warna kemerahan pada area yang terkena iritasi, terasa gatal dan lecet
sekitar dubur, bokong, lipat paha, dan perut bagian bawah. Penyakit
ini sering terjadi pada bayi dan anak balita yang menggunakan popok,
biasanya pada usia kurang dari 3 tahun, paling banyak pada usia 9-12
popok untuk bayi dan balita. Hal ini disebabkan oleh terpaparnya urin
dan feses pada kulit yang lama. Ruam popok atau juga diaper rash,
popok setelah bayi atau anak BAK atau BAB. Kontak yang lama dan
berulang dengan bahan iritan, terutama urine dan feces, bahan kimia
dan bahan kimia yang dipakai oleh pabrik pembuat popok disposable
yang sensitif.
bahan-bahan yang ada pada bedak bayi, baby lotion, dan baby
oil.
Infeksi kulit yang ringa dapat menyebar ke area lain. Are tubuh
karena daerah ini hangat dan lembut, menjadi tempat ideal bagi
lipatan.
5) Kulit sensitif
popok.
6) Penggunaan antibiotic
berikut:
1) Kondisi lembab
4) Infeksi jamur.
5) Infeksi bakteri.
zat ammonia yang terkandung dalam urin atau feses bayi dalam
jangka waktu lama. Apabila diaper rash tidak segera ditangani atau
1) Derajat Ringan
terbatas
2) Derajat Sedang
Tanda dan gejala ruam popok bervariasi dari yang ringan sampai
lecet atau luka ringan pada kulit. Kelainan derajat sedang berupa
biasanya terasa nyeri dan tidak nyaman. Pada ruam popok yang parah
adanya macula dan papula pada kulit yang kontak langsung dengan
popok. Terutama pada lipatan kulit. Pada beberapa kasus, bayi dan
balita yang mengalami ruam akan tampak merah dan berkembang dan
meluas. Pustula yang lunak juga sering terjadi. Ketika infeksi Candida
tepi yang tajam akan pecah dan keluar.papula dan pustule kecil akan
berikut :
kondisi lembap.
popok adalah menjaga agar kulit bayi tetap kering dan bersih.
Gantilah popok segera setelah si kecil buang air kecil atau besar agar
kali mengganti popok atau setiap kali buang air besar. Hindarkan pula
2010)
gesekan kulit dengan mengganti popok segera setelah buang air kecil
dengan air dan sabun. Memilih popok yang baik, hasil penelitian
kali dalam satu hari, namun lebih baik lagi jika pemakaian diapers
diganti >5 kali dalam satu hari. Ruam popok akan terjadi semakin
parah bila frekuensi ganti diapers <3 kali dalam satu hari. (Cahyanto,
2018)
rash meliputi:
1) Daerah yang terkena ruam popok tidak boleh terkena air dan harus
4) Posisi anak diatur agar tidak menekan kulit/ daerah yang iritasi.
keseluruhan.
7) Pakaian yang terkena air kencing harus direndam dalam air yang
1) Pilihlah jenis popok dari bahan kain yang menyerap keringat atau
bahan disposibel (sekali pakai). Popok dari kain dapat dicuci dan
langsung dibuang.
popok. Tapi tetap berhati-hati bila bakteri atau jamur yang telah
minyak zaitun 2x sehari pada pagi dan sore hari selama 4 hari
pada kulit dan dapat melindungi kulit dari iritasi. (Apriza, 2017).
2. Minyak Zaitun
Salah satu dari bahan olahan alami yang dapat dipertimbangkan sebagai
terapi topikal alternatif yang dapat digunakan untuk perawatan kulit pada bayi
fenol, tokoferol, sterol, pigmen, squalene dan vitamin E. Semua senyawa ini
dan dapat melindungi kulit dari iritasi. Minyak zaitun dapat dijadikan body
(olive oil) salah satunya untuk kesehatan kulit dan untuk kecantikan.
Kandungan dari minyak zaitun mempunyai kesamaan dengan baby oil yaitu
mineral dan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan alami yang mampu
area yang terdapat keriput dan pecah-pecah akibat kulit kering atau penuaan
sel kulit, dapat juga digunakan untuk stretching atau penarikan pada kulit,
dengan minyak zaitun terhadap drajat ruam popok pada bayi usia 0-12 bulan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN MINYAK ZAITUN
HIPOTERMIA
Hipotermia mengacu pada suhu tubuh yang rendah, biasanya terjadi akibat
pajanan kulit pada udara atau larutan dingin. Selama periode-peri operasi, bayi
umumnya berisiko lebih tinggi dari pada anak-anak yang berusia lebih tua untuk
mengalami hipotermia karena mereka memiliki permukaan tubuh yang lebih luas
secara proporsional.
pernafasan serta penurunan kadar glukosa. Terapi yang biasa dilakukan mencakup
1. Definisi
Hipotermia pada bayi adalah di mana bayi mengalami atau berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh terus menerus dibawa 36,5 ° C. gejala awal hipotermia
adalah suhu tubuh dibawa 36 ° C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
1) Konduksi :
langsung antara kulit BBL dan dengan pengu permukaan yang lebih
dingin sumber kehilangan panas terjadi pada BBL yang berada pada
penimbangan.
KR,2008)
sprei).
2) Konveksi
permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh
yang terbuka atau pada waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit.
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Panas hilang dari tubuh bayi
3) Radiasi
Yaitu perpindahan suhu dari suatu obyek panas ke obyek yang dingin.
4) Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas.kehilangan dapat
panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir,tubuh bayi tidak segera
dikeringkan (JNPK-KR,2008).
c. Kegagalan termoregulasi
hipertermi.
3. Tanda dan Gejala
menyusu, tampak mengantuk atau lesu, dan memiliki tangisan yang lemah.
4) Tangisan lemah.
1) Muka, ujung kaki, dan ujung tangan berwarna merah terang, sedangkan
2) Kulit mengeras merah dan timbul oedema terutama pada punggung, kaki
dan tangan.
4. Faktor Risiko
a. Perawatan yang kurang tepat setelah lahir misalnya beyi dipisahkan segera
dengan ibunya setelah lahir, dan bayi tidak segera dikeringkan setelah
lahir.
c. Bayi prematur.
5. Tindakan Pencegahan
c. Jangan memandikan bayi segera setelah lahir, lebih baik tunda mandi.
g. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) bila kondisi stabil dilaku kan perawatan
6. Dagnosis
Hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif,
suhu tubuh atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai
salah satu petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan
oleh karena mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran melalui rektal
sangat dianjurkan untuk dilakukan pertama kali pada semua BBL, oleh karena
temuan yang dicetak tebal tidak dijumpai pada bayi. Adanya temuan yang
hanya bila dapat temuan yang dicetak miring. Temuan lain yang dicetak
tegak merupakan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis,
HIPOTERMIA BERAT
perlu.
2. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat,
3. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah.
4. Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas lebih 60 atau kurang 30
5. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis numatan, dan infus
6. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL
7. Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan nafas, ke jang atau
tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam
8. Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan
a. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan
b. Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lam bung dan
10. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5°C/jam,
11. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu
b. Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam.
13. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi
tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada
dipulangkan dan nasehati ibu bagaima na cara menjaga agar bayi tetap
1. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,
melakukan kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK
b. Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan
pengatur suhu.
c. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering
diubah.
4. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,
minum.
nafas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari perto longan bila terjadi hal
tersebut.
6. Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L). tangani
hipoglikemia.
7. Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan nafas, bila ada tangani
gangguan nafasnya.
8. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5° C/jam,
jam.
9. Jika suhu tidak naik atau naik terlalu lambat, kurang dari 0,5 ° C/jam, cari
tanda-tanda sepsis.
11. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik
dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
A. DEFINISI
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda
klinik yang khas setelah 2 hari pertama bayi baru hidup menangis dan menyusu
secara normal pada hari ketiga atau lebih timbul ke kekakuan seluruh tubuh
bukan karena trauma kelahiran atau fiksi tetapi disebabkan oleh infeksi selama
masa neonatal yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologi agar
B. PATOFISIOLOGI
Kuman tetanus masuk ke dalam tubuh bayi melalui tali pusat yang dipotong
dengan menggunakan alat yang tidak steril atau pada tali pusat yang dirawat
tidak steril awalnya kuman masuk dalam bentuk spora. Daerah potongan tali
pusat tidak mengandung oksigen yang cukup maka spora akan berkembang
ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher dalam
48 jam penyakit menjadi nyata dengan adanya trismus (ilmu kesehatan anak
1985)
Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit ini lebih cepat dan berat
1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum (karena tidak dapat menghisap)
pada otot mulut sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik.
4. Kaku duduk sampai opistotonus adanya spasme otot dan kejang umum
leher kaku dan terjadi opistotonus kondisi tersebut akan menyebabkan liur
6. Dahi berkerut alis mata terangkat sudut mulut tertarik ke bawah muka
risus sardonicus.
kadang
Tanda infeksi Tali pusat kotor, lubang Tali pusat kotor, lubang
D. KOMPLIKASI
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur saliva di
2. Aspiksia
4. Fraktur kompresi.
E. PENATALAKSANAAN
a. Gangguan fungsi pernafasan
Pada masalah ini dapat disebabkan kuman yang menyerang otot-otot pernapasan
sehingga otot pernapasan tidak berfungsi adanya spasme pada otot laring juga
dilakukan adalah : atur posisi bayi dengan kepala ekstensi, berikan oksigen 1
sampai 2 liter/ menit dan apabila terjadi kejang tinggikan kebutuhan oksigen
sampai 41/ menit setelah kejang hilang turunkan, lakukan penghisapan lender dan
pasangkan sudip lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang, lakukan observasi
tanda vital setiap setengah jam, berikan lingkungan dalam keadaan hangat jangan
adanya lidah tergigit anoksia pasien jatuh lidah tidak jatuh ke belakang menutupi
jalan nafas dan mencegah kejang ulang caranya adalah sebagai berikut:
ekstensi.
4. Berikan oksigen.
5. Lakukan kompres.
Gangguan nutrisi dan cairan dapat terjadi karena bayi tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan dengan cara menetek atau minum untuk itu dalam
kekurangan nutrisi seperti in fake dan output, membrane mukosa, furgor kulit
dan lain-lain, kemudian dapat memberikan cairan melalui infus dengan cairan
glukosa 10% dan natrium bikarbonat apabila pasien sering kejang dan apnea.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya
meliputi:
A. darah
200 mq/dl )
kejang
b. Skull Ray : untuk mengidentifikasi adanya proses desa ruang dan adanya lesi.
c. EEG : teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
G. PENCEGAHAN
1. Berikan imunisasi TT pada ibu hamil 3 kali sebelum trimester III secara
berturut-turut
3. Imunisasi aktif
Vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid diberikan bersama vaksin pertusis dan
diften (vaksin DPT). Kadar proteksi antibodi bertahan selama 5- 10 tahun sesudah
bila mengalami luka yang beresiko terinfeksi, diberikan toksoid bila suntikan
terakhir sudah lebih dari 5 tahun sebelumnya atau bila belum pernah vaksinasi.
(Maryunani, 2010).
KONSEP DASAR TEORI ASUHAN KEBIDANAN PADA TETANUS
NEONATORIUM
Pengkajian Data
A. Data Subjektif
1. Identitas Meliputi :
Nama Berupa nama lengkap sebagai identitas diri agar tidak terjadi
klien. Alamat
2. Keluhan Utama Meliputi keluhan yang dirasakan saat ini yang disebabkan
diderita pasien saat ini dan bisa sebagai informasi untuk membantu
pembuatan diagnosa.
a. Pola Nutrisi Pola makan anak. Berapa kali anak makan (3 kali / hari)
makanan yang dikonsumsi anak nasi, sayur, lauk pauk atau bubur dan
anak apakah sesuai dengan usia anak atau tidak. Seperti dapatkah anak
menendang bola.
hari. Tidur siang (2-3 jam/hari) dan tidur malam (8-9 jam/hari).
B. Data Objektif
Kesadaran: komposmetri
Data antropometri
BB: Apakah berat badan anak dalam keadaan normal (2 2500 gr)
TB: Apakah tinggi badan anak dalam keadaan normal (245 cm)
LILA: Lingkar lengan anak menentukan status gizi anak (±11 cm)
LIKA: Apakah lingkar kepala anak dalam keadaan normal (±32 cm)
Tanda-tanda vital :
- TD -
- S: 36,5 o c-37,5 o c
- N 120-160x/menit
- RR: 40-60x/menit
auskultasi)
polidaktili. Ekstremitas
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
predisposisi kejang.
adanya lesi
Kesadaran : Komposmetri
Data antropometri
- BB: Apakah berat badan anak dalam keadaan normal Data antropometri (≥
2500 gram
- TB: Apakah tinggi badan anak dalam keadaan normal (245 cm)
- LILA: Lingkar lengan anak menentukan status gizi anak (±11 cm)
- LIKA: Apakah lingkar kepala anak dalam keadaan biasa (+33 cm) TD
Tanda-tanda vital:
TD : -
S : 36,5 C-37,5 C
N : 120-160 x /menit n
RR : 40-60 x/menit
Pemeriksaan Penunjang:
1. Darah
BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indi kasi nepro toksik
jang. .
2. Skull Ray: Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi.
3. EEG: Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
Tindakan pertama dan utama untuk mengatasi masalah dan mencegah terjadi nya
masalah potensial yang mengancam keselamatan jiwa pasien seperti kon sultasi,
Intervensi
perifer.
Implementasi
Semua rencana asuhan yang telah direncanakan pada langkah kelima dilaksanakan
3. Menjelaskan pada ibu perawatan yang perlu dilakukan oleh orang tua
dalam perkembangannya.
Evaluasi
masalah.