan bila jari-jari
dikeluarkan gush yang tipik dari cairan dan gas.
Pada konstipasi fungsional dapat diraba massa faeces yang besar di
bawah spingter ani.
Perhatikan adanya fissure in ano atau lesi perinial lain.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lab:
UL (terutama pada konstipasi kronik).
Pemeriksaan kemungkinan kearah penyakit spesifik: hipotiroid,
hiperkalsemia dan lain-lain.
Barium enema: pada dugaan adanya lesi obstruksi distal.
Monometri rectal, perlu untuk diagnosis hirsprung atau ultra short
segment namun positif atau negative palsu dapat terjadi pada bayi.
Biposi, pada hirsprung dapat ditemukan tidak adanya sel-sel
ganglion, aktivitas kalinesterose meningkat.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan konsul
Pada hirsprung diperlukan tindakan bedah sedangkan pada hipotiroidisme
dan masalah tubular ginjal berupa terapi spesifik.

20
2. Simtomatik: terutama pada konstipasi fungsional ringan, berupa
laksans, seperti mineral oil, laktosa, natrium sulfo sukniksat dan preparat
sema pada kasus berat.
3. Konserfatif untuk menjadikan faeces lembek.
4. Kebiasaan buang air besar setiap hari atau toilet teratur 2x sehari
dan lebih baik sesudah makan.
5. Sikap yang baik berupa fleksio pada paha untuk menaikkan
tekanan intra abdomen dan evakuasi mudah tercapai dengan
mengistirahatkan kaki.
6. Untuk fissure in-ano perlu salep anaestesi dengan kastikostiroid.
7. Atasi penyebab psikologis.

DIARE

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi
dan anak di Indonesia.
1. Pengertian
- Hipocrates mendifinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang
tidak normal dan cair.
- Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare adalah buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya.
- Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah
lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi yang berumur lebih dari 1 bulan
dan anak lebih dari 3 kali.
- Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang
normal, ditandai dengan seringnya kehilangan cairan dan faeces yang tidak
berbentuk (Susan Martin T, 1998:8).
- Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan
atau lendir dalam tinja (Suharyono, 1999:51).

21
- Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang
dikeluarkan (Soeparto Pitano, dkk, 1999).
2. Macam-Macam Diare (Lab/UPF IKA, 1994:39)
a. Dare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung
paling lama 3-5 hari.
b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik, diare berlangsung lebih dari 14 hari.
Menurut MTBS (2000):
a. Diare akut:
Diare dengan dehidrasi berat
Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Diare tanpa dehidrasi
b. Diare peristen, bila diare berlangsung 14 hari atau lebih
Diare peristen dengan dehidrasi
Diare peristen tanpa dehidrasi
c. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah
3. Penyebab Diare dan Mekanismenya
Penyebab utamanya adalah: beberapa kuman usus penting yaitu: Ratavirus
Escherichia coli, Shigella, Cryptosporidium, Vikro cholerae dan Sahnonella
(Depkes RI, 1998).
Ada beberapa perilaku:
- Tidak memberi ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama
kehidupan.
- Menggunakan botol susu.
- Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
- Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
- Tidak mencuci tangan sesudah BAB atau sebelum menjamah
makanan.
Mekanisme dasar diare:
a. Gangguan osmatik
Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabakan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga

22
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu misalnya: toksin pada dinding usus, akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus,
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan natalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus
menurun, maka akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga
selanjutnya timbul diare pula.
4. Patofisiologi Diare
Sebagai akibat dari diare akut dan kronik.
a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
terjadi gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik,
hiperkalemia, dan sebagainya).
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masuknya makanan
kurang, pengeluaran bertambah).
c. Hipoglikemia.
d. Gangguan sirkulasi darah, misal: syok hipovolemik.
5. Gejala Klinis
- Mula-mula bayi dan anak menjcadi cengeng.
- Nafsu makan berkurang atau tidak ada.
- Kemudian timbul diare.
- Muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare karena lambung
ikut meradang.
- Gangguan asam basa dan elektrolit.
- Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit maka
gejala dehidrasi mulai nampak.
6. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.

23
c. Hipokalsemia (gejalanya: Metloritomus, hipotoni otot lemah,
bradikardi).
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan
defisiensi enzym lactase karena kerusakan villi mukosa usus halus.
e. Kejang terutama pada dehidrasi hipotonik.
f. Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah penderita
juga mengalami kelaparan.
7. Pengobatan
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).
2. Diedetik (pemberian makanan).
3. Obat-obatan
1. Jenis cairan
Cairan rehidrasi oral (oral rehidration)
1. Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO2 dan glukosa,
formula lengkap sering disebut oralit.
2. Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung
NaCl dan Sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larut gula garam,
larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam dan
sebagainya).
2. Cairan parenteral
1. DG aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian Glucosa 5%).
2. RL.g (1 bagian Ringer Laktat + 1 bagian Glucosa 5%).
3. RL
4. DG 1:2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian Glucosa 5%).
5. RL.g 1:3 (1 bagian Ringer Laktat + 3 bagian Glucosa 5% +
10%).
6. Cairan 4:4 (4 bagian Glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3
atau 4 bagian Glucosa 5-20% + 1 bagian NaCl 0,9%).
3. Jumlah pemberian cairan
1. Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi
dan bila anak mau minum serta kesadaran baik.

24
2. Intra gastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa
dehidrasi tetapi anak tak mau minum atau kesadaran menurun.
3. Intravena untuk dehidrasi berat.
Pedoman MTBS (Tindakan):
1. Diare tanpa dehidrasi (Rencana terapi A)
a. Beri cairan tambahan sebanyak anak mau.
Saat berobat, orang tua perlu diberikan oralit beberapa bungkus untuk
diberi pada anaknya di rumah.
Berikan penjelasan:
1. Beri ASI lebih lama setiap kali pemberian (bila anak masih diberi
ASI).
2. Jika diberi ASI eksklusif, beri oralit dan air matang untuk
tambahan.
3. Jika tidak memperoleh ASI eksklusif, beri salah satu cairan berikut:
oralit, kuah sayur, air tajin, air matang.
4. Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit di rumah
4. 1 bungkus oralit masukkan ke dalam 200 ml (1
gelas) air matang.
5. Usia sampai 1 tahun berikan 50-100 ml oralit setiap
habis berak.
6. Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok.
Apabila muntah tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi.
b. Lanjutkan pemberian makanan sesuai usianya.
c. Apabila keadaan anak tidak membaik dalam 5 hari atau bahkan
memburuk, anjurkan agar anak di bawa ke RS. Selama perjalanan oralit
tetap diberikan.
2. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (Rencana terapi B)
a. Berikan oralit dan observasi di klinik selama 3 jam dengan jumlah
sekitar 75 ml/kgBB atau berdasarkan usia anak.
Pemberian oralit sebaiknya dengan menggunakan sendok. Adapun jumlah
pemberian oralit berdasarkan usia atau berat badan dalam 3 jam pertama
adalah:

25
Sampai 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
(< 6 kg) (6-<10 kg) (10-<12 kg) (12-19 kg)
200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml
Apabila anak menginginkan lebih, maka dapat diberikan. Anak berusia
dibawah 6 bulan yang sudah tak minum ASI, diberikan juga air matang
sekitar 100-200 ml selama periode ini.
b. Ajarkan kepada ibu cara untuk membuat dan memberikan oralit
yaitu: 1 bungkus oralit dicampur dengan 1 gelas (200 ml) air matang.
c. Lakukan penilaian setelah anak diobservasi 3 jam.
Apabila membaik, pemberian oralit dapat diteruskan di rumah sesuai
dengan penangan diare tanpa dehidrasi. Apabila memburuk, segera pasang
infus dan rujuk ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan segera.
3. Diare dengan dehidrasi berat (Rencana terapi C)
a. Jika anak menderita penyakit berat lainnya, segera dirujuk.
Selama dalam perjalanan, mintalah ibu untuk terus memberikan oralit
sedikit demi sedikit dan anjurkan untuk tetap memberikan ASI.
b. Jika tidak ada penyulit berat lainnya, diperlukan tindakan segera
sebagai berikut:
Jika dapat memasang infus, segera berikan cairan RL atau NaCl
secepatnya secara intra vena 100 ml/kgBB dengan pedoman:
Umur Jumlah pemberian 30 Pemberian berikutnya
ml/kgBB, selama 70 ml/kgBB, selama
Bayi (< 12 bulan) 1 jam pertama 5 jam berikutnya
Anak (12 bulan- 5 30 menit pertama 2,5 jam berikutnya
tahun)
Keterangan:
Periksa kembali setelah 1-2 jam;
- Jika status hidrasi belum membaik (nadi lemah atau tak
teraba) ulangi pemberian pertama.
- Jika kondisi membaik, teruskan penanganan seperti pada
dehidrasi ringan/sedang.
Jika tidak dapat memasang infus tetapi dapat memasang sonde,
berikan oralit melalui naso gastrik dengan jumlah 20 cc/kgBB/jam
selama 6 jam.

26
- Jika anak muntah terus menerus dan perut kembung,
berikan oralit lebih lambat.
- Jika keadaan membaik setelah 6 jam, teruskan penanganan
seperti dehidrasi ringan/sedang.
- Jika keadaan memburuk segera lakukan rujukan.
Jika tidak dapat memasang infus maupun sonde, rujuk segera. Jika anak dapat
minum, anjurkan ibu untuk memberikan oralit sedikit demi sedikit selama
dalam perjalanan.

INFEKSI PADA NEUNATUS

o Infeksi pada masa neonatal mungkin diperoleh secara konginital, perinatal


dan/atau nasokomial.
o Cuci tangan sebelum dan sesudah personel perawatan kesehatan kontak
dengan pasien merupakan satu-satunya cara paling penting dalam
pencegahan infeksi.
o Infeksi pada neunatus lebih banyak ditemukan pada BBLR:
o Bayi baru lahir mendapat imunitas transplasental terhadap kuman yang
berasal dari ibunya.
o Sesudah lahir bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari
ibunya tetap juga berasal dari lingkungan.
PATOGENESIS
Infeksi pada neunatus dapat melalui beberapa cara.

27
Dibagi menjadi 3 golongan:
1. Infeksi ante natal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta.
Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman
dapat menyerang janin melalui jalan ini:
Virus yaitu rubella, variola, cytomegali spirokaeta yaitu trepanema
polidum dan bakteri seperti E coli.
2. Infeksi intra natal
Infeksi intra natal ini lebih sering terjadi daripada infeksi yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk kedalam rongga aminion
setelah ketuban pecah.
Hal ini dapat menyebabkan amnionitis.
3. Infeksi pasca natal
Dapat terjadi sesudah bayi lahir.
Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai
akibat perawatan yang tidak steril.
Pada umumnya infeksi ini dapat dicegah. Infeksi pada neunatus cepat sekali
menjalar menjadi infeksi umum. Gejalan infeksi pada neunatus biasanya
tidak khas seperti yang terjadi pada bayi yang lebih tua atau pada anak.
Klasifikasi Infeksi Perinatal:
1. Infeksi sistemik/infeksi berat
Sepsis
Meningitis
Pneumonia
Tetanus
Diarhea
2. Infeksi local/infeksi ringan
Infeksi pada kulit
Infeksi umbilikus
Infeksi pada mata
Definisi Sepsis Neunatorum
Penyakit yang secara klinis menunjukkan gejala yang berat.

28
Biakan darah positif (atau biakan positif ditempat lain yang biasanya
steril).
Gejala:
Malas minum
Gelisah/rewel
Letargis
Frekuensi pernafasan meningkat
BB tiba-tiba menurun
Pergerakan kurang
Muntah dan diare
Apnea
Suhu tidak stabil, penurunan suhu lebih sering
Distensi abdomen
Hipotensi, syok, purpura, kejang tanda lanjut
Klasifikasi Sepsis Pada Neunatus
Awitan dini
Usia bayi < 72 jam.
Didapat saat persalinan
Penularan vertical dari ibu ke bayi
Faktor resiko:
Ketuban pecah dini > 18 jam
Karioamnionitis maternal
Cairan ketuban berbau
Penanganan oleh bidan yang tidak terlatih
Infeksi saluran kemih ibu
Persalinan prematur
Karioamnionitis:
Ibu demam selama persalinan 380C
Nyeri pada uterus
Leukositosis
Denyut jantung janin meningkat
Sepsis awitan lambat

29
Usia bayi > 72 jam
Di dapat dari lingkungan
Infeksi nasokamial
Faktor resiko:
Prematuritas
Di RS
Prosedur invasive:
Ventilator
Alat infus
Kateter urine
Abses vena sentral
Kontak dengan penyakit infeksi.
Dokter, perawat, bayi dengan infeksi.
Tidak diberi ASI.
Buruknya kebersihan di ruangan.

BAKTERI PATOGEN PENYEBAB SEPSIS


Sepsis Awitan Dini
Bakteri gram negative:
Ecoli
Klabsiella
Enterococcus.
Group B streptococcus
Sepsis Awitan Lanjut
Bakteri gram negative:
Pseudomonas
Klebsiella
Staph aureus.
Coagulanse negative staphylococcus.
DIAGNOSA SEPSIS PADA NEUNATUS
Gejala klinis

30
Pemeriksaan laboratorium
Kultur bakteri pathogen
Pemeriksaan lab. lain
Tindakan: Pilihan pertama di RS/Puskesmas:
Ampicilin 50 mg/kg
Setiap 12 jam pada minggu pertama kehidupan bayi.
Setiap 8 jam pada usia 2-4 minggu.
Ditambah:
Gentamicin satu kali sehari.
Terapi suportif
Suhu lingkungan yang mendukung
Perbaiki gejala G1-muntah
Antisipasi kardio respirasi: hypoxia, apnea, syok
Perbaiki kelainan hematologist, anaemia, thrombocytopenia
Dukungan neurologist-kejang

INFEKSI SUPERFICIAL
Pustula
Punctie kemudian bersihkan dengan betadin dan beri antibody local.
Conjunctivitis: tetes mata kloromphenikol.
Oral Thrush: beri nistatin atau clotrimazole.

31

Anda mungkin juga menyukai