Anda di halaman 1dari 9

Rabu, 01 Mei 2013

diaper rash

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang


Diaper rash atau yang sering disebut sebagai ruam popok ( sering terjadi pada anak
bayi ). Akibat dari iritasi pada bagian bokong bayi dan kebanyakan bayi baru lahir memiliki
iritasi kulit yang tak berbahaya yang biasanya akan hilang sendiri di bulan-bulan pertama.
Ruam popok pernah dialami oleh hampir semua bayi. Hal ini umum terjadi bila sang bayi
mengalami diare yang dapat menyebabkan popok lembab atau basah dan biasanya para ibu
akan merasa cemas bila kulit bayinya menjadi berbintik-bintik merah. Namun dengan
perawatan popok yang baik maka masalah ini akan mudah dan cepat diatasi sehingga para
ibu tidak menjadi khawatir lagi.
Incidence rate (angka kejadian) ruam popok berbeda-beda di setiap negara,
bergantung pada hygiene, pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara penggunaan
popok dan menurut saya mungkin juga berhubungan dengan faktor cuaca. Kimberly A Horii,
MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John Mersch, MD, FAAP
menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di
Amerika. Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak
pada usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam popok berkisar 4-35
% pada usia 2 tahun pertama.
Meskipun ruam popok menyebabkan sakit dan sangat mengganggu bayi Ibu,
namun biasanya tidak berbahaya. Ruam popok umumnya terjadi pada bayi dengan kulit
yang lebih sensitive. Jika ruam pada bayi Ibu disebabkan oleh popok yang basah atau infeksi
jamur, maka hanya dengan melepas popok dan membiarkan kulitnya terkena angin sudah
mampu menyembuhkan. Pastikan Ibu mengganti popoknya dengan rutin. Membasuh pantat
bayi dan mengeringkannya sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga menggunakan krim
khusus untuk membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Diaper Rash?
2. Apakah yang menyebabkan terjadinya Diaper Rash?
3. Bagaimanakah gejala yang timbul jika terjadi Diaper Rash tersebut?
4. Bagaimanakah anatomi fisiologi dari Diaper Rash?
5. Bagaimanakah patofisiologi dari Diaper Rash?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan Diaper Rash tersebut?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui tentang Diaper Rash
2. Untuk mengetahui penyebab Diaper Rash
3. Untuk memahami dan mengerti gejala klinis Diaper Rash
4. Untuk mengetahui anatomi fisiologi Diaper Rash.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Diaper Rash
6. Untuk memahami dan mengetahui penatalaksanaan yang tepat tentang masalah Dia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Diaper Rash


Ruam popok (diaper rash) adalah iritasi pada kulit bayi di daerah pantat atau aera
popok. Ini bisa terjadi jika popok basah telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak
menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri. Diaper rash merupakan bentuk ruam kontak
iritan primer yang paling umum ditemukan, disebabkan oleh kontak kulit dengan urin dan
feses yang berkepanjangan, karena urin dan feses mengandung bahan kimia yang bersifat
iritan seperti urea dan enzim-enzim usus.
Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan pada bayi.
Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran
usia 8 – 10 bulan. Ruam popok sering dialami oleh bayi baru lahir. Biasanya berwarna
kemerahan disertai lecet-lecet ringan dan gatal. Ruam popok terjadi karena ada gesekan
antara popok dengan kulit bayi. Hal ini karena kulit bayi masih sangat peka dan sensitif. Jika
dia memakai popok maka kulitnya otomatis tertutup, akibatnya kulit menjadi lembab.
Kelembaban yang berlebihan inilah yang memicu timbulnya ruam popok.
Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan
timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit
sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika
dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus ruam popok, atau dengan
melepaskan popok beberapa waktu.
Dermatitis yang mengering atau ruam yang sederhana biasanya tidak menular. Ruam
popok yang disebabkan oleh mikroorganisme kadang dapat menjalar ke bagian tubuh lainnya,
jika kondisinya memungkinkan (misalnya infeksi jamur yang akan tumbuh dengan baik di
tempat yang lembab dan hangat, dapat timbul pada kulit yang sudah teriritasi). Ketika
kondisinya tepat dan tidak dilakukan tindakan pencegahan, infeksi seperti ini juga dapat
menjalar ke anak lain.
2.2 Etiologi / Penyebab Terjadinya Diaper Rash
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis, napkin
dermatitis ), antara lain:
a. Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
b. Kurangnya menjaga hygiene. Popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera diganti
setelah BAK atau BAB (feces).
c. Infeksi mikro-organisme ( terutama infeksi jamur dan bakteri).
d. Alergi bahan popok.
e. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
f. Kebersihan kulit yang tidak terjaga.
g. Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing.
h. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab.
i. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen.
2.3 Tanda dan Gejala
Gejalanya antara lain :
a. Iritasi pada kulit yang terkena muncul sebagai crytaema.
b. Crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan, perut bawah paha
atas.
c. Keadaan lebih parah terdapat : crythamatosa.
d. Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam.
e. Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur.
f. Beruntutan di daerah kelamin, pantat, dan pangkal paha.
g. Timbul lepuh-lepuh di seluruh daerah popok.
h. Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering terkolonisasi (
ditumbuhi) oleh jamur, terutama jenis Candida Albicans, sehingga kelainan kulit bertambah
merah dan basah.
i. Mudah terjadinya infeksi kuman, biasanya staphylococcus aureus atau Sreptococcus beta
hemolyticus sehingga kulit menjadi lebih bengkak, serta di dapatkan nanah dan keropeng.
j. Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri.

2.4 Anatomi Fisiologi


Bagian Organ Kulit
1. Epidermis (Kutilkula)
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan
sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain seperti berikut :
a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun
oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasan secara perlahan-lahan,
digantikan dengan sel telur yang baru.
b) Stratum lusidum
Berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut.Semakin banyak melanin yang
dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna kulit akan menjadi semakin gelap. Coba Anda
perhatikan kulit orang “suku Dani di Irian dengan suku Dayak di Kalimantan. Jika dikaitkan
dengan hal ini apa yang terjadi pada kulit dari kedua suku tersebut? Selain memberikan
warna pada kulit, melanin ini juga berfungsi untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar
ultraviolet matahari yang dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah
yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah lemak tertentu di kulit menjadi
vitamin D, tetapi dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya bagi kulit. Kadang-kadang
seseorang menghindari sinar matahari di siang hari yang terik, karena ingin menghindari
sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena ternyata sinar ultraviolet ini dapat membuat
kulit semakin hitam. Berdasarkan riset, sinar ultraviolet dapat merangsang pembentukan
melanosit menjadi lebih banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit. Sedangkan jika
kita lihat seseorang mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut memiliki
pigmen karoten.
c) Stratum granulosum
Menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel
hidup dan terletak pada bagian paling bawah dari jaringan epidermis.
d) Stratum germinativum,
Sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif
membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar untuk membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel
yang baru terbentuk akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan
didorong dari bawah oleh sel yang lebih baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling
luar mengelupas dan gugur.
2) Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit dari pada epidermis, yang terdiri atas
banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal dari pada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis
dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen,
yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan
berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang
sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan
epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur
sekitarnya.
a) Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung
saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan
mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri
apabila rambut dicabut.

b) Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh darah ini akar-
akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.
c) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga
agar rambut tidak kering.
d) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan
bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat
adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat
dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.
e) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris.
Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau
khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenis Dermis
(Kulit Jangat).

2.5 Patofisiologi
Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena pemakaian popok. Lokasi
yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar kemaluan, maupun paha. Bahkan, jika
bakteri yang terdapat dalam urine bayi Anda terurai menjadi amonia, ruam ini bisa bertambah
parah. Tentu saja keadaan ini sangat tidak menyenangkan buat si kecil.
Bayi yang senang tidur lama sebenarnya tidak ada masalah. Tetapi masalahnya bila
popoknya basah berkali-kali dan membuatnya lembab. Karena penyebab ruam popok yang
paling utama adalah popok yang lembab. Popok yang lama terkena air seni dan tinja bisa
menimbulkan iritasi pada kulit. Bila tidak segera membersihkannya, bakteri dan jamur akan
tumbuh. Selain karena lembab ada juga bayi yang memang alergi terhadap popok sekali
pakai. Lebih baik gunakan popok tradisional dengan resiko harus lebih sering menggantinya
bila bayi buang air kecil atau besar.
Penggunaan produk bayi yang mengandung parfum juga bisa meningkatkan resiko
terkena ruam popok termasuk juga deterjen untuk mencuci pakaiannya. Disarankan
menggunakan diapers tanpa pewangi. Tetapi alangkah baiknya bila melakukan upaya
pencegahan, seperti :
1. Ganti popok sesering mungkin. Bila si kecil buang air besar, jangan menunda-nunda untuk
segera menggantinya.
2. Minimalisasikan penggunaan tissue basah untuk membersihkan area popoknya. Air bersih
adalah pilihan terbaik.
3. Hindari menggesek kulit bayi walau pun dengan handuk lembut. Sebaiknya tepuk-tepuk dan
angin-anginkan saja pantat si kecil untuk mengeringkannya.
4. Beri sirkulasi udara untuk area kulitnya yang terkena popok dengan cara menggunakan
popok kain, khususnya pada waktu tidur.
5. Jangan mengikat atau merekatkan popok terlalu kencang.
6. Bila ruam tidak hilang lebih dari 3 hari konsultasikan segera ke dokter, terutama bila timbul
demam dan tidak nafsu makan.
7. Jangan mengolesi ruam (bintik-bintik merah) dengan lotion atau baby oil. Gunakan salep anti
jamur yang mengandung Zinc di bawah pengawasan dokter.

2.6 Penatalaksanaan
1. Gantilah popok segera setelah anak kencing atau buang air besar. Hal ini mencegah lembab
pada kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang malam hari.
Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan terkena tinja tidak
menggesek kulit lebih luas. Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air. Anda tidak
perlu menggunakan sabun setiap kali mengganti popok atau setiap kali buang air besar. (Bayi
yang mendapat ASI dapat BAB sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun hanya bila tinja
tidak mudah keluar.

2. Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat menyebabkan masalah dengan
pernapasan pada bayi.

3. Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan kulit. Alkohol atau
parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi.

4. Gantilah popok yang telah penuh sesering mungkin.

5. Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali mengganti popok. Gunakan
air mengalir sehingga anda dapat membersihkan dan membilas tanpa tidak perlu menggosok.

6. Tepuk sehingga kering; jangan menggosok. Biarkan area di udara terbuka sehingga benar-
benar kering

7. Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang mengandung zinx ixide atau
petrolatum) untuk membentuk lapisan pelindung pada kulit. Salep ini biasanya tebal dan
lengket dan tidak hilang, seluruhnya pada penggantian popok berikutnya. Perlu diingat
garukan keras atau gosokan kuat hanya akan lebih memperberat kerusakan kulit.

8. Konsultasikan dengan dokter anda bila ruam: melepuh atau terdapat nanah, tidak hilang
dalam waktu 48 sampai 72 jam, menjadi lebih berat

9. Gunakan krim yang mengandung steroid hanya bila dokter anda merekomendasikan. Krim
tersebut jarang diperlukan dan mungkin berbahaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meskipun ruam popok menyebabkan sakit dan sangat mengganggu bayi Ibu,
namun biasanya tidak berbahaya. Ruam popok umumnya terjadi pada bayi dengan kulit
yang lebih sensitive.Jika ruam pada bayi Ibu disebabkan oleh popok yang basah atau infeksi
jamur, maka hanya dengan melepas popok dan membiarkan kulitnya terkena angin sudah
mampu menyembuhkan.Pastikan Ibu mengganti popoknya dengan rutin. Membasuh pantat
bayi dan mengeringkannya sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga menggunakan krim
khusus untuk membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok.
3.2 Saran
Jika ruam pada bayi Ibu disebabkan oleh popok yang basah atau infeksi jamur, maka
hanya dengan melepas popok dan membiarkan kulitnya terkena angin sudah mampu
menyembuhkan. Pastikan Ibu mengganti popoknya dengan rutin. Membasuh pantat bayi dan
mengeringkannya sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga menggunakan krim khusus
untuk membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok. Berikut tips untuk
menghindari ruam popok:
1. Gunakan popok kain dari bahan katun yang lembut.
2. Jangan terlalu ketat memakakan diaper, agar kulit bayi tidak tergesek.
3. Bila diaper penuh, sudah menggelembung atau menggantung, segera ganti dengan yang
baru.
4. Hindari pemakaian diaper yang terlalu sering (bahkan saat bepergian).
5. Jangan ada sisa urine/kotoran saat membersihkan bayi, karena kulit yang tidak bersih
sangat mudah mengalami ruam popok.
6. Jangan menggunakan sabun bila kulit bayi yang tertutup diaper merah dan kasar.

Anda mungkin juga menyukai