Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Ruam Popok
1. Pengertian
Diapers merupakan popok yang digunakan untuk melindungi genetalia
anak yang memiliki daya serap tinggi dan terbuat dari bahan plastik serta
campuran bahan kimia untuk menampung sisa-sisa metabolisme seperti feses
serta urine yang bersifat disposable atau sekali pakai, dalam penggunaan popok
yang bersifat disposable ini jika tidak digunakan secara tepat dan benar akan
menimbulkan kemerahan atau ruam di sekitar genetalia anak (Diena, 2009).
Ruam popok dapat diartikan sebagai infeksi kulit karena paparan urine
dan kotoran yang berkepanjangan ditambah dengan tekanan dan gesekan popok
yang bersifat disposable(diapers) (Sholeh, 2008, hml 14-16). .Ruam popok
merupakan gangguan kulit berupa peradangan di sekitar daerah yang ditutupi
oleh popok atau sekitar popok.Peradangan ini terutama terjadi pada bagian
daerah kedua belah paha, bokong, perut bagian bawah, sekitar kelamin serta area
di sekitar atas bokong dan punggung bawah (Amri, 2010)

2. Penyebab Ruam Popok


Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok antara lain:
1. Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
2. Kurangnya menjaga hygiene popok jarang diganti atau terlalu lama tidak
segera diganti setelah pipis atau BAB (feces).
3. Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
4. Alergi bahan popok.
5. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
6. Kebersihan kulit yang tidak terjaga.
7. Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
8. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab

Penyebab lain ruam diapers, penyakit ini disebabkan oleh berbagai macam
faktor, seperti faktor fisik, kimawi, enzimatik dan biogenik (kuman dalam urine
dan feses), penyebab ruam diapers atau eksim popok terutama disebabkan oleh
iritasi terhadap kulit yang tertutup popok dan oleh karena cara pemakaian popok
yang tidak benar, seperti tidak segera mengganti popok setelah bayi dan anak
buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB). Penggunaan popok yang
lama.Disposable diapers (sekali pakai buang atau sering disebut juga pampers
bayi) bahan yang digunakan dalam popok ini adalah bahan tenunan, tetapi bahan
yang dilapisi lembaran yang tahan air dan lapisan dengan bahan penyerap,
berbentuk popok kertas maupun plastik. Ruam diapers banyak ditemui pada bayi
yang memakai disposable (kertas atau plastik) dari pada popok yang terbuat dari
bahan katun, karena kontak yang terus menerus antara popok kertas dengan kulit
bayi serta dengan urine dan feses, kontak bahan kimia yang terdapat dalam
kandungan bahan popok itu sendiri, di udara panas bakteri dan jamur mudah
berkembang biak pada bahan plastik atau kertas dari pada bahan katun sehingga
menyebabkan eksim popok (Maryunani, 2010, hlm.293-294).

3. Mekanisme Terjadinya Ruam Popok


Penyebab utama popok belum diketahui secara pasti akan tetapi maserasi
dan gesekan merupakan faktor utama yang mendasari terjadinya diaper rash.Pada
saat bayi menggunakan popok,urin akan ditampung oleh popok.Hal ini dapat
meningkatkan kelembapan kuliat didaerah yang tertutup popok (menyebabkan
startum korneum dalam keadaan basah).Akibat statum korneum dalam keadaan
basah,permukaan kulit menjadi semakin rapuh dan mudah mengalami
lecet.Apabila stratum korneum terus-menerus dalam keadaan basah,akan
menyebabkan beberapa efek:
a. Menyebabkan permukaan kulit menjadi lunak dan mudah rusak, sehingga
lebih sensitive terhadap gesekan.
b. Kelembaban tinggi mengakibatkan turunnya fungi barier proteksi,
peningkatan dari kelembaban diketahui dapat meningkatkan degradasi
kulit sebayak empat kali lipat.Akibat degradasi dari kulit ini substansi
iritan mudah menembus kedalam lapisan dibawah stratum korneum,
meningkatkan paparan lapisan sel-sel akan udara yang memiliki efek
mengeringkan, serta memudahkan masuknya mikroorganisme yang
berbahaya.
Selain itu menurut Zaviera, F (2015) penyebab yang sering terjadi
dikarenakan terlalu lembab, luka atau gesekan, urine atau feses, Reaksi alergi
bahan popok, terpapar bahan kimia (sabun atau deterjen) yang ada di dalam
diaper, diare, riwayat alergi, infeksi bakteri, dan infeksi jamur. Kulit pada bayi
lebih tipis dari pada kulit orang dewasa (40-60%) dan memiliki perlekatan antara
epidermis dan dermis yang lamah.Bayi memiliki resiko terjadinya luka pada
kulit,absorpsi perkutaneus, dan infeksi pada kulit yang lebih tinggi.Bayi
prematus lahir pada kisaran usia kehamilan 32-34 minggu memiliki masalah
yang berhubungan dengan startum korneum yang imatur,termasuk peningkatan
transepidermal water loss (TEWL).Peningkatan TEWL dapat menyebabkan
kecacatan akibat dehidrasi,ketidak seimbangan elektrolit,dan instabilitas
thermal.Penggunaan Occulusive dressings atau emolien topical dapat
memperbaiki fungsi barier yabg rusak akibat menigkatanya TEWL (Paller dan
Mancini 2011).
Kulit bayi (3-12 bulan) secara struktur dan fungsi berbeda dari bayi (>12
bulan),dan perbedaan itu dapat mempengaruhi dermatitis popok iritan.Seacara
khusus,jaringan garis microrelief lebih padat distartum korneum (SC) dari bayi
muda(lahir hingga 6 bulan) dengan bayi dewasa (7-12 bulan).Bayi muda
memiliki permukaan volume ratio kulit yang lebih luas,daya serap dari kulit dapat
mengakibatkan maserasi dan berpotensi mengakumulasi alergi pada
epidermis.Lapisan kolagen bundalan dibawah kulit bayi mudah dengan SC dan
epidermis sekitar 30% dan 20% dari bayi dewasa membuat kulit rentan terhadap
penggunaan popok.Dibandingkan dengan kulit bayi dewasa kulit bayi muda lebih
rentan dan tidak mampu mengatur keseimbangan air kerena belum matang dan
mudah pecah secara alami,bayi muda memerlukan kepedulian extra selama bulan
pertamasetelah kelahiran dibandingkan bayi dewasa.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ruam Popok


Menurut Boediardja (2010) beberapa factor yang berperan dalam
timbulnya ruam popok yaitu:
a. Kelembapan Kulit
Popok menutup kulit sehingga menghambat penguapan dan
menyebabakan kulit menjadi lembab.Kulit yang lembab akan lebih mudah
rentan terhadap gesekan sehingga kulit mudah lecet yang akan mempermudah
iritasi. Kulit yang mengalami iritasi akan lebih mudah terinfeksi jamur
maupun kuman. Selain itu, Kelembapan kulit dapat meningkat oleh
pemakaian popok yang ketat, serta berulang kali terpapar air dari urin dan
feses.
Keasaman kulit didaerah yang tertutup popok secara signifikan lebih
tinggi dari pada kulit tanpa popok. Pada uji Klinik mengenai pH kulit,
kelembaban dan skor raum kulit dari totol 1.6001 bayi dalam empat uji klinis
ditemukan bahwa kelembaban pada pH kulit secara signifikan lebih tinggi
pada kulit dengan popok dari pada tanpa popok.Bakterial yang berasal dari
mikroba fases dan urin dapat meningkatkan Ph kulit yang tertutup (pH kulit
normal 5-6) (Stamatas, et al,2010).
b. Urin dan feses
Urin akan menambah kelembaban kulit yang tertutup popok sehingga
meningkatkan kerentanan kulit.Amonia yang berbentuk dari urin dan enzim
yang berasal dari feses akan meningkatkan pH kulit sehingga kulit menjadi
lebih rentan terhadap bahan iritan. Jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh si bayi dan anak juga berpengaruh terhadap pH feses
sehingga bayi yang minum air susu ibu lebih sedikit yang menderita ruam
popok dibandingkan dengan yang minum susu formula.
Asupan susu pada bayi 8-12 kali dalam sehari sehingga produksi dan
frekuensi urin yang normal pada bayi berkisar 1-2ml/kg berat badan/jam, jika
berat badan bayi sebesar 6 kg, maka volume urin perhari sekitar 144-288.
Frekuensi BAK normal pada bayi adalah 6 kali dalam sehari dan bias lebih
tergantung dengan asupan cairan yang diperoleh bayi.
c. Mikroorganisme
Jamur candida albicans adalah jamur yang normal terdapat dikulit
dalam jumlah sedikit. Pada keadaan kulit yang hangat dan lembab karena
pemakaian popok, Jamur tersebut akan tumbuh lebih cepat menjadi lebih
banyak sehingga dapat menyebabkan radang (ruam popok). Keadaan kulit
yang hangat dan lembab juga memudahkan timbulnya kuman,yang paling
sering adalah staphylococcus aureus.
d. Jenis Popok
Menurut Maryunani (2010), penyebab diaper dermatitis disebabkan
oleh berbagai macam factor ,fisik,kimiawi,enzimatik dan biogenik ( kuman
dalam urin dan feses), tetapi penyebab diaper rash /eksim popok terutama
disebabakan oleh iritasi terhadap kulit yang tertutup oleh popok oleh karena
cara pemakaian popok yang tidak benar seperti:
1. Penggunaan popok yang terlalu lama
Penggunaan popok yang terlalu lama dapat beresiko terjadinya ruam
popok, apabila ditambah dengan pemilihan popok yang salah, maka dapat
mempercepat terjadinya ruam popok , perlu diketahui bahwa jenis popok
bayi ada dua macam, yaitu:
a) Popok yang disposibel (sekali pakai buang, atau sering juga disebut
pampers bayi). Bahan yang digunakan pada popok ini bukan bahan
tenunan tetapi bahan yang dilapisi dengan lembaran yang tahan air dan
lapisan dengan bahan penyerap, berbentuk popok kertas maupun
plastic,popok sekali pakai umumnya disusun menjadi tiga lapisan
yaitu lapisan dalam,lapisan inti yang mengandung bahan absorben,
dan lapisan luar. Lapisan dalam berpori untuk mengurangi gesekan
kulit dan ditambah dengan formula khusus, seperti zinc oxide,olive oil
dan petroleum untuk menjaga agar kulit tetap kering.Absorbent
lapisan inti yang sering digunakan adalah cellulose dan absorbent
gelling material (AGM) atau superabsorbent yang terbuat dari sodium
poliakrilat yang dapat memisahkan cairan urin dari feses dengan cepat
dan menjaga kesetabilan PH. Lapisan luar popok bersifat kedap air
tetapi dapat terbuat dari bahan yang berpori. Masih bias dipastikan
hingga saat ini tentunya adaptasi kulit bayi, Perawatan dan
penggantian yang tepat memegang peranan penting dalam penggunaan
popok.
b) Popok yang dapat digunakan secara berulang (seperti popok yang
terbuat dari katun). Diaper rash banyak ditemui pada bayi yang
memakai popok disposibel (kertas atau plastik) dari pada popok yang
terbuat dari bahan katun karena kotak yang terus-menerus antara
popok kertas dengan kulit bayi serta dengan urin dan feses, kontak
bahan kimia yang terdapat dalam kandungan bahan popok itu sendiri,
diudara panas, bakteri dan jamur lebih mudah berkembang baik pada
bahan plastik /kertas dari pada bahan katun.
2. Tidak segera mengganti popok setelah bayi atau belita buang air besar
dapat menyebabkan pembentukan ammonia. Feses yang tidak segera
dibuang, bila bercampur dengan urun akan membantuk amonia. Amonia
akan meningkatkan keasaman (PH) kulit sehingga aktivitas enzim yang
ada pada feses akan meningkat dan akhirnya menyebabkan iritasi pada
kulit.
5. Tanda dan Gejala Ruam Popok
Tanda dan gejala ruam popok bervariasi dari yang ringan sampai yang
berat. Pada gejala awal kelainan derajat ringan seperti kemerahan ringan di kulit
pada daerah sekitar penggunaan popok yang bersifat terbatas, disertai dengan
lecet atau luka ringan pada kulit, berkilat, kadang mirip luka bakar, timbul
bintik-bintik merah kadang membasah dan beng kak pada daerah yang paling
lama berkontak dengan popok seperti paha. Kelainan yang meliputi daerah kulit
yang luas (Maryunani, 2011). Reaksi alergi bahan popok bisa menjadi penyebab
ruam pada bayi, karena ada merek tertentu yang memiliki kualitas bahan yang
memiliki daya serap rendah,sehingga penggunaan popok sering melebihi daya
tamping, kualitas popok yang juga dapat mengakibatkan ruam popok karena air
seni bayi yang tidak terikat pada serat popok akan diserap dan mengendapdi kulit
bayi dan menimbulkan ruam. Kalau ruam popok sudah terlanjur terjadi, sebaiknya
dihin dari dulu penggunaan popok sekali pakai hingga kulit bayi benar-benar
sudah sembuh (Mayo,2008). Diapers juga membuat pekerjaaan ibu menjadi lebih
ringan karena tidak perlu mencuci, menjemur, menyetrika setumpuk popok. Pada
sisi buruknya penggunaan diapers dapat menyebabkan terjadinya ruam popok.
Kesalahan dalam pemakaian popok bisa menjadi ancaman terhadap bayi. Dampak
terburuk dari pemakaian popok yang salah selain mengganggu kesehatan kulit
juga dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan bayi. Bayi yang
mengalami ruam popok akan mengalami gangguan seperti rewel dan sulit tidur,
selain itu proses menyusui menjadi terganggu karena bayi merasa tidak nyaman
sehingga berat badan tidak meningkat (Handy, 2011)
Menurut Matyunani (2010) gejala diaper rash bervariasi mulai dari yang
ringan sampai yang sedang dengan yang berat. Secara klinis dapat terlihat
sebagai berikut:
a) Gejala-gejala yang biasa ditemukan pada diaper rash oleh kontak dengan
iritan yaitu kemerahan yang meluas, berkilat, kadang mirip luka bakar, timbul
bintil-bintil merah, lecet atau luka bersisik, kadang badah dan bengkak pada
daerah yang paling lama kontak dengan popok, seperti pada paha bagian
dalam dan lipatan paha.
b) Gejala yang terjadi akibat gesekan yang berulang pada tepi popok, yaitu
bercak kemerahan yang membentuk garis batas popok pada paha dan perut.
c) Gejala diaper rash oleh karena jamur kandida albicans ditandai dengan bercak
atau bintik kemerahan berwarna merah terang,basah dengan lecet-lecet pada
selaput lender anus dan kulit sekitar anus, lesi berbatas tegas dan terdapat lesi
lainya disekitar anus.

6. Faktor-faktor pencetus ruam popok


Faktor-faktor pencetus ruam popokterdiri dari kulit yang basah dan kotor.
Keadaan oklusi (tertutup oleh popok), kelembapan kulit, luka atau gesekan,
urine, jamur dan bakteri. Pada keadaan normal memang ada jamur dan kuman
pada tubuh kita, tetapi kalau kulit basah, kotor dan berlangsung lama maka akan
terjadi diaper rash. Penyebab ruam popok bersifat multifaktorial, antara lain
peranan urine, feses, gesekan, kelembapan kulit yang tinggi, bahan iritan
kimiawi, penggunaan jenis popok yang tidak baik, dan adanya infeksi bakteri atau
jamur. Dampak terburuk dari penggunaan popok selain mengganggu kesehatan
kulit juga dapat mengganggu perkembangan pertumbuhan bayi. Bayi yang
menderita diaper rash akan mengalami gangguan seperti rewel dan sulit tidur
(Arifin, 2007).

7. Klasifikasi Ruam Popok


Klasifikasi derajat ruam popok menurut (Marty, 2006) sebagai berikut:
a. Derajat sangat ringan ruam popok
Terjadi kemerahan samar-samar di daerah popok, terdapat papula
dengan jumlah sedikit, kulit sedikit mengalami kekeringan.
Gb.1 Ruam popok pada bagian bokong bayi
memiliki warna kemerahan samar-samar

b. Derajat ringan ruam popk


Terjadi kemerahan yang kecil pada daerah popok, tersebut benjolan
papula, kulit mengalami kekeringan dalam skala sedang.

Gb.2 Ruam popok pada daerah bokong bayi mengalami


warna kemerahan yang samar yang lebih sedikit jelas
c. Derajat ringan-sedang ruam popok
Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah popok yang lebih besar,
terjadi kemerahan pada daerah popok dengan luas yang kecil, terjadi
kemerahan pada daerah yang intens didaerah yang sangat kecil.Serta kulit
mengalami kekeringan dalam skala sedang.
Gb.3 Ruam popok pada daerah bokong bayi mengalami
warna kemerahan yang samar yang lebih sedikit jelas dan
terdapat benjolan sekitar bokong

d. Derajat sedang / berat ruam popok


kemerahan pada daerah yang lebih besar, terjadi kemerahan yang
intens didaerah yang sangat kecil, terjadi benjolan (papula) dan beberapa
benjolan (0-5) terdapat cairan didalamnya (pustules), kulit mengalami sedikit
pengelupasan, mungkin terjadi pembengkakan (edema).

Gb.4 Ruam popok pada daerah bokong bayi mengalami


warna kemerhan yang sudah meyebar didaerah sekitar
bokong dan terdapat luka lecet.
e. Derajat berat ruam popok
Terjadi kemerahan intens didaerah yang lebih besar,terjadi
pengelupasan kulit yang parah, terjadi pembengkakan (edema) yang parah,
beberapa daerah sekitar popok mengalami kehilangan lapisan kulit bagain atas
dan terjadi pendarahan, banyak terjadi benjolan (papula) dan tiap benjolan
terdapat cairan (pustule).

Gb.4 Ruam popok pada daerah bokong bayi mengalami


warna kemerhan yang sudah meyebar didaerah sekitar
serta luka lecet
8. Skala Derajat Keparahan Ruam Popok

No Nilai Derajat Keparahan


1. 0 Tidak ada Tidak ditemukan ruam
2. 0,5 Sangat ringan Pucat sampai merah muda pada area
yang sangat kecil (<2%); dapat dijumpai
papul tunggal / sedikit kering
3. 1,0 Ringan Pucat sampai merah muda pada area
yang kecil (2%-10%) atau kemerahan
pada area yang sangat kecil (<2%) dan/
atau papul yang menyebar dan / atau
sedikit kering /berskuma

4. 1,5 Ringan / Sedang Pucat sampai merah muda pada daera


yang lebih besar (10%) atau kemarehan
pada area yang kecil (2%-10%) atau
kemerahan yang sangat intens pada
daerah yang sangat kecil(<2%) dan /
atau papul yang menyebar (<10%) dan /
atau kekeringan /skuama sedang.

5 2,0 Sedang Kemerahan pada area yang sangat besar


(10%-50%) atau kemerahan yang sangat
intens pada area yang kecil (<2%) dan /
atau daera dengan papul tunggal sampai
beberapa papul (10%-50%) dengan lima
atau lebih postal, dapat terjadi
deskuamasi dan / atau edema sedang.
6 2,5 Sedang / Berat Kemerahan pada daera yang sangat
besar (>50%) atau kemerahan yang
sangat intens pada area yang sangat kecil
(2%-10%) tanpa edema dan / atau
pustul multiple; dapat terjadi deskuamasi
sedang dan /atau edama

7. 3,0 Berat Kemerahan yang sangat inyens pada


daerah yang lebih besar (>10%) dan /
atau deskuamasi berat edema berat,
erosi dan ulserasi; dapat terjadi papul
berkonfluens pada area yang sangat
besar atau beberapa pustule / vesikel.
B. Diapering Care ( Perawatan dan Penggunaan Popok)
Pedoman Pratik klinis tentang perawatan kulit neonatal dari Association
of women’s Health, Obstetric and Neonatal Nurse (AWHONN,2013) untuk
pencegahan dan perawatan dermatitis popok. Perlu dilakukan pencegahan
sebelum berkembang secara keseluruhan dermatitis popok.Tujuanya adalah
untuk mengurangu inflamasi, memperbaiki kerusakan pada kulit dan mencegah
terjadnya kembali dermatitis popok (Shin, 2014).
Solusi praktis non farmakologi untuk perawatan dan pencegahan diaper
rash adalah dengan cara pemberian olive oil terhadap daerah kulit yang
mengalami iritasi kulit.berikut ini penjelasan mengenai olive oil.
1. Definisi
Minyak zaitun adalah salah satu minyak 35 yang diperas dari buah zaitun
tentang manfaat minyak zaitun bahwa minyak zaitun mengandung emolien
yang bermanfaat untuk menjaga kondisi kulit yang rusak seperti psoriaris dan
eksim. Minyak zaitun dapat menghilangkan ruam terutama pada pantat bayi
atau anak yang terja di kemerahan (Setyanti, 2012). minyak Zaitun banyak
digunakan dalam bidang kesehatan karena kandungan asam lemak tak
jenuhnya yang tinggi, khususnya asam lemak tak jenuh dengan ikatan
rangkap tunggal yang di dalamnya terdapat asam oleat (Omega 9) dan juga asam
linoleat (Omega 6) dengan kadar 6585%. Minyak zaitun mampu meredakan
iritasi, kemerahan, rasa kering, atau gangguan lain pada kulit akibat faktor
lingkungan. Vitamin E pada minyak zaitun akan membantu melawan radikal
bebas, penuaan kulit, dan kerusakan yang diakibatkan oleh paparan polusi dan
sinar matahari (Magdalena, 2013). Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti
beropini bahwa minyak zaitun mampu mengurangi derajat ruam popok karena
terdapat antiseptik yang terkandung didalamnya serta dengan memerhatikan cara
penggunaan dan takaran yang tepat. Dari hasil penelitian, terdapat responden
yang mengalami stagnasi ruam popok berderajat berat dikarenakan lalainya ibu
responden untuk memberikan minyak zaitun sehabis mandi. Apabila digunakan
secara teratur maka minyak zaitun sangat efektif untuk obat alternative
pencegah ruam popok pada bayi Seperti yang terdapat pada alpukat, yang
melembabkan dan mengenyalkan kulit dengan kombinasi vitamin A dan E-nya,
demikian menurut situs The Daily Green. Minyak zaitun mampu meredakan
iritasi, kemerahan, rasa kering, atau gangguan lain pada kulit akibat faktor
lingkungan. Kita bias mengaplikasikan minyak zaitun ke kulit dengan kapas.
2. Manfaat minyak zaitun terhadap ruam popok
Beberapa pakar mengatakan bahwa minyak zaitun dapat digunakan untuk
mengatasi ruam di negeri-negeri yang memproduksi zaitun, seperti Umbria,
italia. Minyak zaitun merupakan salah satu perawatan khusus yang berkhasiat
melawan terbakar matahari atau ruam pada pantat bayi. Minyak obat yang
digunakan adalah minyak zaitun extra virgin. Extra virgin olive oil (EVOO)
merupakan jenis minyak perasan pertama dengan proses perasan dingin, yaitu
perasan buah zaitun dengan digiling menggunakan batu atau baja dalam waktu
sekitar dua hari. Minyak zaitun ekstra memiliki keasaman oleat 0,8 gram per 100
gram (0,8%). Unsur penunjang dalam extra virgin olive oil (EVOO) antara lain
Vitamin E, Asam lemak esensial, klorofil, senyawa fenol, fitoestrogen, strerol.
Extra virgin olive oil (EVOO) dianggap sebagai minyak zaitun dengan kualitas
terbaik karena tahapan proses produksinya sedikit sehingga kandungan
antioksidannya, terutama fenol dan vitamin E, sangat tinggi. Fenol dan vitamin E
ini mempunyai manfaat sebagai anti inflamasi (anti peradangan). Inflamasi akut
pada kulit yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh pemakaian
popok (Wong, 1993)
Manfaat minyak zaitun menurut penelitian (Setyanti, 2012). bahwa
minyak zaitun (Olive Oil) mengandung emolien yang bermanfaat untuk menjaga
kondisi kulit yang rusak seperti psoriaris dan eksim. Minyak zaitun dapat
menghilangkan ruam terutama pada pantat bayi atau anak yang terjadi
kemerahan (Setyanti, 2012).
3. Jenis-jenis Minyak Zaitun
a) Virgin olive oil : merupakan jenis minyak perasan pertama dengan proses
perasan dingin, yaitu perasan buah zaitun dengan digiling menggunakan
batu atau baja dalam waktu sekitar dua hari. Minyak zaitun ekstra
memiliki keasaman oleat 0,8 gram per 100 gram (0,8%). Unsur
penunjang dalam extra virgin olive oil (EVOO) antara lain Vitamin E,
Asam lemak esensial, klorofil, senyawa fenol, fitoestrogen, strerol. Extra
virgin olive oil (EVOO) dianggap sebagai minyak zaitun dengan kualitas
terbaik karena tahapan proses produksinya sedikit sehingga kandungan
antioksidannya, terutama fenol dan vitamin E, sangat tinggi. Fenol dan
vitamin E ini mempunyai manfaat sebagai anti inflamasi (anti
peradangan). Inflamasi akut pada kulit yang disebabkan secara langsung
atau tidak langsung oleh pemakaian popok.
b) Revinet olive oil : merupakan minyak zaitun yang berasal dari penyulingan,
jenis ini tingkat keasamanya lebih dari 3.3%, aromanya kurang begitu baik
dan rasanya kurang menggugah lidah.
c) Pure olive oil : minyak zaitun yang paling laris dijual di pasaran, warna,
rasanya, lebih ringan dari virgin olive oil.
d) Extra light olive oil : merupakan campuran minyak zaitun murni dan hasil
sulingan, sehingga kualitasnya kurang baik, tetapi jenis ini lebih populer
dipasaran karena harganya lebih murah dari pada jenis lainnya.
4. Kandungan minyak zaitun
Adapun kandungan dari minyak zaitun itu sendiri adalah :
1. Lemak jenuh
a. Asam palmitat 7,5-20,0%.
b. Asam stearat 0,5-5,0%.
c. Asam aracidat <0,8%.
d. Asam behenat <0,1%.
e. Asam mistrat <0,1%.
f. Asam lignocerat <1,0%.
2. Lemak tak jenuh
a. MUFA terdiri atas oleat atau omega 9 55-83% dan asam polmito leat 0,3
asam 3,5%.
b. PUFA terdiri dari asam linolet omega 6 3,5-2,1% danasam linoleta omega
3<1,5%.
c. Vitamin E dan vitamin K.
d. Senyawa oktioksidon fenol, tokoferol, sterol, pigmen fitroestrogen.37
3. Mekanisme Minyak Zitun
pemberian minyak zaitun terhadap ruam popok. Minyak zaitun akan
menjaga kelembaban kulit.Dengan sifatnya sebagai antiseptik oil dapat
mengurangi kemerahan pada ruam popok dan mencegah air melakukan kontak
langsung dengan kulityang terkena ruam popok. Secara teori minyak zaitun
(olive oil) bermanfaat untuk melembutkan kulit, mempertahankan kekembaban
dan elastisitas kulit, sekaligus memperlancar proses regenerasi kulit. Pemberian
minyak zaitun (olive oil) yang diberikan pada anak yang mengalami ruam
sebanyak 2,5 ml setiap pagi dan sore hari(Nangili, 2013). 38
Komplikasi dalam menggunakan minyak zaitun (olive oil) pada kulit dan
secara berlebihan dapat menyebabkan ruam kulit, namun jika di konsumsi secara
berlebihan juga dapat menyebabkan diare ( Nuryadi, 2013).
C. Kerangka Teori

Faktor-Faktor Diaper rush

1. Ketersediaan sarana
dan fasilitas pada
penggunaan popok Penggunaan
2. Sikap dan kebiasaan disposible
ibu diaper
3. Pendidikan
4. Usia bayi
5. Usia ibu
6. Jenis kelamin bayi
Diaper Rush Diaper Care

Terjadi
penurunan
derajat Diaper
rush pada bayi

Anda mungkin juga menyukai