Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Napkin eczema, sama dengan dermatitis lainnya, yang menandakan dermatitis pada
daerah tertentu.(1) Napkin eczema, adalah semua erupsi yang terjadi di area yang tertutup oleh
popok dan dapat disebabkan akibat penggunaan popok.(2) Napkin eczema, merupakan
kelompok dermatosis spesifik, yang merupakan satu dari sekian banyak kasus dermatologik
yang terjadi pada bayi dan anak-anak, tercatat 1 juta anak menderita diaper rash tiap
tahunnya.(1)

Perjalanan penyakit melalui anamnesis dan gambaran klinis sangat penting untuk
menegakkan diagnosa.(2) Keluhan yang biasanya dikemukakan adalah bayi tak nyaman serta
rewel. Gambaran klinis berupa eritema yang ditemui di daerah sekitar kemaluan dan bokong.
(2,4)
Infeksi sekunder pada Napkin eczema, dapat disebabkan oleh Candida albicans dan
Staphylococcus aureus, mikroorganisme ini tidak berperan langsung dalam infeksi primer,
akan tetapi beberapa peneliti masih mempercayai bahwa Candida albicans merupakan faktor
primer dalam terjadinya napkin eczema. (4)

Penatalaksanaan napkin eczema, meliputi pencegahan dan pengobatan. Pada


pencegahan meliputi penggantian popok, menjaga higine kulit area popok, menghindari
bahan-bahan tertentu (yang bisa menyebabkan iritasi ataupun alergi), pemakaian salep
pelindung.(4) Pengobatan pada napkin eczema,tergantung dari derajat keparahan dan agen
penyebabnya. Napkin eczema derajat sedang hingga berat umumnya memerlukan antifungal
topikal. Kombinasi dengan menggunakan kortikosteroid topikal potensi ringan juga perlu
dipertimbangkan pada kondisi tertentu.(5)

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Napkin eszema adalah iritasi kulit yang meliputi area popok yaitu lipat paha, perut
bawah, paha atas, pantat dan anogenital.(4)

B. SINONIM

Napkin eszema, dermatitis popok iritan, eksim popok, napkin dermatitis, diaper
dermatitis, diaper rash, nappy rash(4)

C. ETIOLOGI

Etiologi napkin eczema bersifat multifaktorial. Faktor pencetus awal adalah kontak
jangka panjang dengan bahan tertentu dan meningkatnya kelembaban kulit akibat urin dan
feses. Keadaan ini dapat menyebabkan gesekan kulit, lebih mudah merusak barier kulit dan
meningkatnya reaktivitas untuk terjadinya iritasi kulit. Faktor predisposisi lainnya yang dapat
menyebabkan terjadinya napkin eczema adalah panas, peningkatan pH kulit, iritasi kimiawi,
superinfeksi dari Candida serta bakteri.(1)

D. EPIDEMIOLOGI

Kelainan ini sangat sering dijumpai pada bayi dan anak, namun kelainan ini dapat
juga dijumpai pada orang dewasa yang menggunakan popok.(5) napkin eczema juga dapat
terjadi pada orang tua dengan paralisis, inkontinensia urin dan pasien terbaring lama (stroke).
(4)

Napkin eczema secara konservatif banyak diobati oleh orangtuanya sehingga


prevalensinya diperkirakan 7-35% bayi yang pernah menderita dermatitis popok, paling
banyak menyerang usia 9-12 bulan, umumnya usia kurang dari 2 tahun.(4)

E. PATOFISIOLOGI

2
Popok bersifat oklusif sehingga menghambat penguapan dan kulit menjadi lembab,
memudahkan laserasi dan mempermudah proliferasi mikroorganisme serta lebih mudah
terjadi trauma gesekan. Kulit yang lembab mempunyai kerentanan yang lebih tinggi terhadap
gesekan, sehingga lebih mudah lecet apabila terkena gesekan karet popok atau celana plastik
pada permukaan kulit. Saat kulit terlalu basah akan lebih mudah terjadi abrasi/ infeksi, dan
stratum korneum menjadi lebih permeabel terhadap bahan tertentu. Adanya kenaikan suhu di
area popok karena popok menghambat penguapan hilangnya panas. Peningkatan suhu ini
berakibat vasodilatasi dan memacu inflamasi.(4)

Gambar 1. Patofisiologi dermatitis popok. (4)

F. DIAGNOSIS

3
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan keluhan bercak merah di daerah yang tertutup popok yang
sering membuat bayi tidak nyaman serta rewel. 4
2. Gambaran Klinis
Gambaran klinik berupa eritema mengkilat, pustul, vesikel, erosi, dan ulserasi. Napkin
eczema terbagi berdasarkan topografi : bentuk convenxities dermatitis (daerah W, yaitu area
cembung pantat, perut bawah, pubis) dan bentuk creases dermatitis ( daerah Y, yaitu area
cekungan lipatan inguinal, lipatan gluteal, perineum, perianal)4

Gambar 1. Diaper dermatitis6

3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium penunjang seperti KOH 10 % diperlukan untuk
menentukan apakah ada superinfeksi dengan candida albicans dan pemeriksaan gram
diperlukan untuk mengetahui superinfeksi dengan kuman gram misalnya staphylococcus. Tak
ada perbedaan bermakna yang dikemukakan mengenai frekuensi C albicans yang terdapat
pada bermacam-macam bentuk napkin eczema. Mikroorganisme lain yang dapat ditemukan
pada napkin eczema adalah Bacterium ammnoniagenes, Proteus, Pseudomonas, Escherichia
coli, Streptococcus, Staphylococcus, dan Enterococcus. 4
G. DIAGNOSIS BANDING

1. Kandidiasis
Jenis yang paling umum pada dermatitis popok berupa eritem merah terang, papul,
patches, plak yang cendrung melibatkan lipatan-lipatan tubuh serta permukaan yang
cembung. Dengan gambaran khas satelit lesion. 8

4
Gambar 2. Candidiasis 8

2 Dermatitis seboroik Infartil


Dermatitis seboroik pada bayi, lazim disebut dengan dermatitis seboroik infantil.
Kelainan ini terjadi pada bulan pertama, biasanya pada minggu ketiga dan keempat, tersering
pada 3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya tanpa terapi pada usia 8-12
bulan. Tempat predileksi dermatitis seboroik infantil terutama mengenai kulit kepala, alis,
bulu mata, lipatan nasolabial, bibir, telinga, dada, leher, lipatan paha, dan lipat bokong,
dengan atau tanpa disertai rasa gatal. 9
Lesi kulit pada fase awal akan berupa plak eritema berbatas tegas, disertai skuama
berminyak sehingga memberikan gambaran oily looking skin , kadang disertai krusta pada
puncak kepala. Kelainan ini berupa krusta meliputi seluruh kulit kepala, menebal, basah dan
melekat disebut cradle cup, crusta luteal atau milk crust. Lesi yang meluas ke wajah,
retroauricular, lipatan nasolabial, leher, tubuh, dan ekstremitas proksimal biasanya lebih kecil,
lonjong atau bundar dengan skuama lebih putih/ kering. Kelainam kulit pada lipatan leher,
umbilikus, aksila, dan popok berupa eritema berbatas tegas ditutupi skuama kuning
berminyak.9

5
Gambar 3 Dermatitis seboroik pada bayi8

3. Napkin psoriasis

Napkin psoriasis merupakan bentuk khusus dari psoriasis terutama pada anak-
anak kurang dari 2 tahun yang diklasifikasikan dengan penyakit lain berkaitan
dengan Napkin eczema. Lesi dermatologi eritema dengan skuama tebal pada daerah
anogenital, bokong, dan paha atas. 16

Gambar 4 Napkin Psoriasis14

6
H. PENATALAKSANAAN

1. Non Medikamentosa 1

a. Air
Daerah popok dibiarkan terbuka selama mungkin agar tidak lembab,
misalnya ketika bayi tidur.
b. Barrier Oinment
barrier ointments dioleskan setiap kali popok diganti. Contonya: seng
oksida, petrolatum, preparat barrier non mediatet
c. Cleansing dan pengobatan anti kandida
daerah popok dibersihkan dengan air ataupun minyak mineral dan
dilakukan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan kulit akibat gesekan. Bila dijumpai
orah trush dapat diberi anti kandida topikal atau nistatin oral.
d. Diapering
frekuensi penggantian popok perlu diperhatikan. Sebaiknya popok diganti setiap 1-
3 jam per hari dan 1 kali setiap malam hari atau popok diganti segera mungkin bila
telah kotor.

e. Education
edukasi orang tua sangat penting dalam penatalaksanaan dermatitis popok,
terutama tentang bagaimana higine penggunaan popok. Orang tua dianjurkan untuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti popok, membersihkan area bekas
popok dengan air hangat dan kain yang lembut.

2. Medikamentosa 1
a. Kortikosteroid topikal
kortikosteroid topikal yang dianjurkan adalah yang berpotensi ringan (misalnya:
krim hidrokortison 1%-2) dan umumnya diberi untuk jangka waktu 3-7 hari.
Penggunaan steroid poten merupakan kontraindikasi karena dapat menimbulkan
efek samping yang cukup banyak.
b. Anti fungal topikal
Nistatin dan imidazol terbukti aman dan efektif untuk pengobatan diaper rash
kandida, klotrimazol dan mikonazol nitral juga dapat digunakan.
c. Anti bakterial

7
bila terjadi infeksi ataupun infeksi sekunder pada napkin eczema dapat diberikan
beberapa anti mikroba, termasuk benzalkonium klorida dan triklosan.

I. KOMPLIKASI

1. Jacquet erosive diaper dermatitis


Jacquet erosive diaper dermatitis merupakan bentuk dari komplikasi dermatitis popok
yang jarang dan dapat terjadi pada semua usia. Kondisi ini dapat disebabkan oleh diare dan
air kencing pada pasien tersebut. Lesi yang ditemukan dapat berupa nodul eritematus
berbatas tegas dengan erosi dan tepi yang meninggi.1

Gambar 5 Jacquet erosive diaper rash 15

2. Papulae pseudoverrucous

Papulae pseudoverrucous adalah bentuk dari iritasi kronik akibat adanya suatu infeksi
berat seperti diare berat. Papulae pseudoverrucous sering didapatkan pada bayi. Lesi yang
tampak dari komplikasi ini adalah papul berkubah, berjumlah multiple berbatas tegas dengan
permukaan mengkilap, lesi dijumpai pada daerah perianal, bokong, vulva dan skrotum. Lesi

8
dapat menjadi lesi ulkus dan dapat menjadi infeksi sekunder. Secara histopatologi, didapatkan
adanya hiperplasia epidermal dan hiperkeratosis dengan infiltrasi pada lapisan dermal.13

Gambar 6. Papulae pseudoverrucous 13

J. PENCEGAHAN
Penggunaan popok sekali pakai, terutama yang mengandung absorbent gelling material
(super absorbent) dapat mengurangi keparahan penyakit. Frekuensi penggantian popok juga
perlu diperhatikan untuk menjaga daerah popok tetap kering. Pada anak atau bayi yang
mengalami diare, diperlukan perhatian dan perawatan khusus pada daerah yang tertutup
popok. Pembersihan sisa feses perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan
pertahanan kulit akibat gesekan. 5

9
K. PROGNOSIS

Prognosis pada napkin eczema apabila sesuai dengan pedoman ABCDE (air, barrier,
cleansing, diaper, and education), prognosis umumnya sangat baik pada pasien yang
menderita Napkin eczema. 17

Tidak ada kematian akibat napkin eczema pengecualian pada seorang yang
mengalami immunocompromised. Namun ruam pada Napkin eczema dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang signifikan jika dikaitkan dengan penyakit serius.17

Morbiditas yang terkait dengan Napkin Eczema adalah ketidaknyamanan dan infeksi
sekunder bakteri atau candida, yang mungkin lebih parah pada individu
immunocompromised. 17

BAB III

10
PENUTUP

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada dr. Berny M. Prawiro,
Sp.KK sebagai pembimbing yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam
pembuatan referat ini dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung sehingga referat ini
dapat terselesaikan.
Akhir kata, kami penyusun menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna,
baik pemikiran, pengetahuan, penyusunan bahasa, maupun sistematika. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca referat ini sangat
diharapkan guna menjadi pembelajaran bagi penyusun dalam menyusun referat di waktu
yang akan datang. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

11
1. Chang MW, Orlow SJ. Neonatal, Pediatric & Adolescent Dermatology. Dalam: Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI, dkk (editor). 2008. Fitzpatricks Dermatology General
Medicine. Edisi Ketujuh.USA : McGrawHill. h, 942-946.
2. Serdaroglu S, Ustunbas TK.2010. Diaper Dermatitis (Napkin Dermatitis, Nappy
Rash). Dalam: Journal of the Turkish Academy of Dermatology. Diunduh dari:
http://www.jtad.org/2010/4/jtad04401r.pdf
3. Moschella, S. 1992. Dermatology. Third edition. USA W.B Saunder Company. Hal
485-489.
4. Handaryati L.2003. Uji Banding Salep Ketokonazol 2% dan Seng Oksida 10% Pada
Dermatitis Popok. Diunduh dari eprints.undip.ac.id/14794/1/2003FK665.pdf
5. Silmiati, Ilmi. 2012. Artikel Kesehatan : Dermatitis popok. Cibubur : Rumah Sakit
Mitra Keluarga. Open : http://mitrakeluarga.com/cibubur/dermatitis-popok
6. Friedlander SF, Eichenfield LF, Leyden J, dkk. 2009. Diaper Dermatitis: Appropriate
Evaluation & Optimal Management Strategies Contemporary Pediatrics. USA :
Medisys Health Communications
Download:www.modernmedicine.com/sites/default/files/images/PDF/article-
590198.pdf.
7. Kuswadji. Kandidosis. Dalam: Djuanda A.2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p106-9.
8. Nelson E. Kandidiasis. In: Wahab S, editor. Ilmu Kesehatan Anak. 15 ed. Jakarta:
EGC; 1999. p. 663-664.
9. Hajar, S. 2015. Manifestasi Klinis Dermatitis Seboroik Pada Anak. Jurnal Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala Volume 15 Nomor 3 Desember 2015. Aceh : Fakultas
Kedokteran Syah Kuala
10. Horii K, Prissick T. Patient information : Diaper rash in infants and children.
Available at: URL: www.uptodate.com. Accessed.
11. Weller R, Hunter J, Savin J, Mark D.2002. Clinical Dermatology. 3 ed. Australia:
Balckwell; p. 53
12. Weller R, Hunter J, Savin J, Mark D. 2008. Eczema and Dermatitis. In: Clinical
Dermatology. 4 ed. Australia: Balckwell;p. 102-103.
13. Dandale A., et al.2013. Perianal pseudoverrucous papules and nodules. India :
Indian Jurnal Sex Transmitted Disease.p. 44-46.
14. Buxton P.K. 2003. Eczema and Dermatitis. In: ABC of Dermatology 4th ed. London :
BMJ Publishing Grou. p 17-24
15. Hafez A. Nasr, Duane. 2012. Jacquet's Dermatitis: An Unusual Type of Diaper Rash.

12
Open http://www.physicianspractice.com/pediatric-skin-diseases/jacquets-dermatitis-unusual-
type-diaper-rash
16. Cretu dkk. 2014. Napkin Psoriasis Case Report. USA National Library Of Medicine. Open
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25581961
17. Agrawal R, dkk. 2016. Diaper Dermatitis. Article Medscape. Open
http://emedicine.medscape.com/article/911985-overview#a2

13

Anda mungkin juga menyukai